Anda di halaman 1dari 37

Tanda Salib

NO:05/GNI/A/Pel.Umum/IV/2015

Oleh, Uskup Mar Nicholas H Toruan, CKC

Gereja Nasrani Indonesia (GNI)

Keuskupan Nasrani Katolik Ortodoks Rasuli Kudus dan Satu


NO:05/GNI/A/Pel.Umum/IV/2015

Pendahuluan

1. Pengertian Simbol

Louis Forsdale dalam bukunya yang berjudul, "Perspectives on


Communication" mengatakan bahwa Lambang atau Simbol:
"Simbol atau lambang adalah sesuatu yang mewakili sesuatu
yang lainnya tetapi lambang itu tidak harus memiliki hubungan
alamiah dengan obyek tersebut atau fenomena yang
diwakilinya itu." (Louis Fordale, Perspectives on Communication.
Addison-Wesley Publishing company, 1981, hal.230).

Gerald O'Collin, SJ mengatakan bahwa "simbol" (Yunani,


'sesuatu yang ditarik bersama'). Sesuatu yang mewakili 'aslinya'
(contoh., singa sebagai simbol keberanian) atau secara
konvensional (contoh, bendera sebagai simbol atau lambang
negara). Dengan membuat hal-hal lain hadir, maka simbol-
simbol masuk dalam imajinasi kita, memberikan efek pada perasaan dan
mempengaruhi prilaku kita. Penjelasan rasional akan selalu kurang terhadap ekspresi
rentang potensi arti dari simbol yang dihadirkan itu. Khususnya lagi, saat kita memasuki
tanda lambang keagamaan yang mewakili akan ketiadaan akhir, realitas-realitas
adikodrati, kita bisa mengandalkan lambang-lambang (simbol) untuk menjelaskan
ketidakterbatasan dalam arti-artinya."

Selanjutnya dia berkata, "Teologi Lambang atau Simbol" adalah suatu sudut pandang
tentang dunia yang kelihatan sebagai gambar dari yang tidak dapat dilihat." (Gerald
o'Collins, SJ. A Concise Dictionary of Theology. Paulist Press.NY,1991,hal.232).

Jelaslah bagi kita bahwa "simbol itu mewakili eksistensi yang ada baik itu yang
kelihatan maupun tidak kelihatan." Simbol itu selalu sarat bermuatan makna arti, tidak
sempit seperti ujaran-ujaran dalam bahasa verbal. Pertama, jika kita menggunakan
bahasa simbol maka kita menggunakan komunikasi non-Verbal berupa gerak, isyarat,
gambar, foto, lukisan, garis - garis tertentu, warna, suara, gerakan - gerakan tertentu
dari anggota tubuh kita, dll. Contoh, ketika ada anak bayi tidur lalu si ibu mengatupkan
mulutnya sembari menyilangkan jari telunjuk di kedua bibirnya ketika ada orang yang
datang dengan tiba-tiba bersuara gaduh dan ribut. Oleh karena si ibu ini takut anaknya
bangun, dibuatlah lambang atau simbol spontan tandi yang artinya secara konvensional
adalah "sssst.... harap diam, si kecil lagi tidur!" Ini adalah " simbol gerak."

Kemudian, ada simbol warna: Lampu lalu lintas, merah, kuning dan hijau yang
memiliki arti jika menyala. Arti ini juga secara konvensional disepakati bersama, tidak
itu saja sudah menjadi normatif dalam masyarakat. Melanggar aturan simbol warna ini

Page 2- Copyright GEREJA NASRANI INDONESIA 2015


NO:05/GNI/A/Pel.Umum/IV/2015

bisa mengakibatkan kecelakaan lalu lintas dan ada sanksi pelanggaran secara hukum.
Makna arti sudah dipahami bersama dalam masyarakat.

Dalam bidang keagamaan tentu saja sangat sarat dengan muatan simbolis dalam
kehidupan agama, agama apapun itu. Dalam lapangan keagamaan simbol ini bersifat
ekspresi spiritual. Suatu dogma, doktrin atau ajaran-ajaran normatif bisa dituangkan
dalam hanya satu garis tertentu saja. Itulah sebabnya kita tidak usah heran, jika satu
simbol saja bisa mewakili ribuan halaman buku untuk menjelaskannya. Contoh, simbol
"Bintang" dalam Yudaisme sebagai ekspresi teologi Monoteisme Yahudi. Untuk bisa
memahami simbol bintang ini hanya para rabbi Yahudi yang valid dan otoritatif
menjelaskannya, tidak bisa di luar diri mereka. Simbol itu sangat kompleks
pemahamannya tidak semudah bahasa verbal dan dalam baris huruf-huruf dalam buku.
Ini harus dijelaskan secara komprehensif lewat Tradisi dan paham penghayatnya.
Hal ini terkadang sulit untuk dituliskan dalam suatu buku. Contoh kedua, simbol
"Tanda Salib" merupakan totalitas ekspresi Iman Kudus dari Jemaat Nasrani Yahudi
Kuno Satu Kudus Rasuli Katolik dan Ortodoks. Melalui simbol gerak Tanda Salib
sederhana itu sudah mewakili seluruh Kitab-kitab Suci yang ada dan bahkan
melebihi dari pada apapun yang tersurat!

Ekspresi simbolis Tanda Salib ini merupakan pengejawantahan apa yang Tersurat
dalam Kitab dipindahkan kedalam jiwa manusia itu sendiri, dalam jiwa yang hidup
bukan pada huruf - huruf yang mati kata Rasul Mar Shaul:

"Karena telah ternyata bahwa kamu adalah surat Mshikha, yang ditulis oleh
pelayanan kami, ditulis bukan dengan tinta tetapi dengan Roh dari Alaha yang
hidup bukan pada loh batu, melainkan pada loh - loh daging, yaitu di dalam hati
manusia." (2 Korintim3:3).

Dengan demikian, jelaslah bagi kita Iman itu harus ditransfer


kedalam jiwa atau hati manusia yang melahirkan perbuatan (suatu
gerak…) yang kelihatan. Ekspresi tertulis ditanamkan dalam jiwa
(hati) dan kemudian direfleksikan dalam bahasa simbolis non-
verbal. Itulah sebabnya, Orang-orang Nasrani tidak membawa
Alkitab ke mana-mana seperti kaum Protestan. Mengapa? Alkitab itu
sudah ada dalam jiwanya! Ini tentu saja tidak bisa dipahami oleh
Kekristenan Protestan yang dilahirkan oleh Alkitab yang sudah
tercetak baku dari ibunya sendiri Gereja Konsiliar Ekumenis (325-381
M). Kelahiran bayi Protestan inipun dalam kondisi ibunya sakit
moralitas duniawi pada abad ke-16 Masehi. Ibunya sendiri: Gereja
Roma Katolik sedang berzinah dengan keduniawian lalu lahirlah anak-anaknya
sumbangnya. Setelah besar anak-anak inipun melawan ibunya sendiri. Keduanya kita
tidak bisa bela.

Jika kita bertanya tentang simbol Tanda Salib dari persfektif Protestantisme tentu
kita salah alamat sebab Protestantisme itu tidak memiliki mata rantai sejarah

Page 3- Copyright GEREJA NASRANI INDONESIA 2015


NO:05/GNI/A/Pel.Umum/IV/2015

mengenai hal itu. Mereka hanya belajar secara huruf - huruf dari buku-buku kuno yang
dituliskan bapa-bapa gereja yang sebagaimana kita ketahui tulisan-tulisan bapa-bapa
gereja Kristen ini banyak yang sesat dan merupakan pendapat subyektif individual
(theologumena) saja. Seorang Protestan sepintar dan sesaleh apapun dia tidak akan
pernah bisa mengerti tentang Tanda Salib, sebab mereka tidak pernah mencicipi
rahmat Ilahi dalam Iman Rasuliah, sebab bapa-bapa Iman mereka adalah Para
Reformator yang mengangkat dirinya sendiri menjadi rohaniawan.

Kita tidak heran dengan pernyataan mereka mengatakan; "segala sesuatu yang tidak
terdapat dalam Alkitab, tidak boleh dipakai sebagai dasar keagamaan dan Iman orang
percaya." Jika mereka ini konsekuen terhadap teologi Sola Skripturanya, maka kita bisa
balikkan ucapan mereka dengan berkata:

Mengapa anda memakai kidung-kidung nyanyian dalam gereja-gereja anda, bukankah


semua itu tidak terdapat dalam Alkitab?

Mengapa anda memakai sepatu dalam gereja bukankah itu tidak ada dalam Alkitab?

Mengapa anda memakai urutan liturgi ibadah anda bukankah itu tidak terdapat dalam
Alkitab?

Bukankah tidak ada sebutan dalam Alkitab yang mengatakan "hanya Alkitab" (Sola
Skriptura)?

Mengapa anda merayakan NATAL? Bukankah tidak ada dalam Alkitab?

Mengapa anda merayakan Jumat Agung bukankah tidak ada dalam Alkitab?

Banyak lagi pertanyaan sepele yang kita bisa ajukan kepada mereka sehingga mereka
seperti “meludah ke langit terpercik ke muka sendiri.”

Menghilangkan simbol Tanda Salib sebagai ekspresi kemanusiaan - teologis


menyebabkan kita digiring menjadi binatang yang tidak berbudaya, tidak berakal, tidak
beragama, dan tidak berintelektual-spiritual. Kita dijadikan binatang! Hanya binatang
yang tidak mengerti simbol-simbol kecuali 'insting' atau 'naluri' saja. Kita ini manusia
yang diciptakan menurut gambar peta Ilahi (Bereshit 2: 26 -27) memiliki karakter
keilahian dalam diri kita, yakni "akal budi" (Reasons) dan "kehendak bebas (Free Will)."

Simbol Tanda Salib adalah mewakili seluruh sistem keagamaan yang diwahyukan Alaha
kepada manusia melalui bani Israel (Yahudi) yang berpuncak kepada Maran Yeshua.
Simbol "Tanda Salib" pusat pewartaan dan nafas hidup pengikut Maran Yeshua dan kita
tidak bisa 'malu' mengekspresikan Iman Kudus kita ini sebagai kekuatan Alaha untuk
menyelamatkan orang percaya, sebaliknya Tanda Salib merupakan tindakan kebodohan
bagi mereka yang akan binasa! (1 Kor.1:18; Lukas 9:22-26).

Kedua, Jika kita menggunakan bahasa tulisan yang terdiri dari simbol huruf-huruf
tertentu, disebutlah ini Komunikasi Verbal melalui ujaran-ujaran tertulis. Kita

Page 4- Copyright GEREJA NASRANI INDONESIA 2015


NO:05/GNI/A/Pel.Umum/IV/2015

ketahui bahasa tulis itu sangatlah terbatas makna artinya. Tidak semua pengalaman
manusia, khususnya pengalaman rohaniah bisa dituliskan dalam huruf - huruf karena
keterbatasannya itu. Alkitab mengajarkan kepada kita lewat Rasul Mar Shaul;
"berpeganglah terhadap Tradisi (Aramaik, “Masora”) yang kami ajarkan baik itu
melalui Tradisi Tertulis (Tersurat) dan Tradisi Lisan" (2 Tes.2:15). Ayat ini seringkali
dibantah oleh kaum Protestan. Bantahan Protestan sebenarnya hanya ekspresi
traumatik historis yang dialami oleh para pendiri Protestantisme itu sendiri, tidak
generasi berikutnya. Tetapi persoalannya hal negatif ini sudah ditanamkan secara
estafet dari generasi ke generasi sehingga terbentuk suatu paradigma tertentu.
Sebenarnya, generasi berikutnya yang kita harus persalahkan karena mereka seperti
‘kerbau yang dicucuk hidungnya’, tidak menggunakan akal sehatnya membaca semua
histografi relasi Protestan versus Roma Katolik, seharusnya mereka bisa menganalisa
yang baik diambil yang buruk dibuang.

Lagi pula jika kaum Protestan jeli membaca Alkitab yang mereka agung-agungkan itu
seharusnya membaca juga Ucapan Shliakh Yehuda (Yudas):

“Saudara-saudaraku yang kekasih, sementara aku bersusah payah menuliskan ini


kepadamu tentang kehidupan umum kami, ini perlu aku tuliskan kepadamu,
menasehatimu agar berjuang keras mempertahankan Iman yang SATU KALI
disampaikan kepada orang-orang kudus.” (Yudas 1: 3 Peshitta)

“Jangan memindahkan batas tanah yang lama, yang nenek moyangmu telah
tetapkan.” (Sefer Mislei 22:28)

Apa artinya ini?

Tidak ada Reformasi Agama!

Ada cerita tentang si kakek dan si cucu. Si kakek ini hidup di zaman penjajahan Jepang
di negeri mereka Vietnam. Kakek berkata, "Cucuku, dahulu orang Jepang itu pendek
kerdil tubuhnya, tetapi bisa mengalahkan prajurit-prajurit bangsa Eropa yang tinggi-
tinggi itu. Si cucu yang pintar ini, berkata pada kakeknya; "Ah, kakek ini, dasar sudah
pikun! Orang Jepang itu badannya tinggi-tinggi tidak pendek-kerdil, aku lihat sendiri di
Tokyo." Si kakek menjawab; "Cucuku yang pintar, memang apa yang kamu lihat itu
sekarang memang benar, mereka badannya tinggi, tapi di zaman kakek badan mereka
pendek-kerdil"!

Demikianlah, gambaran sekilas situasi antara Gereja - gereja Sakramental dengan


Protestantisme. Ada jurang waktu 1600 tahun kelahiran Protestantisme. Seringkali
Protestantisme mengulas tentang Iman orang-orang percaya mundur kebelakang
sebelum kelahiran Protestantisme. Mereka menafsirkan sendiri dan tidak mau
mendengarkan Gereja - gereja Sakramental. Akibatnya kita sudah tahu "salah persepsi
semua" sebab pemikiran sekarang dipakai sebagai dasar pemahaman masa lampau.
Inilah kasus Tanda Salib, mereka memfitnah simbol Tanda Salib sebagai simbol

Page 5- Copyright GEREJA NASRANI INDONESIA 2015


NO:05/GNI/A/Pel.Umum/IV/2015

kekafiran! Simbol Tanda Salib ini diadopsi oleh Roma Katolik, kata mereka. Percayakah
anda? Bodohlah anda percaya ucapan Protestantisme ini. Di dunia ini tentu saja banyak
kemiripan tetapi belum tentu sama. Bagaimana jika kita katakan bahwa iman
Protestantisme itu berasal dari kekafiran filsafat Yunani rekayasa reformator
Protestantisme (Platonik)? Bisa saja kita berkata begitu, apa susahnya? Sehingga kita
mengatakan Protestantisme itu adalah Agama Kafir!

