Anda di halaman 1dari 15

SEJARAH CIJULANG

(Kajian Struktural, Semiotik, dan Etnopedagogik)

Dini Novianti Sutrisna


Pos-el: nsdini_834@yahoo.co.id

ABSTRAK
Penelitian ini berjudul “Sajarah Cijulang (Ulikan Struktural, Semiotik, jeung Étnopédagogik)”.
Penelitian ini membahas naskah Sajarah Cijulang dari segi struktural, semiotik, dan
etnopedagogiknya. Latar belakang penelitian ini adalah karena masih sedikitnya penelitian
tentang naskah Sajarah Cijulang, selain itu naskah Sajarah Cijulang masih digunakan atau
bibacakan secara rutin oleh masyarakat Cigugur, kabupaten Pangandaran pada bulan Muharam,
bulan Maulud, dan pada malam-malam kliwon tertentu, tapi masih banyak masyarakat yang tidak
mengetahui keadaan dan isi naskah ini. Penelitian ini bertujuan untuk memahami isi salah satu
karya sastra, bisa mengungkap nilai-nilai budaya lama sebagai langkah dalam memelihara budaya
nasional, serta untuk mengenal hasil pemikiran masyarakat jaman dulu. Metode penelitian yang
digunakan adalah metode deskriptif analisis. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah teknik dokumentasi dan studi pustaka. Dari hasil penelitian terlihat bahwa
alur cerita Sajarah Cijulang menggunakan alur maju yang dibagi menjadi beberapa episode.
Karakter dalam naskah Sajarah Cijulang merupakan tokoh-tokoh fiksi dan tokoh-tokoh sejarah.
Latar yang ada dalam cerita Sajarah Cijulang merupakan tempat-tempat yang ada disekitar daerah
Cijulang. Dalam naskah Sajarah Cijulang ditemukan 59 unsur semiotik yang meliputi ikon 8,5%,
indeks 59,3%, simbol 32,2%. Dari hasil analisis naskah Sajarah Cijulang ditemukan 146 nilai
etnopedagogik yang meliputi nilai etnopedagogik moral kemanusiaan 45,2%, gapura panca
waluya 32,9%, dan catur jatidiri insan 21,9%.
Kata Kunci: Sajarah Cijulang, struktural, semiotik, etnopedagogik

SAJARAH CIJULANG
(The Study of Structure, Semiotics, and Ethnopedagogy)

Abstract
This study is entitled Sajarah Cijulang (The Study of Structural, Semiotics, and
Ethnopedagogy. This study discusses the manuscript of Sajarah Cijulang in terms of
structural, semiotic, and ethnopedagogy. The background of this research is because there
are still a small number of researches on the manuscript of Sajarah Cijulang. In addition, the
manuscript of Sajarah Cijulang is still read regularly by the people of Cigugur, Pangandaran
Regency in the month of Muharram, Maulud, and on several kliwon nights. However, many
people still do not know the facts and the content of the manuscript. This study aims to
understand the contents of the literary work, to uncover old cultural values as a step in
preserving the national culture, as well as to know the ideas of the ancient society. This study used
descriptive analysis method. The data collection techniques employed in this study was
documentation and technical literature. The study revealed that the storyline of Sajarah Cijulang
has forward plot that can be divided into several episodes. The characters in Sajarah Cijulang
are fictional characters and historical characters. The backgrounds in Sajarah Cijulang are
places that exist around the Cijulang area. In the manuscript of Sajarah Cijulang, 59 semiotic
elements were found. They include 8.5% of icons, 59.3% of indexes, 32.2% of symbols. From the
analysis, 146 etnopedagogical values were found in Sajarah Cijulang. The values are 45.2% of
human moral, 32.9% of gapura panca waluya, and 21.9% of catur jatidiri insan.
Keywords: Sajarah Cijulang, Structural, Semiotics, Ethnopedagogy
23
24 | LOKABASA Vol. 6, No. 1, April 2015

PENDAHULUAN satu, ketiga unsur itu disebut struktur


Naskah Sejarah Cijulang merupakan factual atau tingkatan factual cerita.
salahsatu naskah yang masih dikeramatkan Alur merupakan rangkaian kejadian-
oleh sebagian kelompok masyarakat. kejadian dalam sebuah cerita. Istilah alur
Mereka percaya terhadap beberapa mitos biasanya terbatas pada kejadian-kejadian
yang berkaitan erat dengan sejarah yang mempunyai hubungan kausalitas saja,
Cijulang. Seperti naskah itu tidak boleh suatu kejadian menyebabkan atau
dibaca pada hari Selasa dan hari Sabtu, disebabkan oleh kejadian lain Stanton
tidak boleh di foto, dan tidak boleh (2007, hal. 33), istilah karakter bisa diterap-
dipinjamkan kepada sembarang orang. kan pada dua konteks. Konteks pertama,
Naskah Sejarah Cijulang masih dibaca karakter merujuk pada tokoh-tokoh yang
oleh masyarakat kecamatan Cigugur, kabu- muncul dalam cerita. Konteks kedua,
patén Pangandaran pada bulan MUharam, karakter merujuk pada campuran dari
bulan Maulud, dan malam-malam kliwon berbagai kepentingan, keinginan, emosi,
tertentu. Walaupun demikian, tidak semua dan prinsip moral dari tokoh-tokoh yang
masyarakatnya mengetahui naskah Sejarah ada dalam cerita. Karakter seorang tokoh
Cijulang. bisa terlihat dari nama tokoh itu sendiri,
Untuk mengetahui bagaimana gam- bisa juga terlihat dari deskripsi dan
baran Sejarah Cijulang dan mengungkap komentar pengarang pada seorang tokoh.
isinya, tentu harus menggunakan teori Stanton (2007, hal. 35) menyebutkan
tertentu. Teori yang digunakan yaitu struk- latar merupakan lingkungan yang mencakup
turalisme, semiotik, dan etnopedagogik. suatu kejadian dalam cerita, semesta yang
Menurut Hawkes dalam Pradopo (2010, hal. mempunyai interaksi dengan kejadian-
37) strukturalisme dipandang selaku cara kejadian yang sedang berlangsung. Latar
berfikir mengenai dunia sastra yang me- bisa berwujud tempat, bisa juga berwujud
rujuk pada susunan hubungannya. Dengan waktu-waktu tertentu (hari, bulan, dan
demikian, setiap unsur dalam sistem tahun), cuaca, atau suatu periode sejarah.
struktur akan mempunyai makna apabila Kata semiotik berasal dari bahasa
berhubungan dengan unsur yang lain. Yunani yaitu semeion, yang berarti tanda.
Dalam ilmu sastra, “strukturalisme” Semeion merupakan cabang ilmu yang
merupakan kelompok-kelompok gejala mempelajari tanda dan segala hal yang
yang erat kaitannya. Misalnya: pelaku- berhubungan dengan tanda (Syuropati,
pelaku dari sebuah novel bisa dibagi 2003, hal. 66).
menjadi: tokoh utama, antagonis, tokoh Dilihat dari objeknya, Peirce membagi
pelengkap, dsb. Pembagian seperti itu tanda menjadi tiga, yaitu ikon (icon), indeks
didasari oleh hubungan yang erat antar (index), dan simbol (symbol) (Budiman,
pelaku. Antara pelaku utama dan pelaku 2011, hal. 78).
tambahan ada hubungan asosiasi, antara Ikon merupakan tanda yang berdasar
pelaku utama dan pelaku protagonist ada pada persamaan atau kemiripan
hubungan oposisi. Hubungan tersebut (resemblance) antara representamen dengan
bersifat tetap, tidak berubah (Luxemburg, objeknya. Ikon tidak hanya mencakup citra-
dkk., 1992, hal. 36). citra realistis seperti pada lukisan atau foto
Menurut Stanton (2007, hal. 20) teori saja, tapi mencakup ekspresi-ekspresi
fiksi dibagi menjadi tiga, yaitu fakta cerita, berupa grafik, skema, peta geografis,
tema, dan sarana sastra. Fakta dalam sebuah persamaan matematis, dan metafora.
cerita mencakup alur, karakter, dan latar. Indeks merupakan tanda yang mem-
Ketiga unsur fiksi tersebut berfungsi punyai hubungan fenomenal atau eksis-
sebagai catatan kejadian imajinatif dari tensial antara representamen dan objeknya.
sebuah cerita. Apabila dirangkum menjadi Dalam indeks antara tanda dan objeknya
Dini Novianti Sutrisna: Sejarah Cijulang | 25

