Anda di halaman 1dari 45

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN

PENGENDALIAN HAMA PADA TANAMAN KARET

(Hevea brasiliensis)

DIPUSAT PENELITIAN KARET SEMBAWA

Laporan disusun untuk memenuhi sebagian syarat mengikuti Ujian Kompetensi Keahlian

Dan Ujian Nasional Tahun pembelajaran 2019/2020

DISUSUN OLEH:

Dhawa Adhansyah

0031857707

AGRIBISNIS TANAMAN PERKEBUNAN

SMK UNGGUL NEGERI 2 BANYUASIN III

DINAS PENDIDIKAN

PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA SELATAN


PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA SELATAN

DINAS PENDIDIKAN

SMK UNGGUL NEGERI 2 BANYUASIN lll

Alamat: Jln. Lingkar sekojo Ujung, kedondong Raye Banyuasin lll, 30753

Laman: smkun2ba3.sch.id;Pos-El : smkun2ba2@gmail.com

LEMBARAN PENGESAHAN SEKOLAH

Judul Laporan Pengendalian Hama Pada tanaman Karet (Hevea brasiliensis)


DiPUSAT PENELITIAN KARET SEMBAWA

Nama praktikan DHAWA ADHANSYAH

NISN 0031857707

Kelas XI

Kompetensi Keahlian Agribisnis Tanaman Perkebunan

Disahkan : DiBanyuasin

Tanggal:

Ketua program Keahlian Pembimbing Sekolah

Belvi yuliana,sp Desi Novita Sari,sp

Kepala Sekolah

Muhammad Nuh,SP.,M.sc

NIP: 19600703 198403 1 007

PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA SELATAN


DINAS PENDIDIKAN

SMK UNGGUL NEGERI 2 BANYUASIN lll

Alamat: Jln. Lingkar sekojo Ujung, kedondong Raye Banyuasin lll, 30753

Laman: smkun2ba3.sch.id;Pos-El : smkun2ba2@gmail.com

LEMBARAN PENGESAHAN UJIAN LAPORAN

Judul Laporan : Pengendaliam Hama Pada Tanaman Karet (Hevea


Brasilieansis) DiPUSAT PENELITIAN KARET
SEMBAWA
Nama praktikan : DHAWA ADHANSYAH
NISN : 0031857707
Kelas : XI
Kompetensi Keahlian : Agribisnis Tanaman Perkebunan

Telah Diujikan Dihadapan Tim Penguji Pada Tanggal

Penguji I Penguji II

NIP. NIP.

Kepala Sekolah Ketua Panitia Ujian/Ketua Pokja PKL

Muhammad Nuh, SP., M.sc NIP. 19770707 201001 2012

NIP.19600703 198403 1 007

MOTTO PERSEMBAHAN
Motto:

Persembahan:

Terima kasih keapad Allah SWT.yang telah memberikan kesehatan kepada saya.Terima kasih kepada
keluarga,terutama orang tua saya Karena selalu mendukung saya selama ini

Terimah kasih bapak/ibu guru SMK UNGGUL NEGRI 2 BANYASIN III yang telah membantu saya dalam
melaksanakan praktik kerja lapangan(PKL)

Terimah kasih kepada semua teman-teman yang telah bekerja samam dalam melaksanakan praktik
kerja lapangan(PKL)

Kesuksesan tidak akan bertahan jika dicapai dengan


jalan pintas

KATA PEGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga
penyusun dapat menyelesaikan Praktik Kerja Lapangan (PKL) dan dapat menyusun laporan ini dengan
baik dan tepat waktu. Praktik Kerja Lapangan dilaksanakan DiPUSAT PENELITIAN KARET SEMBAWA

pada tanggal 16 Desember 2019-13 februari 2020 dengan judul laporan “Pengendalian
Hama Pada Tanaman Karet DiPUSAT PENELITIAN KARET SEMBAWA”Laporan Praktik Kerja Lapangan
(PKL) dapat disusun dengan baik berkat bantuan dari pihak-pihak yang telah memberikan bimbingan
dan dukungan dari awal sampai akhir pelaksanaan kegiatan ini.

Ucapan terima kasih tidak lupa disampaikan kepada :

1. Ir.H,Suprapto,M.M, Selaku Kepala Bagian Kebun Produksi Dan Riset

2.Muhammad Nuh, SP., M.Sc selaku Kepala SMK Unggul Negeri 2 Banyuasin Ill

3.Sahuri,SP.,Manajer Kebun Produksi Dan Sembawa

4.Belvi Yuliana,SP., selaku Ketua Program Keahlian Agribisnis Tanaman Perkebunan

5. Heri Hadi selaku Pembimbing Lapangan Pusat Penelitian Karet Sembawa

6. Desi Novita Sari,Sp., selaku Pembimbing Sekolah

7. Semua pihak yang telah membantu baik secara langsung maupun tidak langsung sehingga
penyusunan Laporan Praktek Kerja Lapangan (PKL) dapat diselesaikan.

Penyusun menyadari bahwa masih banyak kekurangan dan kekeliruan dalam penulisan laporan ini.
Kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca sangat diharapkan demi perbaikan laporan.
Semoga laporan ini bermanfaat dan menambah ilmu pengetahuan bagi kita semua.

Banyuasin, Februari 2020

Penyusun

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .....................................................................................


HALAMAN PENGESAHAN ..............................................................
HALAMAN PERSEMBAHAN............................................................
HALAMAN MOTTO...........................................................................
ABSTRAK/RINGKASAN....................................................................
KATA PENGANTAR...........................................................................
DAFTAR ISI .......................................................................................
DAFTAR TABEL.................................................................................
DAFTAR ILUSTRASI..........................................................................
DAFTAR LAMPIRAN.........................................................................
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................
1.1. Latar Belakang .......................................................................
1.2. Rumusan Masalah......................................................................
1.3. Tujuan PKL................................................................................
1.4. Manfaat PKL.............................. ...............................................
BAB II TINJAUAN PUSTAKA....................................................................

2.1. Tanaman Karet..............................................................................

2.2. Gangguan Pada Tanaman Karet........................................................

2.3. Hama Dan Penyakit Pada Tanaman Karet..............................................

BAB III METODOLOGI................................................................................


3.1. Waktu Dan Pelaksanaan.................................................................
3.2. Metode Praktik Lapangan...........................................................
BAB IV PROSES DAN PEMBAHASAN PELAKSANAAN..........................
4.0. Gambaran Umum AGRONOMI..........................................................
4.1. Profil Dan Sejarah...............................................................................
4.3. Visi dan misi......................................................................................
BAB V PENUTUP.........................................................................................
5.1. Simpulan....................................................................................
5.2. Saran..........................................................................................
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................
LAMPIRAN...................................................................................................
DAFTAR TABEL
DAFTAR ILUSTRASI

DAFTAR LAMPIRAN
hal
Lampiran 1. Jurnal Harian Kegiatan PKL....................................................................41
Lampiran 2. Foto Kegiatan.............................................................................................. 42
Lampiran 3. Perhitungan jarak posisi pengambilan gambar............................................43
Lampiran 4. Surat Keterangan PKL................................................................................44
Lampiran 5. Sertifikat PKL.............................................................................................. 45
Lampiran 6. Lembar Supervisi Penyusunan Laporan ..................................................... 46
Lampiran 7. Biodata Peserta PKL................................................................................ 47

BAB I

PENDHULUAN

1.1. Latar Belakang

Praktik Kerja Lapangan (PKL) adalah suatu model penyelenggaraan pendidikan yang
memadukan secara utuh kegiatan belajar siswa di sekolah dengan proses penguasaan keahlian
kejuruan melalui kegiatan praktik langsung di dunia kerja. PKL merupakan kegiatan yang wajib diikuti
oleh setiap siswa SMK yang dipersiapkan menjadi tenaga kerja yang siap untuk mengisi lapangan
kerja tingkat menengah sesuai dengan bidang keahlian yang ditekuninya. Latar belakang pelaksanaan
prakerin adalah menambah ilmu pengetahuan dalam dunia industri / perusahaan untuk
meningkatkan mutu serta kualitas sebagai lulusan SMK untuk menjadi sumber daya manusia yang
handal dan professional.

Balai Penelitian Sembawa merupakan awal dari kebun percobaan Balai Penelitian Perkebunan
Bogor, berdasarkan SK Mentan No. 789/KPT/9/1982 tanggal 1 April 1982 status kebun percobaan
ditingkatkan menjadi Pusat Penelitian Sembawa dibawah badan Penelitian dan pengembangan
Departemen Pertanian. Sejak tanggal 1 februari 1994, secara kelembagaan Balai Penelitian Sembawa
berada di bawah pengelolaan pusat penelitian karet Indonesia (LRPI), Yang terbentuk pada tanggal 18
November 2002. Tepat pada tanggal 18 April 2007, Balai Penelitian Sembawa genap pada usia yang
ke 25 tahun yang merupakan ulang tahun perak.

Diyakini beberapa inovasi teknologi yang dihasiilkan oleh Balai Penelitian Sembawa yang
merupakan salah satu balai yang bernaung di bawah pusat Penelitian karet Indonesia. Berperan
besar dan ikut mewarnai dalam memajukan perkebunan di Indonesia khususnya perkebunan karet
dalam menuju Indonesia nomor satu didunia. Lokasi dan kondisi agroklimat balai Penelitian
Sembawa terletak ditengah-tengah perkebunan karet masyarakat, tempat berkedudukan pada desa
Sembawa yang terletak di KM 29 ruas jalan raya Palembang – Jambi, secara atminitratik Balai
Penelitian Sembawa termasuk dalam wilayah Kec. Banyuasin, Propinsi Sumatra selatan. Untuk
mendukung kegiatan penelitian Balai Sembawa mempunyai fasilitas kebun percobaan seluas 3350
hektare yang terdiri atas 1500 hektar kebun karet dan 1000 hektar kelapa sawit, terletak di Tanjung
Menang Kab. Banyuasin.