Tradisi Lisan tidak dikenal oleh Protestantisme lagi karena sudah berprasangka buruk
terhadap kata "Tradisi", ini disebabkan traumatik masa lalu terhadap Romanisme
Katolik tetapi bukan berarti kita membenarkan sikap Protestantisme itu. Justru kita
harus menunjukkan ke muka mereka bahwa Tradisi itu ada dua jenis, yakni “Tradisi
Kudus” (“T” besar) dan “tradisi-tradisi” ( “t” kecil). Ini aneh sekali sikap Protestantisme
yang gelap mata mencampur adukkan keduanya yang berbeda itu. Mereka hanya
tersandung oleh kata 'tradisi - tradisi" (“t” kecil) Romanisme Katolik, tetapi
menganggap itu sama dengan “T” besar. Sebaliknya Protestantisme itu melahirkan
“tradisi – tradisi” sendiri (“t” kecil); yakni slogan doktrin Sola Skriptura, Sola Gratia, Sola
Fide dan Solus Kristus dan segudang tradisi - tradisi “t” kecil lainnya; contoh, Tradisi
Lutheran-isme, Tradisi Injil-isme, Tradisi Liberal-isme, Tradisi Anabapt-isme, Tradisi
Kalvin-isme, Tradisi Pentakosta-isme, Tradisi Mormon-isme, Tradisi Saksi Jehova-isme,
Tradisi – Tradisi Mesianik-isme, dll. Membuang “tradisi” agar bisa membuat tradisi
baru sesuai selera lidah masing-masing seperti masakan!

Tapi sayangnya, Agama Yudaisme Nasrani (khususnya Agama Mshikhanuth Israel


Perjanjian Baru) bukan resep masakan. Barang siapa merubah Agama Wahyu Perjanjian
Baru ini, maka orang tersebut berasal dari si Setan...

Sebalikya, Tradisi Kudus (“T” besar) tidak ada satupun diyakini Protestantisme; salah
satunya adalah TANDA SALIB, Suksesi Rasuliah, dll. Justru Tradisi Kudus inilah yang
paling inti dalam Iman Sakramental. Kalau begitu, Protestantisme itu sebenarnya
mengajarkan iman pepesan kosong atau tradisi - tradisi manusia (Markus 7:7-9) yang
justru dilawan oleh Tuhan sendiri. Oleh karena itu, celakalah kita ber-iman-kan
Protestantisme, bukan menggiring kita kepada Kebenaran tetapi malah membawa kita
kepada kesesatan.

Demikianlah dasar Protestantisme itu dibangun di atas pasir, hanya di atas Alkitab.
Iman tidak pernah bisa didasarkan di atas fondasi Alkitab tetapi kepada Alaha saja.
Itulah Agama Monoteistik dan kita disebut penyembah Alaha. Tetapi jika fokus dan
landasan Iman kita pada Kitab Suci maka kita disebut penyembah Alkitab (bibliolatria)
yang berasal dari hasil tafsir - tafsir subyektif individual dari pendiri sektenya sehingga
titik kesimpulanya kita menyembah manusia bukan Alaha! Kemudian, beriman
Protestantisme identik seperti mahasiswa masuk Universitas, setelah tugas akhir
mereka harus membuat Skripsi dan mereka harus membuat landasan teori karya
tulisnya, maka mereka kutip sana – sini berbagai teori yang relevan terhadap konsep
ide yang hendak disusunnya. Oleh karena itu, tidak heran, jika seorang Protestan

Page 6- Copyright GEREJA NASRANI INDONESIA 2015


NO:05/GNI/A/Pel.Umum/IV/2015

melihat tanda vertikal dan horizontal membentuk salib maka langsung asumsi mereka
berkata, “Wah ... Tanda Salib adalah Tiang Listrik”! Pokoknya apa saja yang mereka lihat
ada kemiripan langsung pikiran mereka berasumsi berasal dari apa yang dilihat itu.
Mengapa demikian? Sebab Protestantisme itu BUTA SEJARAH dan TAK MEMILIKI
BAGIAN DARI SEJARAH. Lebih mudah kita katakan, Iman Protestantisme itu seperti
orang membaca suatu buku teks Bhagawat Gita kemudian mengutipnya dan
menafsirkan sendiri isi Kitab Hindu itu menurut versi mereka, lalu mereka membuat
komunitas yang diperlawankan langsung terhadap nilai-nilai Hindu, dan apa yang
terjadi, kita sudah tahu ... Itulah inti agama Protestantisme menyembah Alkitab dan
Manusia.

2. Sumber dari Bapa-bapa Gereja Awal Tentang Membuat Tanda Salib

Tertullianus, sebelum tahun 226 M. "Kami buat tanda di dahi." Tertullianus "Daging
ditandai agar jiwa juga dibentengi."

Kiprianus sebelum tahun 259 M. "Bahwa dalam Tanda Salib itu merupakan
keselamatan bagi semua orang yang ditandai pada dahi mereka." Kiprianus, "Para
wanita tidak menguntungkan dari tanda [dari sunat]. Namun, semua orang percaya
ditandai dengan Tanda Tuhan.

Origen, sebelum tahun 285 M., "Tanda dibuat oleh Orang-orang Kristen di dahi, yang
semua orang percaya lakukan apapun pekerjaan yang hendak mereka lakukan mereka
akan memulainya dengan Tanda Salib, khususnya mengawali Doa - doa." (Apologis
Kristen abad ke - 4 dari tahun 250 - 325 M., dan Bapa-bapa Gereja Ante-Nikea. Guru
retoris terkenal bernama Krispus dan akhirnya bertobat kepada Kekristenan dan dia
adalah guru anak laki-lakinya Konstantinus).

Lactantius, Lembaga Ilahi, Buku 4, Pasal XXVI sebelum tahun 311 M." …. "Mengulas
karya Salib Mshikha dan mengingatkan betapa pentingnya Tanda Salib bagi orang
percaya." Pasal XXVII.- Tentang Kejadian-kejadian Luar Biasa oleh Kuasa Salib, dan Si
Jahat dikalahkan. Menceritakan betapa hebatnya kuasa Tanda Salib yang menjadikan
Iblis ketakutan.

Kyrill, dari Yerusalem sebelum 386 M., dalam Pelajaran Katekika 13. "...36. Marilah kita
jangan sempat malu mengakui Penyaliban. Biarlah Salib sebagai meterai kita yang
dengan gagah berani kita melalui jari-jari membuat Tanda Salib di dahi kita dan pada
segala hal, atas roti yang kita makan, dan pada cawan yang kita pakai untuk minum; saat
kita masuk ke dalam rumah, dan saat keluar rumah, sebelum kita tidur, ketika kita
berbaring dan ketika bangkit; ketika kita dalam perjalanan dan saat kita berdiam diri.
Ini adalah Tanda bagi orang beriman, dan Tanda kengerian bagi roh-roh jahat; karena
Tuhan kita Yeshua Mshikha telah menang di Salib itu, dengan membuat Tanda Salib kita
menunjukkan kekalahan Iblis secara terbuka; sebab ketika mereka melihat Salib

Page 7- Copyright GEREJA NASRANI INDONESIA 2015


NO:05/GNI/A/Pel.Umum/IV/2015

mereka diingatkan akan penyaliban; mereka ketakutan terhadap-Nya, yang


meremukkan kepala-kepala Naga. Jangan menghina Meterai Tanda Salib, karena
karunia kebebasan.

Ambrosius, sebelum tahun 398 M., "Katekumen percaya juga pada Salib Tuhan kita
Yeshua dengan Salib juga dia ditandai."

Jerome, sebelum tahun 421 M., "Biarlah panji Salib dipancangkan di dahimu."

Augustinus, sebelum tahun 431 M., "Apakah Tanda (atau meterai) Mshikha, selain dari
pada Salib Mshikha? Tanda yang mana, jika bukan tanda yang dipakai di dahi orang
percaya…"

Martin Luther, sebelum tahun 1546 M., dalam Buku Instruksi Kecil Luther, (The Little
Catechism of Martin Luther.) menyebutkan Membuat Tanda Salib sebelum doa Pagi dan
Malam. (Fr. Frederick Pogorzelski. Catholic Evangelism: 2007)

Bukti paling pasti kita peroleh pertama kali penggunaan Tanda Salib ini dari tulisan
gerejawi oleh Tertullianus (230 M) yang menceritakan kepada kita tentang calon baptis
ditandai dengan Tanda Salib di dahi mereka selama pelajaran katekumenat mereka
(formasi). Ini tidak berarti bahwa Tanda Salib tidak ada sejak awal, justru ini
adalah kelanjutannya, karena sebagaimana saya akan perlihatkan kepada anda
bahwa Tanda Salib itu berasal usul dari akar Yahudi (Jemaat Yerusalem dan Rasul-
rasul).

Orang - orang Yahudi zamanYeshua (dan Orang Ortodoks Yahudi masih melakukan hal
ini) memiliki Praktek menggunakan teks-teks Kitab Suci tertentu dalam kotak kecil di
lengan mereka dan pada dahi mereka. Mereka temukan perintah
ini dari beberapa bagian Kitab Suci, khususnya Dvarim 6:4 -8
mengatakan:

"Dengarlah wahai, Israel! YHWH itu Alaha kita Ehad. Oleh


Huruf “Tav” atau “Taw”
karena itu, hendaklah engkau mengasihi YHWH, Alahamu,
dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan Paleo Ibrani dan Aramaik
dengan segenap kekuatanmu. Tanamkan ke hatimu Kuno Zaman Nabi Daniel-
Nabi Yehezkiel
perkataan-perkatan ini yang Aku titahkan kepadamu hari ini.
Ajarkan perintah-perintah ini kepada anak-anakmu.
Bicarakanlah semua itu di rumah dan di luar rumah, apakah kamu saat sibuk atau
lagi beristirahat. Ikatlah perintah-perintah itu di lenganmu sebagai suatu tanda
dan biarlah perkataan-perkataan ini sebagai kalung yang diikatkan di dahimu."
(Dvarim 6:4 -8)

Dalam bagian ini ayat pertama (dikenal sebagai "Shema Israel") adalah Shahadat
Yudaisme - Maran Yahweh itu Ehad. Ini adalah dasar kebenaran Alaha Yang Maha Ehad
yang adalah Tuhan Israel yang memisahkan Umat dari "bangsa-bangsa yang tidak
percaya Goyim.

Page 8- Copyright GEREJA NASRANI INDONESIA 2015


NO:05/GNI/A/Pel.Umum/IV/2015

Kemudian, berikutnya Alaha berkata, "Lewatilah kota (melalui Yerusalem ) dan


tandailah pada dahi mereka yang berkeluh kesah dan mengeluh atas semua kekejian
yang terjadi di kota itu" (Yehezkiel 9:4). Di sini Yehezkiel sedang berbicara tentang
Umat Sisa Alaha yang tetap Setia (kaum Nasrani, bukan Kristen!) yang harus dipisahkan
dari orang-orang tidak percaya. Kata Ibrani bagi TANDA adalah sama dengan huruf Tav,
Tav, yang dalam tulisan tangan dituliskan dalam bentuk Salib. Tanda huruf ini biasa
digunakan di dunia zaman kuno untuk menandai binatang-binatang ternak.

Dalam Kitab Wahyu hamba-hamba Anti-Mshikha (Antikristus) memiliki sendiri “Tanda


Khusus” (Bukan “Tanda Salib,” tetapi “Bilangan”) bagi para pengikutnya (Wahyu 14:9)
untuk menunjukkan kepemilikan Iblis.

Mar Shaul berkata dalam 1 Korintim 1: 23-24 , "Kita mewartakan Mshikha tersalib,
merupakan batu sandungan terhadap orang Yahudi dan kebodohan bagi orang-orang
Non-Yahudi (Goyim), [24] tetapi bagi mereka yang terpanggil, Orang-orang Yahudi dan
Orang-orang Aramea, Mshikha adalah kuasa Alaha dan hikmat Alaha."

Kita membuat Tanda Salib saat masuk ibadah, doa atau dalam Kehilat karena di sana
ada Kehadiran Nyata Mshikha. Sementara Gereja-gereja Protestan tidak ada Kehadiran
Nyata Tuhan (Real Presence) sehingga tidak merasa perlu membuat Tanda Salib pada
diri sendiri. (Colin B. Donovan. Religious Tolerance:2007).

3. Latar Belakang Teologis dan Sejarah Tanda Salib

Tanda Salib tidak pernah dipersoalkan selama 1600 tahun, kecuali setelah lahirnya
Gerakan Reformasi Protestantisme di Eropa abad ke-16. Jemaat Mula-mula di
Yerusalem dibawah kepemimpinan Uskup Pertama, Mar Ya’aqub Ha'Tzadik saudara
Tuhan kita dan Knushta d'Nasraya b'Urushim," yang diterjemahkan sebagai berikut:
"Jemaat Nasrani Yerusalem sangat menghormati "Tanda Salib" sehingga
mendeklarasikannya dalam Shahadat Iman Nasrani yang disusun sebelum tahun 100
Masehi mengatakan:

"Aku menyatakan adat istiadat dan pengajaran - pengajaran yang diberikan


kepada kami melalui Dua Belas Terpilih akan senantiasa ada dalam hati dan
mulutku, sebab adat istiadat itu Rasul-rasul (Shlykhim) yang mewariskannya
kepada kami, melalui Maran Yeshua: … Meninggikan SALIB di hadapan mataku
dan semua orang." (Shahadat Sefasha Nasrani, butir ke - 11).

Dalam Qadishot-qadishoth (Sakramen) Jemaat disebutkan pada butir ke- 10:

"Aku percaya Tanda Salib, pewartaan Mshikha yang tersalib" (Kanon,


Qadishoth,”Tanda Salib”).

Page 9- Copyright GEREJA NASRANI INDONESIA 2015


NO:05/GNI/A/Pel.Umum/IV/2015

Tidak ada Gereja di muka bumi ini yang menjadikan


"Tanda Salib" sebagai sakramen Jemaat (qadishoth)
selain Jemaat Nasraya b'Yerushalayim ini. Mengapa?
Sebab HANYA Jemaat Yerusalem inilah "Saksi Mata
Historis" peristiwa Maran Yeshua tersalib, tidak ada
Jemaat manapun di muka bumi ini! Hanya ada 'satu'
Jemaat (Qahal) Perdana, yakni Jemaat Yerusalem
Yahudi. Gereja - gereja lainnya adalah hasil
penginjilan Rasul - rasul (Kis. 10:45). Gereja - gereja
penginjilan Rasul ini disebut "Jemaat Rasuli."
Sedangkan Jemaat Yerusalem disebut 'Jemaat Nasrani' karena memang Tuhan sendiri
yang mendirikan Jemaat ini (Mat. 16:18) yang diteguhkan saat turunnya Ruakh
Ha'Kodesh pada pesta Shavu’oth di Yerusalem (Kis.2). Hanya ada 'satu' Jemaat, yakni
Jemaat Yerusalem, lainnya hasil penginjilan Rasul-rasul disebut "Gereja - gereja
Rasuliah Kuno" yang menginduk kepada Jemaat Nasrani Mshikha.

