Anda di halaman 1dari 7

Teori Komunikasi Tradisional.

Komunikasi tradisional yaitu komunikasi yang menekankan proses penyampaian


pesan melalui berbagai media komunikasi yang bersifat tradisi atau sederhana, yang
digunakan oleh sekelompok masyarakat tertentu yang berbeda dengan masyarakat lainnya.
Yang berarti didalam sekelompok masyarakat tertentu menyampaikan suatu pesan atau
informasi yang dianggap perlu juga dikomunikasikan kepada masyarakat lainnya untuk
mencapai tujuan yang sama.
Komunikasi tradisional identik dengan tradisi dan kesenian yang sudah lama ada dan
berkembang pada masa tertentu dan sudah menyatu dalam kehidupan masyarakatnya. Gaya
dan cara berkomunikasi yang berlangsung sama secara turun-temurun pada suatu masyarakat
tertentu yang berbeda dengan masyarakat lainnya, karena ciri-ciri khas sistem masyarakat dan
tata nilai kebudayaan yang juga berbeda.
Seperti halnya wayang. Pada zaman dahulu, masyarakat menggunakan kesenian
wayang untuk memberikan informasi. Tidak hanya pesan yang disampaikan dalam
penampilan wayang, tetapi juga memberi hiburan untuk masyarakat setempat. Menurut
fungsinya, wayang tidak hanya sebagai objek hiburan atau tontonan, akan tetapi juga
dimaksudkan sebagai tuntunan untuk memelihara keberadaan dan identitas suatu masyarakat,
serta menjadi wahana menyampaikan informasi dari dan untuk masyarakat. Tiga rangkaian
itu merupakan keunggulan wayang yang tidak dimiliki oleh media lainnya.
Beberapa fungsi komunikasi tradisional menurut Danandjaja adalah pertama
komunikasi tradisional berfungsi sebagai sistem proyeksi yaitu sebagai alat pencerminan
angan-angan kolektif. Kedua, komunikasi tradisional berfungsi sebagai alat pengesahan
pranata-pranata dan lembaga-lembaga kebudayaan. Ketiga, komunikasi tradisional berfungsi
sebagai alat pendidikan anak. Dan yang terakhir, komunikasi tradisional berfungsi sebagai
alat pemaksa dan pengawas agar norma-norma masyarakat akan selalu dipatuhi oleh anggota
kolektifnya.1
Komunikasi tradisional juga upaya masyarakat untuk mepertahankan warisan budaya
yang pernah ada dan diharapkan akan tetap ada. Fenomena yang terjadi dalam kehidupan
sehari-hari dapat dilihat bahwa berbagai dinamika komunikasi tradisional dialami oleh
seseorang, sehingga komunikasi efektif tidak terjadi. Untuk mencapai komunikasi efektif,

1
Herman Didipu, Sastra Daerah (Konsep Dasar, Penelitian, dan Pengkajiannya, (Gorontalo: UNG,
2010), h.19
seseorang perlu mempertimbangkan enam komponen komunikasi tradisional. Keenam
komponen tersebut adalah komunikator, pesan, media, efek, komunikan, dan gangguan.
Komponen komunikasi tradisional terdiri dari enam unsur, yaitu komunikator, pesan,
media, komunikan, efek, dan gangguan.

1. Komunikator.

Komunikator yang dipandang memiliki kredibilitas, berarti komunikator


tersebut dianggap memiliki keahlian. Komunikator yang memiliki keahlian dipandang
sebagai orang yang cerdas, pintar dan berpengalaman. Sedangkan komunikator yang
dipercaya, dianggap sebagai orang yang jujur, baik hati, memiliki etika dan sopan
santun serta ramah.2