mempunyai hubungan yang konkret, aktual, HASIL DAN PEMBAHASAN


serta biasanya melalui suatu cara yang Fakta cerita menurut Stanton
sekuensial atau kausal. Indeks bisa berupa mencakup: alur, karakter, dan latar. Alur
zat atau barang material, gejala alam, gejala cerita Sejarah Cijulang menggunakan alur
fisik, suara, dan goresan. maju yang dibagi kedalam beberapa
Simbol merupakan tanda yang repre- episode. Cerita setiap episodenya ada yang
sentamennya merujuk pada objek tertentu lengkap, ada juga yang hanya menyebutkan
tanpa adanya motivasi (unmotivated). tokoh dan keturunannya. Oleh karena itu
Simbol terbentuk melalui konvensi-kon- yang dianalisis hanya tiga episode uatama
vensi atau kaidah-kaidah tanpa adanya yang ceritanya dianggap lengkap.
hubungan langsung antara representamen 1. Episode pertama menceritahan asal mula
dengan objeknya, atau mempunyai sifat diciptakannya alam dunia, Nabi Adam,
arbitrer. dan silsilah raja-raja Sunda (Galuh-
Berkaitan dengan etnopedagogik, Pajajaran). Hal itu seperti terlihat pada
Ruhaliah (2015, hal. 45) menyebutkan catatan dibawah ini.
etnopedagogik adalah ilmu yang berdasar
kepada budaya dan adat kebiasaan Bismillahirraohmanirrohiim
masyarakat yang harus dilestarikan, supaya Ikilah sajarah purwaning jagat kang
maju dan berkembang, dan terwujud gumelar sakabéh.
menjadi kehidupan yang unggul. Tetkala awang-awang uwung-uwung
Orientasi etnopedagogik Sunda durung ana kang sawiji-wiji, la ta‟yun
menciptakan Catur Jatidiri Insan sebagai gaibu‟lguyub arané. Mangka aya kersa
manusia unggul (Maung), yakni pengkuh méméh aya anu dikersakeun,
agamana (spiritual quotient), luhung dingaranan naktu gaib. Mangka aya
élmuna (intelektual quotient), jembar kersa anu dikersakeun, dingaranan
budayana (emotional quotient), jeung a‟yan thabitah. Mangka aya warna
rancagé gawéna (actional quotient) rupa, dingaranan „alam arwah roh
(Suryalaga dalam Sudaryat, 2014, kc. 124). idopi.
Etnopedagogik Sunda mendorong ……………..
kegiatan pendidikan dan pembelajaran Mangka Alloh ta‟ala ngersakeun
untuk memasuki Gapura Panca Waluya, ngadamel adam tapel; lajeng Alloh
yakni cageur, bageur, bener, pinter, singer, ta‟ala angandika maring malaikat
yang dikukuhkan dengan karakter pangger Jibril: Ya Jibril, manéh kudu leumpang
(Sudaryat, 2014, kc. 127). bumi tujuh langit
tujuh, cokot lemah putih saking
METODE kasucian ningsun
Metode yang digunakan dalam ..................................
penelitian ini yaitu metode deskriptif
analisis. Metode deskriptif analisis dalam Mangka nuli angalih Raja Putri ka
penelitian ini digunakan untuk men- Gunung Padang, nuli sujud di Gunung
deskripsikan struktur cerita, unsur semiotik, Padang. Tatkala eukeur sujud, mangka
dan nilai etnopedagogik yang ada dalam nuli metu cahya tina socané, mangka
naskah Sejarah Cijulang. Sumber data yang iku dingaranan Ratu Galuh.
digunakan dalam penelitian ini yaitu naskah Mangka lawas-lawas ia ratu Galuh,
Sejarah Cijulang koleksi Perpustakaan nuli dadi nyakrawati ing Nusa Jawa.
Nasional Republik Indonesia (PNRI) nomer
katalog SD 206B. Teknik yang digunakan 2. Episode kedua menceritakan cerita
dalam penelitian ini adalah teknik perjalanan Aki Gede dan Nini Gede
dokumentasi dan studi pustaka. orang Kedungrandu yang melakukan
26 | LOKABASA Vol. 6, No. 1, April 2015

perjalanan dari Kedungrandu sampai ke Ti dinya putrana dipundut ku


Gurago. Hal itu seperti terlihat pada Kangjeng Sinuhun, ari ku Nini jeung ku
catatan dibawah ini. Aki teu disanggakeun; nepi ka tujuh
Ieu nyarioskeun babad karuhun kali mundut, henteu disanggakeun baé.
anu asal Kedungrandu, wasta Nini Ari geus kitu disaur, Nini Gedé Aki
Gedé Aki Gedé. Éta sadérékna 4, Gedé, sarta tuluy nemonan.
pameget sadaya. 1 Sembah Jang Pati, ………………………………..
anu di Ciamis; 2 Sembah Jang Raga, Teu lila jol deui serat ti dalem
anu di Karangsimpang; 3 Sembah Jang Tambela, nepi ka tujuh kali.
Singa, anu di Panjalu; 4 Sembah Jang Ari panutupna, pok deui Aki Gedé
Langas, anu di Cijulang. ngalahir ka mantuna: “Kedungrandu
…………….. ogé, lantaran ngabélaan anak. Ayeuna
geus di dieu, dipundut deui ku nu
3. Episode ketiga menceritakan Sembah kagungan nagara. Ayeuna mah sugan
Agung yang berada di Taal. Hal tersebut urang sanggakeun baé, mana kitu ogé
seperti terlihat pada catatan di bawah ini. geus takdir diri urang.”
Ieu pasal nyarioskeun Sembah Ari walon mantuna: “Nya mangga
Agung anu di Ta‟al. baé atuh.”
Saangkatna ti Cihaur, lajeng ……………
lalampah ka sagara, meunang tilu
taun. Ari parantos tilu taun, lajeng deui 2) Nini Gede
angkat ngalalakon, lawas-lawas Nini Gede memiliki watak yang sama
sumping ka Sukapura, ka Dalem dengan Aki Gede, teguh pendirian. Watak
Tambéla. yang lainnya tidak diceritakan. Hal itu
…………… terlihat seperti di bawah ini.