Tanda Salib bagi Jemaat Nasrani Yerusalem adalah bersifat 'mutlak' dan "inti" teologis
semua Perjanjian Alaha bagi umat Israel dan bagi semua umat manusia. Tanda
Perjanjian ini dalam inisiasi penganut Iman Mshikhani (pengikut Maran Yeshua) saat
mereka menyatakan imannya yang dinyatakan melalui qadishot (sakramen) Mikveh Air
(baptisan) kemudian dimeteraikan dengan minyak "Mshikna" (Meterai Ruakh
Ha'Kodesh) tanda dilahirkan secara rohaniah dari atas oleh Alaha akan diberi tanda
pada dahi mereka dengan "Tanda Salib" sembari mengoleskan minyak urapan, ibu jari
tangan kanan Qhasisha (Imam) membuat rumusan garis vertikal dan horizontal (Salib)
di dahi orang percaya baru itu. Ini adalah perintah dari Tuhan langsung yang tidak
terdapat pada Kitab Suci Kristen umumnya, kecuali terdapat dalam Tulisan - tulisan Mar
Ya’aqub Ha'Tzadik (Sefer d'Kehila) yang tidak diberikan kepada Orang-orang Kristen.
Latar belakang Kitab Suci dari Tanda Salib ini terkait dengan 'Tanda Keselamatan'
bangsa Israel ketika akan meninggalkan tanah Mesir, Alaha (YHWH) memerintahkan
Musa agar bani Israel mengoleskan darah domba di kedua tiang pintu dan ambang atas
pintu mereka dengan arah vertikal dan horizontal agar setiap malaikat maut melihat
'tanda itu tidak akan membunuh anak sulung mereka' (Shemot 12: 1 -28). Tanda darah
ini dalam Pesakh harus dijadikan ibadah Israel selama-lamanya (abadi). Ibadah ini
dilestarikan Jemaat Nasrani Yerusalem Perjanjian Baru dengan menggantikan Korban
Pesakh dalam diri Maran Yeshua sendiri sebagai "Anak Domba Alaha" (Beshura
Yokhanan 1:29); dan Tanda olesan darah itu adalah "Tanda Salib" yang ditandakan
pada diri setiap orang percaya. Dalam Kitab Yehezkiel ditegaskan kembali, Tanda
Salib ini: "Sabda YHWH kepadanya; "Berjalanlah dari tengah - tengah kota, yaitu
Yerusalem dan tulislah huruf "Taw" (+) pada dahi orang-orang yang berkeluh kesah itu
akibat perbuatan-perbuatan keji yang dilakukan di sana..….Orang-orang tua, teruna-
teruna, dan dara-dara, anak-anak kecil dan perempuan-perempuan, bunuh dan
musnahkan! Tetapi semua orang yang ditandai dengan huruf Taw itu, jangan dibunuh!
(Yehezkiel 9:4-6).

Page 10- Copyright GEREJA NASRANI INDONESIA 2015


NO:05/GNI/A/Pel.Umum/IV/2015

Tanda 'SILANG' ini diindikasikan sebagai "Salib" oleh para Rabbi Yahudi, khususnya
Jemaat Nasrani Yerusalem, terlebih setelah diilhamkan Roh Kudus pengertian Tanda
tersebut, tidak lain adalah Kisah Pesakh Israel di tanah Mesir dan Tulah yang
ditanggung Maran Yeshua sendiri di Salib Golgota yang seharusnya semua umat
manusia akan MATI akibat tidak ditandai oleh darah. Kematian itu telah diterima Tuhan
Yeshua Mshikha cukup untuk semua umat manusia, sekali untuk semua selama-
lamanya.

Inilah yang diwartakan Tuhan kita kepada semua umat manusia, inilah Injil itu, bahwa
kematian kita sudah ditanggungkan oleh Tuhan. bukankah ini Kabar Gembira (Aramaik:
Beshora)? Bagaikan seorang tawanan yang siap dihukum mati, tiba-tiba mendengar
berita bahwa kematiannya sudah digantikan orang lain demi dia. Orang ini sekarang
dibebaskan dan tidak ada hukum yang mewajibkannya untuk dihukum mati lagi.
Kecuali dia melakukan pelanggaran lagi. Bukankah ini kabar gembira? Inilah Injil yang
diwartakan itu bagi kita.

Para Rasul membuat "Tanda Salib" (Pesakh Yeshua) pada dahi setiap orang
percaya sebagai "meterai Ilahi sebagai tanda milik Alaha" karena apa yang
dilakukan para Rasul ini adalah perintah (Mitzvah) langsung dari Maran Yeshua:
"… Apa yang kau ikat di dunia ini akan terikat di sorga dan apa yang kau lepaskan
di dunia ini akan terlepas di Sorga." (Mat. 16:19).

Inilah mandat otoritas rasuliah yang Tuhan delegasikan kepada Murid-murid-Nya


yang kita kemudian kenal dengan istilah "Tahbisan Suksesi Rasuliah." Tanpa adanya
Tahbisan Suksesi Rasuliah ini orang tidak diperkenankan memberikan "meterai
Roh Kudus" (Pemeteraian Kekal Milik Alaha) kepada orang percaya. Ini adalah
'hak otoritas rasuliah' yang tidak bisa dibeli dengan uang seperti kasus Simon (Magus)
menawarkan uang kepada Shimon Mar Keipha untuk mendapatkan karunia-karunia
Ruakh ha'Kodesh. 'Hak Otoritas Rasuliah' ini juga tidak bisa diperoleh hanya
dengan percaya dan berdoa langsung mendapatkan 'hak kuasa itu', tidak, Alaha
itu adalah Alaha yang punya aturan dan ketertiban. Dia sudah melembagakan 'hak
ini pada murid-murid-Nya' dan 'hak ini bisa hilang jika mereka murtad dari ajaran-
ajaran Mshikha.' Dalam Jemaat Mula-mula hanya mereka yang sudah ditahbiskan secara
aturan rasuliah boleh melayankan qadishot (sakramen) bagi orang percaya, mereka ini
biasanya akan menerima "Tahbisan Suksesi Rasuli' (Ibrani: Semicha ha-Shlichanuth).
Mereka yang menerimanya bisa melayankan semua qadishot Jemaat bagi orang
percaya, termasuk memberikan "Tanda Salib" di dahi orang percaya pertama kali saat
menjalani ritus Mikveh (Baptis).

Dalam Kitab Wahyu ditegaskan ulang akan Tanda Meterai di dahi orang percaya
(Wahyu 7:3; 9:4; 14:1): "Janganlah merusakkan bumi atau laut atau pohon-pohon
sebelum kami memeteraikan hamba-hamba Alaha kami pada dahi mereka!" (Wahyu 7:
3); "Dan kepada mereka dipesankan, supaya mereka jangan merusakkan rumput-
rumput di bumi atau tumbuh-tumbuhan ataupun pohon-pohon, melainkan HANYA

Page 11- Copyright GEREJA NASRANI INDONESIA 2015


NO:05/GNI/A/Pel.Umum/IV/2015

manusia yang tidak memakai meterai Alaha di dahinya." (Wahyu 9:4); "Dan aku melihat;
sesungguhnya, Anak Domba berdiri di bukit Sion dan bersama-sama dengan Dia seratus
empat puluh empat ribu orang dan di dahi mereka tertulis nama-Nya dan Nama Bapa-
Nya. (Wahyu 14:1).

Penatua akan berkata kepada orang percaya baru dalam ritus Mikveh setelah
diselamkan, dikucuri air, dan kemudian dimeteraikan dengan minyak Urapan Mshikna
sebagai meterai Roh Kudus dengan berkata: …..Engkau yang bernama ….dimeteraikan
dalam Nama Be Shem Ha'Av (dalam Nama sang Bapa), U'b'shem Ha'Ben (dan dalam
Nama Anak), u'b'shem Ruakh Ha'Kodesh (dan dalam Nama Roh Kudus). Dioleskan
minyak sembari ibu jari membentuk rumusan Tanda Salib di dahi orang percaya itu.
Inilah yang disebut “Meterai Ilahi” pada orang percaya, melalui tindakan fisik yang
merupakan ekspresi rohaniah Iman. Tindakan fisik adalah refleksi rohaniah keduanya
adalah monodualistik yang tidak terbagi-bagi (tidak parsial). Iman tanpa perbuatan
hakikatnya mati, rohaniah dan jasmaniah hakikatnya ada satu tidak bisa dikotak-
kotakkan. Tubuh tanpa roh adalah benda mati, roh saja tanpa tubuh adalah hantu!
Tubuh dan roh itulah manusia.

Tanda Salib ini diulang-ulang terus menerus sebagai ibadah, penghayatan dan shahadat
Iman Orang Percaya. Melalui ritus sederhana ini orang percaya Jemaat Nasrani
memahaminya sebagai "inti sari" dari semua pengajaran Iman Kudus. Segala sesuatu
yang baik akan dimulai dan diakhiri dengan Tanda Salib sebagai ekspresi Iman yang
ortodoksi.

Tanda Simbolis ini juga sebagai pernyataan, "Shema Israel Maran Yahweh Aleheinu,
Maran Yahweh Ekhad", Dengarlah wahai Israel, Alaha itu Tuhan kita, Alaha itu Ehad.”
(Dvarim 6:4).

Ke-Ehad-an Alaha ini dijelaskan Maran Yeshua sebagai konsep "Alahota" (Aramaik:
Keilahian) atau "Alhym"(Paleo-Ibrani) atau "Elohim" (Masoretik), yakni konsep
Keilahian: Tiga Aspek Alaha Maha Ehad, yaitu "Bapa", "Putra" dan "Roh Kudus"
(Mat.28:19). Dalam Tradisi Yudaisme Alaha Yang Ehad ini, dikenal kata "Ekhad" bukan
bilangan angka satu (1), sebab jika ada angka 1 ada angka 2 dan seterusnya. Ekhad yang
dimaksud di sini bersifat mutlak dan abadi, yakni "hanya" (tunggal) dan Yang Maha
Tunggal ini dijelaskan ada Aspek Bapa, Anak dan Roh Kudus (Bunda).

Ilustrasinya:

 Bapa = Pikiran, dalam pikiran pasti ada Hikmat = Putra, dalam pikiran dan
hikmat harus ada Hidup = Ruakh Ha'Kodesh. Pikiran bukanlah Hikmat dan
bukan pula Ruakh Ha'Kodesh, Tiga Aspek ini otonom pada hakikat-Nya masing-
masing, tidak bisa dipisah, tidak bisa lebur, tidak bisa lepas. Keilahian ini adalah
mutlak Ehad. Tidak boleh juga dipikir seperti 'pribadi-pribadi' manusia seperti
cerita-cerita legenda dewa-dewi Yunani yang terdiri dari tiga pribadi yang kita

Page 12- Copyright GEREJA NASRANI INDONESIA 2015


NO:05/GNI/A/Pel.Umum/IV/2015

kenal dogma Trinitas. Alaha itu mutlak berbeda dengan mahluk, tidak sebersit
pikiranpun kita bisa pahami Dia!

Jadi konsep "Trinitas" atau "Tritunggal" Kristen itu sangat berbeda bagi Jemaat Nasrani
Mula-mula. Kata "Tri" = 3, yakni 3=1 atau 1=3. Konsep matematika ini adalah gaya
berpikir filsafat Yunani (atau pola pikir budaya Yunani-Latin) yang diadopsi
Kekristenan. Sampai sekarang Orang Kristen selalu bergumul dengan istilah teologis
yang mereka ciptakan sendiri. Istilah Trinitas tidak ada dalam Kitab Suci baik dalam
konteks etimologi maupun makna teologis. Ingat! Kitab Suci itu produk alam berpikir
Yudaisme, jangan sekali-kali dipikir dalam konteks budaya berpikir Yunani-Latin, dll.
Bahasa Kitab Suci adalah bahasa Ibrani (Paleo-Ibrani) dan Aramaik, sedangkan bahasa
Yunani adalah bahasa terjemahan Kitab Suci. Maka Orang-orang Kristen akan tersesat
jika menggunakan bahasa terjemahan untuk memahami Iman Mshikhani Perjanjian
Baru.

Kembali kepada masalah Tanda Salib tadi, jika sudah membuat Tanda Salib pada diri
sendiri haruslah dipahami bahwa, "Tanda Salib Vertikal + Horizontal) itu adalah
pernyataan Kasih kita kepada Alaha dan Sesama Manusia yang kita lakukan:

 Dengan segenap jiwa atau pikiran (simbol dahi),

 dengan segenap hati (simbol di dada),

 dan kekuatan kita (simbol di pundak kanan-dan kiri), kita nyatakan Aku siap
pikul Salib! (Markus 12:29 - 31; Markus 8:38).

Siapakah yang 'malu' mengakui Tanda Salib ini? Mereka adalah anak-anak si Anti-
Mshikha (Antikristus) karena mereka sudah dimeteraikan oleh Iblis pada "dahi" dan
"tangan" mereka. Dahi sebagai simbol 'berpikir' yang sudah diracuni oleh pemikiran
sesat dari ajaran tradisi-tradisi manusia yang diilhami Setan. Tradisi -tradisi
manusia ini bersifat 'ide - ide' (Ideologi) yang dikembangkan dan ditafsirkan oleh
manusia sesuai keinginannya secara subyektif setelah membaca Kitab Suci, lalu
membelokkannya baik itu karena ilham Iblis atau oleh nafsunya sendiri (2 Keipha 1:20-
21; 3:16). Pada hal Kitab Suci itu adalah ilham Ruakh Ha'Kodesh sehingga manusia tidak
bisa memahaminya, kecuali ada Wahyu yang diturunkan kepada Rasul-atau Nabi untuk
menjelaskan ayat-ayat tersebut barulah bisa dipahami. Jika menafsir dengan Ilmu
Hermeneutika gaya filsafat Yunani pastilah salah karena Alkitab bukan Buku teks
Ilmiah! Tidak ada istilah "tafsir paling mendekati"!

Kemudian di "TANGAN" sebagai simbol buah-buah perbuatan, hasil pekerjaan.


Hasil pekerjaan mereka ini selalu membuat kekacauan, tidak mau tunduk kepada
pemimpin selalu ingin memimpin, protes, mau menangnya sendiri, selalu berpecah,
bersaing, angkuh, individualistik, subyektif, menganggap diri paling benar, selalu
mempersalahkan orang lain, tidak mau diajar, selalu membuat inovasi ajaran, renovasi
ajaran, restorasi ajaran, selalu menggeliat tidak pernah tenang, selalu menggunakan

Page 13- Copyright GEREJA NASRANI INDONESIA 2015


NO:05/GNI/A/Pel.Umum/IV/2015

siasat, licik, kreatif untuk menciptakan ide-ide baru yang menyesatkan, tidak pernah
mengacu pada sejarah, ucapannya selalu ditandai dengan klaim penegasan, ini
berdasarkan firman Tuhan, katanya! Berdiri di atas firman Tuhan, Alkitab berkata,….
Mereka ini umumnya selalu berusaha mengelak jika ditanyakan sejarah Imannya
berasal. Patokan mereka hanya Alkitab saja, titik!

Dari kelompok ini lahirlah Gerakan Anti-Salib, baik itu Tanda Salib maupun Salib
Krusifiks dan sebagainya karena mereka selalu berpikir Salib itu produk Gereja Roma
Katolik! Pada hal Roma Katolik sendiri mengimpornya dari Yudaisme (Jemaat
Yerusalem) dan semua Gereja-gereja Sakramental lainnya.

Mereka ini sudah ditandai oleh Iblis di dahi dan di tangan (Wahyu 13: 16),…"
bilangan itu adalah bilangan seorang manusia" (Wahyu 13: 18):

Apa artinya, bilangan itu adalah bilangan seorang manusia?

