Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN

Candi Agung dan Siring Itik sebagai Laboratorium Outdoor Pembelajaran IPS
Mata Kuliah: Pengembangan Laboratorium Pembelajaran IPS
Dosen Pengampu:
Dr. Herry Porda Nugroho P, M. Pd
Muhammad Rezky Noor Handy, M. Pd

Disusun Oleh

Desy Norrahmah 1810128120010


Marlia 1810128220009
M. Fahmi Kurniawan 1810128110012

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN IPS


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARMASIN
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat, karunia, dan kasih-Nya, serta taufik dan hidayah-Nya sehingga kami dapat
menyelesaikan tugas laporan “Pengembangan Laboratorium Pembelajaran IPS”
yang berjudul " Candi Agung dan Siring Itik sebagai Laboratorium Outdoor
Pembelajaran IPS" ini dengan baik meskipun banyak kekurangan didalamnya.
Kami sangat berharap laporan ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta ilmu pengetahuan tentang " Candi Agung dan Siring Itik sebagai
Laboratorium Outdoor Pembelajaran IPS". Kami juga menyadari sepenuhnya
bahwa di dalam laporan ini mungkin masih ada terdapat banyak kekurangan dan jauh
dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik positif serta saran yang
membangun untuk memperbaiki dan menyempurnakan makalah yang kami buat ini.
Semoga laporan ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sekiranya
laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang yang
membacanya.

Banjarmasin, 2 Maret 2021

Anggota kelompok
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Laboratorium menjadi salah satu prasarana pembelajaran yang bisa dijadikan
sebagai tempat untuk melatih kemampuan peserta didik dalam memahami konsep-
konsep pembelajaran dan mampu meningkatkan keterampilan peserta didik dalam
melakukakan kegiatan ilmiah. Laboratorium merupakan tempat bagi sekelompok
orang atau peserta didik untuk melakukan berbagai macam kegiatan mulai dari
penelitian, pengamatan, pelatihan serta pengujian terhadap sesuatu. Laboratorium
dapat dijadikan sebagai salah satu sumber belajar untuk memecahkan suatu
permasalahan dalam proses pembelajaran serta menjadi sarana bagi peserta didik
untuk memahami ilmu pengetahuan yang sifatnya masih abstrak menjadi sesuatu
yang konkret atau nyata. Laboratorium identic dengan ruang tertutup yang dipenuhi
dengan berbagai macam alat pengamatan, padahal laboratorium tidak hanya berbatas
pada ruang tertutup (Indoor) tetatpi juga berupa ruang terbuka (Outdoor) misalnya
seperti lingkungan sekolah, lingkungan masyarakat, atau tempat-tempat yang bisa
dijadikan sebagai sumber belajar yang relevan.
Berbgai macam laboratoium Outdoor yang bisa dijadikan sebagai sumber
belajar IPS misalnya pengunaan Candi yang merupakan situs peninggalan sejarah
yang memiliki berbagai macam nilai kebudayaan. Penggunaan candi ini sebagai
salah satu laboratorium pembelajaran Ooutdoor menjadi pilihan tepat karena tidak
hanya dapat menambah wawasan dan pengetahuan peserta didik tetapi juga
mendapat suasana baru pada proses pembelajaran. Selain Candi Lingkungan
masyarakat objek wisata juga bisa dijadikan sebagai laboratorium Outdoor yang
memungkin peserta didik mudah paham pada proses pembelajaran.

B. Tujuan
Tujuan Observasi yaitu untuk mengamati lebih dalam terkait dengan
pemanfaatan Candi Agung dan siring itik menjadi salah satu laboratorium outdoor
yang dapat digunakan sebagai sumber belajar IPS.
C. Metode Observasi
Pengamatan
D. Waktu dan Lokasi Pelaksanaan
 Rabu, 25 februari 2021 17.00, Candi Agung Amuntai
 Selasa, 1 Maret 2021 16.30, Siring Itik Amuntai
BAB II
PELAKSANAAN OBSERVASI