Karakter dalam naskah Sejarah Ti dinya putrana dipundut ku


Cijulang merupakan tokoh-tokoh fiksi dan Kangjeng Sinuhun, ari ku Nini jeung ku
tokoh-tokoh sejarah. Tokoh-tokoh yang Aki teu disanggakeun; nepi ka tujuh
terbilang jadi pusat dalam cerita Sejarah kali mundut, henteu disanggakeun baé.
Cijulang ini diantaranya Aki Gede, Nini Ari geus kitu disaur, Nini Gedé Aki
Gede, anak perempuan Aki Gede, Sembah Gedé, sarta tuluy nemonan.
Ragasangsang, kerabat Aki Gede yang di …………………..
Banyumas, Kangjeng Sinuhun, Dalem
Tambela, Sembah Agung, Nyi Putri (anak 3) Anak Perempuan Aki Gede
Dalem Tambela), Raden Haji, Ratu Galuh, Anak perempuan Aki Gede memiliki
anak cucu Ratu Sunda, Ratu Sunda, Suktan watak sabar, patuh kepada kedua orang tua
Suldi, Sultan MUradi, Prabu Wasek, dan dan suaminya. Hal itu terlihat ketika dirinya
Sembah Jang Langas. diserahkan kepada Dalem Tambela, dia
hanya menuruti keputusan ayah dan suami-
1) Aki Gede atawa Sembah Gede nya. Hal tersebut terlihat dalam catatan di
Aki Gedé miboga sikep kukuh kana bawah ini.
pamadeganana, sabar, wijaksana, sarta boga Énggalna lajeng bae disanggakeun
jiwa kapamingpinan. Hal éta katitén dina ku carogena ka Dalem Tambela.
cutatan ieu di handap. Ari carogéna barang sumping ka
Aki Gede memiliki sifat teguh pen- Gurago, sup ka mitoha teu betah, sup
dirian, sabar, bijaksana, serta mempunyai ka sadérék-sadérékna teu betah.
jiwa kepemimpinan. Hal itu terlihat dari
catatan di bawah ini.
Dini Novianti Sutrisna: Sejarah Cijulang | 27

4) Sembah Ragasangsang (menantu Aki 7) Dalem Tambela (Dalem Sukapura)


Gede) Dalem Tambela memiliki sikap yang
Sembah Ragasangsang memiliki watak bijaksana serta menghargai orang lain, tidak
pasrah, baik, serta bijaksana. Hal itu terlihat memaksakan kehendaknya sendiri. Hal itu
pada catatan di bawah ini. terlihat pada catatan di bawah ini.

Teu lila jol deui serat ti dalem Lila-lila pok Dalem Tambela
Tambela, nepi ka tujuh kali. ngadawuhan kieu: “Éh, Agus, éta
Ari panutupna, pok deui Aki Gedé pamajikan Agus, keur kami baé, nya!”
ngalahir ka mantuna: “Kedungrandu Ari piunjukna mantu Aki Gedé:
ogé, lantaran ngabélaan anak. Ayeuna “Sumuhun narah gusti.”
geus di dieu, dipundut deui ku nu Ari geus beurang, tuluy mantu Aki
kagungan nagara. Ayeuna mah sugan téh marulih.
urang sanggakeun baé, mana kitu ogé Teu sakumaha lilana ti barang
geus takdir diri urang.” marulih tas ngadeuheusan téa, jol aya
Ari walon mantuna: “Nya mangga serat ti Dalem Tambéla, unggelna
baé atuh.” mundut putra Aki, pamajikan utusan
…………… téa. Tapi teu diwaro.
Teu lila jol deui serat ti dalem
5) Kerabat Aki Gede yang di Banyumas Tambela, nepi ka tujuh kali.
Kerabat Aki Gede yang di Banyumas
memiliki sifat baik kepada keluarganya. Hal 8) Sembah Agung
itu terlihat pada catatan dibawah ini. Sembah Agung memiliki sifat senang
memperlihatkan kemampuan dan keahlian-
Ari eukeur ngadawuh kitu, aya nya, serta memiliki sikap tanggung jawab.
sadérékna anu ti Banyumas: atuh buru- Hal itu terlihat pada catatan di bawah ini.
buru baé ka Kedungrandu bari nyarita,
pokna: “Nini, Aki kaula ngadéngé Harita Dalem Tambela
dawuhan Kangjeng Sinuhun yén Nini ngadawuhan, dawuhanana: “Saha-
jeung Aki rék dirurugan. Ayeuna ulah saha anu bisa nganggeuskeun Situ
tiis-tiis jahé, kudu geuwat baé Cimawaté, top baé anak kaula.”
leumpang ka Kulon!” Sembah Agung barang ngadangu,
………………….. pok anjeunna unjukan yeu rék nyoba-
nyoba.
6) Kangjeng Sinuhun
Kangjeng Sinuhun memiliki sifat Sanggeus kawidian ku Dalem
dictator, semaunya sendiri. Hal itu terlihat Tambela, lajeng ku Sembah Agung
pada catatan di bawah ini. dipidamel. Ngan kénging sapoé
sapeuting parantos situ téh.
Ari geus marulih, lajeng baé Ti dinya lajeng unjukan ka
digunemcaturkeun ku Kangjeng Kangjeng Dalem bari nyuhunkeun
Sinuhun Dawuhanana: “Kumaha ta diuninga.
Nini Gedé, Aki Gedé dipundutan Lajeng ku Kangjeng Dalem
mu‟jijat kieu-keiu, ngajadi baé, henteu ditingali.
aya anu pogog. Kawasna ngan kudu Ari dawuhan Kangjeng Dalem:
dirurugan baé ayeuna mah ku kami.” “Ambu-ambu atuh ieu mah peryoga
……………… pisan, sarta rempug jeung karep kami.”
……………..
28 | LOKABASA Vol. 6, No. 1, April 2015

9) Nyi Putri (anak Dalem Tambéla) pamos ka nagara Pakuan, anu matak
Nyi Puti memiliki sifat penurut, serta leumpang ka ratu Cempa.
penyayang. Hal itu terlihat pada catatan di
bawah ini. 13) Ratu Sunda
Ti dinya lajeng putri dicandak ku Ratu Sunda memiliki sifat tegas,
Sembah Agung, lajeng angkat ka Wétan. apabila ada yang melawan perintahnya,
……………… walaupun anaknya sendiri akan di usir dari
negaranya. Hal itu terlihat pada catatan di
10) Radén Haji bawah ini.
Raden haji memiliki sifat kurang
tanggung jawab terhadap pekerjaan, sabar, Punika margané anak putu Ratu
memiliki usaha untuk mempertahankan apa Sunda bubaran saking Pajajaran,
yang dimilikinya. Hal itu terlihat pada ditundung ku kang rama sanggeus
catatan di bawah ini. meunang wurukan ti Kiyai An Sancang
samulihna saking Mekah, nuli ka putra
Ari Dalem Tambéla, harita keur kekel imanna lan islamna, tegesna
miwarang nyitu Cimawaté, ari anu henteu anut kana syaré‟at kang rama;
dipiwarang, piminantueunana, wastana margané ditundung , sabab matak
Radén Haji; nanging henteu tiasa pamos ka nagara Pakuan, anu matak
parantos. leumpang ka ratu Cempa.

11) Ratu Galuh 14) Sultan Muradi


Ratu Galuh memiliki watak sombong, Sultan Muradi memiliki sifat adil,
takabur, sebab merasa memiliki kesaktian tegas, dan menegakan kebenaran. Hal
dan kekuasaan. Hal itu terlihat pada catatan tersebut terlihat pada catatan di bawah ini.
di bawah ini.
Lan lamun sampun teka jangjiné
Mangka nuli angalih Raja Putri ka kang rama, mangka matuk maring
Gunung Padang, nuli sujud di Gunung Mekah, maring kang raka. Lan sapun
Padang. Tatkala eukeur sujud, mangka parapta maring gagaman, kaya wong
nuli metu cahya tina socané, mangka arep angrurug, lamun ana ratu baha
iku dingaranan Ratu Galuh. maring kersané Tuhan, kang sinungan
Mangka lawas-lawas ia ratu nyakrawati di nusa Jawa.
Galuh, nuli dadi nyakrawati ing Nusa
Jawa. Latar yang dianalisis dari naskah
12) Anak cucu Ratu Sunda Sejarah Cijulang ini terpusat pada episode
Anak cucu Ratu Sunda memiliki sifat perjalanan Aki Gede dan Nini Gede dari
teguh pendirian, baik, sabar, walaupun di Kedungrandu ke Gurago. Dalam naskah
usir oleh ayahnya. Hal tersebut terlihat pada Sejarah Cijulang latar tempatnya meru-
catatan di bawah ini. pakan tempat-tempat yang ada disekitar
daerah Cijulang. Adapun latar waktu dan
Punika margané anak putu Ratu keadaan tidak disebutkan secara gambling.
Sunda bubaran saking Pajajaran, Latar tempat yang ada dalam naskah
ditundung ku kang rama sanggeus Sejarah Cijulang diantaranya bisa terlihat
meunang wurukan ti Kiyai An Sancang dalam catatan di bawah ini.
samulihna saking Mekah, nuli ka putra Ti dinya lajeng netepkeun
kekel imanna lan islamna, tegesna putrana hiji anu ngeusian éta lembur,
henteu anut kana syaré‟at kang rama; anu jenengan Sang Perbu Lajeng
margané ditundung , sabab matak Jagat.
Dini Novianti Sutrisna: Sejarah Cijulang | 29

Ari Nini, Aki, jeung saréncangna,


tuluy angkat deui ngulon, lajeng Analisis unsur semiotik dalam
ngidul. Barang sumping ka pasir, penelitian ini menggunakan teori Peirce
lajeng lirén, ngaso. Ayeuna éta tempat yaitu menginterpretasikan tanda-tanda yang
katelah Cikaso. termasuk ke dalam ikon, indeks, dan
Ti dinya lajeng angkat deui. Ari simbol.
geus jauh hég lirén deui, prak Ikon yang ditemukan dalam naskah
ngadamel imah hiji, balé hiji. Ayeunana Sejarah Cijulang ada lima, meliputi ikon
éta lembur katelah Kalémba. imaji dan ikon metafora.
Tabel 1: Analisis Unsur Ikon
Tipe
No. Kode Data Referent Interprétasi
Img. Dgm. Mfr.
1. SC/21/7/3 Bubulak √ Bubulak Karangsimpang
Karangsimpang merupakan tanda yang
menunjukan “bubulak”
tempat Aki Gede dan
pengikutnya membuat
pasakan untuk dimakan ketika
dalam perjalanan dari
Kedungrandu. Hal itu terlihat
pada catatan di bawah ini.
Barang sumping ka bubulak,
tuluy olah-olah, bararang
tuang. Mangka ayeunana
katelah Bubulak
Karangsimpang.
2. SC/21/8/3 Binangun √ Kata Binangun merupakan
tanda dari dibangunnya
beberapa bangunan di suatu
tempat yang jadi perhentian
Aki Gede dalam
perjalanannya. Hal itu terlihat
pada catatan di bawah ini.
Barang sumping ka hiji
tempat, lajeng lirén. Di dinya
prak ngadamel pondok hiji,
sumur hiji. Anu ayeuna
katelah lembur Binangun.
3. SC/28/8/4 Kalénwadas √ Kalénwadas merupakan tanda
dari ditemukannya kain bekas
wawadas. Hal itu terlihat pada
catatan di bawah ini.
Ti dinya teras
angkat ngétan, kapendak
lamak urutna, wawadas. Mana
aya lembur ngaran
Kalénwadas.

Indeks yang ditemukan dari naskah gejala fisik. Beberapa indeks yang
Sejarah Cijulang sebanyak 35, yang ditemukan seperti terlihat pada table di
meliputi indeks zat atau material, bawah ini.
aktualisasi, tingkah-laku, gejala alam, dan
30 | LOKABASA Vol. 6, No. 1, April 2015

Tabel 2: Analisis Unsur Indéks


No. Kode Data Réferent Tipe Interprétasi
1. SC/2/3/3 Idajil la’natu’llah indéks Kecap Idajil la‟natu‟llah merupakan
aktualisasi indeks dari raja Iblis yang dilaknat oleh
Alloh sebab tidak taat pada perintah-Nya.
Hal itu terlihat pada catatan di bawah ini.
….mangka pada sujud sakéhé para
malaikat ka Nabi Adam, anging Idajil
la‟natoe‟llah anu teu daékeun sudjud.
(mangka pada sujud sakabéh malaikat ka
Nabi Adam, anging Idajil la’natulloh anu
teu daékeun sujud.)
2. SC/2/3/4 kabendon indéks Kata kabendon merupakan tanda
kalakuan indeksikal dari akibat melakukan
kesalahan, yaitu tidak taat kepada perintah
Alloh. Hal itu terlihat pada catatan di
bawah ini.
…mangka pada sujud sakéhé para
malaikat ka Nabi Adam, anging Idajil
la’natoe’llah anoe teu daekeun soedjoed.
Mangka noeli kabendon dening Alloh
ta’ala.
(mangka pada sujud sakabéh malaikat ka
Nabi Adam, anging Idajil la’natulloh anu
teu daékeun sujud. Mangka tuluy
kabendong ku Alloh Ta’ala.)
3. SC/2/5/2 Yang Agung indéks Kata Yang Agung merupakan indeks dari
aktualisasi rasa pengagungan mahluk kepada Alloh
selaku penciptanya. Hal itu terlihat pada
catatan di bawah ini.
Mangka tuluy malaikat Jibril nyaur ka
Idajil: “Hé Idajil, manéh dawuhan Yang
Agung, kudu turun ka alam dunya”.

Simbol yang ditemukan dalam naskah itu dianalisis, hanya kata-kata yang
Sejarah Cijulang ada 19. Dalam naskah menimbulkan multitapsir. Beberapa analisis
Sejarah Cijulang banyak kata-kata yang seperti terlihat pada tabel di bawah ini.
mengandung simbol, tapi tidak semua kata

Tabel 3: Analisis Unsur Simbol


No. Kode Data Réferent Interprétasi
1. SC/4/7/2 pakaél-kaél cinggir Pakaél-kaél cinggir merupakan simbol dari
hubungan atau posisi yang dekat antara Nabi
Adam dan Babu Hawa. Hali itu terlihat pada
catatan di bawah ini.
Tuluy baé angkat tina panglinggihanana
reujeung Babu Hawa, bari pakaél-kaél cinggir.
2. SC/8/5/8 Nyai Sri Nyai Sri merupakan simbol padi yang ada di
Pulau Jawa. Hal itu terlihat pada catatan di
bawah ini.
Nuli anyandak alaki Nyai Sri, nyaéta paré iku
ana ing nusa Jawa.
(Tuluy nyandak binih pare, nya éta anu aya di
pulo Jawa.)
3. SC/8/1/5 kulon Kata kulon menyimbolkan tempat yang berada
di sebelah barat yang menjadi tujuan perjalanan
Dini Novianti Sutrisna: Sejarah Cijulang | 31

No. Kode Data Réferent Interprétasi


Nyai Rarawisa. Hal itu terlihat pada catatan di
bawah ini.
Mangka noeli panas ing nagarané, iku mangka
dén tundung maring kang rama. Mangka
sanggeusing ditundung, nuli angkat ka kulon,
(mangka tuluy panas di nagarana, ieu mangka
diusir ku ramana. Mangka sanggeusna diusir,
tuluy angkat ka kulon.)

Nilai etnpedagogik naskah Sejarah


Cijulang meliputi (1) Catur Jatidiri Insan; 2) Luhung Élmuna
(2) Moral Kemanusiaan; dan (3) Gapura Luhung elmuna merupakan kulaitas
Panca Waluya. sumber daya manusia yang memiliki
Di bawah ini dijelaskan nilai kecerdasan dalam mengatasi masalah
etnpedagogik “Catur Jatidiri Insan” yang hidupnya, menguasai iptek, cerdas, tahu,
meliputi pengkuh agamana (SQ), luhung dan berdaya saing.
élmuna (IQ), jembar buadayana (EQ), Mangka nuli angalih Raja Putri ka
rancagé gawéna (AQ) (Suryalaga dalam Gunung Padang, nuli sujud di Gunung
Sudaryat, 2014). Padang. Tatkala eukeur sujud, mangka
nuli metu cahya tina socané, mangka
1) Pengkuh Agamana (SQ) iku dingaranan Ratu Galuh.
Pengkuh agamana merupakan kualitas Mangka lawas-lawas ia ratu Galuh,
kecerdasan spiritual religiusitas, memiliki nuli dadi nyakrawati ing Nusa Jawa.
perilaku Imtaq sesuai dengan ajaran aqidah ………………….
agama masing-masing. (Mangka tuluy ngalih Raja Putri ka
Mangka dipernahkeun Nabi Adam Gunung Padang, tuluy sujud di Gunung
maring sawarga, maka sakéhé ruhiyat Padang. Nalika eukeur sujud, mangka
iko kinon, sujud déning Alloh ta‟ala ka tukuy kaluar cahya tina socana,
Nabi Adam, mangka pada sujud sakéhé mangka éta dingaranan Ratu Galuh.
para malaikat ka Nabi Adam, anging Mangka lila-lila manéhna jadi
Idajil la‟natulloh anu teu daékeun ngawasa di nusa Jawa.)
sujud. Mangka nuli kabendon dening Dari catatan Sejarah Cijulang di atas
Alloh ta‟ala. terlihat bahwa Raja Putri memiliki ilmu
………………….. yang luhur, hal itu ditandai dengan adanya
(Mangka dipernahkeun Nabi Adam ka cahaya yang keluar dari matanya. Dengan
sawarga, maka sakabéh ruhiat sujud ka kesaktiannya itu dirinya dinamai Ratu
Nabi Adam, mangka pada sujud Galuh, serta lama-lama berkuasa di Pulau
sakabéh para malaikat ka Nabi Adam, Jawa.
iwal Idajil la‟natuloh anu teu daékeun
sujud. Mangka tuluy kabendu ku Alloh 3) Jembar Budayana
ta‟ala.) Jembar budayana merupakan kualitas
Catatan Sejarah Cijulang di atas kecerdasan emosi, berwawasan luas, arif
menggambarkan bahwa semua mahluk taat bijaksana, tak gagap budaya, tak kehilangan
kepada perintah Alloh. Ketika Alloh jatidiri yang manusiawi dan agamis
memerintahkan mahluk-Nya supaya ber- (religius), yang menghargai multietnis dan
sujud kepada Nabi Adam, maka semua multikultur.
mahluk taat kepada perintah-Nya yaitu Barang geus tumetep, lajeng ngadamel
bersujud kepada Nabi Adam, kecuali Idajil panghulu, khalifah sareng pangkat-
la’natulloh.
32 | LOKABASA Vol. 6, No. 1, April 2015

pangkat séjén. Lajeng nikahkeun di selesai, serta perahu itu bisa menyelamatkan
dinya. diri dan umatnya dari angina topan.

Dari catatan di atas terlihat bahwa Moral Kamanusaan


masyarakat pada zaman itu sudah tahu Orientasi etnopedagogik Sunda
aturan, tahu terhadap sistem pemerintahan menciptakan manusia yang bermoral atau
dan sebagainya yang diperlukan untuk berkarakter, yakni manusia yang taat pada
mengatur serta membantu kehidupannya. hukum, berpijak kepada ketentuan Negara,
Dari catatan Sejarah Cijulang di atas dan bermufakat kepada orang banyak. Ku
diterangkan bahwa Aki Gede dan pengi- kituna catur diri insan mengacu kepada
kutnya menentukan penghulu, khalifah, dan moral kemanusiaan yang menjadi
pangkat-pangkat lain yang diperlukan bagi pandangan hidup orang Sunda, yakni (1)
kelangsungan hidup masyarakatnya. moral manusia terhadap Tuhan, (2) moral
manusia tehadap pribadi, (3) moral manusia
4) Rancagé Gawéna terhadap manusia lainnya, (4) moral
Rancage gawena merupakan kulaitas manusia terhadap alam, (5) moral manusia
dalam berproses sinergik yang intergral dari terhadap waktu, dan (6) moral manusia
IQ, EQ, dan SQ yang beretos kerja tinggi, dalam mengejar kepuasan lahiriah dan
berprestasi, mampu dalam berprestasi, batiniah.
berperilaku aktif, kreatif, inovatif yang bisa
menyesuaikan diri dengan perkembangan 1) Moral Manusia kepada Tuhan
zaman dan menguasai zaman. Moral manusia kepada Tuhan
Kangjeng Nabi Nuh ngadamel parahu menggambarkan sikap dan perilaku
anu leuwih gedé. Parantos ngadamel manusia yang taat dalam melaksanakan
parahu, tuluy Nabi Nuh nyipta angin ajaran agama, toeransi terhadap agama lain,
topan anu gedé sarta banget, datangna serta hidup rukun dan damai dengan orang
angin tina poncoroting sagara. yang berbeda agama.
Mangka nuli kakélem alam dunya,
antara opat puluh poé. Ari anu anut
kana syare‟at Nabi Nuh, mangka pada Barang putri sumping ti cai, lajeng
arunggah kana parahu Kangjeng Nabi murangkalih téh ditéang, bet teu aya.
Nuh sadaya. Ari pilahirna putri: “Emh, geus pinasti
………………… kersaning Alloh, murangkalih henteu
(Kangjeng Nabi Nuh ngadamel parahu aya.”
anu leuwih gedé. Parantos ngadamel
parahu, tuluy Nabi Nuh nyipta angina Tina cutatan Sajarah Cijulang di luhur
topan anu gedé pisan, datangna tina katitén pengkuhna iman Putri, hal éta
poncoroting sagara. Mangka tuluy katémbong tina sikep Putri anu pasrah kana
kakélem alam dunya, antara opat papastén ti Alloh. Sanajan manéhna ngarasa
puluh poé. Ari anu anut kana syaréat sedih lantaran anakna leungit, tapi manéhna
Nabi Nuh, mangka pada arunggah teu ngarasula, narima kana takdir anu geus
kana parahu Kangjeng Nabi Nuh ditangtukeun ku Alloh.
sadaya.)
Catatan Sejarah Cijulang di atas 2) Moral Manusa terhadap Pribadi
menerangkan kreatifitas Nabi Nuh ketika Moral manusia terhadap pribadi
membuat perahu yang begitu besarnya merupakan sikap manusia dalam
untuk menaikan umat-umatnya ketika ada hubungannya dengan diri pribadi sebagai
angina topan. Dengan kreatifitasnya bisa individu, yang yang ditandai dengan
menyelesaikan pekerjaan tersebut sampai
Dini Novianti Sutrisna: Sejarah Cijulang | 33

kualitas sumber daya manusia (SDM) atau terlihat kerabat Aki Gede dan Nini Gede
sumber daya insani (SDI). memberitahu bahwa Kangjeng Sinuhun
akan menyerang Aki Gede dan Nini Gede,
Ari Nini, Aki, jeung saréncangna, tuluy dengan demikian diberitahu oleh kerabatnya
angkat deui ngulon, lajeng ngidul. itu supaya cepat-cepat pergi dari
Barang sumping ka pasir, lajeng lirén, Kedungrandu.
ngaso. Ayeuna éta tempat katelah
Cikaso. 4) Moral Manusa terhadap Alam
Moral manusia terhadap alam meru-
Catatan Sejarah Cijulang di atas pakan sikap manusia dalam hubungannya
menggambarkan bahwa selaku pribadi kita dengan lingkungan alam, ditandai dengan
harus menghargai diri kita sendiri dengan kesadaran ekologi/ ekosistem dan geo-
cara memeberi kesempatan kepada diri kita politics/kewilayahan. Sikap dan tindakan
untuk beristirahat dari pekerjaan, istirahat yang selalu berupaya mencegah kerusakan
dari kelelahan, serta harus menghargai pada lingkungan alam di sekitarnya dan
orang lain. Dari catatan di atas terlihat Aki mengembangkan upaya-upaya untuk mem-
Gede dan pengikutnya yang telah perbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi.
melakukan perjalanan dari Banyumas,
mereka beristirahat dahulu di suatu tempat Mangka sanggeusing dikubur iku
yang sekarang dikenal sebagai daerah lawas-lawas aya anu jadi, bijil tina
Kawasen dan Cikaso. lebah nétrané, jadi warna-warni
rupané, nuli dingaranan paré jeung
3) Moral Manusa kepada Manusa sakéhé panganan anu leuwih énak.
lainnya Mangka kang putra ratu Mesir,
Moral manusa ka manusa mangrupa namané Ratu Perwatasari, mangka
sikep manusa ka manusa séjén dina dihaturkeun ka Ratu Medangkamulyan;
kahirupan masarakat, bangsa, nagara, anu balané séwu. Nuli anyandak alaki Nyai
ditandaan ku kasadaran ayana masarakat Sri, nyaéta paré iku ana ing nusa Jawa.
multi-religi, multi-etnis, jeung multikultur. ………………..
Moral manusia terhada manusia lain- (Mangka sanggeus dikubur éta lila-lila
nya merupakan sikap manusia dalam hu- aya anu jadi, bijil tina lebah matana,
bungannya dengan manusia lainnya dalam jadi rupa-rupa, tuluy dingaranan pare
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan jeung saniskara kadaharan anu leuwih
bernegara, yang ditandai dengan kesadaran énak. Mangka putra Ratu Mesir anu
akan adanya masyarakat yang multi-religi, ngaranna Ratu Perwatasari dipasrah-
multi-etnis, dan multikultur. keun ka Ratu Medangkamulyan;
baladna sarébu. Tuluy nyandak binih
Ari eukeur ngadawuh kitu, aya pare, nya éta pare anu aya di nusa
sadérékna anu ti Banyumas: atuh buru- Jawa.)
buru baé ka Kedungrandu bari nyarita,
pokna: “Nini, Aki kaula ngadéngé Dari catatan Sejarah Cijulang di atas
dawuhan Kangjeng Sinuhun yén Nini terlihat bahwa manusia harus memelihara
jeung Aki rék dirurugan. Ayeuna ulah tumbuh-tumbuhan, apalagi tumbuhan itu
tiis-tiis jahé, kudu geuwat baé merupakan tumbuhan sumber makanan
leumpang ka Kulon!” pokok. Yaitu tumbuhan padi.

Catatan Sejarah Cijulang di atas meng- 5) Moral Manusa terhadap Waktu


gambarkan bahwa selaku manusia kita Moral manusia terhadap waktu meru-
harus tolong-menolong. Dalam cerita di atas pakan sikap manusia dalam hubungannya
34 | LOKABASA Vol. 6, No. 1, April 2015

dengan pemanfaatan waktu, ditandai de- kepuasan lahiriah dan batiniah. Dari cerita
ngan kesadaran akan adanya waktu linear, di atas terlihat bahwa masyarakat jaman
waktu cyclis, dan waktu baqa. Manusia dulu memenuhi salahsatu kepuasan lahiriah
yang tidak menghargai akan mendapat dengan cara mebuat rumah, balai, dan
kerugian. papanggungan. Sedangkan untuk meme-
nuhu kepuasan batiniah mereka membuat
Ari dawuhan Kangjeng Sinuhun: masjid untuk tempat ibadah kepada Alloh
“Naha manéh boga anak dipundut ku supaya mendapat rasa tentram dalam hati
kami teu dibikeun. Seug ayeuna mah dengan cara mentaati perintah Alloh yaitu
manéh ku kami rék dipentaan mu‟jijat, melakukan ibadah sholat.
kudu nyieun bale tilu suhunan, jeung Etnopedagogik Sunda mendorong ke-
kudu ngarupakeun onén-onén anu gedé giatan pendidikan dan pembelajaran untuk
tur punjul ti batur, jeung sarana anu memasuki Gapura Panca Waluya (gerbang
punjul ti batur sarta kudu rupa kesempurnaan), yaitu cageur, bageur,
sapeuting ieu pisan. bener, pinter, singer, yang dikukuhkan de-
Ari ku Nini Gedé jeung Aki Gedé ngan karakter pangger.
disanggupan baé, sarta sapamundut
Sinuhun sapeuting éta rupa. 1) Cageur
Cageur merupakan keadaan sehat, baik
Dari catatan Sejarah Cijulang di atas sehat jasmanai maupun sehat rohani atau
terlihat bahwa kita harus menghargai waktu. sehat lahir dan batin. Proses belajar akan
Sebab waktu bisa menentukan nasib kita berjalan dengan baik apabila keadaan
kedepannya. Misalnya waktu bisa menen- peserta didik sehat.
tukan kebijakan, atau bisa juga menentukan Barang sumping ka hiji walungan,
hidup dan mati. Dari cerita di atas Aki Gede lajeng mareuntas; anu ayeuna katelah
dan Nini Gede melaksanakan permintaan hanjatan Manganti. Ari parantos
Kangjeng Sinuhun membuat bangunan yang mareuntas, tuluy ngarereb di dinya;
megah dalam waktu satu malam. Hal itu ayeuna anu katelah Kawasén.
disanggupi oleh Aki Gede demi mebela …………….
anaknya supaya tidak dipinta oleh Kangjeng Nilai etnopedagogik cageur yang
Sinuhun. ditemukan dalam naskah Sejarah Cijulang
ini umumnya ditandai dengan kemampuan
6) Moral Manusa dalam Mengejar masyarakat jama dulu yang mampu
Kepuasan Lahiriah dan Batiniah melakukan perjalanan yang begitu jauh
Moral manusia dalam mengejar dengan jalan kaki, pindah dari satu tempat
kepuasan lahiriah dan batiniah merupakan ke tempat yang lain. Selain sehat jasmani
sikap dan perilaku manusia dalam meme- juga sehat rohani yang ditandai dengan
nuhi kebutuhan serta kepuasan lahir batin, keimanan masyarakat jaman dulu yang
yang ditandai dengan kesadaran etika dan ditandai dengan adanya masjid selaku
estetika. tempat ibadah.

Énggalna, lajeng baé ngalih ka 2) Bageur


Gurago. Sasumpingna, lajeng nga- Bageur merupakan keadaan atau
damel bumi hiji, balé hiji, masigit hiji, karakter yang baik hati, sederhana, dan
jeung papanggungan hiji. tidak sombong. Orang yang baik hati akan
berperilaku santun, menghormati dirinya
Dari catatan Sejarah Cijulang di atas dan orang lain. Orang yang baik hati akan
terlihat bahwa pada umumnya manusia itu menghargai guru, pemimpin, dan kedua
mencari ketentraman hidup yang meliputi orang tua.
Dini Novianti Sutrisna: Sejarah Cijulang | 35

Punika margané anak putu Ratu Sunda jeung Babu Hawa, tina
bubaran saking Pajajaran, ditundung kaluluputanana, tegesna nyuhunkeun
ku kang rama sanggeus meunang pangampura Alloh ta‟al.)
wurukan ti Kiyai An Sancang
samulihna saking Mekah, nuli ka putra Catatan Sejarah Cijulang di atas
kekel imanna lan islamna, tegesna menunjukan bahwa selaku manusia kita
henteu anut kana syaré‟at kang rama; harus taat pada perintah Alloh, ketika kita
margané ditundung , sabab matak melakukan kesalahan atau dosa harus
pamos ka nagara Pakuan, anu matak segera bertobat meminta pengampunan
leumpang ka ratu Cempa. kepada Alloh. Dari catatan di atas terlihat
…………….. Nabi Adam dan Babu Hawa yang sujud
(Ieu sabab anak incu Ratu Sunda meminta pengampunan Alloh setelah
kaluar ti Pajajaran, diusir ku ramana melakukan kesalahan.
sanggeus meunang wurukan ti Kiyai An
Sancang samulihna ti Mekah, tuluy 4) Pinter
putrana kekel Iman jeung Islamna, Pinter merupakan keadaan atau
tegesna henteu anut kana syaréat karakter manusia yang memiliki ilmu
ramana; sabab diusir, sabab matak pengetahuan. Orang yang pintar harus
pamos ka nagara Pakuan, anu matak seperti ilmu padi yakni semakin berisi
leumpang ka Ratu Cempa.) semakin merunduk, semakin tinggi ilmunya
semakin merendah.
Catatan Sejarah Cijulang di atas
menunjukan sikap baik hati anak cucu Ratu Idajil ngarupakeun simeut, ku merak
Sunda yang diusir oleh ayahnya dari henteu dipacok; ngarupakeun
Pajajaran. Walaupun dia di usir oleh beunceuh henteu dipacok kénéh. Tuluy
ayahnya tapi dia tetap tegar, serta menerima ngarupakeun lombok, énggal ku merak
keingina ayahnya yang menyuruhnya pergi dipacok, diisingkeun kana jero
dari Pajajaran karena dia mempertahankan tempatna Kangjeng Nabi Adam. Tuluy
keyakinannya setelah mendapat ajaran dari baé Idajil ngadeuheusan ka Kangjeng
Kiyai An Sancang di Mekah. Nabi Adam.
……...........
3) Bener
Bener merupakan keadan atau karakter Sebab ingin masuk lagi ke dalam surga
manusia yang benar, yakni taat pada hukum untuk menggoda Nabi Adam, Idajil
dan menjalankan syariat agama. orang yang beruasaha melakukan apa saja. Idajil tudak
benar akan taat kepada Alloh, kepada bisa masuk ke dalam surge sebab dijaga
Rosul, dan kepada pemimpin Negara. oleh burung merak, ahirnya Idajil berfikir,
mencari cara agar bisa masuk ke dalam
Mangka nuli kabendon Nabi Adam surge sarta lolos dari pengawasan burung
jeung Babu Hawa ku Alloh ta‟ala. merak. Ahirnya Idajil berubah menjadi
Lajeng sujud bari tobat Nabi Adam belalang agar dipatuk burung merak. Tapi
jeung Babu Hawa, tina tetap tidak dipatuk. Kemudian berubah jadi
kaluluputanana, tegesna nyuhunkeun jangkrik, tetap tidak dipatuk. Ahirna
pangampurana Alloh ta‟ala. berubah menjadi cabe rawit, dan langsung
……………. dipatuk oleh burung merak. Sesudah
dipatuk kemudian dikeluarkan dalam
(Mangka tuluy kabendon Nabi Adam bentuk kotoran di dalam surge, tempat Nabi
jeung Babu Hawa ku Alloh ta‟ala. Adam dan Babu Hawa berada. Hal itu
Lajeng sujud bari tobat Nabi Adam
36 | LOKABASA Vol. 6, No. 1, April 2015

menunjukkan bahwa Idajil memiliki ilmu wurukan ti Kiyai An Sancang


yang tinggi. samulihna saking Mekah, nuli ka putra
kekel imanna lan islamna, tegesna
5) Singer henteu anut kana syaré‟at kang rama;
Singer merupakan keadaan atau margané ditundung , sabab matak
karakter manusia yang terampil atau piawai, pamos ka nagara Pakuan, anu matak
yakni manusia yang serba bisa atau banyak leumpang ka ratu Cempa.
keterampilannya dan bersifat aktif, kreatif, …………….
dan inovatif. (Ieu sabab anak incu Ratu Sunda
kaluar ti Pajajaran, diusir ku ramana
Kangjeng Nabi Nuh ngadamel parahu sanggeus meunang wurukan ti Kiyai
anu leuwih gedé. Parantos ngadamel An Sancang samulihna ti Mekah, tuluy
parahu, tuluy Nabi Nuh nyipta angin putrana kekel Iman jeung Islamna,
topan anu gedé sarta banget, datangna tegesna henteu anut kana syaréat
angin tina poncoroting sagara. ramana; sabab diusir, sabab matak
Mangka nuli kakélem alam dunya, pamos ka nagara Pakuan, anu matak
antara opat puluh poé. Ari anu anut leumpang ka Ratu Cempa.)
kana syare‟at Nabi Nuh, mangka pada
arunggah kana parahu Kangjeng Nabi Catatan Sejarah Cijulang di atas
Nuh sadaya. menunjukkan kebenaran mengenai anak
……………… cucu Ratu Sunda yang memilih diusir oleh
(Kangjeng Nabi Nuh ngadamel parahu ayahnya karena tidak menuruti perintahnya,
anu leuwih gedé. Parantos ngadamel tapi tetap teguh pendirian terhadap
parahu, tuluy Nabi Nuh nyipta angina keimanannya setelah mendapat ajaran dari
topan anu gedé pisan, datangna tina Kiyai An Sancang dari Mekah.
poncoroting sagara. Mangka tuluy
kakélem alam dunya, antara opat SIMPULAN
puluh poé. Ari anu anut kana syaréat Penelitian ini membahas naskah
Nabi Nuh, mangka pada arunggah Sajarah Cijulang dari segi struktural,
kana parahu Kangjeng Nabi Nuh semiotik, dan etnopedagogiknya. Dari hasil
sadaya.) penelitian terlihat bahwa alur cerita Sajarah
Cijulang menggunakan alur maju yang
Dari catatan Sejarah Cijulang di atas dibagi menjadi beberapa episode. Episode
terlihat bahwa Nabi Nuh merupakan pertama menceritakan asal mula
manusia yang luhur ilmunya, terampil dan diciptakannya alam dunia, Nabi Adam, dan
pawai. Hal itu ditandai dengan bisa silisah raja-raja Sunda. Episode kedua
membuat perahu yang begitu besarnya serta menceritakan perjalanan Aki Gede dan Nini
bisa menciptakan angina topan. Gede dari Kedungrandu ke Gurago. Episode
ketiga meneritakan Sembah Agung yang di
6) Pangger Taal. Karakter dalam naskah Sajarah
Pangger merupakan keadaan atau Cijulang merupakan tokoh-tokoh fiksi dan
karakter manusia yang kukuh, berdedikasi tokoh-tokoh sejarah. Latar yang ada dalam
tinggi, dan berkomitmen. Tangguh dalam cerita Sajarah Cijulang merupakan tempat-
membela kebenaran, tidak berhianat, setia, tempat yang ada disekitar daerah Cijulang.
dan tidak ingkar janji. Dalam naskah Sajarah Cijulang ditemukan
59 unsur semiotik yang meliputi ikon 8,5%,
Punika margané anak putu Ratu Sunda indeks 59,3%, simbol 32,2%. Dari hasil
bubaran saking Pajajaran, ditundung analisis naskah Sajarah Cijulang ditemukan
ku kang rama sanggeus meunang 146 nilai etnopedagogik yang meliputi nilai
Dini Novianti Sutrisna: Sejarah Cijulang | 37

etnopedagogik moral kemanusiaan 45,2%, UCAPAN TERIMA KASIH


gapura panca waluya 32,9%, dan catur Ucapan syukur yang tiada henti untuk
jatidiri insan 21,9%. Berdasarkan hasil diucapkan ketika tesis ini selesai. Usaha,
penelitian Sejarah Cijulang ulikan do’a serta dukungan dari beberapa pihak
struktural, semiotik, dan etnopedagogik. yang tiada henti sampai tesis ini selesai.
Saran yang berkaitan dengan penelitian Oleh karena itu penulis mengucapkan
seperti di bawah ini: banyak terimaksih kepada (1) Dr. Ruswendi
1) Penelitian ini bisa jdijadikan bahan Permana, M.Hum. selaku dosen
pertimbangan untuk pemerintah dalam pembimbing yang senantiasa sabar dalam
menjaga karya sastra lama yang membimbing ketika menyelesaikan tesis
memiliki nilai luhur; ini; (2) Dr. H. Yayat Sudaryat, M.Hum.
2) Penelitian ini salahsatu upaya untuk selaku Ketua Program Studi Pendidikan
mengetahui dan mempertahankan nilai- Bahasa dan Budaya Sunda Pascasarjana
nilai etnopedagogik yang bisa memberi UPI; (3) Dr. Ruhaliah, M.Hum. selaku
muatan positif bagi masyarakat; dosén pembimbing akademik yang sudah
3) Penelitian ini hanya menjadi salahsatu mendampingi selama kuliah di Prodi
jalan untuk mengadakan penelitian yang Pendidikan Bahasa dan Budaya Sunda
lebih mendalam lagi. Sebab masih Pascasarjana UPI; dan (4) Ibu dan Bapa
banyak nilai-nilai yang terdapat dalam Dosén Pascasarjana Prodi Pendidikan
naskah Sejarah Cijulang yang perlu Bahasa dan Budaya Sunda; Terimakasih
diungkap. atas segala perhatian dan dukungannya,
semoga amal kebaikannya mendapat
PUSTAKA RUJUKAN ganjaran dari Alloh swt.
Budiman, Kris. (2011). Semiotoka visual:
Konsep, isu, dan problem Ikonisitas.
Yogyakarta: Jalasutra.
Luxemburg, J. V. spk. (1992). Pengantar
ilmu sastra. Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama.
Pradopo, Rachmat Djoko. (2010). Beberapa
teori sastra, metode kritik, dan
penerapannya. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Ruhaliah. (2015). Pendidikan karakter
dalam sastra sunda klasik. Pendidikan
karakter dalam budaya sunda dan
jepang: Sebuah kajian perbandingan,
kc. 41-60.
Stanton, Robert. (2007). Teori fiksi robert
stanton. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Sudaryat, Yayat. (2014). Wawasan
kesundaan. Bandung: Jurusan
Pendidikan Bahasa Daerah FPBS UPI.
Syuropati, Mohammad A. (2003). Teori
sastra kontemporer dan 13 tokohnya.
Yogyakarta: In Azna Book.

Anda mungkin juga menyukai