Koehler, Annatol, dan Applbaum menambahkan empat komponen lain selain


kredibilitas yang kiranya mampu membuat komunikator berkomunikasi dengan
efektif. Keempat komponen tersebut adalah dinamisme, sosiabilitas, koorientasi, dan
karisma. Komunikator dipandang memiliki dinamisme bila mampu berkomunikasi
dengan bergairah, bersemangat, aktif, tegas, dan berani. Dalam komunikasi
tradisional, dinamisme dapat memperkokoh kesan keahlian dan kepercayaan
komunikatornya. Komponen kedua yang mampu menciptakan komunikasi efektif
bagi komunikatornya adalah sosiabilitas. Sosiabilitas adalah kesan bahwa
komunikator tersebut merupakan sosok yang periang dan senang bergaul. Sedangkan
koorientasi memberi kesan bahwa komunikator adalah orang yang mewakili
kelompok yang disenangi. Dan yang terakhir, karisma digunakan untuk menunjukkan
suatu sifat luar biasa yang dimiliki komunikator yang menarik dan dapat
mengendalikan komunikan seperti magnet yang dapat menarik benda-benda di
sekitarnya.

2. Pesan.
Pesan adalah isi pernyataan. Pesan dalam komunikasi tradisional dapat bersifat
verbal dan non-verbal. Bahasa yang digunakan adalah bahasa daerah yaitu bahasa
yang dimengerti pada suatu daerah tersebut dan lebih sering digunakan dalam
kehidupan sehari-hari. Pesan dalam komunikasi tradisional dapat berbentuk antara
lain; lambang isyarat, simbol, gerakan, dan bunyi-bunyian. Dalam proses komunikasi

2
Onong Uchjana Effendy, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, (Bandung: Remaja Rosdakarya,
1999), h. 38-39.
tradisional, pesan memegang peranan penting dalam menciptakan komunikasi efektif
meskipun pada kenyataannya pesan terkadang tidak memberikan pengaruh apapun
terhadap komunikannya.

3. Media.
Media diperlukan sebagai penunjang dalam berkomunikasi. Media tradisional
berfungsi untuk meningkatkan dan mengembangkan nilai spiritual, etis, dan estetis
pada diri manusia. Di samping itu media juga berfungsi untuk menghibur dan
menyebarluaskan informasi publik, karena alur cerita dalam kesenian rakyat
tradisional biasanya disampaikan dengan bahasa lokal dan menyatu dalam kehidupan
masyarakat setempat, sehingga mudah dimengerti dan dicerna oleh masyarakat.

4. Komunikan atau khalayak.


Khalayak merupakan faktor penentu keberhasilan komunikasi. Ukuran
keberhasilan upaya komunikator yang ia lakukan menurut Riswandi dalam buku Ilmu
Komunikasi adalah apabila pesan-pesan yang disampaikan melalui saluran yang
diterima sampai pada khalayak sasaran, dipahami, dan mendapatkan tanggapan
positif, dalam arti sesuai dengan harapan komunikator. 3 Khalayak dalam komunikasi
tradisional adalah anggota masyarakat (insider), biasanya dalam repertoar yang
dihadiri penonton dari luar anggota masyarakat dipandang sebagai outsider.

5. Efek.
Efek merupakan apa yang terjadi pada penerima setelah ia menerima pesan
tersebut, misalnya terhibur, menambah pengetahuan, perubahan sikap, atau bahkan
perubahan perilaku.4 Efek yang terjadi pada komunikasi tradisional bisa dalam bentuk
kognitif, afektif, dan konatif. Efek kognitif yaitu berupa pemahaman tentang norma,
adat, tradisi, dan informasi terkait dengan lingkungan sosial budaya. Efek afektif akan
menimbulkan rasa we feeling dan togetherness yang kuat dalam masyarakat.
Sedangkan efek konatif akan menimbulkan apresiasi tinggi, perilaku simetris dengan
pesan serta menimbulkan diskusi dan wacana sosial.