Sebagian besar areal kebun percobaan didominasi oleh jenis tanah Podsolik merah kuning
dengan elevasi 0 – 10 meter dari permukaan laut. Kondisi trofografi kebun percobaan baik di
Sembawa maupun di Batumarta umumnya relatuif datar. Balai Penelitian Sembawa memiliki curah
hujan rata-rata sekitar 2236 mm pertahun dan 129 hari hujan, bulan basah dimulai pada Oktokber
sampai bulan Mei dan bulan kering dari bulan Juni sampai September, dengan puncak musim kering
umumnya terjadi pada bulan Juli hingga Agustus. Berdasarkan klasifikasi Schmidth dan Furguson
daerah ini termasuk kedalam Tipe hujan A dengan kelembapan udara lebih dari 85%, terutama pada
bulan-bulan basah.

1.2 RUMUS MASALAH


Gangguan hama dan penyakit pada tanaman karet merupakan salah satu masalah yang
penting di perkebunan karet. Keberadaannya dapat menimbulkan kerusakan tanaman yang pada
akhirnya akan menurunkan produksi dan menimbulkan kerugian ekonomis yang tinggi

1.3 TUJUAN PKL

Tujuan dari program sekolah ini adalah membantu siswa – siswi untuk memahami
pengertian prakerin, membantu siswa – siswi agar cepat beradaptasi di lokasi prakerin,
membantu siswa – siswi agar mampu berkompetisi dan bekerja secara maksimal, membantu
siswa – siswi dalam hal etika, tata tertib di lokasi prakerin, serta membantu siswa – siswi
dalam mengenal variasi lokasi prakerin.

 Melatih dan mengasah keterampilan siswa – siswi dalam dunia kerja


 Membentuk mental siswa – siswi dan memberi motivasi agar serius dan bersemangat
dalammencapai cita- cita.
 Menambah pengetahuan siswa – siswi tentang dunia kerja
 Menambah kreativitas siswa – siswi untuk mengembangkan bakat dan minat

1.4 MANFAAT PKL

Dilihat dari tujuan dari prakerin, maka prakerin ini memiliki banyak manfaat bagi siswa siswi
nya, adalah sebagai berikut

 Menghasilkan sumber daya manusia yang memiliki keahlian profesional, dengan


keterampilan, pengetahuan, serta etos kerja yang sesuai dengan tuntutan zaman.
 Mengasah keterampilan yang di berikan sekolah menengah kejuruan ( SMK ).
 Menambah keterampilan, pengetahuan, gagasan – gagasan seputar dunia usaha serta industri
yang professional dan handal.
 Membentuk pola pikir siswa -siswi agar terkonstruktif baik serta memberikan pengalaman
dalam dunia Industri maupun dunia kerja.
 Menjalin kerja sama yang baik antara sekolah dan perusahaan terkait, baik dalam dunia usaha
maupun dunia Industri.
 Mengenalkan siswa – siswi pada pekerjaan lapangan di dunia industri dan usaha sehingga
pada saatnya mereka terjun ke lapangan pekerjaan yang sesungguhnya dapat beradaptasi
dengan cepat.
 Meningkatkan efisiensi waktu dan tenaga dalam mendidik dan melatih tenaga kerja yang
berkualitas.
 Sebagai bentuk pengakuan dan penghargaan bahwa pengalaman kerja sebagai bagian dari
proses pendidikan.
 Mempersiapkan sumber daya manusia berkualitas yang sesuai dengan kebutuhan di era
teknologi informasi dan komunikasi terkini.
 Memberikan keuntungan pada pihak sekolah dan siswa – siswi itu sendiri, karena keahlian
yang tidak diajarkan di sekolah didapat didunia usaha/industri.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

TANAMAN KARET ( hevea bransiliensis )

Budidaya tanaman karet

Tanaman karet merupakan salah satu komoditi perkebunan yang menduduki posisi cukup penting
sebagai sumber devisa non migas bagi Indonesia, sehingga memiliki prospek yang cerah. Oleh sebab
itu upaya peningkatan produktifitas usaha tani karet terus dilakukan terutama dalam bidang
teknologi budidaya.
Karet adalah polimer hidrokarbon yang terkandung pada lateks beberapa jenis tumbuhan. Sumber
utama produksi karet dalam perdagangan internasional adalah para atau Hevea brasiliensis (suku
Euphorbiaceae). Beberapa tumbuhan lain juga menghasilkan getah lateks dengan sifat yang sedikit
berbeda dari karet, seperti anggota suku ara-araan (misalnya beringin), sawo-sawoan (misalnya getah
perca dan sawo manila), Euphorbiaceae lainnya, serta dandelion. Pada masa Perang Dunia II, sumber-
sumber ini dipakai untuk mengisi kekosongan pasokan karet dari para. Sekarang, getah perca dipakai
dalam kedokteran (guttapercha), sedangkan lateks sawo manila biasa dipakai untuk permen karet
(chicle). Karet industri sekarang dapat diproduksi secara sintetis dan menjadi saingan dalam industri
perkaretan.

GANGGUAN PADA TANAMAN KARET

1.Penyakit Jamur Akar Putih

Gejala Serangan

 Mati mendadak seperti tersiram air panas pada musim hujan


 Terbentuk buah lebih awal pada tanaman muda yang seharusnya belum cukup waktunya
berbuah dan bertajuk tipis
 Daun berwarna hijau gelap kusam dan keriput, permukaan daun menelungkup
 Apabila perakaran dibuka maka pada permukaan akar terdapat semacam benangbenang
 berwarna putih kekuningan menempel dan pipih menyerupai akar rambut yang menempel
kuat dan sulit dilepas
 Gejala lanjut akar membusuk, lunak dan berwarna coklat Penyebab: Jamur Rigidoporus
lignosus atau R. micropus

2. Penyakit Bidang Sadap Kanker Garis

Gejala Serangan

 Adanya selaput tipis berwarna putih kelabu dan tidak begitu jelas menutupi alur sadap,
apabila dikerok diatas irisan sadap akan tampak garis-garis tegak, berwarna coklat atau hitam
 Garis-garis ini berkembang dan berpadu satu sama lain membentuk jalur hitam yang terlihat
seperti retak-retak membujur pada kulit pulihan
 Terdapat benjolan-benjolan atau cekungan-cekungan pada bekas bidang sadap lama sehingga
sangat mempersulit penyadapan berikutnya
 Gejala lanjut lateks yang keluar berwarna coklat dan berbau busuk
 Penyebab: Phytophthora palmivora

3. Penyakit Bidang Sadap Mouldy Rot

Gejala serangan

 Adanya lapisan beledru berwarna putih kelabu sejajar dengan alur sadap. Apabila lapusan
dikerok, tampak bintik-bintik berwarna coklat kehitaman
 Serangan bisa meluas sampai ke kambium dan bagian kayu
 Pada serangan berat bagian yang sakit membusuk berwarna hitam kecoklatan sehingga
sangat mengganggu pemulihan kulit
 Bekas serangan membentuk cekungan berwarna hitam seperti melilit sejajar alur sadap.
Bekas bidang sadap bergelombang sehingga menyulitkan penyadapan berikutnya atau tidak
bisa lagi disadap.

4. Penyakit Bidang Sadap Kering Alur Sadap

Gejala serangan

 Tanaman tampak sehat dan pertumbuah tajuk lebih baik dibandingkan tanaman normal
 Tidak keluar lateks di sebagian alur sadap. Beberapa minggu kemudian keseluruhan alur
sadap ini kering dan tidak mengeluarkan lateks
 Lateks menjadi encer dan kadar karet kering (K3) berkurang
 Kekeringan menjalar sampai ke kaki gajah baru ke panel sebelahnya
 Bagian yang kering akan berubah warnanya menjadi coklat dan kadang-kadang terbentuk
gum (blendok)
 Pada gejala lanjut seluruh panel/kulit bidang sadap kering dan pecah-pecah hingga
mengelupas
 Penyebab: ketidakseimbangan fisiologis dan penyadapan yang berlebihan

5. Penyakit Batang : Nekrosis Kulit

Gejala serangan
 Timbul bercak coklat kehitaman seperti memar pada permukaan kulit dan dapat timbul mulai
dari kaki gajah sampai di percabangan
 Bercak membesar, bergabung satu sama lain, basah dan akhirnya seluruh kulit batang dan
cabang membusuk
 Penyakit berkembang pada lapisan kulit sebelah dalam dan merusak lapisan kambium bahkan
sampai ke lapisan kayu
 Serangan lanjut kulit pecah dan terjadi pendarahan karena pembuluh lateks pecah
 Penyebab: Jamur Fusarium solani, berasosiasi dengan Botrydiplodia sp

6. Penyakit Batang : Jamur Upas

Gejala serangan

 Stadium Laba-Laba: Pada permukaan kulit bagian pangkal atau atas percabangan tampak
benang putih seperti sutera mirip sarang laba-laba
 Stadium Bongkol: Adanya bintil-bintil putih pada permukaan jaring laba-laba
 Stadium Kortisium: Jamur membentuk selimut yaitu kumpulan benang-benang jamur
berwarna merah muda. Jamur telah masuk ke jaringan kayu
 Stadium Nekator: Jamur membentuk lapisan tebal hitam yang terdiri dari jaringan kulit yang
membusuk dan kumpulan tetesan lateks yang berwarna coklat kehitaman meleleh di
permukaan bidang yang terserang. Cabang atau ranting yang terserang akan membusuk dan
mati serta mudah patah
 Penyebab: Jamur Cortisium salmonicolor

7. Penyakit Daun: Embun Tepung Oidium

Gejala serangan

 adanya bercak yang tembus cahaya/translucens dan di bawah permukaan daun


 terdapat bunder berwarna putih
 Penyebab: jamur Oidium sp

8. Penyakit Daun: Gugur Daun Colletotrichum

Gejala serangan
 adanya bercak coklat kehitaman, tepi daun menggulung. Pada daun umur lebih
 dari 10 hari terdapat bercak coklat dengan halo warna kuning selanjutnya bercak
 tersebut berlubang
 Penyebab: jamur Colletotrichum sp

9. Penyakit Daun: Gugur Daun Corynespora

Gejala serangan

 adanya guratan menyerupai tulang ikan sejajar pada urat daun


 Penyebab: jamur Corynespora sp

10. Hama rayap

Gejala Serangan

 Adanya gerekan pada batang dari ujung sampai ke akar dan memakan akar

11.Hama Babi Hutan

Gejala Serangan

 Tanaman muda tiba-tiba tumbang


 Perakaran rusak, daun menjadi layu dan kering
 Penyebab: Sub barbatus, Sus scrofa vittatus

12.Hama: Uret

Gejala Serangan

 Tanaman yang terserang berwarna kuning, layu dan akhirnya mati


 Penyebab: Uret tanah Helotrichia serrata, H. sufoflava, H. fessa, Anomala varians, Leucophalis
sp dan Exopholis sp

13. GULMA

Gulma yang sering dijumpai di kebun karet adalah alang-alang (Imperata cylindrica), Ki

Rinyuh (Chromolaena odorata), dan Sembung Rambat (Mikania micrantha)


Gulma dapat menyebabkan:

- Penurunan hasil

- Penurunan kualitas hasil

- Mempersulit pelaksanaan kegiatan pemeliharaan/panen

- Menjadi inang bagi OPT

- Tertundanya masa panen (sadap)

SYARAT TUMBUH

Tanaman karet dapat tumbuh baik dan berproduksi yang tinggi pada kondisi tanah

dan iklim sebagai berikut:

- Di dataran rendah sampai dengan ketinggian 200 m diatas permukaan laut,

suhu optimal 280 c.