A. Candi Agung Amuntai sebagai Laboratorium Pembelajaran IPS


Candi Agung adalah sebuah situs candi Hindu yang beratap yang terletak di
kawasan Sungai Malang, kecamatan Amuntai Tengah, Kota Amuntai, Kalimantan
Selatan. Di sekitar candi pernah ditemukan tiang kayu ulin dan pecahan genteng.
Candi ini diperkirakan peninggalan Kerajaan Negara Dipa yang keberadaannya
sezaman dengan Kerajaan Majapahit. Candi Agung di Amuntai merupakan
peninggalan Kerajaan Negara Dipa yang dibangun oleh Empu Jatmika abad ke XIV
Masehi. Dari kerajaan ini akhirnya melahirkan Kerajaan Negara Daha di Negara dan
Kesultanan Banjarmasin. Menurut cerita, Kerajaan Hindu Negara Dipa berdiri tahun
1438 di persimpangan tiga daerah aliran sungai yaitu sungai Tabalong, sungai
Balangan, dan sungai Negara. Cikal bakal Kerajaan Banjar itu diperintah oleh
Maharaja Suryanata dan Putri Junjung Buih dengan kepala pemerintahan Patih
Lambung Mangkurat. Negara Dipa kemudian berkembang menjadi Kota Amuntai.
Dalam tahun 1967 di Kota Amuntai, waktu diadakan panggalian situs
kepurbakalaan, ditemukan orang dasar candi dan benda-benda kepurbakalaan.
Tempat yang digali itu disebut penduduk Gunung Candi (Bukit Candi) dan candi
yang dasarnya itu disebut Candi Agung. Menurut ceritera rakyat yang hidup disana
Candi Agung dibangun oleh Mpu Jatmika. Luas bangunan candi Agung berukuran
40 m x 50 m. Candi Agung diperkirakan telah berusia 740 tahun. Bahan material
Candi Agung ini didominasi oleh batu dan kayu. Kondisinya masih sangat kokoh. Di
candi ini juga ditemukan beberapa benda peninggalan sejarah yang usianya kira-kira
sekitar 200 tahun SM. Batu yang digunakan untuk mendirikan Candi ini pun masih
terdapat di sana. Batunya sekilas mirip sekali dengan batu bata merah. Namun bila
disentuh terdapat perbedaannya, lebih berat dan lebih kuat dari bata merah biasa.
Batu bata yang ditemukan berukuran besar mirip dengan batu bata yang juga
ditemukan situs candi Kayen di Dusun Buloh Desa Kayen di Jawa Tengah.
Candi Agung juga merupakan salah satu obyek wisata sejarah yang berada di
Amuntai, ibukota Kabupaten Hulu Sungai Utara, Kalimantan Selatan. Lokasi candi
ini tidak jauh dari pusat kota Amuntai di kawasan Sungai Malang. Jadi, mudah bagi
pengunjung untuk menuju ke sana. Ramainya pengunjung biasanya setiap akhir
pekan. Memasuki lokasi obyek wisata, areal parkir kendaraan bermotor cukup luas.
Areal obyek wisata ini cukup luas, diperkirakan 1 hektare. Sampai di area dalam, kita
dihadapkan beberapa titik kunjungan, antara lain museum, telaga darah, pemandian
putri, pertapaan dan candi agung. Pada objek wisata candi agung biasanya
pengunjung berkunjung ke museum, situs kepurbakalaan, dan tampung tawar, yang
mana kegiatan betampung tawar ini dipercaya bahwa akan menjauhkan kita dari
marabahaya, karena biasanya tradisi ini juga diiringi dengan pembacaan shalawat,
doa, dan ayat-ayat al-Qur’an. Maka dari itu tradisi batapung tawar lebih ditekankan
kepada proses doa kepada Allah Swt.
Dalam objek wisata Candi Agung kita dapat mengunjungi beberapa tempat,
seperti hal nya:
1. Museum Candi Agung
Di dalam kompleks candi Agung terdapat museum untuk wisata edukasi.
Museum tersebut berbentuk rumah adat Banjar yang menggambarkan kearifan
lokal daerah setempat. Lokasi museum ini berada di depan kompleks, sehingga
mudah terlihat oleh pengunjung. Museum tersebut menyuguhkan sejumlah
benda peninggalan zaman kerajaan. Salah satunya yakni batu bata yang diduga
merupakan material untuk membangun situs tersebut. Pengunjung juga bisa