Ini mengacu kepada 'tradisi-tradisi manusia' seperti yang dikutuk oleh Maran Yeshua
terhadap kaum Farisi (Pengikut Rabbi Shamai) dan Ahli Torah (Markus 7:7-9). Tradisi -
tradisi manusia merupakan 'ide - ide' yang lahir dari buah pikiran manusia setelah
membaca Kitab Suci, kemudian ideologi ini dijadikan patokan sebagai kaca mata
melihat Kitab Suci secara keseluruhan. Akibatnya, dari tafsir satu orang akan berbeda
dengan yang lain pada satu teks ayat yang sama. Kitab Suci akan diterjemahkan dengan
berbagai macam terjemahan yang tidak sama pengertiannya sehingga kita menemukan
ratusan terjemahan Kitab Suci yang saling silang pendapat. Inilah yang disebut AGAMA
BABEL.

Frasa kata “Bilangan Manusia”; artinya jumlah mereka dihitung mulai dari 0, 1, 2, 3, 4,
5, 6, 7, 8, 9 ... sampai bilangan tak terhingga. Artinya “akan banyak bermunculan
tukang tafsir Alkitab yang satu sama lain berbeda-beda dan akan banyak
perpecahan, nama – nama komunitas, anek macam doktrin yang tidak pernah
satu tetapi terus muncul yang baru seperti jumlah angka-angka yang terus
bergerak maju.

Sebaliknya, Agama Wahyu itu tetap SATU (berdasarkan kata “Ekhad”), tidak ada sesuatu
yang baru, SATU KALI untuk selama-lamanya, Satu Jemaat untuk selama-lamanya, Satu
Pimpinan yang ditetapkan Alaha sendiri, dll.

Tanda Salib sejak masa Reformasi Protestantisme di Eropa, abad ke-16, oleh
Reformator Awam non-eks Imam Katolik membuang Tanda Salib ini karena dianggap
produk Roma Katolik. Sedangkan Martin Luther tetap mempertahankannya karena dia
tahu persis tidak ada yang salah dalam Tanda Salib Iman Kudus ini. Keengganannya
membuang Tanda Salib membuat dia ditentang oleh rekannya sendiri seperti Carlstad
dan dicela oleh Reformator karbitan lainnya.

Page 14- Copyright GEREJA NASRANI INDONESIA 2015


NO:05/GNI/A/Pel.Umum/IV/2015

Tokoh-tokoh reformasi Protestantisme sudah melampaui batas perbuatan mereka


sehingga lahirlah ribuan sekte - sekte Protestantisme di dunia ini satu sama lain saling
bersitegang leher terhadap suatu teks Kitab Suci.

Perlawanan mereka terhadap Romanisme sebenarnya adalah 'benar' tapi tidaklah


semua produk Iman Romanisme Katolik itu salah semua.

Tanda Salib bukan produk Roma Katolik ataupun Gereja-gereja Ortodoks Timur,
melainkan berasal dari Jemaat Yerusalem, Tanda Salib ini diekspor keluar Yerusalem
melalui Rasul-rasul dan Orang-orang percaya kuno awal. Jadi perlawanan
Protestantisme terhadap Tanda Salib adalah perlawanan terhadap Jemaat Yerusalem,
melawan Jemaat Yerusalem sama dengan melawan Maran Yeshua sendiri karena Jemaat
ini adalah satu-satunya yang Dia sendiri mendirikannya melalui curahan darah-Nya!

Dengan demikian membuang Tanda Salib itu identik dengan Anti-Mshikha


(Antikristus)! Itu berarti melawan Anak Alaha (Davar Alaha atau sang Miltha) sendiri,
sikap ini sama dengan manusia- manusia di Babel.

Tapi bagaimana Gerakan Mesianik Modern mengatakan, “Orang yang tergantung di


Salib” itu terkutuk?

Gerakan Mesianik modern hanya membeo dari pengalaman Yudaisme Rabbinik yang
teraniaya selama ratusan tahun di Eropa oleh dunia Kristen yang memakai Tanda Salib.
Tanda Salib pada dunia Kristen telah dimanfaatkan untuk ‘kolonialisasi’ untuk tujuan
politis bangsa-bangsa Barat (Eropa), bukan Tanda Salibnya yang bermasalah tetapi
orang-orang yang memanfaatkan simbol keagamaan ini untuk mengeruk keuntungan
dan arogansi ethnosentrisme terhadap bangsa-bangsa lain. Setiap orang Yahudi di
Eropa melihat Tanda Salib langsung mereka trauma, karena melalui pengabsahan
Tanda itu dipakai oleh rezim agamawi Inkuisisi membunuh, membakar dan
memperkosa kaum Yahudi. Perbuatan negatif Kekristenan yang diilhami Iblis ini tidak
mencerminkan makna arti Tanda Salib yang luhur dan mulia itu yang berlandaskan
“Welas Asih” terhadap sesama manusia.

Kaum Yahudi Rabbinik pada umumnya menolak


Tanda Salib karena sejak awal mereka tidak
setuju kepada Maran Yeshua sebagai Mshikha
mereka, sehingga mereka berusaha membunuh
Yeshua yang berpuncak pada Kayu Salib di
Golgota.

Kaum Yahudi selalu mengajarkan kepada


keturunannya bahwa Yeshua ben Miriam yang tersalib itu adalah orang terkutuk sesuai
teks Kitab Torah Dvarim 21:23 dikatakan "sebab itu jika orang digantung di pohon
berada dibawah kutuk Alaha.’

Page 15- Copyright GEREJA NASRANI INDONESIA 2015


NO:05/GNI/A/Pel.Umum/IV/2015

Persoalannya sejarah, Yeshua tidak tergantung di pohon, tetapi tiang pancang


penghukuman tata cara Romawi (bangsa Latin), bukan tata cara penghukuman Yahudi
digantung di pohon. Jadi Ayat itu tidak membuktikan apapun dalam sejarah Kisah
penyaliban Yeshua, kecuali Yudas Iskariot yang mati gantung diri di pohon!

“Dan ia melemparkan uang perak itu ke dalam Beit ha’Mikdash, dan pergi dari
tempat itu, lalu menggantung dirinya sendiri.” Beshora Mattityahu 27: 5 Peshitta
(Lihat Kis.1:18-20)

Jadi, siapa yang gantung diri di pohon, Yudas Iskariot atau Yeshua? Pembunuh Tuhan
secara langsung adalah bangsa Romawi (Latin) atas dorongan dan hasutan bangsa
Yahudi yang menolak Yeshua sebagai Mshikha Israel. Jadi kaum Goyim bekerja sama
dengan kaum Yehudim.

Penolakan Tanda Salib oleh Gerakan Mesianik modern adalah merupakan sublimasi
pertemuan dari dua kutub; Yehudim yang menolak Yeshua dan Kekristenan yang
menolak Yeshua sendiri yang mengatakan: “Orang yang tidak memikul salibnya dan
mengikuti Aku, maka ia tidak layak bagiKu.” (Mattityahu 10:38)

Semoga pembaca tulisan ini mendapat wawasan jika belum memahami apa makna
Tanda Salib itu, jika dia seorang Protestan hendaklah 'introspeksi' diri mengapa anda
menghilangkan Tanda Salib ini? Jika anda seorang Katolik atau Ortodoks sadarilah
bahwa ritus yang digunakan anda sudah tawar harus kembali bersimpuh di depan kaki
Bunda Jemaat Yahudi sebagai Jemaat SULUNG.

Semoga Ruakh Ha'Kodesh membimbing hati dan pikiran anda menjadi rendah hati,
Amin!

4. Tanda Salib adalah Sakramen Jemaat

Tanda Salib adalah sakramen (Qadishoth) dalam Jemaat Nasrani. Hal ini telah
disebutkan sejak dini dalam sejarah Jemaat oleh beberapa Murid-murid pertama Rasul-
Rasul:

“Aku menyatakan bahwa tradisi-tradisi dan pengajaran-pengajaran telah


diberikan kepada kita melalui 12 Murid Terpilih yang akan terus-menerus
berada dalam hatiku dan bibirku, karena itulah yang mereka telah wariskan
kepada kita, melalui Maran Yeshua... Angkatlah SALIB di hadapan mataku dan
umat.” (Shahadat Nasrani Sefasha).

Devosi terhadap Salib juga disebutkan dalam Kitab Marganitha (Kitab Mutiara), yang
telah dituliskan oleh Mar Abidshua bar Brika tahun 1298:

Page 16- Copyright GEREJA NASRANI INDONESIA 2015


NO:05/GNI/A/Pel.Umum/IV/2015

“Dasar Agung dari Iman Jemaat Benar adalah pengakuan bahwa melalui "Salib"
pembaharuan dan keselamatan semesta diperoleh semua orang dan Salib itu yang
kita sandang adalah TANDA yang sama dari Tuhan kita sebagaimana hal itu telah
muncul di Sorga sebelum kedatangan-Nya, seperti yang Dia sendiri telah
nubuatkan. Oleh karena itu, ketika kita memandang Lambang Keselamatan kita
ini, kita memahaminya seolah-olah kita sedang melihat sang Juruselamat
merentangkan tangan bagi pengampunan dosa-dosa, dan bagi pembaharuan
semua ciptaan.”

Oleh sebab itu, kita mempersembahkan diri dengan tulus ikhlas dan penyembahan
yang Qurbanis, bukan pada benda Salib; namun kepada Dia yang kita gambarkan
atas Salib itu, dan di atas segalanya kepada ALAHA, yang telah memberikan Anak-
Nya menjadi Salib (contoh, disalibkan) bagi kita, yang melalui karya Salib Dia
melakukan perubahan dan Penebusan bagi kita, dan melalui yang Dia telah
perbuat berimbas anugerah kehidupan kekal dalam Kerajaan Sorga. Sebab jika,
kita yang tadinya bermusuhan, kita diperdamaikan kepada Alaha melalui Anak-
Nya; terlebih lagi kita akan diselamatkan melalui hidup-Nya.”

Melalui TANDA SALIB Para Rasul melakukan mujizat-mujizat, dan menumpangkan


tangan bagi Jabatan Keimamatan, dan semua Sakramen-sakramen Jemaat lainnya
dipenuhkan dengan cara demikian. Hal-hal ini, diwarisi dari Rasul-Rasul, dan
diteguhkan oleh mereka yang menggantikan Rasul-Rasul, menegaskan bahwa
‘warta Salib bagi mereka yang akan binasa adalah kebodohan; tetapi bagi kita yang
diselamatkan Salib adalah kuasa Alaha.” (Sefer Marganitha)

Ada banyak doa-doa berbeda dan devosi-devosi yang dikaitkan dengan Tanda Salib,
namun praktek devosi pertama yang dilakukan seperti berikut ini yang sudah sangat
populer di Jemaat Nasrani. Tanda Salib dapat dipraktekkan di mana saja: di Kehilat, di
rumah, di restauran, di dalam mobil, dll.

5. Bagaimana Mshikhanim Membuat Tanda Salib

Dengan Ibu Jari dan dua Jari lainnya (telunjuk dan tengah) tangan kanan, mulai dengan
menyentuhkannya di dahi (atau diantara ke dua mata), bergerak turun melalui mulut,
langsung lurus ke dada (hati), bergerak ke bahu kanan, kemudian diakhiri di bahu kiri.

Devosi-devosi

1. Buatlah Tanda Salib dengan berujar: “Dalam Nama Sang Bapa, dan Sang Putera, dan
Sang Roh Kudus”.

2. Buatlah Tanda Salib dengan pengertian berikut ini:

Page 17- Copyright GEREJA NASRANI INDONESIA 2015


NO:05/GNI/A/Pel.Umum/IV/2015

Dahi : “Semoga hamba berpikiran selaras dengan Mshikha”

Mulut : “Semoga hamba berucap kata-kata suci Torah”

Hati : “dan semoga hatiku dimeteraikan”

Bahu Kanan : “dalam Darah sang Anak Domba”

Bahu Kiri : “Amin”

3. Buatlah Tanda Salib ketiga kali dengan berujar: “Dalam Nama sang Bapa, dan sang
Putera, dan sang Roh Kudus. Amin.”

Devosi populer yang sama dengan praktek di atas:

Dahi : “Mshikha dalam pikiranku.”

Mulut : “Torah dalam mulutku.”

Hati : “Darah Anak Domba dalam hatiku.”

Bahu Kanan : “Dalam Nama Yeshua”

Bahu Kiri : “Amin.”

Menurut Sefer Marganitha yang ditulis oleh Mar Odisho, Metropolitan dari N’siwin dan
Armenia, Tahun 1298 Masehi, Pasal II. - Penyembahan Salib Tuhan:

Kita menyembah Kemanusiaan Mshikha disebabkan Keilahian dalam diri-Nya; dengan


demikian, melalui Salib, kita menyembah Alaha Juruselamat kita. “Salib” adalah nama
dari sang Mshikha, hal itu ekuivalen bagi kita dengan mengatakan “yang dibunuh”,
“yang disembah”, dan bukan hasil kerajinan tangan terbuat dari kayu, perak, atau
kuningan. Melainkan landasan dasar Agama Nasrani dengan pengakuan bahwa melalui
Salib terjadi pembaharuan dan keselamatan semestawi diperoleh oleh semua orang dan
Salib itu yang mana kita gunakan adalah TANDA dari Tuhan kita sama persis seperti
yang muncul di langit sebelum kedatangan-Nya, sebagaimana Dia sendiri sudah
nubuatkan. Oleh karena itu, ketika kita memandang lambang keselamatan kita ini,
seolah – olah kita memahami bahwa kita sedang memeluk Juruselamat kita yang sedang
terentang di Salib itu demi pengampunan dosa-dosa kita, dan bagi pemulihan semua
mahluk. Itulah sebabnya, ketika kita mempersembahkan ibadat penyembahan rasa
syukur dan Qurbana Qadisha, bukan ditujukan kepada bendawi kayu Salib; tetapi
kepada Dia yang kita gambarkan di Salib itu, dan di atas itu semua bagi Alaha yang
memberikan Anak-Nya menjadi suatu Salib [disalibkan] bagi kita, yang melalui
penyaliban itu Dia mengadakan pemulihan dan penebusan bagi kita, dan melalui karya-
Nya itu diperhitungkan layak bagi kehidupan kekal dalam Kerajaan Sorga. Oleh karena

Page 18- Copyright GEREJA NASRANI INDONESIA 2015


NO:05/GNI/A/Pel.Umum/IV/2015

saat itu ketika kita masih seteru, kita diperdamaikan kepada Alaha melalui Anak-Nya;
betapa lebih lagi kita diselamatkan melalui kehidupan-Nya.”