3
Riswandi, Ilmu Komunikasi, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2009), h.139
4
Riswandi, Ilmu…, h. 4
6. Noise/gangguan.
Gangguan bisa saja muncul pada komunikator, komunikan, juga pada
medianya. Gangguan komunikasi tradisional dapat terjadi secara internal maupun
eksternal. Di antara gangguan internal seperti rintangan psikologis. Rintangan
psikologis terjadi karena adanya gangguan yang disebabkan oleh persoalan-persoalan
dalam diri individu. Perbedaan kepentingan akan membuat seseorang selektif dalam
menanggapi atau menghayati pesan. Biasanya, seseorang hanya akan memperhatikan
perangsang/stimulus yang ada hubungan dengan kepentingannya. kerangka berfikir
juga dapat menjadi gangguan dalamberkomunikasi. Kerangka berfikir adalah
rintangan yang disebabkan adanya perbedaan persepsi antara komunikator dan
komunikannya terhadap pesan yang digunakan dalamberkomunikasi. Hal ini karena
perbedaan latar belakang pengalaman pendidikan. Gangguan semantic juga
merupakan gangguan internal yang biasanya terjadi baik pada komunikator maupun
komunikannya. Gangguan semantic adalah gangguan komunikasi yang disebabkan
karena kesalahan pada bahasa yang digunakan. Gangguan ini sering terjadi karena
salah dalam mengucapkan kata-kata ataupun istilah sebagai akibat berbicara terlalu
cepat. Selain itu struktur bahasa yang digunakan tidak sebagaimana semestinya.
Gangguan internal lainnya adalah gangguan teknis. Gangguan ini terjadi jika salah
satu alat yang digunakan dalam berkomunikasi mengalami kerusakan, sehingga
informasi yang ditransmisi melalui saluran mengalami gangguan.
Gangguan eksternal juga biasa terjadi dalam berkomunikasi. Beberapa
gangguan yang tergolong ke dalam gangguan eksternal adalah pertama gangguan
semantic. Gangguan ini sering terjadi karena kata-kata yang digunakan banyak
mengandung jargon bahasa asing, juga bahasa yang digunakan pembicara berbeda
makna dengan bahasa yang digunakan oleh penerima. Misalnya kata baroh di daerah
Aceh Besar bermakna bawah namun di Aceh Utara bermakna arah utara. Gangguan
eksternal kedua adalah rintangan status. Gangguan ini disebabkan karena jarak sosial
antara peserta komunikasi. Contoh gangguan ini misalnya perbedaan jarak sosial di
antara senior dan junior, atau antara atasan dan bawahan. Gangguan eksternal ketiga
adalah gangguan fisik. Gangguan ini merupakan gangguan yang disebabkan oleh
kondisi geografis misalkan jarak yang jauh sehingga sulit untuk dicapai. Keempat,
gangguan budaya. Gangguan budaya merupakan gangguan yang terjadi disebabkan
oleh karena adanya perbedaan norma, kebiasaan, dan nilai-nilai yang dianut oleh
pihak-pihak yang terlibat dalam komunikasi.
Dalam teori komunikasi tradisional, ada beberapa teori yang bisa dipahami
karena banyak bentuk pengalman terbentuk dari banyaknya bentuk komunikasi.
maksud kita pun berubah dari satu kelompok ke kelompok lainnya, dari satu latar
belakang, ke latar belakang lainnya. Hal tersebut disebabkan oleh karakteristik
komunikasi itu sendiri yang bergerak dinamis. Berikut tujuh tradisi dalam kajian teori
komunikasi menurut Roben Craig, antara lain:

1. Tradisi Semiotik
Dalam hal ini konsep dasar yang digunakan adalah sebuah tanda. Misalkan
ketika melihat sebuah asap, maka hal tersebut menandakan adanya api. Tanda
atau simbol tersebut merupakan sebuah bentuk rangkaian makna yang
digunakan oleh masyarakat untuk berkomunikasi.
Dalam semiotik tanda memiliki sifat arbitrer. Kebanyakan pemikiran semiotik
melibatkan ide dasar triad of meaning yang menegaskan bahwa arti muncul
dari hubungan di antara tiga hal : benda (atau yang dituju), manusia (penafsir),
dan tanda (atau yang dituju). Manusia sebagai kunci utama dalam menafsirkan
tentunya memiliki konstruksi pola pokir yang kompleks.
2. Tradisi Fenomenologi
Tradisi ini mengkaji bahwa orang0orang secara aktif mengimprestasi
oengalaman-pengalamannya dan mencoba memahami dunia dengan
pengalaman pribadinya. Fenomenologi merupakan cara yang digunakan
manusia untuk memahami dunia melalui pengalaman langsung (littlejohn,
2009: 57).
Menurut little john (2009: 57), ada tiga prinsip dasar fenomenologi. Pertama
pengetahuan ditemukan secara langsung dalam pengalaman sadar. Kedua,
makna benda terdiri atas kekuatan benda dalam kehidupan seseorang.
Maksudnya adalah bagaimana kita berhubungna dengan benda menentukan
maknanya bagi kita. Ketiga, bahasa adalah kendaraan makna.
3. Tradisi Sibernetika
Tradisi ini mengkaji bagaimana komunikasi dianggap sebagai sebuah sistem,
yang tiap bagiannya saling memengaruhi. Sistem merupakan seperangkat
komponen yang saling berinteraksi. Sebagai sebuah sistem, tentunya
membutuhkan masukan atau input baru dai masyarakat, yang kemudian
diproses dan menciptakan sosial balik berupa hasil pada lingkungan.
Tradisi sibernetik menjadi bagian dalam komunikasi yang berpengaruh,
sehingga bermanfaat bagi pemahaman komunikasi secara umum, sama halnya
dengan komunikasi yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari.
4. Tradisi sosiopsikologis
Teori yang terdapat dalam tradisi ini berfokus pada perilaku sosial individu,
sosial psikologis, efek indivisu, kepribadian dan sifat, persepsi, serta kognisi.
Tradisi ini memang memiliki ranah yang beririsan dengan disiplin ilmu
psikologis. Bagian paling sosial dalam pendekatan sosial kepribadian serta
kecenderungan pelaku komunikas yang mempengaruhi bagaimana individu
bertindak dan berinteraksi.
5. Tradisi sosiokultural
Pendakatan sosiokultural terhadap teori komunikasi menunjukan cara
pemahama kita terhadap makna, norma, peran dan peraturan yang
menjalankan secara interaktig dalam komunikasi. tradisi ini memfokuskan diri
pada bentuk bentuk interaksi anatrmanusia daripada karakteristik individu atau
model mental.
Layaknya semua tradisi, sosiokultural memiliki beragam sudut pandang yang
berpengaruh yaitu paha, interaksi simbolis, konstruksionisme, sosiolinguistk,
filosofi bahasa, etnografi dan etnometodologi.
6. Tradisi Kritik
Tradisi kritik berlawanan dengan banyak asumsi dasar dari tradisi lainnya.
Tradisi ini berkembang pesat dan berpenharuh pada teori komunikasi. tradisi
kritik mencoba memahami yang sudah dianggap benar, struktur kekuatan, dan
keyakinan atau yang mendominasi masyarakat, dengan pandangan tertentu
dimana minat-minat disajikan oleh struktur kekuatan tersebut.
Meskipun tradisi kritik telah muncul sejak karya Marx dan Friedrich Engels,
teori kritik ini sangat berkembang, meskipun teori ini telah bercabang dan
multiteoritis.
7. Tradisi Retorika
Menurut Aristoteles, retorika adalah seni membujuk atau the art of persuation
(Amar, 1986: 11). Adapun menurut sunarjo (1983) mendefinisikan retorika
sebagai suatu komunikasi dimana komunikator berhadapan langsung dengan
massa atau berhadapat dengan komunikan (audience)dalam bentuk jamak.
Aristoteles berpendapat bahwa retorika itu sendiri sebenarnya bersifat netral,
karena orang yang ingin menyampaikan sesuatu itu bisia memiliki tujuan yang
mulia atau justru hanya menyebarkan omongan yang tidak sesuai atau dusta
belaka.

Daftar Pustaka
Hamid, Farid dan Heri Budianto.2011. Ilmu Komunikasi Sekarang dan tantangan masadepan.
Jakarta. Kencana Prenada Media Group.

Irma, Ade. 2013. “KOMUNIKASI TRADISIONAL EFEKTIF


DITINJAU DARI ASPEK KOMPONEN” dalam Jurnal Al-Bayan VOL. 19, NO. 27. Banda
Aceh: IAIN Ar-RaniryDarussalam.

Anda mungkin juga menyukai