menyaksikan beberapa benda temuan para arkeolog. Benda temuan yang
dimaksud yakni berbagai macam tembikar dengan huruf China. Pengunjung
juga bisa mempelajari sejarah tentang Candi Agung di museum ini. Pada
Meseum kita juga dapat melihat sejumlah foto dokumentasi yang di tempel di
sepanjang dinding sebagai informasi yang mana saat pertama kali situs Candi
Agung ditemukan pada pertengahan tahun 1960-an. Situs sejarah tersebut hanya
digali 40 sentimeter, artinya tidak dalam tertimbun tanah. Adapula foto-foto
pembangunan obyek wisata tersebut yang dimulai awal 1980-an. Kemudian di
beberapa ruangan tersimpan bata zaman dulu yang digunakan membangun
candi.
2. Telaga Darah
Setelah mengunjungi museum, pengunjung bisa melanjutkan kunjungan ke
telaga darah. Letak spot ini tak jauh dari museum yakni di belakangnya. Telaga
darah memiliki bentuk yang menyerupai sumur. Menurut sejarahnya, sumur ini
dinamakan telaga darah karena pernah dijadikan tempat pembunuhan. Konon
pada zaman kerajaan, tempat ini pernah menjadi saksi bisu terbunuhnya dua
saudara. Peristiwa pembunuhan tersebut melibatkan Sukmaraga dan Patmaraga
sebagai korban. Sedangkan pelakunya adalah paman mereka yang bernama
Lambung Mangkurat.
3. Pertapaan Pangeran Suryanata
Selanjutnya, pengunjung bisa masuk ke pertapaan Pangeran Suryanata. Lokasi
pertapaan ini berada di depan situs Candi Agung. Pengunjung dapat
menyaksikan sejumlah orang yang melakukan ritual di tempat tersebut. Tak
heran jika di pertapaan ini banyak ditemukan kain kuning sebagai perlengkapan
ritual.
4. Situs Candi Agung
Meski namanya candi, namun situs ini tidak berbentuk bangunan candi pada
umumnya. Situs candi Agung hanya berupa sejumlah bongkahan batu bata. Situs
tersebut memiliki tinggi sekitar 25 centimeter. Banyak yang menyebut situs
Candi Agung seperti pondasi bangunan. Situs ini di tengahnya terdapat kolam
kecil. Beberapa bagian susunan bata diberi penutup untuk mencegah terjadinya
kerusakan pada situs ini. Suasana mistis sangat terasa karena banyak pengunjung
yang berthawaf di situs ini. Pengunjung yang melakukan ritual tersebut biasanya
berkeliling sebanyak 3, 5, hingga 7 kali. Ritual ini mereka lakukan karena
memiliki hajat tertentu.
5. Sumur Tiang Sembilan
Selain sebagai obyek wisata, Candi Agung Amuntai juga difungsikan untuk
sejumlah ritual. Salah satu ritual yang biasanya dilakukan pengunjung adalah
Mandi Bedudus. Ritual tersebut biasanya dilakukan di Sumur Tiang Sembilan.
Ritual ini sering dilakukan oleh pengunjung yang memiliki hajat. Ritual mandi
ini menggunakan air yang diambil dari sumur Putri Junjung Buih. Perlengkapan
lainnya untuk ritual ini yakni sebuah kain kuning. Kain tersebut nantinya harus
disimpan pengunjung di pemandian ini. Selain kain kuning, ada banyak hal yang
perlu disiapkan. Sejumlah hal yang harus disediakan mulai dari sesajen, mayang
pinang, dan lain sebagainya. Tempat pemandian tersebut tak hanya dijadikan
sebagai ritual Mandi Bedudus. Banyak pengunjung yang memandikan bayinya
agar terhindar dari penyakit.
B. Siring Itik Sebagai Laboratorium Outdoor Pembelajaran IPS
Kota amuntai terletak di pertemuan antara sungai negara, sungai tabalong dan
sungai balangan dan berjarak 190 km di sebelah utara kota banjarmasin, ibu kota
provinsi kalimantan selatan, di tengah kota terdapat sebuah patung bebek sebagai
landmark kota, namanya monumen bebek alabio. Amuntai adalah kota kecil di bagian
kalimantan selatan. Tetapi, bukan berarti tidak mempunyai tempat wisata santai dan
kumpul kumpul,
