Reaksi Buku - Yosia
Reaksi Buku - Yosia
I. Ringkasan
Buku ini adalah untuk mengidentifikasi ketegangan budaya dan memberikan strategi
dalam pelayanan Injil kepada orang-orang dari budaya berbeda dengan menggunakan model
nilai-nilai dasar. Buku ini juga mengandalkan inkarnasi Yesus Kristus sebagai model
pelayanan lintas budaya. Para misionaris ditantang untuk menjadi lebih seperti orang-orang
Ada bagian yang lugas dan berbeda dari buku ini. Bab pertama mendefinisikan dan
dalam konteks lintas budaya. Dalam bab ini, pembaca diperkenalkan kepada Yesus Kristus
sebagai pribadi yang 200 persen. Lingenfelter menyimpulkan hal ini dengan mengatakan,
“Dia adalah 100 persen Tuhan dan 100 persen Yahudi – 200 persen manusia .”
evaluasi diri. Ini berisi dua belas elemen yang membentuk enam pasang sifat yang
bertentangan yaitu waktu (waktu dan kegiatan), pemikiran (Dikotomistik dan holistik),
penanganan krisis (orientasi krisis & orientasi nonkrisis), tujuan ( orientasi orang & orientasi
Tugas), harga diri (fokus status & fokus prestasi), kerentanan (penyembunyian kerentanan
Bab tiga sampai delapan mengeksplorasi secara mendalam ketegangan yang terkait
dengan enam pasang sifat yang kontras. Dalam bab-bab inilah penerapan model tersebut
didemonstrasikan. Bab terakhir diakhiri dengan desakan kepada para calon pendeta untuk
melakukan proses adaptasi ke dalam budaya apa pun yang mereka anggap menarik.
Lingenfelter mendorong para misionaris untuk menjadi 150 persen manusia. Lingenfelter
mencapai tujuan mengidentifikasi isu-isu yang terlibat dalam pelayanan lintas budaya.
Salah satu keistimewaan buku ini adalah pembahasan yang fokus. Pembahasan yang
fokus tersebut akan membantu seseorang memahami motivasi yang mempengaruhi tindakan
seseorang. Buku ini membantu misionaris keluar dari budaya mereka sendiri untuk
menghubungkan orang-orang dengan Injil. Logika buku ini jelas. Pesan penulisnya adalah
para misionaris perlu memahami bahwa motivasi mereka dapat mengasingkan orang lain
membungkus diri-Nya dalam budaya umat-Nya selama tiga puluh tahun. Logikanya juga
nyata. Buku ini menunjukkan bahwa tidak ada misionaris yang benar-benar terlibat dalam
budaya lain. Ini adalah cara kiasan untuk mengatakan bahwa para misionaris hanya dapat
mengadopsi sebagian budaya lain dan mencampurkannya dengan asal usul mereka.
Kekuatan lain dari buku ini adalah komitmen mutlaknya untuk memberikan
perspektif Alkitabiah. Tampaknya beberapa buku mengenai subjek ini hanya berfokus pada
aspek antropologis dari isu tersebut. Lingenfelter menyajikan preseden Alkitab yang akan
membuktikan poin-poin sentralnya. Tidak pernah terasa seperti dia mengirim pesan bukti
untuk bermisi ke luar pulau namun penulis telah berpengalaman melayani anak-anak
Sekolah Minggu di berbagai kota dan desa. Walaupun dalam taraf kota dan desa, penulis
bersyukur dapat belajar observasi lapangan serta mengambil keputusan dengan cepat. Setiap
gereja maupun komunitas memiliki kondisi yang berbeda-beda sehingga perlu kejelian dan
Dalam buku ini dikatakan mengenai motivasi yang benar, perspektif Alkitabiah
diperlukan juga seseorang yang ingin bermisi lintas budaya. Hal ini penulis setujui karena
tanpa kedua hal ini, pelayanan hanya akan menjadi sebuah rutinitas belaka. Esensi
pelayanan tidak akan lagi berkobar di hati misionaris. Ia akan mengandalkan pengalaman
saja tanpa melibatkan Tuhan dalam menyentuh hati jiwa-jiwa yang terhilang. Dampak yang
Namun ada bagian yang menurut penulis kurang dapat dipahami secara jelas. Hal
tersebut ada dalam statement “pribadi 150% ”. Menurut saya konsep “150% orang”
agaknya menjadi batasan. Penulis berpendapat bahwa tingkat adaptasi tiap pribadi berbeda-
beda sehingga tiap orang bisa saja kurang dari 50% atau bahkan lebih dari 50%
beradaptasinya. Perlu penjelasan yang lebih tepat agar bagian ini dapat diterapkan secara
III. Rekomendasi
Buku "Menggeluti Misi lintas Budaya" oleh Sherwood G. Lingenfelter dan Marvin
perbedaan budaya. Model ini sangat bermanfaat bagi para misionaris yang berupaya
menyesuaikan diri dengan budaya yang mereka layani. Buku ini memberikan wawasan
yang berharga bagi misionaris yang melayani baik di luar negeri maupun dalam negeri.
Buku ini juga berguna bagi semua pendeta, tidak hanya bagi mereka yang melayani di
lingkungan misi internasional, tetapi juga yang melayani di gereja lokal. Setiap pendeta akan
menemukan penerapan praktis yang mudah dipahami dan diterapkan dalam buku ini.
membantu para pendeta dan misionaris memahami konteks budaya yang berbeda. Ini adalah
buku yang relevan dan praktis, membantu para pendeta di semua jenis gereja membawa
pesan Injil ke berbagai budaya yang ada di dunia, menjadikannya sumber penting dalam
pekerjaan pelayanan dan misi gereja. Bagi mahasiswa teologi, buku ini menyajikan sebuah
pandangan yang mendalam tentang tantangan dan kompleksitas yang terlibat dalam
pekerjaan misi lintas budaya. Ini bukan hanya buku teori melainkan juga memberikan
pandangan praktis tentang bagaimana misionaris dan pendeta dapat beradaptasi dengan
berbagai konteks budaya yang berbeda. Ini sangat relevan untuk studi teologi dan pelayanan
gereja mereka. Dalam studi mereka, mahasiswa teologi dapat menemukan bahwa buku ini
membantu mereka memahami pentingnya budaya dalam konteks misi dan bagaimana
mereka dapat mempersiapkan diri untuk pekerjaan pastoral dan misi di masa depan.
Sementara itu, masyarakat awam yang tertarik dalam misi gereja juga akan
menemukan buku ini bermanfaat. Buku ini memberikan pemahaman awal yang lebih baik
tentang tantangan dan prinsip-prinsip misi lintas budaya. Ini membantu masyarakat awam
untuk memahami pentingnya budaya dalam pekerjaan misi dan bagaimana mereka dapat