- Jenis tanah mulai dari vulkanis muda, tua dan aluvial sampai tanah gambut

dengan drainase dan aerase yang baik, tidak tergenang air. pH tanah

bervariasi dari 3,0-8,0

- Curah hujan 2000 – 4000 mm/tahun dengan jumlah hari hujan 100 -150 hari

PEMBIBITAN

Perbanyakan tanaman karet dapat dilakukan secara generatif maupun vegetatif.

Namun demikian, cara perbanyakan yang lebih menguntungkan adalah secara

vegetatif yaitu dengan okulasi tanaman.

Okulasi sebaiknya dilaksanakan pada awal atau akhir musim hujan dengan tahapan

sbb:

- Buatlah jendela pada batang bawah dengan ukuran panjang 5 cm dan lebar
1/2 – 3/4 cm.

- Buatlah perisai pada entres dengan ukuran lebih kecil dari jendela dan mata

diambil dari ketiak daun.

- Bukalah jendela pada batang bawah kemudian selipkan perisai diantara kulit

jendela dan kambium

- Tutuplah kulit jendela kemudian dibalut dengan rafia atau pita plastik yang

tebalnya 0,04 mm.

- 2 minggu setelah penempelan, penbalut dibuka dan periksalah perisai.

- Potonglah batang bawah pada ketinggian 10 cm diatas tempelan dengan

arah pemotongan miring.

Klon-klon yang dianjurkan sebagai bibit batang bawah adalah:

GTI, LCB 1320 dan PR 228.

PENANAMAN

- Lahan/kebun diolah sebaik mungkin sebelumnya .

- Lakukan pengairan untuk mengatur letak tanaman dalam barisan.

- Luka potong akar tunggal dan akar lateral diolesi dengan pasta Rootone F

dosis 125 mg ditambah dengan air 0,5 ml untuk satu stump.

- Pembungkus okulasi dilepas agar tidak mengganggu pertumbuhan dan bibit

siap ditanam

PEMELIHARAAN

- Lakukan penyiangan untuk menghindari persaingan tanaman didalam

pengambilan unsur hara.


- Penyulaman dilakukan untuk mengganti tanaman yang telah mati sampai

dengan tanaman telah berumur 2 tahun pada saat musim penghujan.

- Tunas palsu harus dibuang selama 2 bulan pertama dengan rotasi 2 minggu

sekali, sedangkan tunas lain dibuang sampai tanaman mencapai ketinggian

1,80 m.

- Setelah tanaman berumur 2-3 tahun, dengan ketinggian 3,5 m dan bila belum

bercabang, perlu diadakan perangsangan dengan cara pengeratan batang,

pembungkusan pucuk daun dan pemenggalan

- Lakukan pemupukan secara intensif pada tanaman baik pada kebun

persemaian, kebun okulasi maupun kebun produksi, dengan menggunakan

pupuk urea, TSP, dan KCL. Dosis pupuk disesuaikan dengan keadaan/jenis

tanah. Untuk jenis tanah Latosol dan Podsolik Merah Kuning, anjuran dosis

pupuk seperti pada tabel 1.

- Hama-hama penting yang sering menyerang karet adalah:

a .Pseudococcus citri

Pengendaliannnya dengan menggunakan insektisida jenis

Metamidofos, dilarutkan dalam air dengan konsentrasi 0,05 -0,1%.

b.Kutu Lak (Laeciper greeni)

Dapat diberantas dengan insektisida Albolinium (Konsentrasi 2%)

ditambah Surfactan citrowett 0,025%.

- Penyakit-penyakit yang ditemui pada tanaman karet adalah: penyakit embun

tepung, penyakit daun, penyakit jamur upas, penyakit cendawan akar


putih-dan penyakit gugur dawn: Pencegahannya dengan menanam Klon yang

sesuai dengan lingkungan dan lakukan pengelolaan , tanaman secara tepat

dan teratur:

PENYADAPAN

Penyadapan pertama dilakukan setelah tanaman berumur 5-6 tahun. Tinggi bukaan

sadap pertama 130 cm dan bukaan sadap kedua 280 cm diatas pertautan okulasi.

Hal yang perlu diperhatikan dalam penyadapan antara lain:

- Pembukaan bidang sadap dimulai dari kiri atas kekanan bawah, membentuk

sudut 300.

- Tebal irisan sadap dianjurkan 1,5 – 2 mm.

- Dalamnya irisan sadap 1-1,5 mm.

- Waktu penyadapan yang baik adalah jam 5.00 – 7.30 pagi

Hama dan penyakit pada tanaman karet

Yang menjadi gangguan mayoritas pada tanaman karet adalah penyakit sedngkan hama pada
tanaman karet hanya bersifat minor.

1. Penyakit pada tanaman karet

Ada lebih dari 22 jenis penyakit pada tanaman karet, namun yang paling sering dijumpai adalah
penyakit jamur akar putih dan penyakit kering alur sadap.

· PENYAKIT JAMUR AKAR PUTIH ( Ringgidoporus microporus)

1. DESKRIPSI PENYAKIT JAMUR AKAR PUTIH (JAP)

a. Pengenalan
Penyakit Jamur Akar Putih disebabkan oleh Rigidoporus lignosus atau R. microporus yang menyerang
akar tunggang maupun akar lateral. Penyakit ini dapat mengakibatkan kematian tanaman dengan
intensitas yang sangat tinggi terutama pada tanaman karet yang berumur 2-4 tahun. Serangan dapat
terjadi mulai pada pembibitan, tanaman belum menghasilkan (TBM) sampai tanaman menghasikan
(TM). Pada permukaan akar terserang ditumbuhi benang-benang jamur berwarna putih kekuningan
dan pipih menyerupai akar rambut. Benang-benang tersebut menempel kuat pada akar sehingga sulit
dilepas. Akar tanaman yang sakit akhirnya membusuk, lunak dan berwarna coklat. Gejala ini baru
terlihat apabila daerah perakaran dibuka. Membusuknya akar diduga karena rusaknya struktur kimia
kulit dan kayu akibat enzim yang dihasilkan jamur. Rizomorpha adalah paduan kompak benang-
benang jamur yang menyerupai akar tanaman. Rizomorpha R. lignosus yang muda berwarna putih
dan bentuknya pipih, semakin tua umur rizomorpha warna putih berubah menjadi kuning gading dan
bentuknya menyerupai akar rambut. Selain dapat menyerang secara akut, R. lignosus dapat pula
menyerang secara kronis pada tanaman yang telah tua. Gejala serangan secara kronis tersebut tidak
tampak jelas dan baru terlihat apabila tanaman dibongkar sebagian akar-akarnya telah ditumbuhi
rizomorpha jamur.

Tanaman karet yang terserang daun-daunnya berwarna hijau kusam, layu dan gugur, kemudian diikuti
dengan kematian tanaman. Jamur ini menular melalui kontak langsung antara akar atau tunggul yang
sakit dengan akar tanaman sehat. Pada perakaran tanaman sakit tampak benang-benang jamur
bewarna putih dan agak tebal ( rizomorf ). Penyakit akar putih sering dijumpai pada tanaman karet
umur 1-5 tahun terutama pada tanaman yang bersemak, banyak tunggul, sisa akar, dan pada tanah
gembur atau berpasir. Jamur kadang-kadang menbentuk badan buah mirip topi bewarna jingga
kekuning-kuningan pada pangkal tanaman. Spora dapat juga disebarkan oleh angin yang jatuh di
tunggul dan sisa kayu akan tumbuh membentuk koloni. Umumnya penyakit akar terjadi pada
pertanaman bekas hutan atau tanaman, karena banyak tunggul dan sisa-sisa akar sakit dari tanaman
sebelumnya yang tertinggal di dalam tanah yang menjadi sumber penyakit.

Penyakit jamur akar putih (JAP) pada tanaman karet sering menimbulkan masalah di beberapa negara
produksi karet terutama Indonesia dan Malaysia. Penyakit ini dapat dijumpai di pembibitan, kebun
entres, tanaman belum menghasilkan (TBM) dan tanaman menghasilkan (TM), bahkan di area kebun
karet tua. Di Indonesia, diperkirakan kerugian finansial sebagai akibat kematian oleh Jamur akar putih
mencapai Rp. 300 milyar per tahun dengan tingkat keparahan lebih dari 3 % di perkebunan besar
swasta dan negara dan 5% akan mengakibatkan turunnya produksi sebesar 89.43 kg/ha/tahun. Hasil
perhitungan Situmorang (2004) penurunan produksi karet kering terjadi rata-rata 2.7 kg/pohon atau
54 kg/pohon/20 tahun.

b. Pengamatan

Tujuan pengamatan adalah mengetahui kondisi ekosistem kebun yang meliputi antara lain keadaan
tanaman, gejala serangan penyakit dan faktor lingkungannya seperti iklim, tanah dan air. Hasil
pengamatan dianalisa untuk pengambilan keputusan tentang tindakan yang akan dilakukan dalam
mengelola ekosistem di kebunnya. Pengamatan dilakukan sesuai luasan yang dimiliki oleh petani.
Apabila ada tanaman yang daun-daunnya berwarna hijau gelap atau kusam, permukaan daun
menelungkup, adakalanya membentuk bunga dan buah padahal belum sesuai dengan umurnya, maka
perlu dilakukan pemeriksaan lebih lanjut dengan membuka tanah di sekitar pangkal batang tanaman
untuk melihar tingkat serangan penyakit.