Melalui Tanda Salib ini Para Rasul (Shlikhim) mengadakan berbagai mujizat, dan
menumpangkan tangan mereka bagi pentahbisan Keimamatan (kohen), dan semua
pemberkatan Qadishoth-qadishot (sakramen) lainnya dalam Jemaat (Qahal)
disempurnakan dengan adanya Tanda Salib itu. Perkara (adat istiadat Tanda Salib dan
lainnya), diwariskan secara mata rantai tidak putus dari Para Rasul (Shlikhim), dan
diteguhkan oleh semua mereka yang menggantikan jabatan rasuliah mereka (tahbisan
rasuliah), menegaskan bahwa “pewartaan Tanda Salib ini bagi mereka yang akan binasa
menganggap suatu kebodohan; namun, bagi yang diselamatkan Tanda Salib itu adalah
daya kuasa Alaha.” (Sefer Marganitha)

6. Tanda Salib Masa Jemaat Purba

Pengakuan Iman kaum keluarga Desposyni, yakni kaum kerabat Tuhan kita dan
khususnya Jemaat Yerusalem kuno dan Rasul - rasul (Shlykhim) hingga sekarang
memiliki "Shahadat" sendiri. Shahadat ini dahulu hanya dideklarasikan bagi kaum
Yahudi yang percaya kepada Maran Yeshua d'Mshikha (Adonay Yehoshua ha-Mashiakh)
sebagai "Mshikha" yang ditunggu-tunggu bangsa Israel, yakni kaum Yahudi yang
menjalankan syariat Torah (Kisah 21: 20), sementara kaum Goyim, yaitu Bangsa -
bangsa non-Yahudi tidak mengucapkan Shahadat di bawah ini, melainkan Shahadat
Pengakuan Iman Rasuli.

Dalam Shahadat Pengakuan Harian Pelaku Torah Jemaat Yerusalem, menyebutkan


"Tanda Salib" (butir ke - 11), hal ini dicatat oleh Rasul Mar Ya'aqub Ha-Tzadik saudara
Tuhan, Uskup Pertama Jemaat Mshikha di Abad Pertama di Yerusalem, dituliskan dalam
Surat Kiriman yang disebut "Sefer D'Kehilla" dan juga Igeret Mar Yosip dalam Kitab
Sefer Avkadmonim, Uskup Yerusalem di Persia, sekitar tahun 100 Masehi yang berjudul
frasa kata, "Sha'ar Emet Aish d'Miltha" (Pintu Gerbang Sabda Api Kebenaran."

7. Qadishoth Jemaat

Kemudian, "Tanda Salib" merupakan Qadishot (Sakramen) Kudus butir ke-10 dalam
Jemaat Yerusalem purba rasuliah sebagai berikut:

Ada Sepuluh Qadishoth (Sakramen-sakramen) Kudus dari Gereja Ortodoks Nasrani


Kudus ini:

1) Mikveh (Lahir dari Air),

2) Peminyakan Urapan Kudus/Meterai Roh Kudus/Mshikna (Lahir dari Roh),

Page 19- Copyright GEREJA NASRANI INDONESIA 2015


NO:05/GNI/A/Pel.Umum/IV/2015

3) Qurbana Qadisha (Perjamuan Makan Tubuh dan Minum Darah Tuhan),

4) Pengakuan Dosa/ Teshuva (Pemulihan Persaudaran),

5) Imamat Kudus (Tahbisan, Pelayanan),

6) Pernikahan Kudus (Perkawinan),

7) Pengurapan Kudus Orang Sakit (Doa dan Pengurapan bagi Orang sakit),

8) Hormat terhadap Sabda Alaha (Kitab Suci, 10 Mitzvoth),

9) Ragi Qurbana Kudus (Dogma Rasuliah) dan,

10) Tanda Salib (Pewartaan Mshikha Tersalib).

8. Membuat Tanda Salib Pada Diri Sendiri

Ketika anda menjadi anggota Iman Nasrani, Gereja Sakramental atau Kekristenan Rasuli
secara umum, anda akan diperkenalkan pada praktek "membuat Tanda Salib bagi diri
sendiri."

Sejumlah orang ingin tahu apa perlunya praktek semacam itu, atau apakah itu sungguh
perlu. TANDA SALIB adalah sangat penting bagi Jemaat yang bersejarah dan menjadi
praktek umum sejak di abad ke-2 Masehi.

Pertanyaannya adalah: Cara yang mana paling benar membuat Tanda Salib dalam
Jemaat? Mengejutkan sekali, tidak ada cara tunggal yang baku membuat Tanda Salib,
khususnya menandai diri sendiri.

Secara sejarah, dalam Jemaat yang tidak terbagi, praktek itu sangatlah mendasar. Orang
percaya awalnya dengan ringkas membuat alur Tanda Salib pada kening mereka
diantara kedua biji mata dengan IBU JARI atau JARI TELUNJUK mereka. Cara yang
demikian ini singkat, sederhana dan mudah.

Kini, ada versi Gereja Ortodoks Bagian Timur (Eastern), Versi Gereja Roma Katolik dan
bahkan ada versi Gereja Timur (Oriental)! Versi Katolik dan Byzantin hampir sama
persis satu sama lain, bedanya hanya di bahu mana diakhiri (Alur Ortodoks Timur,
diakhiri di bahu kiri, sebaliknya Katolik di bahu kanan).

Pada Gereja - gereja Ortodoks membuat Tanda Salib pada diri sendiri diakhiri dengan
membungkukkan tubuh menyentuh tanah (lantai) di depan mereka.

Gereja Assyria Timur mengajarkan bahwa anda memulai Tanda Salib dengan tangan
kanan (dengan ibu jari, telunjuk dan jari tengah bersentuhan. Jari - jari itu
menggambarkan sang Bapa, Putera dan Roh Kudus) di mulut, naik ke Dahi: bergerak
turun ke Dada: menyentuh bahu kanan dan diakhiri di bahu kiri.

Page 20- Copyright GEREJA NASRANI INDONESIA 2015


NO:05/GNI/A/Pel.Umum/IV/2015

Lalu yang mana kita lakukan sebagai umat Nasrani? Pertanyaan bagus! Nasrani
melakukan Tanda Salib lebih serius dari denominasi manapun di dunia ini. Saya katakan
hal ini dikarenakan kita saja Nasrani Yahudi yang memiliki "Tanda Salib" sebagai salah
satu dari Qadishot - qadishot (Sakramen - sakramen Jemaat). Ini artinya, kita sebagai
kaum Orang Percaya yang sangat serius, memandang menandai Tanda Salib bagi diri
sendiri sebagai suatu kewajiban suci yang harus dilaksanakan.

Hingga kini, belum ada fatwa resmi bentuk yang mana membuat Tanda Salib yang
direkomendasikan. Disebabkan Tanda Salib berada dipengaruh Roma selang waktu
yang cukup panjang, ini bisa dipahami beberapa komunitas dalam Jemaat menggunakan
versi Latin. Saya katakan bahwa sebagai umat Nasrani, kita punya hak memiliki ritus
tersendiri, tidak diracuni oleh pengaruh polusi Roma Katolik maupun Byzantium
Ortodoks.

Secara pribadi, saya menggunakan bentuk membuat Tanda Salib Jemaat Assyria Timur
karena Jemaat Assyria adalah anak asuh dari Jemaat Nasrani (Yerusalem) yang
beberapa Katolikos Patriaknya adalah Patriak Jemaat Yerusalem sendiri dan secara
sejarah berada satu payung berbeda dapur sejak zaman kuno hingga kini, Jemaat ini,
jelas secara teologis sangat dekat dengan kita. Saya ajarkan hal itu kepada keluargaku
juga.

Akhirnya, wacananya BUKAN bagaimana orang membuat Tanda Salib bagi dirinya
sendiri, melainkan mereka membuat Tanda Salib itu saja.

Tetapi jika kita mau pakai sebagai persamaan Tanda Salib, khusus untuk Imam DALAM
MEMBERKATI biasanya ada TIGA CARA DALAM BRAKOT GERAKAN TUNGGAL:

1. Salib Ya’aqub ha-Tzadik: Jari telunjuk kanan diletakkan menyilang jari telunjuk
membentuk SALIB dan tiga jari lain seperti jari tengah, jari, manis, dan jari
kelingking menegaskan Alaha sang Bapa, Anak, dan Roh Kudus. Dan Dua Jari
telunjuk dan jempol mengacu kepada Keilahian Yeshua dan Kemanusiaan-Nya.
Salib ini disebut juga SALIB BAPA dengan bentuk simbol SALIB empat persegi
sama ukuran yang menjabarkan Pewartaan Salib mulai dari Yerusalem, Yudea,
Samaria dan sampai ke Ujung Bumi (Kisah 1:8). Juga memiliki makna sang Bapa
mengasihi semua umat manusia baik itu Yehudim dan Goyim dipersatukan
dalam Maran Yeshua (Roma 10:12). Juga Alaha sang Bapa adalah SUMBER yang
dimaknai bahwa Keselamatan itu datang dari bangsa Israel (Yokhanan 4:22).

2. Salib Latin (Golgota): Disebut sebagai Salib Latin sebab prajurit Romawi
menyalibkan Yeshua menggunakan Salib Latin mengeksekusi Maran Yeshua
Mshikha di Golgota. Lima Jari terbuka lurus yang merujuk kepada LIMA LUKA
Yeshua, yakni luka di mahkotai duri di kepala, kedua telapak tangan dipaku
terentang, kedua kaki disatukan dan dipaku, dan akhirnya lambung-Nya di tusuk
dengan tombak mengeluarkan AIR dan Darah. Salib Latin memperingati betapa

Page 21- Copyright GEREJA NASRANI INDONESIA 2015


NO:05/GNI/A/Pel.Umum/IV/2015

sengsara-Nya Dia mengalami 5 titik luka mematikan (Yesaya 53; Yokhanan


1:29). Ini disebut SALIB sang ANAK; Maran Yeshua Mshikha.

3. Salib Mar Andreas: Rasul Mar Andreas disalibkan dengan SALIB huruf “X” di
Patras. Rohaniawan biasanya memberikan Brakot dengan cara gerakan tangan
kanan menyilang membentuk huruf “X” sebagai Tanda Berkat dari Roh Kudus
sebagai Bunda Welas Asih. Tanda Salib ini disebut Tanda Salib Roh Kudus.

"Datanglah, Ya Engkau Nama Kudus dari Mshikha yang adalah di atas segala
nama.

Datanglah, Ya Engkau Yang Empunya Kuasa dari Tempat Maha Tinggi, dan sang
Bunda Welas Asih yang sempurna.

Datanglah, karunia dari sang Maha Tinggi.

Datanglah, Bunda Welas Asih.

Datanglah, persekutuan dari kepriaan.

Datanglah, Ia (Perempuan) yang menyingkapkan rahasia-rahasia tersembunyi.

Datanglah, Bunda.... Roh Kudus, dan bersihkanlah batiniah dan hati mereka,
dan berilah mereka meterai tambahan, dalama nama sang Bapa dan Putra dan
Roh Kudus." – Kisah Rasul Mar Thoma

9. Praktek Membuat Tanda Salib pada Diri Sendiri

Praktek membuat Tanda Salib pada diri sendiri sesungguhnya sudah mulai dengan
Jemaat Yerusalem sejak zaman purba. Tanda ini digunakan baik mereka yang keturunan
Yahudi dan kaum keturunan Goyim (Bangsa - bangsa non-Yahudi).

Tanda Salib ini kemudian diadopsi oleh Orang - orang Romawi Kristen dan Orang -
Orang Yunani Kristen, dan sekarang kebanyakan orang percaya Tanda Salib itu
eksklusif berasal dari baik itu Gereja - gereja Latin ataupun Gereja - gereja Ortodoks
Timur dan Oriental ini adalah tidak benar sama sekali.

Dengan mempraktekkan Tanda Salib bagi diri sendiri kita mengatakan: "B’Shem ha-Av,
ha-Ben u’Ruakh haKodesh" ("Dalam Nama sang Bapa, dan sang Anak dan sang Roh
Kudus. Amin.")

Orang yang melakukan Tanda Salib ini mencari berkat Alaha bagi semua apa yang
mereka pikir, katakan dan lakukan. Itulah yang mereka inginkan mendapatkan berkat
Alaha. Tanda Salib ini dipraktekkan oleh kaum Nasrani Yahudi, Temani Yahudi, dan
Yahudi Mizrachi, dan juga mereka yang berasal dari latar belakang Bangsa - bangsa
Non-Yahudi yang berada dalam Iman Kudus.

Page 22- Copyright GEREJA NASRANI INDONESIA 2015


NO:05/GNI/A/Pel.Umum/IV/2015

Sejumlah orang yang datang masuk kedalam Jemaat Nasrani ini dari latar belakang
Yahudi tradisional yang belajar tentang Tanda Salib, melihat diri mereka sendiri bahwa
TANDA ini kelihatan terlalu Katolik atau Kristen Ortodoks. Banyak orang - orang Kristen
Protestan bergumul dengan hal ini juga, ini disebabkan TANDA SALIB tidak dilakukan
oleh kebanyakan sekte - sekte Kristen Protestan. Mereka meyakini 'Tanda Salib' itu
asalnya dari Latin dan Yunani.

Tetapi semua asumsi - asumsi ini sirna sama sekali setelah mereka menyadari bahwa
praktek ini sesungguhnya berasal mula dari Para Murid (Talmidim) Yeshua sang
Mshikha sendiri sejak zaman awal sekali diantara kaum Jemaat Yahudi di Yerusalem
dan juga dari kaum kerabat Tuhan kita. Dan Tanda Salib itu adalah lambang bahwa
individu orang percaya itu mengingat apa yang Mshikha telah persembahkan bagi dunia
di Salib. Tanda itu sangat penting dan mutlak tidak bisa dilupakan. Orang percaya
individual itu secara terbuka mendeklarasikan dharma baktinya kepada Yeshua yang
adalah YaHWeH. Bahwa mereka akan hidup dan mati bagi Dia sama halnya seperti Dia
hidup dan mati bagi kita.

Sementara itu, Tanda Salib bukanlah Mitzvoh (Perintah), ini adalah praktek bahwa
anggota Jemaat menginginkan pengungsian dengan Salib. Kematian Yeshua di salib
memeteraikan 'Brith Chadasha' (Perjanjian Baru) dan adalah korban persembahan bagi
dosa-dosa umat manusia. Karya Salib jangan pernah dilupakan dan itulah sebabnya
Jemaat Nasrani Purba mengabadikan 'kenangan' ini dengan selalu membuat TANDA
SALIB ini. Praktek Tanda Salib ini juga didorong oleh pengalaman langsung sebagai
"saksi mata peristiwa Maran Yeshua di bumi yang berpuncak pada karya Salib yang
disahkan dengan kebangkitan-Nya." Maran Yeshua Mshikha juga mengatakan bahwa
Murid-murid-Nya adalah 'saksi-saksi-Ku' (Kisah 1:8). Tanda yang mudah dikenang,
sekaligus pemahaman teologis adalah TANDA SALIB, itulah sebabnya dalam Pengakuan
Iman Nasrani Purba disebutkan: "Meninggikan Salib di hadapanku dan semua orang."

Tanda Salib adalah salah satu dari 10 misteri Iman. Tanda Salib merupakan simbolis
yang berarti "WARTAKAN MSHIKHA TERSALIB". Gema ini dinukilkan oleh Rasul Mar
Shaul melalui Surat Kirimannya kepada Jemaat Korintus sebagai pusat pewartaan Kabar
Baik itu (1 Korintus 1: 18 - 23).

Orang - orang percaya purba sembari membuat Tanda Salib menegaskan "Aku tidak
akan mengkhianati Tuhan". Tanda itu akan dibuat meskipun mereka berdiri siap
akan dipancung oleh pedang atau ditusuk dengan lembing, dengan tanda lahiriah hidup
itu, mereka tidak mengkhianati Tuhan. Saya yakin sekali orang yang membuat Tanda
Salib juga sembari mengatakan hal ini (dalam hatinya); "Maran, aku tidak akan pernah
melupakan Engkau yang telah lakukan bagi kami. Aku tidak akan pernah menyangkali
Alahaku."

Satu hal saya pikir yang diharapakan oleh kaum Kristen Protestan adalah dokumen -
dokumen sejarah yang mencatat praktek tersebut, jika mungkin dari catatan Abad

Page 23- Copyright GEREJA NASRANI INDONESIA 2015


NO:05/GNI/A/Pel.Umum/IV/2015

Pertama bahwa praktek ini dilakukan atau menyebutkan bahwa Murid - murid Yeshua
orang Yahudi perdana biasanya membuat Tanda Salib bagi mereka sendiri?

Banyak orang - orang Kristen tahu bahwa perayaan Natal tidak asli berasal dari Abad
Pertama tetapi Abad Ke - 4 Masehi; ini bisa ditelusuri jejaknya dengan mudah dari
banyak sumber - sumber. Jika ada sumber - sumber kuno, yang bisa kemungkinan
ditarik kepada Abad pertama yang menyebutkan tentang praktek membuat Tanda Salib
bagi diri sendiri, jika ini ada akan menjadi konfirmasi kuat sekali.

Saya bisa saja salah, tetapi saya percaya Orang - orang Protestan masih memegang Kitab
- kitab Suci Ibrani (Yahudi), "Perjanjian Lama" sebagai bagian dari Sabda Alaha.
Akankah Sabda Alaha cukup sebagai "dokumen sejarah" bagi kaum Kristen Protestan di
zaman ini?

Marilah kita telusuri kembali ke masa silam:

Korban dan Tabut Perjanjian semua menunjuk kepada Penyaliban Yeshua di Salib.
Darah di Kemah Suci dan Bait Suci adalah penebusan sebagaimana halnya Darah Yeshua
di Salib. Cara yang dilakukan Imam Besar memercikkan darah di Tabut, tradisi dan Tata
Cara ini menjelaskan kepada kita bahwa ini dilakukan dalam bentuk TANDA SALIB .
Dari satu sisi ke sisi lainnya. Baik itu Tradisi - tradisi dan Targum menjelaskan kepada
kita bahwa darah disentuhkan pada Ibu Jari, di puncak atas (di mana sayap - sayap
malaikat Kerubim bertemu) ke kanan, ke kiri, menyilang dari "penutup" dan pada
bagian bawah Tabut (di jari kaki Imam Besar).

Kita juga melihat ini dengan dioleskannya darah pada Imam Besar dan anak - anak
Harun dalam Kitab Shemot:

"Kemudian haruslah kamu ambil domba jantan yang lain; dan Harun beserta anak-
anaknya harus menumpangkan tangan mereka di kepala anak domba jantan itu.
Kemudian, hendaklah kamu sembelih anak domba jantan itu dan kau ambillah
sedikit darahnya dan oleskan pada cuping telinga kanan Harun dan pada cuping
telinga kanan anak-anaknya, dan pada ibu jari tangan kanan mereka dan pada ibu
jari kaki kanan mereka, lalu siramkan darah itu di sekeliling mezbah. Haruslah
kamu ambil sedikit darah yang ada di mezbah itu dan minyak urapan dan kau
percikkanlah kepada Harun dan kepada pakaiannya dan juga kepada anak-
anaknya dan pada pakaian anak-anaknya yang ada bersama dia: maka dia akan
kudus dan dia dan pakaiannya, dan juga anak-anaknya dan pakian anak-anaknya.
(Keluaran 29:19-21)

Ini juga dengan cara yang sama dilakukan Jemaat Nasrani Purba hingga hari ini. Pada
saat Imam Besar Bait Suci melakukan pemberkatan Anak-anak dengan MINYAK KUDUS
dengan cara yang sama ini tetapi dalam skala lebih sedikit pada dahi anak dan dengan
cara yang sama memberkati benda-benda tertentu yang digunakan bagi tujuan
keagamaan Salib-salib, Kitab-kitab kudus, Mezbah, Relikwi, dll.

Page 24- Copyright GEREJA NASRANI INDONESIA 2015


NO:05/GNI/A/Pel.Umum/IV/2015

Juga metode membuat Tanda Salib sesungguhnya adalah bergantung pada komunitas
dan tradisi lokalnya sendiri. Salah satu bentuk paling umum adalah sebagai berikut:

"Angkatlah tangan kanan dengan menyatukan jari telunjuk dan jari tengah
bersentuhan satu sama lain, dimulai di dahi, bergerak turun ke bibir, ke dada,
bergerak ke bahu kiri dan kemudian diakhiri ke bahu kanan" (Sejumlah
komunitas ada yang mulai dari bahu kanan dan diakhiri di bahu kanan).

10. Protestantisme Tidak Konsisten Dalam Iman

A. Tokoh Reformasi Protestan Martin Luther

Martin Luther adalah biarawan Gereja Roma Katolik, dia masih memahami pentingnya
"Tanda Salib" sebagai bagian dari Iman Kristen. Dia tidak serta merta menghilangkan
Tradisi Suci ini sebab dia sadar nilai religius dibalik Tanda tersebut. Secara historis
masih mengetahui asal muasal pratek membuat Tanda Salib yang merupakan BUKAN
Tradisi Roma Katolik maupun Gereja - gereja Ortodoks Timur, melainkan dari Para
Rasul sendiri yang diterus sampaikan dari generasi ke generasi lewat Suksesi Rasuliah.
Dalam tesis perlawanannya terhadap Kepausan Roma dia tidak mencantumkan tradisi
ini sebagai bagian yang harus dihapuskan.

Kita bisa kutip dari ajaran - ajarannya dalam Katekismus Kecil, Bagian 2, Doa Harian
Pagi dan Petang:

B. Bagaimana Kepala Keluarga Harus Mengajarkan Rumah Tangganya Berdoa


Pada Pagi dan Petang.

Doa Pagi

Pada pagi hari saat engkau bangun, BUATLAH TANDA SALIB KUDUS dan katakan:
"Dalam nama sang Bapa, dan sang Putra dan sang Roh Kudus,. Amin."

Kemudian, berlututlah atau berdiri, daraskan Pengakuan Iman dan Doa Bapa kami. Juga
bisa engkau ucapkan doa singkat ini:

"Hamba mengucap syukur kepada-Mu, ya Bapa sorgawi, melalui Yesus Kristus,


Putra terkasih-Mu, Engkau telah jagai hamba malam ini dari semua mara
bahaya; dan hamba bermohon semoga Engkau menjagaiku hari ini agar tidak
jatuh dalam dosa dan dari setiap hal yang jahat, semoga segala yang kulakukan
dan kehidupanku ini bisa menyenangkan Engkau. Ke dalam tangan-Mu hamba
serahkan diriku, tubuh dan jiwaku dan segala hal yang kumiliki. Semoga

Page 25- Copyright GEREJA NASRANI INDONESIA 2015


NO:05/GNI/A/Pel.Umum/IV/2015

kiranya malaikat kudus-Mu besertaku sehingga si musuh yang jahat itu tidak
punya kuasa atas diriku. " Amin.

Kemudian, pergilah dengan sukacita melakukan pekerjaanmu, kidungkanlah nyanyian,


daraskan 10 Perintah, atau apa saja yang kau anggap bisa abdikan.

Doa Malam

Pada malam hari ketika engkau pergi tidur, BUATLAH TANDA SALIB KUDUS dan
daraskan: "Dalam nama sang Bapa, dan sang Putra dan sang Roh Kudus,. Amin."

Kemudian, berlututlah atau berdiri, daraskan Pengakuan Iman dan Doa Bapa kami. Juga
bisa engkau ucapkan doa singkat ini:

"Hamba mengucap sykur kepadaMu, ya Bapa sorgawi, melalui Yesus Kristus,


Putra terkasihMu, Engkau dengan begitu murah hati memeliharaku hari ini;
dan hamba berdoa semoga Engkau mengampuni semua dosa-dosaku di mana
aku telah melakukan kesalahan dan kiranya denga kemurahan hatiMu jagailah
hamba malam ini. Ke dalam tanganMu hamba serahkan diriku, tubuh dan
jiwaku dan segala hal yang kumiliki. Semoga kiranya malaikat kudusMu
besertaku sehingga si musuh yang jahat itu tidak punya kuasa atas diriku. "
Amin.

Kemudian, pergilah tidur segera dengan senang hati.

Kita sangat prihatin sekali melihat perkembangan Protestantisme era pasca- Martin
Luther. Banyak bermunculan orang - orang awam karbitan yang menjadi rohaniawan
mendadak seperti Yohanes Calvin, Zwingli dan lainnya. Mereka ini hanya dibakar rasa
emosi keagamaan mengikuti arus yang bergejolak di abad ke-16 yang melahirkan anti-
Pausisme, anti-Roma Katolik, anti-Uskup, anti-Tradisi-tradisi Gereja, dll. Masyarakat
bebas menafsir Kitab Suci dengan kaca matanya masing-masing sehingga melahirkan
silang tafsir yang beraneka macam yang korbannya adalah semua mereka yang bisa
dibodohi dan yang memang tidak kritis berpikir terhadap angin - angin pengajaran dari
para tokoh rohaniawan mendadak ini. Sikap ini tidak ada berubah sejak abad ke- 16
hingga di abad modern ini dalam tubuh Kekristenan Protestantisme.

Satu hal yang mestinya semua orang Protestan harus introspeksi diri terhadap klaim
dirinya sendiri sebagai Protestan yang memprotes segala ketidakbenaran ajaran-ajaran
Roma Katolik; apakah benar mereka adalah Protestan? Sesungguhnya, hingga detik ini
belum ada satupun manusia Kristen yang disebut berhasil menjadi Protestan di muka
bumi ini dari kalangan Kekristenan Barat. Siapa? Tidak ada.

Ahli teologi Awam Rusia, Alexis Khomiakov (1846) mengatakan: "Semua Protestan
adalah Paus - paus terselubung." (Timothy Ware, the Orthodox Church, Pinguin
Books, 1985, hal.9).

Page 26- Copyright GEREJA NASRANI INDONESIA 2015


NO:05/GNI/A/Pel.Umum/IV/2015

11. SALIB adalah lambang Perintah?

Ya. Salib itu bergaris VERTIKAL dan HORIZONTAL. VERTIKAL adalah kasih Alaha
kepada manusia (Yokhanan 3:16) dan Kasih Manusia kepada Alaha (Markus 12:30;
Ulangan 6:4-5).

HORIZONTAL, adalah mengasihi sesama manusia (Markus 12:31; Imamat 19:18)

Titik pertemuan garis Vertikal dan Horizontal adalah Yeshua Mshikha yang menjadi
KORBAN (Yokhanan 1:29). Sehingga KASIH = KORBAN dan Alaha itu ADALAH KASIH (1
Yokhanan 4:16).

Dengan demikian SALIB = TORAH = KORBAN = KASIH ALAHA.

Maka SALIB menggenapi TORAH KEIMAMATAN HARUN-LEWI yang menuntut Korban


Pendamaian. Setiap orang berdosa menurut Torah dituntut hukuman mati sebagai yang
terkutuk, Yeshua telah mengambil Kutuk Torah pada diri-Nya sendiri sebagai Korban
Torah sehingga melalui darah-Nya Torah dimeteraikan. Bagi kaum Yahudi pelaku jalan
hidup Torah dosa-dosanya diampuni melalui Karya Salib Yeshua. Yeshua mati bagi
Umat Perjanjian Israel BUKAN untuk Bangsa-bangsa!!!! Sebab Bangsa-bangsa BUKAN
Pelaku jalan hidup Torah.

Bangsa-bangsa mendapat rahmat Keselamatan dalam Yeshua oleh karena mereka


dientenkan (engrafted) kedalam Umat Perjanjian Baru Israel.

Ingat! Bangsa-bangsa tidak punya Perjanjian Lama tetapi Israel punya dan Perjanjian
Lama diperbaharui dalam Perjanjian Baru.

Ingat! Bangsa-bangsa JANGAN SOMBONG ENGKAU! (Roma 11:17-24).

Bagaimana PROSES PENGENTENAN INI?

Baik Yahudi sudah kehilangan Perjanjian Sinai (Yakobus 2:10), mereka tidak bisa
MEMBUAL dan SOMBONG melihat bangsa-bangsa sebagai babi dan anjing! Mereka juga
STATUSNYA SAMA DENGAN GOYIM.

YEHUDIM harus dimikveh oleh Imam tertahbis baik Imam Keturunan Harun seperti
Yokhanan ha-Mikveh dan Para Rasul (Mattai 3:7-11; Yokhanan 3:22; Kisah 2:41; Kisah
15:5); dan begitu juga GOYIM harus dimikveh/dibaptis oleh Para Rasul dan Para
Pengganti Rasul (Kisah 8:36-37; Kisah 16:31-33, dll).

Yehudim dan Goyim mutlak dientenkan kepada Yeshua sebagai Pohon Anggur yang
benar melalui Cabang-cabang-Nya (yakni Para Rasul dan Pengganti) dalam wujud
Qadishothim (sakramen-sakramen) yang dilaksanakan Para Pengganti Rasul yang
menerima Tahbisan Suksesi Rasuliah. Goyim TIDAK DIENTENKAN KEPADA ORANG-
ORANG YAHUDI KARENA MEREKA SEMUA SUDAH DIPOTONG HABIS!!!! SEMUA 12
Suku Israel telah dipotong YHWH tinggal TUNGGUL POHON ZAITUN, DARI TUNGGUL

Page 27- Copyright GEREJA NASRANI INDONESIA 2015


NO:05/GNI/A/Pel.Umum/IV/2015

ITU TUMBUH SATU “TUNAS” yang disebut Nasrani (Ibrani: Netsr), yakni Yeshua sendiri.
Jadi Orang Israel harus dientenkan kembali kepada sang TUNAS (Nasrani) ini yang
pelaksanaannya dilakukan 12 Rasul Yahudi dan diawasi 70 Penatua. Dengan demikian
mereka memiliki PERJANJIAN BARU dalam Yeshua. Bangsa-bangsa TIDAK PERNAH
MEMILIKI PERJANJIAN BARU SEBAB PERJANJIAN BARU BUKAN DITUJUKAN KEPADA
KAUM GOYIM.

Goyim menjadi umat Perjanjian Baru dalam konteks Yudaisme dalam SATU KANDANG
(Yokhanan 10:16). Seharusnya Goyim tidak bisa berdiri sendiri! JANGAN SOMBONG HAI
MANUSIA GOYIM YANG BESAR KEPALA!

Dalam konteks inilah kaum Nasrani Yahudi tetap menggunakan TZITZIT karena mereka
bagian Qahal Israel Lama dan Qahal Israel Baru ditandai dengan TANDA SALIB!

Dalam konteks inilah TZITZIT tetap dipakai pada TALLIT/STOLA yang mana juga
sekaligus Simbol Salib diterakan pada kain sembahyang.

Salib itu sendiri bermakna sejajar dengan Tzitzit yaitu MITZVOTH (Perintah-perintah)
yang wajib kita ingat dan lakukan dalam kehidupan kita seperti ditegaskan ulang oleh
Maran Yeshua dalam Injil Yokhanan 14:15; 15:14 disebutkan:

“Jikalau kamu mengasihi Aku, kamu akan menuruti segala perintah-Ku”


(Yokhanan 14:15

“Kamu adalah sahabat-Kujikalau kamu berbuat apa yang Kuperintahkan


kepadamu” (Yokhanan 15:14)

Dalam konteks bangsa Israel Perintah-perintah (Mitzvoth) dilambangkan dengan


BENANG WARNA BIRU pada jumbai – jumbai kain dan dalam masa Perjanjian Baru
dalam Yeshua tidak lagi dijelaskan hal ini karena Para Murid sudah mengerti jika
yang disebut “Mitzvoth” maka otomatis merujuk kepada Benang Warna Biru dan
jumlah perintah-perintah itu digambarkan dalam rumbai-rumbai kain, atau jubah.

SALIB adalah Torah itu sendiri, Itulah sebabnya Yeshua katakan; Pikullah SALIB…
Barangsiapa tidak memikul SALIB maka Dia tidak layak disebut murid Maran Yeshua
(Mattai 10:38; 1 Korintus 1:18-22) dan Dia juga akan malu mengakui kita di depan
Bapa… Maka Yeshua akan mengatakan Enyahlah engkau yang ANTI-SALIB! Sebab Salib
itu sendiri identik dengan Torah dan Torah identik dengan Mitzvoth (Perintah-
perintah), maka jika kita malu mengakui Salib itu identik tidak melakukan Perintah-
perintah-Nya. Iman saja tidak cukup, Setan-setan lebih beriman dari pada manusia
(Yakobus 2:19, 26).

Itulah sebabnya sebagai DEKLARASI SIMBOLIS IMAN TERSINGKAT


RASULI, Para Rasul dan Para Pengganti (Uskup, Penatua, Diakon)
sebelum dan sesudah Doa selalu mengawali membuat Tanda Salib; di
dahi, perut, bahu kanan dan kiri, Amin. Salib Penandaan pada Diri

Page 28- Copyright GEREJA NASRANI INDONESIA 2015


NO:05/GNI/A/Pel.Umum/IV/2015

sendiri adalah pewartaan Korban Yeshua tersalib demi menebus Dosa-dosa manusia.

1. Di dahi:

Melambangkan Anak di utus Bapa (Yokhanan 5:36-37)

2. Perut :

Yeshua turun ke bumi menjadi Manusia (Yokhanan 1:14)

3. Bahu Kanan:

Yeshua datang kepada kepunyaan-Nya sendiri, kaum Yahudi dari usia 0 tahun
sampai 33 setengah tahun di Tanah Suci (Yokhanan 1:10-11); ini bertutur
tentang kelahiran, kematian dan kebangkitan. Semua terjadi dalam dunia yang
penuh dosa ini, tapi Ia seperti ikan meskipun ada dalam dunia tapi tidak
terkontaminasi dengan dosa.

4. Bahu Kiri

Pewartaan Karya Yeshua sebagai ha-Mashiakh harus diwartakan ke seluruh


dunia mulai dari Yerusalem, Yudea, Samaria dan sampai ke ujung bumi (Kisah
1:8). Sekaligus menyebutkan, Amin.

Ensiklopedia Britannica mengkonfirmasi: "Bentuk-bentuk Salib digunakan sebagai


simbol, keagamaan atau yang lainnya, jauh sebelum Era Kristen…. Sebelum zaman
Konstantinus pada abad ke-4 Masehi, Orang-orang Kristen sungguh-sungguh segan
melukiskan Salib sebab itu terlalu terbuka sehingga bisa berdampak diejek atau bahaya
bagi jiwa mereka. Setelah Konstantinus bertobat kepada Kekristenan, dia
menghapuskan krusifiks karena itu hukuman kematian dan mempromosikan sebagai
simbol iman Kristen, baik itu salib dan monogram chi-rho Nama Mshikha. Simbol itu
menjadi populer meluas dalam seni Kristen dan monumen kuburan tahun 350 M."

Salib digunakan pada Abad-abad Awal tetapi Tanda itu biasanya disembunyikan secara
samar. "Sarkasme kejam orang-orang kafir mencegah orang-orang beriman dari
keterbukaan Tanda Keselamatan ini. Ketika orang-orang Kristen awal mempraktekkan
Tanda Salib pada monumen-monumen mereka, hampir semua kuburan nisan dalam
karakter biasa, mereka merasa wajib menyembunyikan tanda itu dalam tata seni yang
tidak kentara dan cara simbolis. Salah satu simbol-simbol yang paling kuno dari tanda
ini adalah jangkar…umumnya terdapat di katakombe Roma, khususnya di pekuburan
Callistus, Domitilla, Priscilla, dan lainnya. Jangkar, aslinya merupakan simbol harapan
secara umum, mengambil alih lambang ini dengan pengertian yang lebih mendalam:
yakni pengharapan yang didasarkan pada Salib Mshikha."

Salib itu menjadi simbol Kristen sebagai suatu Pengharapan. Bangsa Romawi
menggunakan salib sebagai tanda kemenangan mereka, kejayaan dengan kematian
musuh-musuh mereka. Salib Mshikha bukan hanya alat kematian namun juga kematian

Page 29- Copyright GEREJA NASRANI INDONESIA 2015


NO:05/GNI/A/Pel.Umum/IV/2015

sudah dikalahkan dan dosa ditaklukkan tetapi Salib juga sebagai lambang kekejaman
Roma yang mana kemudian menjadi tanda pertobatan Romawi. Tidak mengherankan
orang-orang Kristen akhirnya terbuka mengadopsi Salib sebagai simbol mereka. Salib
itu selalu sebagai Tanda Kemenangan dan sekarang orang-orang Kristen mengklaim
Salib itu sebagai Tanda Kemenangan mereka atas dosa dan maut dan dari setiap musuh.

12. Makna Arti Gerak Simbolis Tanda Salib

A. Ibu jari disentuhkan ke dahi:

Cara ini sudah sejak zaman Nabi Musa, saat Imam Besar mengoleskan
darah ke bagian atas persentuhan empat sayap Kerubhim di Ruang
Maha Kudus Kemah Suci atau Bait Suci. Tradisi Alkitabiah ini diterus
sampaikan kepada Para Rasul dan Murid Tuhan Yeshua di era Abad
Pertama dan seterusnya

Mengapa ke dahi?

Ini merupakan simbol "tempat tinggi." Siapa yang duduk diketinggian?


Alaha Yang Maha Kuasa. Sehingga saat kita membuat Tanda Salib
dengan ibu jari ke dahi tempat paling tinggi di tubuh kita, melambangkan tujuan doa
kita diarahkan kepada Alaha saja (Shahadat Ma'amin); doa hanya ditujukan kepada
Alaha saja. Kemudian, dari ketinggian itu Alaha mengutus sang Miltha (Sabda Alaha)
turun ke dunia menjelma menjadi Anak Manusia, yakni Yeshua Ha-Mashiakh.

Ibu jari biasanya disilangkan diatas jari telunjuk membentuk Salib. Ini mengindikasikan
sang Sabda Alaha turun berinkarnasi menjadi Manusia untuk menebus dosa-dosa
manusia dengan mati di Kayu Salib. Fokus yang ditekankan adalah "Inkarnasi sang
Davar Alaha" (Sabda Alaha).

B. Ibu jari, jari telunjuk dan jari tengah disatukan membentuk Tiga Aspek Alahota
(Alhym); sang Bapa, Anak dan Roh Kudus.

Dua jari lainnya, yaitu jari manis dan kelingking bermakna sebagai simbol dua kodrat
(qnumas) Tuhan kita Yeshua Ha-Mashiakh, kodrat Ilahi dan Manusia. Penekanan adalah
dari persfektif "Alahota" Yang Maha Ehad, dengan menonjolkan JARI TELUNJUK.

Gerak penandaan dimulai di dahi (artinya seperti di atas), turun ke dada atau dekat
perut sebagai simbol dunia. Tuhan menjelma menjadi Manusia dan berkarya di sana
serta mati di kayu salib. Setelah mati, bangkit naik ke Sorga dan duduk disebelah kanan
Alaha Bapa, maka kita menyentuhkan jari kita ke bahu kanan. Kemudian, sentuhkan
jari ke bahu kiri dengan mengatakan “Amin” sebagai lambang “Ya” dan benar dan
Tuhan akan datang kembali menghakimi orang yang mati dan hidup. (Maran Atha!).
Selesai itu kedua tangan disatukan menyembah dan badan membungkuk yang

Page 30- Copyright GEREJA NASRANI INDONESIA 2015


NO:05/GNI/A/Pel.Umum/IV/2015

barmakna, penyembahan kita tujukan kepada Tuhan yang akan segera datang kembali.
Ini menunjuk kepada eskatologi.

C. Ada juga yang menggunakan lima jari tangan terbuka.

Ini yang ditekankan adalah, 5 luka Tuhan: (1)Kepala dimahkotai duri, telapak tangan
terpaku kanan (2) dan kiri (3), lambung (4) ditusuk lembing dan kedua kaki (5)
disatukan dan dipaku. Sehingga fokus penghayatannya adalah penderitaan Tuhan
dalam karya penebusan-Nya di kayu Salib.

D. Tanda Salib dilakukan dengan diawali ke dahi turun ke dada, kemudian ke


bahu kiri dan kanan sebagai penutup bermakna: Dahi, merupakan simbol
"Tempat maha Tinggi" dan Bapa mengutus sang Anak ke bumi dalam wujud inkarnasi
sang Davar Alaha menjadi Anak Manusia yang bernama Yeshua Mshikha sesuai yang
diperintahkan Malaikat YHWH (Gabriel) kepada Miriam dan Yosip. Dia berkarya di
bumi selama 33, 5 tahun. Simbolis ini ditandai di bagian dada dekat perut sebagai
simbol "dunia dengan segala macam keduaniawiannya." Dilanjutkan tanda ke bahu
kiri yang bermakna, Tuhan Yeshua Ha-Mashiakh ditangkap, disalibkan dan mati,
turun ke dalam kerajaan maut untuk memberitakan Injil bagi orang-orang yang
tertawan dan kemudian bangkit pada hari ketiga dari kematian. Akhirnya, tanda
dibuat di pundak kanan yang bermakna, Dia yang telah bangkit itu, naik ke Sorga dan
duduk disebelah kanan sang Bapa dan dari sana Tuhan akan datang kembali untuk
menghakimi orang yang hidup dan mati, Maranatha! Amin; ya dan benar!

E. Variasi Tanda Salib

Penandaan Tanda Salib berikut ini, bisa dengan berbagai variasi: Ibu jari silangkan di
atas jari telunjuk, atau tiga jari disatukan sebagai simbol Alahota, atau lima jari sebagai
simbol luka penderitaan Ha'Mashiakh, atau dengan cara ibu jari disatukan ujung dengan
ujung bermakna dua kodrat Maran Yeshua: Ilahi dan Manusia dan tiga jari lainnya
simbol Tiga Aspek Ilahi; Bapa, Putra dan Roh Kudus Alaha Yang Ehad. Kemudian dibuat
Tanda Salib di dahi, turun ke mulut dan ke dada. 'Dahi', simbol kasihilah Tuhan Alahamu
dengan segenap pikiranmu, 'mulut' bermakna pewartaan Salib dan 'hati' bermakna,
keyakinan yang teguh dengan sepenuh jiwa, dll.

F. Makna Garis Vertikal dan Horizontal Tanda Salib:

Tanda ini secara keseluruhan menegaskan ketundukan orang percaya dan siap
melaksanakan Mitzvoth Alaha (Perintah-perintah Alaha) dalam Torah yang dibagi
dalam dua relasi; vertikal relasi Alaha timbal balik antara Alaha dan Manusia; garis
horizontal bermakna relasi antara sesama manusia. Ini dilukiskan dengan jelas dalam

Page 31- Copyright GEREJA NASRANI INDONESIA 2015


NO:05/GNI/A/Pel.Umum/IV/2015

"Aseret ha'Dibrot" (Sepuluh Perintah) yang diturunkan Maran Yahweh kepada Nabi
Musa (Keluaran 20: 1-17); Ayat 1-11 mengatur relasi antara Alaha (YHWH) dan
manusia. Jadi jika ada manusia melanggar salah satu butir dari ayat 1-12, contohnya
"Tidak Merayakan "Sabat" maka manusia langsung melawan dan memberontak
terhadap Yahweh sendiri! Manusia itu mahluk beragama, manusia itu mahluk dan
Alaha itu Khalik. Lalu ayat 12-17 mengatur secara garis Horizontal sesama manusia.
Jika terjadi pelanggaran antara sesama manusia, maka efek yang diterima manusia
bisa berdampak langsung saat itu diterima tanda proses yang panjang! Contoh,
manusia mencuri harta orang lain maka si pencuri bisa langsung diadili oleh manusia
dipengadilan atau bisa saja terjadi hal yang tidak diinginkan dengan kematian akibat
hubungan sosial dirusak. Manusia itu mahluk sosial mempunyai tata aturan
bermasyarakat. Dalam dua garis inilah manusia bersosialisasi baik vertikal dan
horizontal. Inilah kodrat manusia diciptakan oleh Alaha.

Salib (vertikal dan Horizontal) adalah Tanda yang sudah tersurat dalam batin
manusia yang oleh Rasul Mar Shaul tegaskan bahwa, "Sebab bukan para pendengar
Torah yang saleh di hadapan Alaha; tetapi mereka para pelaku Torah yang
dibenarkan. Sebab jika kaum Goyim (non-Yahudi) yang tidak memiliki Torah
(Tertulis), namun melalui kodrat alamiah mereka, melakukan segala sesuatu
menurut Torah, mereka meskipun tanpa Torah (Tertulis), menjadi Torah bagi diri
mereka sendiri. Dan mereka memperlihat perbuatan Torah, karena Torah itu sudah
dituliskan dalam hati mereka dan hati nurani mereka memberikan kesaksian bagi
mereka, batiniah mereka sendiri merefleksikan tuduhan-tuduhan atau membela satu
sama lain. (Igeret Romanim 2: 13-15 Peshitta, AESV).

Jadi sesungguhnya SALIB itu adalah identik dengan TORAH. Pada masa Nabi-nabi
sebelum Maran Yeshua, inti pewartaan adalah Torah (Perintah-perintah relasi
vertikal dan Horizontal = Salib (+)), kemudian di era Maran Yeshua dan Rasul-rasul,
Salib semakin dipertegas dengan meterai kematianNya atas pelanggaran-
pelanggaran manusia secara garis vertikal dan horizontal, melawan Alaha dan
sesama manusia. Pelanggaran manusia ini harus ditebus Yeshua di kayu Salib!

Salib inilah menjadi pusat teologia Para Rasul (1 Kor. 1:18). Maran Yeshua
mengatakan menegaskan kembali Torah ketika Orang Yahudi mencobai dia dan salah
seorang dari mereka bertanya: " Rabbi, Mitzvoth (perintah-perintah) yang mana
terbesar dalam Torah?"

Yeshua berkata kepadanya: "Hendaklah kamu mengasihi YHWH Elohimmu dengan


segenap hatimu, dan dengan segenap jiwamu, dan dengan segenap kekuatanmu.
Inilah terbesar dan mitzvah pertama.

Kita menegaskan ini dengan mengulangi ucapan-Nya untuk mengingatkan kita,


dengan menandai Tanda Salib di 'dahi' sebagai simbol mengasihi Elohim dengan
segenap 'pikiran atau jiwa' kita. Ditandai pada hati menunjuk kasih dengan segenap
hati dan penandaan Tanda Salib di bahu kanan dan kiri artinya kita siap memikul

Page 32- Copyright GEREJA NASRANI INDONESIA 2015


NO:05/GNI/A/Pel.Umum/IV/2015

Salib dengan segenap kekuatan kita. Dan yang kedua adalah seperti itu juga;
Hendaklah kamu mengasihi tetanggamu (sesamamu manusia) seperti dirimu sendiri.
Pada kedua mitzvoth tergantung Torah dan Nabi-nabi." (Besura Mattityahu 22: 36 -
38 Peshitta).

Vertikal + Horizontal = Salib = Torah = Maran Yeshua Mshikha = Kebenaran = sang


Miltha (Davar Elohim).

Garis lurus horizontal dari pundak kiri ke kanan lurus adalah kesiapan kita
mewartakan Injil, yakni Yeshua yang tersalib bagi keselamatan dan penebusan umat
manusia dan alam semesta.

Membuat Tanda Salib itu identik dengan kesiapan kita


melaksanakan Torah! Menjadi pengikut Maran Yeshua itu
berarti pengikut Jalan Tuhan (Halakha Mshikha), yakni pelaku-
pelaku Torah. sebab Maran Yeshua datang tidak meniadakan
Torah atau Nabi-nabi, Dia datang tidak meniadakan Torah
tetapi untuk melaksanakannya. Barangsiapa meniadakan satu
titik terkecil dari Torah ini akan disebut kecil di Sorga dan jika
Tanda Salib di Cina
ketaatan agama kita tidak melebihi ketaatan kaum Farisi dan
Abad ke-2 M
Ahli Torah maka kita tidak masuk kedalam Kerajaan Sorga (Mat.
5:17-20).

Iman saja tidak menyelamatkan! Tetapi Iman harus didukung oleh perbuatan, yakni
Torah (Igeret Yakub 2: 23). Iman tanpa Torah (Perbuatan) adalah ajaran Setan.
Barangsiapa yang menghapuskan Torah dalam Iman Kristen maka orang itu adalah
pengikut si jahat.

Kita bersyukur kepada Maran Yeshua sebab Dia telah melaksanakan Torah dengan
sempurna (Ibrani 4: 15...Dia telah dicobai, hanya tidak berbuat dosa)"!

Oleh karena itu, jika kita melaksanakan Torah haruslah didalam Dia, di luar Dia kita
tidak bisa melaksanakannya. Sebab Hanya Dia saja yang sudah "sukses." Dia menjadi
Guru bagi kita. Jadi Iman yang benar adalah percaya kepada Maran Yeshua Mshikha
sebagai Juruselamat (Yahweh) kita dan melaksanakan Perintah-perintah (Mitzvoth)
Alaha. Ketaatan kita melaksanakan Torah adalah bersifat progresif hingga akhir
hayat. Jika kita jatuh dalam dosa kita mempunyai Pengantara, yakni Maran Yeshua
Mshikha (1 Yoh. 2:1). Seorang murid akan selalu meniru dan meneladani Guru
(Mat.10:24).

Oleh karena itu, jika Maran Yeshua sang Mshikha telah mati di salib demi tuntutan
Torah sehingga kita ditebus dari tuntutan Torah, bukan berarti kita tidak
melaksanakan Torah lagi seperti kebanyakan kaum Kristen Murtad lakukan (Roma
Katolik, Ortodoks Timur dan Protestantisme, khususnya juga kaum Anabaptis yang
sok saleh itu!). Tuhan berkata, "Torah dan Nabi-nabi hingga zaman Yokhanan; sejak

Page 33- Copyright GEREJA NASRANI INDONESIA 2015


NO:05/GNI/A/Pel.Umum/IV/2015

dari saat itu Kerajaan Alaha diwartakan dan setiap orang berlomba-lomba
memasukinya. tetapi adalah lebih mudah langit dan bumi lenyap dari pada satu huruf
dari Torah dihapuskan" (Lukas 16: 16-17 Peshitta).

Arti frasa kata "Torah dan Nabi-nabi hingga zaman Yokhanan" adalah menyangkut
Ritus-ritus upacara korban-korban binatang di Bait Suci, digantikan dengan Anak
Domba Alaha (Yoh.1:29). Tetapi prinsip dan dasar Torah dan kenabian tidaklah
berubah sampai akhir zaman. Penyederhanaan dilakukan dalam diri Maran Yeshua
Mshikha, dan semua tuntutan Torah dan pewartaan Nabi-nabi sudah datang dalam
diri Tuhan, sehingga berhentilah pada zaman Yokhanan sang Pemikveh sebagai
(Perintis Jalan Tuhan). Hati-hati, setelah ayat di atas ditegaskan bahwa Torah itu
tidak bisa dihapuskan! Mar Shaul mengatakan; "Jika demikian, apakah kami (Rasul-
rasul) menghapuskan Torah oleh karena Iman? Sekali-kali tidak! Sebaliknya, kami
semakin mengokohkan Torah." (Roma 3:30 Peshitta, AESV).

"Tetapi sekarang, melalui Yeshua Mshikha, kamu yang sebelumnya berada jauh
sekali, telah dibawa dekat melalui darah Mshikha. Karena Dia itu sendiri adalah
shalom kita yang telah membuat kedua belah pihak [menjadi] satu, dan telah
merobohkan tembok pemisah diantara kedua belah pihak, dan permusuhan, melalui
tubuh-Nya. Dan melalui ketentuan-ketentuan yang Dia telah hapuskan terhadap
'peraturan-peraturan' Torah (Ingat, bukan Torah yang dihapuskan, tetapi aturan-
aturan sementara!), agar dalam DiriNya sendiri, Dia bisa membuat kedua belah pihak
bersatu menjadi manusia baru, dan dia menjadikan shalom (damai sejahtera). Dan
memperdamaikan keduanya dengan Alaha, dalam satu tubuh, dan permusuhan telah
disembelih melalui salibNya." (Efesus 2: 13-16 Peshitta).

Peraturan-peraturan Torah yang sementara, sekarang sudah dihapuskan sekali


untuk selama--lamanya dengan karya Salib Tuhan. Sekarang kedua belah pihak yang
bersengketa telah diperdamaikan dalam diri-Nya. Kita diampuni dosa-dosanya
dengan kematian Maran Yeshua sehingga kita mendapatkan shalom, komunikasi
dibuka kembali antara Alaha dan manusia melalui media Maran Yeshua. Itulah
sebabnya Tuhan berkata bahwa, "Torah dan Nabi-nabi hingga zaman Yokhanan...";
aturan-aturan ritual korban dilakukan oleh diri-Nya sekali untuk selama-lamanya
dan Nabi-nabi tidak lagi mewartakan akan kedatangan
"Mshikha" bagi Israel, karena sang Mshikha sudah datang di
hadapan mereka (Orang-orang Yahudi). Masalahnya, ahli Torah
dan Imam-imam serta kaum Farisi mau percaya atau tidak?
tetapi prinsip Torah dan Kenabian tidaklah berakhir (Mat.5:17).

Hukum Negara tidak dihapuskan setelah orang melanggar


butir-butir Hukum Negara dan pelanggar diberikan hukuman
fisik masuk penjara. Hukum itu tetap abadi selama Negara itu Tanda Salib India
ada. Abad Pertama ,
tanda Salib
Pertama di dunia

Page 34- Copyright GEREJA NASRANI INDONESIA 2015


NO:05/GNI/A/Pel.Umum/IV/2015

Demikianlah kita dengan Torah. Perintah-perintah Torah itu bersifat abadi dan
universal tidak ada yang berubah meskipun Maran Yeshua sudah mati bagi kita,
tuntutan Torah selamanya berlaku. Hanya kita patut bersyukur sebab ada
PENGANTARA YANG MEMBELA KITA, yakni Maran Yeshua, jika kita betul-betul tidak
mampu melaksanakan Torah oleh berbagai faktor dan kelemahan kodrat manusia,
kita dibela oleh-Nya. Inilah yang disebut "kasih karunia" itu! Dengan Iman kepada-
Nya kita melaksanakan Torah ada penjamin kita. Torah adalah Norma-norma Ilahi
yang wajib kita laksanakan. Maran Yeshua berkata, bagi mereka yang tidak
melaksanakan Torah adalah orang-orang pembuat kejahatan. meskipun, orang-orang
ini melakukan berbagai mujizat, penginjilan da perbuatan amal saleh, tetapi
menghapuskan Torah. Yeshua berkata, "enyahlah! kamu pembuat kejahatan....(Mat.
7:21-23).

Torah itu sama dengan Salib. Jadi, jika kita memikul salib itu artinya melaksanakan
Torah. menandai diri dengan Tanda Salib itu artinya kita siap menjalankan Torah.
Inilah pemahaman Jemaat Nasrani Semitik Kuno dan Para Rasul. Orang-orang Kristen
yang anti-Torah itu sama dengan anti-Salib, berarti anti Tuhan sendiri, sebab Torah
itu adalah kebenaran dan kebenaran itu adalah Maran Yeshua, dan Dia adalah Alaha.
dengan demikian anti-Torah, anti-Salib disebut juga tidak percaya Alaha!

Sesungguhnya Gereja-gereja Kristen yang tidak melaksanakan Torah (contoh, "Sabat")


dan tidak menandai diri dengan Salib itu sama dengan tidak percaya Alaha, tetapi hanya
percaya kepada "tradisi-tradisi manusia" (Markus 7: 7-9) dan yang percaya kepada
ajaran-ajaran filsafat dan dongeng nenek tua dari pemikiran ahli-ahli teologia mereka
sendiri (1 Tim.1:3-4; 4:1-2).

Pelaksanaan Penandaan "Tanda Salib" umumnya dilakukan dengan Tangan Kanan.

Tanda Salib merupakan suatu gerak non-verbal yang diabadikan


dalam gerak simbol. Ini merupakan Pewartaan Injil tanpa
menggunakan Kitab Suci. Metode pewartaan ekspresi fisik ini lebih
dahulu ada dari pada Kitab Suci Perjanjian Baru! Tanda ini dipahami
oleh Orang-orang percaya kepada Maran Yeshua sebagai "Tanda
Anak-anak Alaha" yang ditandai di dahi mereka dengan meterai
Tanda Salib" (Yehezkiel 9:4-6; Wahyu 7:3; 9:4; 14:1). Sementara,
orang-orang yang tidak menandai Tanda Salib pada diri mereka
disebut "anak-anak Iblis" yang benci Tanda Salib. Mereka ini juga
ditandai oleh Setan pada dahi dan tangan mereka dengan bilangan manusia (Wahyu
13:16). Salah satu KEBENCIAN anak-anak Setan adalah Tanda Salib, sebab itu adalah
mengingatkan kekalahan Iblis di kayu salib dan mengindikasikan waktunya sudah
semakin dekat bagi penghukuman Iblis. Mereka yang anti-salib ini dalam bahasa
Yunani/Latin disebut "anti-Mshikha" (1 Yoh. 2:18).

Page 35- Copyright GEREJA NASRANI INDONESIA 2015


NO:05/GNI/A/Pel.Umum/IV/2015

Pada hakikatnya, semua agama-agama di muka bumi ini memiliki Torah, yakni syariat
relasi vertikal dan horizontal yang mengatur hubungan manusia kepada Alaha dan
sesama manusia dan alam sekitarnya.

Sebenarnya, kita tidak perlu membawa-bawa Alkitab ke mana-mana untuk mewartakan


Injil kepada orang lain, karena kita memiliki Tanda Salib pada diri kita sendiri. Semua isi
Alkitab itu sudah terangkum dalam Tanda Salib yang singkat dan sederhana itu. Semua
ajaran Kitab Suci sudah didarah dagingkan dalam kehidupan kita sendiri, berada dalam
jiwa, pikiran, hati dan tubuh kita, tidak di luar kita, yaitu dalam Alkitab. mengapa kita
harus susah payah membawa Alkitab dan membuka ayat-ayat yang ribuan jumlahnya
itu saat kita mewartakan Injil pada orang lain?

Orang tidak butuh ayat Alkitab, tetapi orang hanya membutuhkan apa itu Injil (Besura =
kabar baik = shalom = Salib = Yeshua = Alaha) itu saja yang penting bagi si pendengar!
Kita terkadang jengkel dan tersenyum simpul melihat Orang-orang membawa-bawa
Kitab Suci ke mana-mana. Apakah para Rasul dahulu, selalu membawa-bawa Kitab Suci?
Tidak. Tuhan hanya berkata, "pergilah aku mengutus kamu .... jangan membawa pundi-
pundi, atau bekal atau kasut" (Lukas 10:1-12). Bagi rasul-rasul semua ajaran-ajaran
Tuhan mereka terima secara Lisan (Masorah), yakni Tradisi Kudus. Tradisi Kudus ini
sudah ditanamkan dalam jiwa, hati dan pikiran mereka yang terekspresi lewat etos
kehidupan mereka. Pikiran mereka sudah ortodoksi (E'met) kehidupan mereka sudah
menghidupi ortolatria (avodah penyembahan yang benar), mempraktekkan kehidupan
keseharian sebagai Khasidim (Khesed) atau disebut juga Esseni (Ortopraksia) dan
Keimamatan Rasuliah, yakni pelayanan (Ortodiakonia). Sehingga ajaran-ajaran itu
bertumbuh dalam jiwa manusia didalam dirinya, bukan di luar dirinya. Pernahkah anda
bayangkan bagaimana jika Alkitab itu tidak boleh digunakan oleh orang percaya seperti
di dunia Islam dan di negara komunis Soviet dahulu? Pastilah rohaniawan Protestan
akan musnah sebab tidak ada ayat-ayat yang akan diolah menjadi bahan pelajaran dan
penginjilannya.

_______________________________________________

Bahan Bacaan:

Gerald o'Collins, SJ. A Concise Dictionary of Theology. Paulist Press.NY,1991,hal.232).

Halakhot Jemaat Yerusalem, Israel:2006

http://www.catholicevangelism.org

http://www.religioustolerance.org/chr_symb.htm

Kitab Panduan Shomerim Yerushalayim, Israel: 2006

Louis Fordale, Perspectives on Communication. Addison-Wesley Publishing company, 1981

Peshitta Kudus (Aramaic English Standar version):2006

Page 36- Copyright GEREJA NASRANI INDONESIA 2015


NO:05/GNI/A/Pel.Umum/IV/2015

Sefer Marganitha. Jemaat Yerusalem, Israel: 2006.

UNTUK KALANGAN SENDIRI!!!


Untuk memperbanyak MATERI
PENGAJARAN GNI ini dipersilahkan
untuk meminta izin tertulis:
admin@nasraniindonesia.org
0813.19190730
021.70403378
www.nasraniindonesia.org

Page 37- Copyright GEREJA NASRANI INDONESIA 2015

Anda mungkin juga menyukai