Bukan saja dalam dunia niaga tetapi juga dalam dunia keagamaan, simbol punya
perananan penting yang dirancang dan dipublikasikan dengan dilindungi hak cipta
sehingga tidak boleh dipakai sembarangan. Contoh : “Umat Buddha keberatan jika
simbol agama kami menjadi simbol restoran komersial, yang menjual wine
(mimunan keras) dan daging. Nama Buddha kok digunakan untuk berjualan.
Mereka, kan dapat menggunakan banyak nama dagang lain selain nama Buddha,”
kata Ketua Umum Pengurus Pusat Magabudhi, Pendeta Surya Widya, seusai
pertemuan dengan pengelola restoran Buddha-Bar yang beralamat di Jalan Teuku
Umar Nomor 1, Menteng, Jakarta Pusat, yang memiliki 2 pintu masuk. Agama
Buddha di Indonesia adalah agama yang diakui oleh negara (dijamin
keberadaannya) selain agama Islam, Kristen, Katolik, Hindu dan Konghuchu
(sumber dari internet).
Simbol berasal dari bahasa Yunani symbolon, kata kerja: symbalein yang berarti
tanda pengenal yang menjelaskan dan mengaktualisasikan suatu perjumpaan dan
kebersamaan yang didasarkan oleh suatu kewajiban atau perjanjian. Dapat juga
dikatakan bahwa simbol adalah tanda indrawi, barang atau tindakan, yang
menyatakan realita lain di luar dirinya. Simbol memiliki lingkup makna dan
kandungan isi yang amat luas, karena itu merupakan sarana ulung untuk
mengungkapkan sesuatu tentang APA YANG AKAN DITAMPILKAN. Simbol
melibatkan emosi individu, gairah, keterlibatan dan kebersamaan. Selain itu, simbol
juga terbuka terhadap berbagai arti dan tafsiran, tergantung bagaimana setiap
individu memaknai simbol itu sendiri. Simbol sebelum dipublikasikan biasanya
“diberkati” terlebih dahulu sebelum digunakan. Fungsi simbol yaitu menjembatani
masa sekarang dan masa lalu. Dengan demikian kita yang ada pada masa kini
dapat hadir pada masa lalu dan sebaliknya, mereka yang ada pada masa lalu dapat
hadir di tengah-tengah kita saat ini. Melalui dan dalam simbol dapat terungkap apa
yang disimbolkan. Simbol juga berfungsi sebagai salah satu bentuk komunikasi
antara pembuat simbol dan pemakai atau plihat simbol.
Maka manusia menciptakan alat bantu komunikasi (Liturgi). Liturgi dipahami sebagai
sebuah gerak-dinamika supaya mampu terhubung dan berdialog dengan Allah,
untuk menerima message dari sang Ilahi dan menerima message dari umat. Gerak
dinamika itu kemudian divisualisasikan melalui berbagai simbol yang sangat khas
dan khusus. Sebuah teratai yang mengembang dan Patung Buddha misalnya
adalah simbol milik agama Buddha. Sedang agama Islam diwakili oleh simbol bulan
sabit dan bintang, dalam agama Hindu kita menjumpai swastika, dalam agama
Yahudi ada bintang bersegi lima yang sangat khusus.
Tumbuhan/tanaman
Pohon Anggur, bunga Lily juga maenjadi simbol-simbol di dunia Kekristenan yang
masing-masing mempunyai arti dan makna yang menyentuh hati dan dihayati umat
Warna
Pemilihan warna liturgi dipengaruhi oleh penafsiran makna atas simbol tersebut. Di
dalam liturgi, warna melambangkan sifat dasar misteri iman yang dirayakan serta
menegaskan perjalanan hidup Kristiani sepanjang tahun liturgi. Warna-warna yang
biasanya dipakai antara lain warna putih, kuning, merah, hijau, ungu, dan hitam.
CONTOH-CONTOH SIMBOL
Roti dan Anggur, Air, Minyak, merupakan contoh simbol liturgis dari benda alamiah.
Roti dan Anggur, yang digunakan dalam perayaan Ekaristi atau Perjamuan Kudus
menyimbolkan persekutuan dengan tubuh dan darah Kristus.
Air, dipakai dalam berbagai macam perayaan liturgi. Misalnya dalam baptisan memiliki
makna simbolis yaitu untuk mengungkapkan pembersihan dosa dan penganugerahan
keselamatan dan penciptaan baru
Minyak, yang biasa digunakan adalah minyak dari pohon zaitun (meskipun demikian,
menurut buku-buku pontifikal Romawi minyak liturgi bisa berasal dari tumbuhan lain).
Minyak dapat merupakan simbol bagi anugerah kepenuhan hidup dan kesuburan (Mazmur
128:3 dan Mazmur 133:2). Minyak dalam liturgi juga melambangkan daya kekuatan Allah
yang memberi kekuatan bagi perjuangan hidup dan penyertaan Allah dalam tugas
kepemimpinan (peminyakan raja-raja dalam PL).
Warna putih
Warna putih mengungkapkan kegembiraan dan kesucian. Warna putih juga dikaitkan
dengan kehidupan baru. Selain itu juga warna putih dapat melambangkan sebuah
kesempurnaan, kejayaan dan kemuliaan abadi. Biasanya warna ini dipertukarkan atau
digunakan bersama-sama dengan warna kuning. Warna putih dapat dipakai pada hari raya
seperti Natal, Paska, Kamis Putih.
Warna kuning
Hampir sama dengan warna putih, warna kuning mengungkapkan kemuliaan, kemenangan
dan kegembiraan. Warna kuning umumnya dilihat sebagai warna yang mencolok sehingga
lebih kuat menunjukkan makna kemuliaan. Warna ini juga dapat dipakai saat Natal, Paska,
Kamis Putih ,dll.
Warna merah
Warna merah biasanya melambangkan api dan darah. Selain itu juga dapat menyimbolkan
Roh Kudus, cinta kasih, pengorbanan dan kekuatan. Di dalam tradisi Romawi kuno, warna
merah digunakan sebagai simbol kekuasaan tertinggi yaitu kaisar. Warna merah biasanya
digunakan pada saat hari raya Jumat Agung, Pentakosta, Minggu Palma.
Warna hijau
Warna hijau pada umumnya menandakan sebuah ketenangan, kesegaran dan melegakan.
Selain itu juga dapat melambangkan harapan, syukur, dan kesuburan. Warna ini dipilih
dan dipakai dalam minggu biasa di dalam liturgi sepanjang tahun. Pada masa-masa itu
manusia dapat menghayati hidupnya dengan penuh ketenangan terhadap karya-karya
Tuhan.• Warna ungu
Warna ungu merupakan simbol bagi kebijaksanaan, keseimbangan, sikap berhati-hati dan
mawas diri. Selain itu warna ini juga mengungkapkan pertobatan. Digunakan pada masa
Prapaska dan Adven, ketika manusia diundang untuk bertobat, mawas diri dan
mempersiapkan diri bagi perayaan Natal dan Paska.
Warna hitam
Warna hitam biasanya dipakai untuk melambangkan kematian, kegelapan ,kesedihan dan
kedukaan. Warna ini digunakan pada saat ibadah atau peristiwa kematian.