Bagian tanaman yang diamati

Batang, cabang dan ranting pada daerah yang bercurah hujan tinggi.

Interval pengamatan

1-2 minggu sekali, dimulai pada awal sampai akhir musim hujan terutama daerah yang sering diserang
jamur upas dan berkelembaban tinggi.

Intensitas Serangan

Ringan : bagian pangkal atau atas percabangan tampak benang putih seperti sutera.

Berat : Cabang atau ranting yang terserang akan membusuk dan mati serta mudah patah.

Untuk meyakinkan adanya serangan jamur akar putih pada suatu areal pertanaman karet, dapat
dilakukan dengan cara menutup leher akar tanaman yang dicurigai dengan mulsa/serasah/rumput
kering, 2-3 minggu kemudian akan tampak benang-benang jamur yang melekat pada leher akar
apabila mulsa diangkat. Pengamatan tajuk tanaman untuk keseluruhan areal kebun karet dilakukan
setiap 3 bulan, dimulai sejak tanaman berumur 6 bulan. Pemeriksaan dengan menggunakan mulsa
dilakukan setiap 6 bulan yaitu pada awal dan akhir musim hujan.

2. Penularan dan Perkembangan Jamur Akar Putih


Penyakit jamur akar putih yang disebabkan oleh jamur Rigidoporus lignosus termasuk katagori jamur
yang bersifat parasit fakultatif, yang berarti bahwa patogen tersebut tidak dapat bertahan lama tanpa
adanya sumber makanan. Hal ini menunjukkan bahwa timbulnya penyakit JAP sangat ditentukan oleh
adanya sisa-sisa akar/tunggul tanaman sebelumnya di dalam kebun. Sumber penyakit JAP lainnya
yang tidak dapat dikesampingkan adalah penggunaan bibit sakit akibat seleksi bibit tidak dilakukan
dengan cermat atau karena tenaga seleksi yang tidak terampil. Disamping itu spora yang dihasilkan
dari tubuh buah jamur dapat menjadi sumber infeksi melalui media perantara berupa tunggul-
tunggul/akar di dalam kebun. Spora jamur akan berkecambah apabila jatuh pada penampang tunggul
segar kemudian rhizomorf menuju ke akar bawah tunggul yang selanjutnya menjadi sumber infeksi
bagi tanaman di sekitarnya.

Penyebaran JAP yang paling dominan terutama melalui kontak akar. Apabila akar-akar tanaman sehat
telah saling bersinggungan dengan akar yang terinfeksi, maka rhizomorf JAP akan menjalar ke akar
sehat menuju ke leher akar dan selanjutnya rhizomorf akan menjalar ke akar-akar samping lainnya.
Pohon yang telah terinfeksi akan bertindak sebagai sumber infeksi bagi tanaman lainnya. Hal ini
menyebabkan pertanaman karet yang terserang JAP cenderung mengelompok yang makin lama
makin luas. Sebagai gambaran, bila seandainya terdapat 50 pohon mati/sakit dari suatu areal dengan
tingkat infeksi baru sebanyak 10% setiap bulan, maka setelah jangka waktu satu tahun (t) jumlah
tanaman sakit menjadi 50 + (10% x 12) atau 110 pohon. Untuk menghitung jumlah tanaman sakit
setelah waktu tertentu (t) dapat disederhanakan dengan menggunakan rumus Van der Plank (1963)
sebagai berikut:

[Xt = Xo (1 + rt)]

Keterangan :

Xt = jumlah tanaman sakit setelah waktu t

Xo = jumlah tanaman sakit pada awal infeksi (t = 0)

R = laju infeksi, tanaman yang terinfeksi selama periode t

T = jangka waktu berkembangnya penyakit

Pada kasus tersebut, bahwa penyebaran penyakit ke tanaman sehat hanya terjadi melalui inokulum
pada tepi rumpang, sedangkan tanaman yang berada di tengah tumpang tidak merupakan sumber
infeksi. Dengan dengan pertambahan tanaman sakit sama dengan uang yang dibungakan dengan
bunga Tunggal.

3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penyakit Jamur Akar Putih

Umumnya penyakit jamur akar putih R. lignosus berjangkit dan mengakibatkan banyak kematian pada
pertanaman karet muda yang berumur 2-4 tahun. Masalah tersebut umumnya timbul setelah suatu
kebun karet diremajakan atau suatu hutan dikonversikan menjadi kebun karet. Timbulnya penyakit
akar R. lignosus erat hubungannya dengan kebersihan lahan. Tunggul atau sisa tebangan pohon,
perdu dan semak yang tertinggal dalam tanah merupakan substrat R. lignosus. Potensi R. lignosus
sangat ditentukan oleh banyaknya tunggul di lahan yang bersangkutan. Lama bertahan R. lignosus
dalam tanah disamping ditentukan oleh hal tersebut juga ditentukan oleh ikut sertanya organisme
renik yang melapukkan tunggul. Jamur akar putih berkembang dengan baik pada tanah posporus
hingga di daerah liparit yang terdapat luas di Sumatera Timur dan Jawa Timur bagian Selatan.
Penularan penyakit terjadi karena adanya kontak antara akar sakit dan sehat atau adanya miselium
yang tumbuh dari food base di sekitar perakaran tanaman sehat. Lama penularan penyakit pada
tanah berpasir dapat bervariasi antara 1-2 tahun.

4. Pencegahan Penyakit Jamur Akar Putih

Pencegahan Penyakit Jamur Akar Putih pada tanaman karet dapat dilakukan dengan cara sebagai
berikut :

Pembongkaran atau pemusnahan tunggul akar tanaman.

Penanaman bibit sehat. Bibit stum mata tidur yang akan dimasukkan ke polybag atau akan ditanam
sebaiknya diseleksi dulu, bibit yang tertular masih dapat digunakan dengan cara mencelupkan bagian
perakaran dengan larutan terusi 2%.

Pada areal yang rawan jamur akar putih, yaitu lahan yang terdapat banyak tunggul, tanah gembur dan
lembab sebaiknya tanaman ditaburi belerang sebanyak 100-200 gr/pohon selebar 100 cm, yang
kemudian dibuat alur agar belerang masuk kedalam perakaran. Pemberian belerang ini diberikan
setiap tahun sekali sampai dengan tanaman berumur lima tahun.

Pemupukan yang rutin agar tanaman sehat.

5. Pengendalian Penyakit Jamur Akar Putih


Pengendalian penyakit JAP saat ini lebih dititikberatkan pada pengendalian hama/penyakit terpadu
(PHT) sejalan dengan peraturan pemerintah tentang Integrated Pest Management (IPM) yaitu dengan
menggabungkan beberapa komponen pengendalian seperti kultur teknis, biologis dan kimiawi
sebagai berikut:

Menanam klon yang tahan seperti BPM 107, PB 260, PB 330, AVROS 2037, PBM 109, IRR 104, PB 217,
PB 340, PBM 1, PR 261, dan RRIC 100, IRR 5, IRR 39, IRR 42, IRR 112 dan IRR 118.

Jarak tanam diatur tidak terlalu rapat.

Cabang/ranting yang telah mati dipotong dan dimusnahkan.

Cabang yang masih menunjukkan gejala awal (sarang laba-laba) segera dioles dengan fungisida Bubur
Bordo, Calixin 750 EC atau Antico F-96 hingga 30 cm ke atas dan ke bawah.

Bubur Bordo dan fungisida yang mengandung unsur tembaga tidak dianjurkan pada tanaman yang
telah disadap, karena dapat merusak mutu lateks.

Pada kulit yang mulai membusuk harus dikupas sampai bagian kulit sehat.

kemudian dioles fungisida hingga 30 cm keatas dan ke bawah dari bagian yang sakit.

Secara Kultur Teknis

Pengendalian secara kultur teknis dapat dilakukan melalui beberapa tindakan diantaranya
pengolahan tanah, seleksi bibit, pemeliharaan tanaman dan penanaman kacangan penutup tanah.

a. Pengolahan Tanah

Pengolahan tanah secara mekanis bertujuan untuk menghilangkan sumber infeksi, menyingkirkan
tunggul dan sisa-sisa akar tanaman sebelumnya yang dapat menjadi sumber infeksi atau menekan R0.
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh kenyataan bahwa akar karet berdiameter 1 cm dengan panjang
4 cm cukup untuk menjamin ketersediaan makanan R. lignosus hingga kurang lebih 4 bulan pada
tanah tanpa penutup kacangan (Sinulingga, 1987) dan 3 bulan pada penutup tanah kacangan (Fox,
1970). Oleh sebab itu disamping tunggul, akar-akar lateral perlu dimusnahkan.

b. Seleksi Bibit
Seleksi bibit sebagai bahan tanam merupakan pekerjaan penting yang harus dilakukan, namun pada
kenyataannya hal itu selalu diremehkan bahkan diabaikan, sehingga setelah satu tahun bahkan enam
bulan ditanam di lapangan banyak tanaman yang mati disebabkan oleh JAP. Hal ini membuktikan
bahwa bibit tersebut telah terinfeksi oleh JAP sebelum dipindahkan ke lapangan. Sebagai akibatnya
bukan saja biaya pemeliharaan meningkat akan tetapi penyiapan pohon untuk penyisipan selalu
menjadi kendala (tidak tersedia).

c. Penanaman Kacangan Penutup Tanah

Pada tahun 1960-an, perkebunan karet dianjutkan agar bebas dari persaingan sehingga tanpa ada
gulma di sekitar tanaman. Tetapi hasil penelitian menunjukkan bahwa secara jangka panjang cara
tersebut berdampak negatif terutama terjadi erosi akibat hujan. Oleh karena itu kebijaksanaan yang
ditempuh dewasa ini adalah membangun kacangan sebagai penutup tanah pada tanaman TBM atau
lebih dianjurkan sebelum tanaman karet ditanam (Mangoen Soekardjo, 1981). Hasil penelitian
kacangan sebagai penutup tanah menunjukkan bahwa tanaman kacangan ternyata dapat mengurangi
tingkat serangan JAP. Hal ini disebabkan penutup tanah kacangan dismaping dapat mempercepat
pembusukan sisa-sisa akar juga mendorong atau meningkatkan mikroba tanah seperti Actinomycetes
atau jamur-jamur lain yang bersifat antagonis terhadap Rigidoporus lignosus (Basuki, 1985).

2). Pengendalian Biologi

Pengendalian biologis dengan bahan biofungisida TRIKO SP plus merupakan tindakan preventif untuk
mencegah meluasnya penyakit JAP. Biofungisida TRIKO plus mengandung dua agensia yang bersifat
antagonis terhadap JAP dan bersifat dekomposisi dapat digunakan sejak awal, mulai dari
pencampuran tanah pengisi lubang tanam pada saat menanam kemudian diikuti dengan penaburan di
sekeliling pohon sejak tanaman berumur 6 bulan di lapangan. TRIKO Plus ditabur di sekeliling pangkal
pohon hingga radius 50 cm dengan interval 6 bulan selama TBM minimal 6 kali tergantung banyaknya
sumber infeksi di lapangan.

Cara pengaplikasi Trico-SP, bahan berbentuk serbuk yang mengandung Trichoderma sp ini dicoba
pada tanaman muda dan sudah menghasilkan. Penggunaan 50 gram/pohon diberikan untuk
pencegahan serangan JAP pada tanaman saat di polibag dan saat ditanam di lapangan, sementara
100gram/pohon diberikan pada pohon yang sudah terserang. Bahan ini dicampur dengan tanah di
polibag dan di lubang tanam, sementara untuk tanaman yang sudah menghasilkan, terlebih dahulu
dibuat parit keliling radius 0.5 m dari pangkal pohon yang akan diisi oleh Trico-SP dan ditutup kembali
dengan tanah.

3). Pengendalian Kimiawi

Pengendalian penyakit JAP secara kimiawi merupakan tindakan kuratif yang dilakukan pada tanaman
sakit. Penggunaan bahan kimia semula aplikasinya dilakukan dengan cara pelumasan (pointing)
menggunakan bahan fungisida Collar Protectant (CP) dengan bahan aktif Penta Chloro Nitro Benzene
(PCNB) seperti Fomac 2, Ingropasta, Shell Collar Protectant dan fungisida Tridemorf (Calixin CP).
Aplikasi dengan cara pelumasan ini sulit untuk dilaksanakan karena harus membuka perakaran
terlebih dahulu dan keterbatasan tenaga. Kemudian dengan berkembangnya teknologi maka aplikasi
fungisida dilakukan dengan cara penyiraman (Dranching). Fungisida yang efektif terhadap JAP adalah
Bayleton 250 EC dengan dosis 10-15 cc/liter air/pohon/aplikasi dengan interval aplikasi 4 bulan. Bagi
pohon karet yang mengalami infeksi berat aplikasi fungisida dianjurkan dengan cara pelumasan
dengan membuka leher akar terlebih dahulu. Cara pelumasan ini ndapat digunakan fungisida
Bayleton 250 EC yang dicampur dengan kaolin dan Agristick. Bahan campuran ini mudah diaplikasikan
sehingga dalam pelaksanaannya tidak mengalami kesulitan. Dalam konsepsi pengendalian penyakit
secara terintegrasi, penggunaan pestisida masih tetap diperlukan. Oleh sebab itu monitoring untuk
mengetahui serangan penyakit secara dini merupakan langkah awal keberhasilan pengendalian
penyakit.

Cara pengaplikasian Bayleton, Bayleton 5 cc/l dicampur dengan air sampai menjadi satu liter,
disiramkan di sekitar pangkal pohon dengan sebelumnya membuat parit keliling agar campuran
bayleton tersebut dapat terserap hingga ke daerah perakaran tanaman. Berdasarkan umur tanaman,
campuran bayleton tersebut diberikan sebanyak 250 ml/pohon (< 1 tahun), 500 ml/pohon (2-3 tahun)
dan 1000 ml/pohon > 3 tahun). Pada perlakuan pengobatan diberikan 1000 ml/pohon yang diulang
setiap enam bulan sekali.

Berdasarkan hasil pengamatan satu tahun setelah aplikasi, pada kasus pohon per pohon, dimana
hanya beberapa pohon dengan tetangga terdekatnya yang diobati, kematian karet pada sub plot yang
diberi perlakuan bayleton sebesar 5.3%, sedangkan sub plot dengan perlakuan Trico-SP adalah
sebesar 8.1%. Aplikasi bayleton dan Trico-SP pada semua pohon dalam plot memperlihatkan
kematian satu tahun setelah aplikasi sebesar 5.3% dan Trico-SP sebesar 5.1%. Dengan relatif
rendahnya tingkat kematian setelah satu tahun pengobatan, dua cara pengendalian tersebut sangat
diperlukan untuk menahan dan mengontrol serangan JAP, terutama dalam penggabungan
penggunaan Trico-SP di tingkat pencegahan dan Bayleton pada pengobatan lebih lanjut.

Dilakukan pada saat serangan dini dan dilaksanakan setiap enam bulan sekali. Pengobatan dilakukan
dengan cara menggali tanah pada daerah leher akar, kemudian leher akar diolesi dengan fungisida
dan tanah ditutup kembali dengan tanah 2-3 hari setelah aplikasi. Jenis fungisida dan alternatif
penggunaannya adalah sebagai berikut:

Pengolesan : Calixin CP, Fomac 2, Shell CP dan Ingro Pasta 20 PA.

Penyiraman: Alto 100SL, Anvil 50 SC, Bayfidan 250 EC, Bayleton 250 EC, Sumiate 12.5 WP, Tilt 250 EC
dan Calixin 750 EC.

Penaburan: Belerang, Bayfidan 3G, Anjap P, Biotri P dan Triko SP+.

Pada areal tanaman yang mati sebaiknya dilakukan pembongkaran tunggul dan diberikan belerang
sebanyak 200 gr, agar jamur yang ada mati.

· PENYAKIT KERINR ALUR SADAP ( KAS )

Kering alur sadap ( KAS ) atau TPD ( tapping panel dryness ) atau BB ( brown bast ) adalah
gangguan fisiologi tanaman karet yang alur sadapnya kering dan tidak mengalirkan lateks bila
disadap. Pada mulanya gangguan ini dianggap sebagai penyakit yang bersifat patogenik, namun
kemudian dari hasil – hasil penelitian terbukti bahwa kejadian ini hanya merupakan gangguan
fisiologis. Penyebab utama terjadinya KAS adalah ketidak–seimbangan antara lateks yang
dieksploitasi dengan lateks yang terbentuk kembali ( regenerasi / biosintesis ).

Dewasa ini hampir di semua areal perkebunan karet terjadi gangguan KAS dengan berbagai
intensitas. Secara umum di PTP Nusantara IX ( Persero ) kejadian KAS berkisar antara 5 – 15 %
terhadap populasi tanaman menghasilkan ( TM ). Namun demikian laporan mengenai data tersebut
sering tidak akurat, mengingat tingginya angka KAS menjadi penilaian negatif bagi pihak kebun. Pada
waktu mendatang KAS harus ditanggulangi secara preventif dan kuratif, sehingga penilaian terhadap
pihak kebun tidak lagi didasarkan pada besarnya intensitas KAS saat ini tetapi didasarkan pada angka
penurunan sepanjang periode tertentu.

Variasi intensitas KAS yang terjadi pada berbagai lokasi dipengaruhi oleh faktor – faktor : jenis
klon, sistem eksploitasi dan stimulasi, pemeliharaan tanaman dan umur tanaman. Klon – klon dengan
sifat metabolisme tinggi sering memiliki intensitas KAS yang tinggi. Intensitas eksploitasi yang tinggi
akibat frekuensi sadap, panjang irisan dan penggunaan stimulan yang berlebihan juga mendorong
terjadinya gangguan KAS. Tanaman yang memperoleh pemeliharaan yang baik dan cukup diberikan
pemupukan akan jauh dari gangguan KAS, mengingat kapasitas produksinya mendukung untuk
dieksploitasi. Tanaman yang berumur lebih tua umumnya mengalami KAS lebih tinggi, hal ini logis
karena adanya interaksi dengan intensitas eksploitasi yang lebih tinggi.

GEJALA KAS

KAS merupakan penyakit fisiologis yang relatif terselubung, karena secara morfologis tajuknya
sehat tetapi kulit tidak mengeluarkan lateks bila disadap, sehingga mengharuskan tanaman tetap
dalam pemeliharaan dan memerlukan masukan sarana produksi sebagaimana pohon sehat.

Kondisi tajuk yang tumbuh dengan baik seringkali memiliki penampakan pertumbuhan yang lebih
jagur dibandingkan dengan pohon normal. Secara fisiologis dapat diterangkan, karena hasil asimilat
hanya diarahkan untuk membentuk kayu ( xylem ). Pada gejala KAS awal sebagian alur sadap kering,
kemudian lebih lanjut terlihat kulit bidang sadap kering hingga pecah – pecah dan mengelupas.
Serangan penyakit lain secara sekunder dapat terjadi pada bidang sadap ini, sehingga sering
mengaburkan pengertian mengenai penyakit KAS.

Secara histologis, gejala KAS ditandai oleh kerusakan membran inti sel dan lutoid. Di dalam sel
pembuluh lateks terjadi koagulasi lateks dan pembentukan sel atau jaringan tilosoid mengakibatkan
jaringan pembuluh lateks tertutup sehingga daerah aliran lateks mengalami kekeringan.

PENGISTIRAHATAN POHON

Penanggulangan KAS yang hingga kini masih diterapkan di kebun – kebun PTPN. IX ( Persero ),
hanyalah dengan mengistirahatkan atau tidak menyadap pohon terserang KAS. Cara pengistirahatan
ini terbukti tidak efektif, karena berdasarkan pengamatan di kebun ternyata pohon yang telah
diistarahatkan selama 3 – 5 tahun tidak menjadi sembuh bahkan KAS menjalar ke bidang sadap lain
baik ke kulit perawan atau pada tahap lanjut ke kulit pulihan.

Kondisi tersebut akan merugikan usaha perkebunan karet seperti terlihat contoh hitungan dibawah
ini :

Setiap 1 cm kulit dapat disadap 6 x dengan produksi per iris = 140 cc


= 35 gram/pohon/sadap

atau

210gram karet kering per cm ( asumsi K3 : 25 % )

Berdasarkan pengamatan, panjang panel terserang KAS umumnya sekitar 50-100 cm,

Kerugian per pohon akibat KAS ( 50 cm ) = 50 x 210 gram karet kering = 10,5 kg karet kering

Bila serangan BB per ha adalah 10 %, maka :

Kerugian per hektar ( 10 % x 400 pohon/ha ) = 40 x 10,5 kg karet kering = 420 kg karet kering

Dengan perhitungan di atas dan apabila harga karet kering = Rp. 18.000,-/kg maka

kerugian per hektar mencapai sekitar 7,5 juta rupiah lebih.

Apabila kebun memiliki luas ribuan ha tanaman produktif maka kerugian diperkirakan mencapai
miliaran rupiah per kebun.

PROSES PENYEBARAN

Sebagaimana terlihat pada perkembangan gejala awal hingga gejala lanjut KAS, maka
penyebaran pada setiap pohon juga merupakan penyebaran sel – sel tilosoid yang sesuai dengan arah
sadapan dan alur pembuluh lateks.

Pertama kali dari bidang sadap B0-1 mengarah ke seluruh B0-1 di bawah irisan sadap. Hal ini
terjadi bila kecepatan terbentuknya tilosoid lebih tinggi dari irisan sadap pada penyadapan
berikutnya. Penyebaran menyeberang ke bidang sadap B0-2 bagian bawah kemudian ke atas hingga
bertemu dengan irisan sadap dari atas. Sebelum sadapan mencapai jaringan ini, penyebaran tilosoid
sudah menyeberang lagi ke bidang sadap B1-1 ke bawah lagi B1-2 atau ke atas mencapai H0 dan
seterusnya bergerak ke arah yang masih memungkinkan.

DETEKSI KAS

Ada cara mudah untuk mendeteksi gangguan KAS tanaman karet. Cara paling sederhana adalah
bila gejala awal KAS ( KAS parsial ) telah terjadi yakni dengan test tusuk sesuai dengan arah
penyebaran KAS. Cara ini digunakan untuk pelaksanaan mengatasi KAS secara kuratif.
PENANGGULANGAN KAS

Sebaiknya KAS ditanggulangi secara terpadu baik preventif maupun kuratif. Secara preventif
penanggulangan KAS memerlukan beberapa pendekatan, antara lain melalui kultur teknis dan sistem
eksploitasi yang tepat.

Tulisan ini lebih memfokuskan pembahasa terhadap penanggulangan KAS secara kuratif,
melalui teknik bark scraping dan aplikasi formula No BB yang dikembangkan oleh Dr. Siswanto di
Biotek Perkebunan Bogor. Pokok – pokok utama penanggulangan KAS tersebut meliputi :

- Pembuangan / pengikisan / pengerokan kulit ( bark scraping ) hingga kedalam 3 – 4 mm dari


kambium pada hari ke – 0.

- Bersihkan bidang yang dikerok dengan lap yang streril hingga bersih dari sisa latek.

- Aplikasi atau pengolesan formula No BB sekitar 50 ml/pohon pada hari ke – 1, 30 dan 60.

- Mencegah serangan hama bubuk dengan penyemprotan insektisida Matador, Akodan atau
Supracide pada hari ke – 0, 7 dan 14.

- Penyadapan kulit sehat dapat diteruskan setelah proses pengobatan selesai yakni mulai hari ke – 90.

- Kulit bekas KAS dapat pulih setelah 12 bulan sejak bark scraping dilakukan dan ketebalan kulit
mencapai > 7 mm.

- Efektivitas penyembuhan dengan teknik ini adalah 80 -90 %.

PengedalianPenyakit.

· HAMA PADA TANAMAN KARET

1. Tungau (Tarsonemus translucens)

Tungau berukuran sangat kecil, tetapi bersifat pemangsa segala jenis tanaman (polifag). Serangga
dewasa panjangnya + 1 mm, bentuk mirip laba-laba, dan aktif di siang hari. Siklus hidup tungau
berkisar selama 14-15 hari. Tungau menyerang tanaman cabai dengan cara mengisap cairan sel daun
atau pucuk tanaman. Akibat serangannya dapat menimbulkan bintik-bintik kuning atau keputihan.
Serangan yang berat, terutama di musim kemarau, akan menyebabkan cabai tumbuh tidak normal
dan daun-daunnya keriting. Pengendalian tungau dapat dilakukan dengan cara disemprot insektisida
akarisasi seperti Omite EC (0,2%) atau Mitac 200 EC (0,2%).

2. KUMBANG PENGGEREK

Kumbang penggerek biasanya menyerang Tanaman pohon mangga dan menghisap getahnya. Namun
karena pengaruh alam maka [ada saat ini ditemukan bahwa kumbang penggerek mulai menyarang
tanaman karet.

3. Kutu lak

Kutu lak tidak dapat hidup pada manusia atau hewan tetapi hidup menumpang pada tanaman
inangnya. Namun tidak semua tanaman dia senangi. . Kutu ini hanya setia pada kekasihya yang hanya
satu-satunya pohon yang paling cocok dijadikan tempat hidupnya. Tanaman itu ada disekitar kita,
namun sudah mulai langkah. Tanaman itu kita kenal dengan nama ”Kesambi” dengan nama latin
(Schleichera oleosa, Merr), termasuk salah satu tumbuhan hutan yang beradopsi lokal, bermanfaat
serbaguna (multi purpose) dan bernilai ekonomis dan sangat potens

Kutu lak hidup dengan cara bersidiosis dengan semut, karena semut menghasilkan kelenjar
madu. Kutu lak mengganggu tanaman karet karena kutu lak menghisp cairan dari dalam daun karet
sehingga dun karet menjadi menguning dan akhirnya mati.

4. Rayap

Rayap ada jauh sebelum manusia ada. Pearce (1997) menyatakan kurang lebih 100 juta tahun
yang lalu. Rayap mengapa tetap ada ?. Kelestarian kehidupan rayap didukung oleh cara hidupnya
yang memberikan keuntungan besar baginya. Rayap hidup dalam satu masyarakat yang ter-
organisasi. Dengan cara itu, rayap hidup berkelompok (koloni) dalam jumlah yang besar sehingga
terbentuk pertahanannya. Organisasi komunal bertambah effisien dengan adanya spesialisasi (kasta).
Sebagian individu dari koloni itu ditugaskan untuk membuat sistem pertahanan, melawan musuh,
dan melindungi individu lainnya. Itulah Kasta Prajurit. Individu-individu lain bekerja terus tanpa
henti, memelihara telur dan rayap muda, serta memindahkannya pada saat terancam ke tempat yang
lebih aman, memberi makan dan memelihara ratu, mencari sumber makanan, menumbuhkan jamur
dan memeliharanya. Itulah Kasta Pekerja. Bahkan kadang-kadang mereka memakan rayap lain yang
lemah sehingga hanya individu-individu yang kuat saja yang dipertahankan. Semua ini merupakan
mekanisme pengaturan keseimbangan energi di dalam koloni rayap. Organisasi komunal rayap itu,
dipimpin oleh Kasta Reproduktif (ratu). Munculnya spesialisasi menuntut sistem komunikasi yang
baik. Misalnya suatu tanda yang memberitahukan adanya bahaya, sumber makanan dan atau tanda
bagi proses penunjukan ratu baru. Sistem komunikasi itu hadir dalam kehidupan rayap dalam
berbagai bentuk (bunyi, sentuhan, feromon, dll). Organisasi, spesialisasi1), dan komunikasi yang
baik dalam dunia kehidupan mendukung kelestariannya.

Sarang rayap dan cara hidup rayap inilah yang akhirnya dapat mengganggu pertumbuhan
yanaman karet.

Kini rayap telah menyebar tidak saja di daerah tropika dan sub tropika, namun cenderung
meluas ke daerah-daerah temprate dengan batas-batas 50o Lintang Utara dan Lintang Selatan.
Mengapa bisa? padahal rayap adalah serangga yang berukuran kecil, sangat lemah, mempunyai
kemampuan terbang yang terbatas, sayapnya mudah tanggal, dan serangga ini pun (laron) sangat
disukai predator. Berkaitan dengan masalah itu, maka muncullah beberapa hipotesis yang berkaitan
dengan perkembangan daratan sebagai tempat penyebaran rayap;

· 1. Terdapat daratan yang menjembatani Selat Bering di daerah tropika yang


memungkinkan rayap dari daerah Amerika Selatan bermigrasi ke daerah Australia, Daerah Oriental,
dan Ethiopia demikian juga sebaliknya.

· 2. Amerika belahan selatan dan utara dihubungkan dengan Isthmus, pada Periode Eocene
dan sesudah/akhir periode Cretaceus;

· 3. Australia dihubungkan dengan Daerah Oriental pada saat Periode Cretaceus; dan
Madagaskar kemungkinan berdampingan dengan daratan Afrika pada Periode Eocene atau lebih awal
lagi.

5. Uret tanah / lundi

Uret tanah atau lundi dapat menyebabkan kerusakan pada batang tanaman karet.

Gejala Serangan

Tanaman yang terserang berwarna kuning, layu dan akhirnya mati

Penyebab

Uret tanah Helotrichia serrata, H. sufoflava, H. fessa, Anomala varians, Leucophalis sp


dan Exopholis sp.

6. Tapir (Tapirus indicus)

Tapir merupakan satwa berkuku ganjil seperti kuda dan badak mempunyai belalai yang kuat
meskipun tidak begitu panjang, kaki pendek dan tegak. Warna kulit terbagi menjadi 2 bagian yaitu
hitam dan putih sedangkan bayi tapir warna kulitnya coklat bergaris totol-totol putih horisontal.
Habitatnya di hutan tropika, wilayah Burma, Thailand, Semenanjung Indocina dan Sumatera.

Tapir adalah hewan berkuku ganjil yang sedang besarnya dan dalam beberapa hal mirip dengan
badak. Tapir merupakan anggota famili Tapiridae yang bersama dengan badak (Rhynocerotidae)
tergolong subordo Tapiromorpha. Hewan ini adalah hewan yang montok dengan kulit yang tebal.
Berat hewan jantan 180 – 360 kg dan yang betina 80 – 180 kg. kaki depan mempunyai 4 jari, kaki
belakang 3 jari, tetapi yang keluar pada kaki depan hanya jari yang kecil dan di atas tanah yang keras
tidak meninggalkan bekas. Gigi tapir ada 44 buah. Gigi taring di rahang bawah telah berkembang
dengan baik, akan tetapi yang ada di rahang atas lebih kecil daripada gigi seri yang ketiga. Perbedaan
utama dengan badak secara lahiriah ialah: tidak ada cula, moncong yang ada di ujungnya memenjang
menjadi semacam belalai dengan lubang hidung, leher agak panjang, tidak adalipatan-lipatan kulit
dan adanya bulu-bulu.

Tapir melayu, atau biasa disebut dengan tapir adalah tipe yang paling menyimpang dari jenis
yang lain dan karena itu ditempatkan dalam suatu genus tersendiri: Acrocodia. Tapir ini adalah tapir
yang terbesar dengan berat maksimal 375 kg. Warnanya hitam dengan tubuh yang putih. Putihnya
mulai dari belakang tungkai depan dan mencakup seluruh tubuh kecuali tungkai belakang dan ekor.
Hewan ini tidak bersurai, belalainya lebih panjang daripada spesies lainnya. Tapir ini hidup di dataran
rendah terutama di hutan-hutan rawa Sumatera. Sifatnya agak penakut terutama terhadap manusia,
sehingga hidupnya sangat tersembunyi. Mereka berkelana sendiri-sendiri dan mengikuti jalan setapak
yang banyak dipakai di hutan.

Tapir sebenarnya tidak mempunyai alat untuk membela diri, kecuali barangkali kulitnya yang
cukup tebal, dan tentu saja sikap takutnya dan kenyataan bahwa ia tidak merugikan dan tidak
menghasilkan tanda kenang-kenangan perburuan, ikut berperan melestarikan kelangsungan
hidupnya. Tapir merupakan fosil hidup yang unik, yang perlu dilindungi. Umumnya tapir dapat
dipelihara dengan baik di kebun-kebun binatang. Mereka juga dapat berkembang biak dengan baik di
sana. Namun, terancamnya hutan-hutan di Sumatera yang merupakan habitat aslinya, turut
mengancam kehidupan tapir. Berikut ini adalah urutan klasifikasi tapir:

klasifikasi

Kingdom : Animalia

Phylum : Chordata

Classis : Mamalia

Ordo : Perissodactyla

Famili : Tapiridae

Genus : Tapirus

Species : Tapirus indicus

7. Beruk ( Macaca namestrina )

Beruk merupakan jenis dari Ordo primata yang mempunyai ciri-ciri yang berbeda dengan
macaca pada umumnya. tubuhnya beruk an sedang panjang tubuh 47,0 sampai 58,5 cm, panjang ekor
14 sampai 23 cm dengan berat 3,5 sampai 9 kg. Tubuhnya tertutup oleh mantel.

rambut berwarna coklat keabu-abuan dan kemerahan. Di bagian kepala, leher, punggung sampai ekor
gelap dan di bagian lain berwarna terang, muka dari samping nampak moncong ke depan, sedang jika
dilihat dari depan nampak bulat di bagian atas nampak rambut membentuk setengah lingkaran
berwarna coklat kemerahan.

Perilaku : Satwa ini hidup di atas pohon. perpindahan untuk mendapatkan sumber pakan
biasanya dilakukan di atas tanah. Hidup dalarn kelompok bervariasi dari 5 - 6 ekor sampai 40 ekor.
Kelompok ini tidak menetap di suatu areal tertentu akan tetapi selalu berpindah-pindah. Di dalam
kelompok sering dibagi menjadi kelompok-kelompok yang lebih kecil. Satwa ini jika dalarn keadaan
bahaya akan menunjukkan perlawanan dengan ekspresi gerakan.

Reproduksi : Tidak ada musim kawin, perkawinan dilakukan sesuai daur birahi sepanjang tahun, lama
bunting 130 sampai 180 hari, anak yang dilahirkan selalu ekor dan diasuh selama beberapa bulan
dengan disusui dan dibawa kemana saja oleh induknya di perut.
Pakan : Di habitat aslinya beruk memakan beberapa jenis pakan antara lain buah, biji-bijian, kuncup
tanaman, insekta dan mamalia kecil, juga ditemui memakan ikan. Di Kebun Raya dan Kebun Binatang
Gernbira Loka diberi pakan berupa buah-buahan dan juga sayuran dengan kuantitas pakan 10 % dari
berat badannya

Habitat : Lahan yang selalu hujan atau hutan yang ada musim gugurnya; di wilayah India utara
sampai Indonesia.

Klasifikasi :

Nama Indonesia : Beruk

Nama latin : Maccaca namestrina

Ordo : Primata

Familia : Cercopithecidae

8. Babi hutan ( Sus scrofa )

Babi hutan berukuran sedang, panjang total tubuhnya 120 sampai 220 dengan berat badan dapat
mencapai 150 kg. Tubuhnya nampak ditumbuhi rambut-rambut panjang yang jarang jarang, kulit
berwarna coklat, kepala nampak besar, kurang proporsional jika dibandingkan dengan ukuran
tubuhnya. Lubang hidungnya menghadap ke depan seperti corong dengan dibatasi oleh kulit yang
tebal. Taringnya kelihatan menyembul ke samping di bagian depan kepala dan di bagian depan bawah
telinga terdapat benjolan. Kaki yang pendek tidak memungkinkan babi hutan bergerak lincah.
Perilaku : Babi hutan merupakan satwa yang sanggup bertahan hidup pada berbagai macam habitat
dan juga dapat bertahan hidup dalam kondisi kekurangan sumber pakan. Satwa ini sering dijumpai
hidup berkelompok dalam jumlah antara 20 sampai 30 ekor. Babi hutan jika mencari pakan dilakukan
pada waktu sore hari hingga larut malam. Satwa yang sangat agresif ini tidak segan-segan memburu
atau melawan adanya gangguan dari binatang lain.

Reproduksi : Babi hutan matang kelamin setelah berumur 4 tahun, setelah kawin babi hutan
betina bunting selama 115 hari. Jumlah anak yang dilahirkan mencapai 10 ekor atau lebih, Di
habitatnya babi hutan tahan hidup mencapai umur 20 tahun.
Pakan : Jenis pakan di habitat aslinya yaitu antara lain dari berbagai jenis tumbuhan, umbi-
umbian, cacing, bekicot,kepiting dan lain-Iain. Di Kebun Binatang Gembira Loka babi hutan diberi
pakan berupa sayur-sayuran, umbi-umbian yang berupa ketela rambat dicacah dan bekatul yang
dicampur hingga rata.

Habitat : Babi hutan hidup di semak belukar dan hutan, juga dapat dijumpai di lingkungan yang
kering; di wilayah Asia tenggara

Gejala Serangan

Tanaman muda tiba-tiba tumbang

Perakaran rusak, daun menjadi layu dan kering

Penyebab

Sub barbatus, Sus scrofa vittatus

Klasifikasi

Nama indonesia : babi hutan

Nama latin : sus scrofa

Ordo: artiodactyda

Family : Suidae
BAB III

METODOLOGI PRAKTIK KERJA LAPANGAN

3.1. Waktu dan Tempat Pelaksanaan

Praktik Kerja Lapangan ini akan dilaksanakan DIPUSAT PENELITIAN KARET SEMBAWA. Lokasi praktik
berada di Jalan Raya Palembang - Betung KM 29, Kecamatan Sembawa Kabupaten Banyuasin, Provinsi
Sumatra selatan. Pelaksanaan PKL dilaksanakan selama 3 bulan yaitu mulai tanggal 16 Desember 2019
hingga tanggal 13 Februari 2020.

3.2. Metode Praktek Kerja Lapangan

Pengumpulan data sebagai bahan kajian dilakukan dengan cara mengumpulkan data primer dan
sekunder. Data primer diambil dengan beberapa metode, diantaranya :

1. Wawancara

Kegiatan ini dilakukan dengan cara diskusi dengan pihak-pihak terkait,


baik itu Asisten,Mandor,Karyawan,Dipusat penelitian karet sembawa.

2. Observasi Lapangan

Observasi dilakukan selama berlangsungnya kegiatan PKL dengan cara mengamati dan
mencatat secara langsung kondisi yang terjadi di lapangan

Kegiatan Observasi bertujuan untuk mendapatkan gambaran tentang kehidupan sosial yang
sulit diketahui dengan metode-metode lainnya. Observasi yang kita lakukan akan dengan dapat
memberikan kejelasan tentang tentang sebuah permasalah dan kemudian mencari solusi untuk
masalah tersebut. Observasi yang dilakukan bertujuan guna mendapatkan data-data konkret di
tempat penelitian..

3. Manfaat Observasi

Kegiatan memiliki banyak manfaat diantaranya adalah untuk :

 Dapat mencatat gejala yang kadang tidak jelas berlangsungnya.


 Dapat menjelaskan proses peristiwa berlangsung dan dapat menguji kuwalitas,
memperkirakan mengapa sesuatu
 terjadi dalam seting nyatanya.
 Deskripsi memberikan gambaran dunia nyata.
 Hasil observasi yang dibuat dapat dikonfirmasikan dengan hasil penelitian.
 Kronologi peristiwa dapat dicatat dengan runtut.
 Memperluas wawasan dan pengetahuan yang sebelumnya kita belum tahu menjadi tahu
gerakan tingkah laku seseorang.
 Memungkinkan pembaca memiliki penafsiran sendiri terhadap temuan dan bagaimana akan
diinterpretasikan.
 Mencatat situasi yang tidak dapat direplikasikan dalam eksperimen.
 Observasi dapat dikombinasikan dengan metode lain.
 Peralatan dan teknologi dapat merekam secara permanen.
BAB IV

PROSES DAN PEMBAHASAN PELAKSANAAN

4.1 Gambaran umum AGRONOMI

4.1.1.profil dan sejarah

Berdasarkan kronologis berdirinya Balai Penelitian Sembawa dapat diuraikan sebagai berikut :

Surat Menteri Pertanian Republik Indonesia yang ditujukan kepada Gubernur Kepala Daerah Propinsi
Sumatera Selatan No. 210/Mentan/V/1973 tanggal 23 Mei 1973, perihal Pendirian Cabang Balai
Penelitian Perkebunan Bogor di Sumatera Selatan.;

Surat Keputusan Gubernur Kepala Daerah Propinsi Sumatera Selatan No. PD/123/1973, tanggal 28 Juli
1973 tentang Persiapan Pendirian Cabang Balai Penelitian Perkebunan di Daerah Propinsi Sumatera
Selatan dan Pemerintah Daerah Propinsi Sumatera Selatan menyetujui penyerahan penguasaan atas
tanah Kebun Percobaan di Sembawa Sumatera Selatan Kepada Departemen Pertanian c.q. Balai
Penelitian Perkebunan Bogor untuk dimanfaatkan dalam rangka pendirian Cabang Balai Penelitian
Perkebunan Bogor di Propinsi Sumatera Selatan.;

Surat Keputusan Menteri Pertanian No.445/Kpts/OP/9/1973, tanggal 10 September 1973, tentang


Penugasan Direktur Balai Penelitian Perkebunan Bogor untuk Menerima Penyerahan Penguasaan
Tanah Kebun Percobaan Di Sembawa Sumatera Selatan.;
Surat Gubernur Kepala Daerah Propinsi Sumatera Selatan Palembang yang ditujukan kepada Direktur
Balai Penelitian Perkebunan Bogor No.Dp-6/1566/1974, tanggal 11 Mei 1974, perihal Tanah untuk
Perluasan Kebun Percobaan Sembawa.;

Surat Keputusan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Sumatera Selatan Palembang No.275/Kpts/I/1975,
tanggal 05 Juni 1975, tentang Penggunaan Tanah Seluas 4850 Ha Di Marga Pangkalan Balai dan Marga
Rantau Bayur Daerah Tingkat II Musi Banyuasin yang diperlukan untuk Perluasan KP. Sembawa.;

Surat Keputusan Menteri Dalam Negeri No. 270/ HP/DA/79 tanggal 21 Desember 1979 dalam
Sertifikat Tanah Hak Pakai nomor 2, Desa Pangkalan Balai, Kecamatan Banyuasin III, Kabupaten Musi
Banyuasin.

Surat Keputusan Menteri Pertanian No.789/Kpts/Org/9/1981, tanggal 11 September 1981, tentang


Pembentukan Balai Penelitian Perkebunan Sembawa. dan peresmiannya dilaksanakan pada tanggal
18 April 1982 oleh Wakil Presiden Republik Indonesia (Bapak H. Adam Malik).

Balai Penelitian Perkebunan Sembawa adalah balai penelitian perkebunan milik Pemerintah
berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pertanian No. 823/Kpts/KB.110/11/89, tanggal 30 Nopember
1989 dan pada tanggal 17 Februari 2009 diperbaharui dengan Surat Keputusan Menteri Pertanian No.
785/Kpts/PD.300/2/2009 tentang Pengelolaan Balai/Penelitian Perkebunan dilakukan oleh Badan
Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Departemen Pertanian.

Dengan terbentuknya Asosiasi Penelitian dan Pengembangan Perkebunan Indonesia (AP3I) vide akta
notaris Ny. Subagio Reksodipuro, SH No. 50 tanggal 24 Nopember 1987. maka koordinasi dan
pengelolaan kegiatan penelitian Balai Penelitian Perkebunan Sembawa dilakukan oleh AP31.
Kemudian berdasarkan Surat Keputusan No. 222/SPP/89 tanggal 3 Juli 1989 nama Balai Penelitian
Perkebunan Sembawa diubah menjadi Pusat Penelitian Perkebunan Sembawa ( Puslitbun Sembawa ).

Sejalan dengan konsolidasi Puslit - puslit di lingkungan AP3I pada tanggal 1 Februari 1993, melalui
Surat Keputusan No. 059/93 Status Pusat Penelitian Perkebunan Sembawa berubah menjadi Balai
Penelitian Sembawa di bawah naungan Pusat Penelitian Karet..

Balai Penelitian Sembawa berlokasi di tengah-tengah sentra perkebunan karet rakyat, berjarak 29 km
sebelah barat kota Palembang dan 19 km dari Pelabuhan Udara Sultan Mahmud Badaruddin II
Palembang. Secara Administratif termasuk daerah Kabupaten Banyuasin, Provinsi Sumatera Selatan.
Visi & Misi Balai Penelitian Sembawa :

Sebagaimana telah dirumuskan dalam Rencana Strategis (Renstra) Periode 2005-2009, Balai Penelitian
Sembawa, Pusat Penelitian Karet menetapkan

Visi :

Menjadi lembaga penelitian, pengembangan dan pelayanan yang terkemuka, mandiri dan berperan
aktif dalam mewujudkan usaha agribisnis karet nasional yang berdaya saing tinggi, mensejahterakan,
berwawasan lingkungan dan berkelanjutan.

Misi :

 menghasilkan inovasi, merekayasa dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi


yang diperlukan bagi pengembangan sistem dan usaha agribisnis karet untuk mendukung
pencapaian tujuan pembangunan nasional;
 memasyarakatkan secara intensif inovasi teknologi hasil penelitian kepada pengguna;
 mendorong peningkatan kinerja industri berbasis karet di dalam negeri, melalui introduksi
inovasi teknologi serta pelayanan yang proaktif;
 mendorong terciptanya industri berbasis karet yang ramah lingkungan guna mempertahankan
kelestarian agroindustri;
 melakukan upaya-upaya yang mengarah pada kemandirian institusi secara finansial melalui
kegiatan usaha yang berbasis pada kompetensi.
BAB V

PENUTUP

Kesimpulan

1. Taman karet ( hevea brasilliensis ) merupakan penghasil karet yang merupakan komoditas ekspor
Indonesia.

2. Penyakit merupakan pengganggu mayoritas pada tanaman karet.

3. Ada lebih dari 22 jenis penyakit yang menyerang tumbuhan karet, yang paling sering dijumpai
adalah penykit akar putih dan penyakit kering alur sadap.

4. Penyakit akar putih disebabkan oleh jamur Ringgidoporus micropus.

5. Penyakit kering alur sadap disebabkan oleh penyadapan yang berlebihan.

6. Hama merupakan pengganggu yang bersifat minor.

7. Hama yang mengganggu tanaman karet diantaranya rayap, kutu lak, uret / lundi, kumbang
penggerek, tungau, beruk, babi hutan dan tapir

SARAN

Kami sadar dalam melaksanakan kegiatan Prakerin ini masih banyak kekurangan. Namun kami telah
berusaha melaksanakannya secara maksimal. Selain itu, laporan Prakerin ini juga masih jauh dari
sempurna. Oleh karena itu, saran yang membangun sangat kami perlukan guna memperbaiki laporan
yang masih jauh dari sempurna ini.

Untuk adik kelas yang nantinya akan melaksanakan kegiatan Prakerin, mungkin sedikit saran berikut
ini bisa bermanfaat:

• Jaga nama baik diri sendiri dan sekolah.

• Utamakan keselamatan kerja.


• Gunakan waktu sebaik-baiknya.

• Tetap semangat dan jangan putus asa.

DAFTAR PUSTAKA

Tarumingkeng, R.C. 1971. Biologi dan Pengenalan Rayap Perusak Kayu Indonesia. Lap.LPH. BogoR

http://www.lablink.or.id/Env/Satwa/stw-macanttl.htm

http://www.infogigi.com/article/GAMBAR-hama-dan-penyakit-tanaman-karet.html

http://www.membuatblog.web.id/2010/02/budidaya-tanaman-karet.html

http://hutbun.cilacapkab.go.id/index.php?q=detil&id=37

http://iwan-uni.blogspot.com/2006_06_01_archive.html

http://ditjenbun.deptan.go.id/perlindungan/index.php?

option=com_content&view=article&id=56:jamur-akar-putih-vs-jamur-trichoderma-

spp&catid=15:home
BIODATA PENYUSUN /PRAKTIKAN

NAMA : DHAWA ADHANSYAH

NISN : 0031857707

PRODI : Agribisnis Tanaman Perkebunan

Penulis bernama lengkap Dhawa Adhansyah yang lahir pada tanggal 01 Oktober 2003 Dipangkalan
Balai.penulis merupakan anak Pertama dari Dua bersaudara dan terlahir dari pasangan Bapak Heri
Purbaya dan ibu Rosniati.penulis memulai jenjang pendidikan di sekolah dasar negri 3 Banyuasin lll
.kemudian penulis melanjutkan ke jenjang pendidikan smp Muhammadiyah Pangkalan Balai.dan
kemudian penulis melanjutan kejenjang pendidikan SMK UNGGUL NEGRI 2 BANYUASIN III.penulis
mulai aktif .penulis beralamatkan di rt 06 rw 02 Jln.Bukit Indah,Kel.Kedondong
Raye,Kab.Banyuasin,Prov.Sumatra Selatan.Sampai sekarang penulis masih melanjutkan pendidikan di
SMK UNGGUL NEGRI 2 BANYUASI III di program studi AGRIBISNIS TANAMAN PERKEBUNAN

Photo

3x4

Anda mungkin juga menyukai