Monumen itik alabio ini dikenal dengan sebutan siring itik oleh masyarakat,
ditempat ini masyarakat bisa menemukan banyak warung-warung atau jajanan pinggir
jalan, yg menjajakan banyak menu makanan, Waktu paling tepat mengunjungi kawasan
ini adalah sore hari. Biasanya banyak keluarga yang datang bersama dengan anak
mereka, bercanda atau hanya duduk saja sambil menikmati sore yang ramah disini. Di
sekitar tugunya kamu bisa melihat siring yang menghadap langsung ke arah sungai yang
besar, di tempat ini juga terdapat sebuah dermaga kecil dengan penyewaan jukung
untuk menikmati wisata susur sungai di sekitaran siring tersebut.
Wisata siring ini dapat dijadikan sebagai salah satu laboratorium pembelajaran
yang bersifat terbuka dan dapat menarik perhatian dari peserta didik. Dimana tempat ini
bisa menjadi tempat pengamatan, dengan pemanfaatan wisata ini bisa dengan meminta
peserta didik mengamati apa saja kegiatan sosial yang ada disna baik dari segi interaksi
masyarakat yang berkunjung atau perekonomian dari warga setempat.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Laboratorium menjadi salah satu prasarana pembelajaran yang bisa dijadikan
sebagai tempat untuk melatih kemampuan peserta didik dalam memahami konsep-
konsep pembelajaran dan mampu meningkatkan keterampilan. Laboratorium dapat
dijadikan sebagai salah satu sumber belajar untuk memecahkan suatu permasalahan
dalam proses pembelajaran serta menjadi sarana bagi peserta didik untuk memahami
ilmu pengetahuan, laboratorium tidak hanya berbatas pada ruang tertutup (Indoor)
tetatpi juga berupa ruang terbuka (Outdoor) misalnya seperti lingkungan sekolah.
Candi Agung juga merupakan salah satu obyek wisata sejarah yang berada di
Amuntai, ibukota Kabupaten Hulu Sungai Utara, Kalimantan Selatan. Lokasi candi ini
tidak jauh dari pusat kota Amuntai di kawasan Sungai Malang. Jadi, mudah bagi
pengunjung untuk menuju ke sana. Ramainya pengunjung biasanya setiap akhir pekan.
Memasuki lokasi obyek wisata, areal parkir kendaraan bermotor cukup luas. Areal
obyek wisata ini cukup luas, diperkirakan 1 hektare. Sampai di area dalam, kita
dihadapkan beberapa titik kunjungan, antara lain museum, telaga darah, pemandian
putri, pertapaan dan candi agung.
Monumen itik alabio ini dikenal dengan sebutan siring Itik oleh masyarakat,
ditempat ini masyarakat bisa menemukan banyak warung-warung atau jajanan pinggir
jalan, yg menjajakan banyak menu makanan, Waktu paling tepat mengunjungi kawasan
ini adalah sore hari. Biasanya banyak keluarga yang datang bersama dengan anak
mereka, bercanda atau hanya duduk saja sambil menikmati sore yang ramah disini. Di
sekitar tugunya kamu bisa melihat siring yang menghadap langsung ke arah sungai yang
besar, di tempat ini juga terdapat sebuah dermaga kecil dengan penyewaan jukung
untuk menikmati wisata susur sungai di sekitaran siring tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Emda, A. (2017). Laboratorium Sebagai Sarana Pembelajaran kimia dalam
meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan kerja ilmiah. Lantanida journal,
5(1), 83-92.
Fatimah, R. P., Normelani, E., & Adyatma, S. (2018). Persepsi Pengunjung Terhadap
Objek Wisata Budaya Candi Agung, Kecamatan Amuntai Tengah, Kabupaten
Hulu Sungai Utara. JPG (Jurnal Pendidikan Geografi), 5(4).
Wasita, S. S. (2011). PERSEPSI PEZIARAH MUSLIM DALAM PEMANFAATAN
SITUS CANDI AGUNG DI AMUNTAI, KALIMANTAN SELATAN
(Doctoral dissertation, Universitas Gadjah Mada).
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai