Abstract
Provision of nursing services profesionla system (SP2KP) is a component of the application of professional
values in nursing practice, management and provision of nursing care in a hospital ward units and professional
development of self. The purpose of this study was to determine the factors associated with the implementation
SP2KP by nurses in the hospital inpatient Raden Mattaher Jambi Year 2014 The type of research conducted in
this research is quantitative research design using cross sectional analytic study (n = 132 nurses). Test used in
this study Chy-Square test. data collection was done by a questionnaire that was tested for validity and reliability.
The results of the study analyzes the factors related to the implementation of the system of professional nursing
care by nurses diruang Inpatient Hospital Edinburgh Raden Mattaher of the six factors were investigated only one
factor of education has a significant association with the implementation SP2KP (p = 0.010). Suggestions
researchers to improve the education of nurses ffor this will affect the skill and knowledge of nurses in
implementing inpatient space hospitalRSUD Raden Mattaher Jambi Tahun 2014
Abstrak
Sistem Pemberian pelayanan keperawatan profesionla (SP2KP) merupakan komponen dari aplikasi nilai-nilai
profesional dalam praktek keperawatan, manajemen dan pemberian asuhan keperawatan di unit ruang rawat
rumah sakit dan perkembangan profesional diri. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui faktor-faktor yang
berhubungan dengan pelaksanaan SP2KP oleh perawat pelaksana di ruang rawat inap RSUD Raden Mattaher
Jambi Tahun 2014. Adapun jenis penelitian yang dilakukan pada penelitian ini adalah penelitian kuantitatif
dengan menggunakan desain penelitian analitik pendekatan cross sectional (n=132 perawat). Uji yang dipakai
dalam penelitian ini uji Chy-Square. pengambilan data dilakukan dengan kuesioner yang sudah diuji validitas
dan reabilitasnya. Hasil penelitian analisis faktor-faktor yang berhubungan dengan pelaksanaan sistem
pemberian pelayanan keperawatan profesional oleh perawat pelaksana diruang Rawat Inap RSUD Raden
Mattaher Jambi dari enam faktor yang diteliti hanya satu faktor pendidikan mempunyai hubungan yang bermakna
dengan pelaksanaan SP2KP(nilai p = 0,010). Saran peneliti kepada perawat pelaksana uuntuk meningkatkan
pendidikan hal ini akan mempengaruhi skill dan pengetahuan perawat pelaksana dalam pelaksanaan SP2KP
diruang rawat inap RSUD Raden Mattaher Jambi.
54
JMJ, Volume 4, Nomor 1, Mei 2016, Hal: 54 – 74 Indah, dkk. Analisis Faktor-faktor...
55
(2013) mengatakan bahwa manajemen dan klinis perawat dalam melaksanakan Sistem
pemberian asuhan keperawatan lebih baik Pengembangan Manajemen Kinerja Klinik
di ruang SP2KP dari pada non-SP2KP. (SMKK). Sehingga dapat disimpulkan
Pelaksanaan komponen SP2KP bahwa semakin tinggi motivasi seseorang
sangat penting untuk dilaksanakan akan menghasilkan kinerja yang baik pula.
terutama oleh perawat pelaksana yang Rumah Sakit Umum Daerah
memberikan asuhan keperawatan secara (RSUD) Raden Mattaher Jambi merupakan
langsung kepada pasien. Perawat rumah sakit type B pendidikan dengan
pelaksana sebagai pemberi jasa kapasitas 365 tempat tidur dan jumlah
merupakan ujung tombak pelayanan di tenaga keperawatan tahun 2013 sebanyak
rumah sakit, karena perawat pelaksana 487 orang. Bed Occupation Rate (BOR)
berada 24 jam dalam memberikan asuhan tahun 2012 mencapai 82,5% sedangkan
keperawatan. Sehingga kinerja perawat pada tahun 2013 menurun menjadi 70,3%.
menjadi sorotan baik oleh profesi lain Data ini menunjukkan mutu pelayanan
maupun pasien atau keluarganya, jika hal rumah sakit mengalami penurunan,
tersebut tidak dilaksanakan akan meskipun masih diatas standar pelayanan
berdampak terhadap menurunnya tingkat minimal. Hal ini dapat disebabkan oleh
kepuasan pasien dalam pelayanan sistem pelayanan keperawatan yang belum
keperawatan. Tingkat kepuasan pasien sesuai standar, sesuai dengan evaluasi
merupakan salah satu indikator mutu penerapan SP2KP pada tahun 2013 hanya
pelayanan kesehatan (Nursalam, 2012). mencapai 62% sedangkan evaluasi
Pelaksanaan SP2KP merupakan kepuasan pasien terhadap pelayanan
kinerja perawat dalam memberikan asuhan keperawatan yang dilakukan dengan
keperawatan yang dipengaruhi oleh penyebaran kuesioner diperoleh hasil 72%
beberapa faktor, yaitu: faktor kompetensi responden merasa puas dengan pelayanan
individu diantaranya pendidikan, keperawatan yang diberikan oleh perawat.
pengalaman, pelatihan dan motivasi, faktor Data tersebut menunjukan bahwa
dukungan manajemen seperti persentase kapuasan pasien terhadap
kepemimpinan dan faktor dukungan pelayanan keperawatan masih dibawah
organisasi diantaranya pengorganisasian, standar dimana menurut Standar
peralatan kerja dan syarat-syarat kerja Pelayanan Minimal (SPM) rumah sakit
(Simanjuntak, 2011). kepuasan pasien harus mencapai 90%
Menurut Mangkunegara (2004), (Depkes RI, 2007)
faktor yang mempengaruhi pelaksanaaan Berdasarkan studi pendahuluan di
kinerja adalah faktor kemampuan (ability) RSUD Raden Mattaher Jambi, pada tahun
dan faktor motivasi (motivation). Hal ini 2011 telah diterapkan SP2KP pada empat
didukung oleh penelitian Hasmoko (2008), ruangan yaitu ruang bedah, pinang masak,
yang diperoleh hasil bahwa terdapat mayang, dan Nurdin Hamzah. Sedangkan
pengaruh antara motivasi dengan kinerja pada tahun 2012, SP2KP mulai diterapkan
56
JMJ, Volume 4, Nomor 1, Mei 2016, Hal: 54 – 75 Indah, dkk. Analisis Faktor-faktor...
n = N
1 + N ( d 2)
57
Tabel 1. Jumlah Sampel Penelitian disetiap Ruang Rawat Inap RSUD
Raden Mattaher Jambi tahun 2014
No Ruang penelitian Jml Jumlah sampel
1 Mayang mangurai 22 22/228X 132 = 13
2 Pinang masak 20 20/ 228X 132 = 12
3 Nurdin Hamzah 16 16/228X 132 = 9
4 Gaphindo 14 14/228 X 132 = 8
5 Teratai 14 14/228 X 132 = 8
6 Penyait dalam 32 32/228 X 132 = 19
7 Bedah 30 30/228 X 132 = 17
8 Anak 22 22/228 X 132 = 12
9 Jantung 15 15/228 X 132 = 9
10 Saraf 14 14/228 X 132 =8
11 Paru 14 14/228 X 132 = 8
12 THT / mata 15 15/198 X 132 = 9
Jumlah 228 132
58
JMJ, Volume 4, Nomor 1, Mei 2016, Hal: 54 – 75 Indah, dkk. Analisis Faktor-faktor...
59
Tabel 8 Hubungan umur dengan Pelaksanaan sistem pemberian pelayanan Keperawatan
profesional oleh perawatn pelaksana di ruang rawat inap RSUD Raden Mattaher Jambi
Tahun 2014
60
JMJ, Volume 4, Nomor 1, Mei 2016, Hal: 54 – 75 Indah, dkk. Analisis Faktor-faktor...
61
Tabel 5.13 Hubungan motivasi dengan pelaksanaan sistem pemberian pelayanan
keperawatan profesional oleh perawat pelaksana diruang rawat inap RSUD Raden
Mattaher Jambi Tahun 2014
62
JMJ, Volume 4, Nomor 1, Mei 2016, Hal: 54 – 75 Indah, dkk. Analisis Faktor-faktor...
63
bertahan beradaptasi di dunia yang Menurut teori yang dikemukakan
berubah dan cepat (Kemenkes RI, 2010). oleh Gibson (1996), menjelaskan bahwa
fisiologi pertumbuhan dan perkembangan
Hubungan umur perawat pelaksana individu dapat digambarkan dengan
dengan pelaksanaan sistem pemberian bertambahnya umur, peningkatan umur
pelayanan keperawatan profesional di diharapkan dapat terjadinya pertambahan
RSUD Raden Mattaher Jambi Tahun kemampuan motorik sesuai dengan tumbuh
2014. kembangnya, oleh karena itu pertumbuhan
Hasil penelitian menunjukkan dan perkembangan seseorang pada titik
bahwa tidak ada hubungan umur dengan tertentu akan terjadi kemunduran akibat
pelaksanaan sistem pemberian pelayanan faktor degeneratif. Veithzal (2004), bahwa
keperawatan profesional oleh perawat umur yang lebih mudah seseorang individu
pelaksan. Hasil ini sejalan dengan lebih produktif dibandingkan umur yang
Mazaputra (2008), bahwa umur bukan lebih tua
faktor yang berhubungan dengan Peneliti menganalisis perawat
pelaksanaaan kinerja perawat secara pelaksana dengan umur ≤ 25 tahun
bermakna. pelaksanaan sistem pemberian pelayanan
Istilah umur diartikan dengan keperawatan profesional baik dibandingkan
lamanya keberadaan seseorang diukur dengan umur >25 tahun. Sebagian besar
dalam satuan waktu di pandang dari segi perawat pelaksana di ruang rawat inap
kronologik, individu normal yang RSUD Raden Mattaher sudah menjalankan
memperlihatkan derajat perkembangan aplikasi nilai-nilai profesional dalam praktek
anatomis dan fisiologik sama, umur keperawatan terkait nilai etik dan legal
produktif adalah 25-30 tahun pada usia ini dengan melakukan tindakan bertanggung
seorang sedang memiliki pekerjaan sesuai jawab dan tidak membedakan pasien.
dengan individu dan tingkat karirnya, usia Manajemen dan pemberian asuhan
30-40 tahun seorang individu sudah keperawatan diruangan rawat inap RSUD
memantapkan pilihan pelaksanaan Raden Mattaher sebagaian besar memakai
pekerjaannya sesuai dengan tujuan, dan metode tim. Dimana metode tim yang
puncak karirnya pada usia 40 tahun digunakan di ruangan dibagi menjadi tiga
(Dessler, 2004). tim, yaitu tim A,tim B, Dan tim C. Adapun
Hal ini berbeda dengan hasil setiap tim dikepalai oleh ketua tim dan
penelitian Skirbek (2003) dalam Letvak dibantu oleh perawat pelaksana. Dimana
(2008) menunjukkan penurunan dengan diadakannya metode tim perawat
produktivitas pelaksanaan kerja perawat pelaksana yang umur dewasa mudah lebih
yang berumur di atas 50 tahun, khususnya berhati-hati dalam melaksanakan tindakan
dalam pemecahan masalah, belajar dan karena semua tindakan dikontrol oleh ketua
kecepatan. tim, faktor umur bukan merupakan salah
satu faktor yang berhubungan dengan
64
JMJ, Volume 4, Nomor 1, Mei 2016, Hal: 54 – 75 Indah, dkk. Analisis Faktor-faktor...
65
bertanggung jawab atas pasien dan tidak Hubungan masa kerja dengan
membedakan pasien. pelaksanaan sistem pemberian
Terkait dengan manajemen dan pelayanan keperawatan profesional di
pemberian asuhan keperawatan di ruang RSUD Raden Mattaher Jambi Tahun
rawat inap RSUD Raden Mattaher pada 2014.
umumnya kepemimpinan kepala ruangan Hasil penelitian menunjukkan
sudah menjalankan perannya dengan bahwa sebagian besar perawat pelaksana
memfasilitasi perawat bekerja dengan yang bertugas diruang rawat inap RSUD
menyediakan Form SOAP, SOAP Pre Raden mattaher memilikin masa kerja yang
Interaksi, SAK, Form Check List Diagnosa lebih lama (senior) dan tidak ada hubungan
dan rencana tindakan supervisi, dan ruang antara masa kerja dengan pelaksanaan
rawat inap RSUD Raden Mattaher sistem pemberian pelayanan keperawatan
memakai metode tim. profesional oleh perawat pelaksana. Hasil
Perawat perempuan kurang baik penelitian tersebut seperti yang dinyatakan
dalam pelaksanaan sistem pemberian oleh Muzaputra (2008), menunjukan tidak
dalam pemberian asuhan keperawatan bahwa masa kerja ≤ 2 tahun lebih baik
dalam pelaksanaan sistem pemberian
sebesar (52,9%). Kepala ruangan harus
pelayanan keperawatan dikarnakan
melakukan supervisi diruangan secara tiba-
perawat yang masa kerjanya baru dalam
tiba karena dengan cara tiba-tiba membuat
melaksanakan pekerjaan lebih
perwat pelaksana merasa lebih tertantang, bersemangat dan ingin tahuannya lebih
lebih bersemangat untuk belajar dan tinggi untuk melaksanakan pekerjaan.
melakukan tindakan terhadap pasien, Menurut Siagian (2002), mengatakan
perlunya kepala ruangan melakukan umpan kepuasan kerja relatif tinggi pada waktu
66
JMJ, Volume 4, Nomor 1, Mei 2016, Hal: 54 – 75 Indah, dkk. Analisis Faktor-faktor...
67
memanfaatkan pengetahuan dan Peneliti berpendapat bahwa
keterampilan dalam melaksanakan sistem pendidikan sangat mempengaruhi
pemberian pelayanan keperawatan pelaksanan sistem pemberian pelayanan
profesional. keperawatan profesional, semakin tinggi
Menurut Adrew E.Sikula dalam pendidikan seseorang semakit besar
Mangkunegara (2004), tingkat pendidikan keingginan perawat untuk meningkatkan
adalah suatu proses jangka panjang yang keterampilan yang dimilikinya. Menurut
menggunakan prosedur sistematis yang Delucia (2009), kompetensi yang dimiliki
terorganis, mempelajari pengetahuan oleh seorang perawat ditentukan oleh latar
konseptual dan teoritis untuk tujuan- tujuan belakang pendidikan, peran, jenis praktek.
umum. Menurut Notoatmojo (2005) Jadi dapat disimpulkan tingkat pendidikan
pendidikan adalah proses penyampaian mempunyai pengaruh terhadap kompotensi
informasi kepada seseorang untuk yang dimiliki oleh perawat pelaksana.
mendapatkan perubahan perilaku. Kompetensi tersebut mempengaruhi
Hariandja (2002) menambah bahwa tingkat pelaksaan yang dihasilkan oleh perawat
pendidikan seseorang karyawan dapat pelaksana.
meningkatkan daya saing perusahaan dan Berdasarkan hasil penelitian
memperbaiki kinerja perusahaan. Semakin tentang pendidikan SI Keperawatan/Ners
tinggi pendidikan seseorang maka semakin lebih baik karena perawat pelaksana di
besar keinginannya untuk memanfaatkan ruang rawat inap RSUD Raden mattaher
pengetahuan dan keterampilan yang Jambi selalu melaksanakan nilai-nilai
dimiliki (Siagian 2012). profesional dalam praktek keperawatan
Menurut analisis peneliti Rumah terkait nilai etik dan legal dimana perawat
Sakit Umum Daerah Raden Mattaher Jambi pelaksana yang pendidikan profesional
merupakan rumah sakit rujukan bagi pada umumnya melakukan tindakan
rumah sakit kabupaten yang ada di propinsi bertanggung jawab dan tidak membedakan
jambi yang memiliki visi “ Menjadikan pasien, perawat juga melakukan caring
rumah sakit pendidikan dan pusat rujukan dengan cara memberi salam/ menyapa
melalui pelayanan prima, pendidikan yang orang lain atau klien saat bertemu.
bermutu, mandiri serta personal yang Manajemen dan pemberian asuhan
profesional”. RSUD Raden Mattaher Jambi keperawatan di ruang rawat inap RSUD
masih banyak perawat yang latar belakang Raden Mattaher perawat Profesional/ SI
pendidikan DIII Keperawatan, pada proses Ners melakukan komunikasi sesama tim
pengambilan data terhadap beberapa dan ruangan tempat perawat pelaksana
perawat pelaksana yang sedang bekerja memakai metode Tim.
melanjutkan pendidikan formalnya baik Perawat pelaksana vokasional/ DIII Kurang
dengan biaya sendiri tanpa bantuan . Hal baik dalam pelaksanaan sistem pemberian
ini merupakan tindakan yang baik bagi pelayanan keperawatan profesional di
peningkatan mutu pelayanan keperawatan. karenakan dalam manajemen dan
68
JMJ, Volume 4, Nomor 1, Mei 2016, Hal: 54 – 75 Indah, dkk. Analisis Faktor-faktor...
69
Menurut analisis peneliti bahwa pihak perawat yang tidak mengikuti bisa
rumah sakit telah melaksanakan pelatihan- memperhatikan dan melihat perawat yang
pelatihan terkait dengan SP2KP seperti sudah mengikuti pelatihan.
pelatihan pasien safety, metode pemberian Perawat pelaksana yang mengikuti
asuhan keperawatan, jenjang karir, BPGD pelatihan kurang baik dalam pelaksanaan
dan lain-lain, sasaran pelatihan ini adalah sistem pemberian pelayanan keperawatan
perawat pelaksana. Pelatihan yang diikuti profesional sebanyak (61,5%) karena untuk
oleh perawat pelaksana hanya sebagian melakukan supervisi/bimbingan pekerjaan
perawat yang dipilih oleh kepala ruangan secara tiba-tiba tanpa pemberitahuan
yang mengutamakan perawat yang sunior, sebelumnya, tidak ada memberikan umpan
sedangkan perawat yang yunior belum balik jika perawat melakukan kesalahan
banyak yang mengikuti pelatihan yang dalam pemberian asuhan keperawatan
terkait dengan sistem pemberian pelayanan sebesar (62,5%).
keperawatan profesional. Untuk itu
pelatihan yang diadakan untuk perawat Hubungan motivasi perawat pelaksana
yunior sangat di utamakan untuk lebih dengan pelaksanaan sistem pemberian
meningkatkan pelaksanaan dalam bekerja. pelayanan keperawatan profesional di
Pelatihan ini akan dipandang berbeda- RSUD Raden Mattaher Jambi Tahun
beda oleh perawat pelaksana dengan latar 2014.
belakang, umur, masa kerja serta Penelitian menunjukkan bahwa
pendidikan. tidak ada hubungan motivasi perawat
Berdasarkan hasil penelitian perawat pelaksana dengan sistem pemberian
pelaksana yang tidak mengikuti pelatihan pelayanan keperawatan profesional.
baik dalam melaksanakan sistem Menurut Marquis & Huston (2010), Motivasi
pemberian pelayanan keperawatan karena dapat diartikan sebagai dorongan yang kuat
perawat pelaksana sudah menjalankan untuk melakukan suatu pekerjaan yang
nilai-nilai profesional dalam praktek baik. Sedangkan menurut teori Abram
keperawatan terkait dengan nilai etik dan maslow, seseorang akan termotivasi
legal, dimana perawat pelaksana yang tidak bekerja mencapai kinerja yang tinggi, jika
mengikuti pelatihan dalam melakukan memandang pekerjaan itu sebagai
tindakan keperawatan perawat kesempatan mengembangkan kemampuan
bertanggung jawab, tidak membedakan dari karirnya sebagai sarana untuk aktual
pasien dan memberi salam/ menyapa diri.
orang lain/ klien saat bertemu dan ruangan Motivasi menurut Fillnore dalam
tempat perawat pelaksana bekerja Mangkunegara (2004), mengatakan
memakai metode tim. Hal ini sangat motivasi sebagai suatu kondisi yang
membantu perawat pelaksana yang tidak menggerakan manusia kearah suatu tujuan
mengikuti pelatihan dalam melaksanakan tertentu. Beberapa ahli mengatakan
SP2KP, karena dengan metode tim motivasi merupakan bagian integral dari
70
JMJ, Volume 4, Nomor 1, Mei 2016, Hal: 54 – 75 Indah, dkk. Analisis Faktor-faktor...
71
sebagai pemimpin (Marquis & Huston, operan. Menurut Lan Ri (1996 dalam Suarli
2010). & Bahtiar, 2009), kepemimpinan
Menurut C millus tanggung jawab merupakan segala hal yang bersangkutan
para pemimpin menentukan tujuan dengan pemimpin dalam menggerakkan,
pelaksanaan pekerja yang realitis, dalam membimbing, dan mengarahkan orang lain
arti kualitas, keamanan, melengkapi para agar melaksanakan tugasnya dan
karyawan/pegawai dengan sumber-sumber mewujudkan sasaran yang diterapkan.
dana yang diperlukan untuk menjalankan Dengan adanya arahan oleh kepala
tugasnya, mengomunikasikan kepada ruangan terhadap perawat pelaksana
karyawan tentang apa yang diharapkan dari sistem pemberian pelayanan keperawatan
mereka, memberikan reward/insentif dapat dilaksanakan diruang rawat inap
mendorong prestasi, menghilangkan RSUD Raden Mattaher.
hambatan pekerjaan, menilai pelaksanaaan Persepsi perawat pelaksana kurang
pekerjaan dengan komunikasi dan baik tentang kepemimpinan diruang rawat
mewujudkan perhatian terhadap para inap RSUD Raden Mattaher sebanyak
stafnya. (23,5%), kepala ruangan tidak pernah
Fungsi dan tugas pemimpin memperhatikan kebutuhan peningkatan
menurut Suyanto (2009), diantaranya kompetensi perawat.
orintasi tugas dimana pemimpin Dalam penelitian ini tidak
merencanakan dan mengorganisir terdapatnya hubungan antara
kegiatan, menyediakan informasi yang kepemimpinan dengan pelaksanaan
diperlukan oleh atasan maupun staf, sistem pemberian pelayanan keperawatan
membuat pengawasan, memberi profesional hal ini disebabkan oleh faktor
pengarahan, membimbing, bertanggung lain seperti, faktor koordinasi, menciptakan
jawab atas pekerjaannya dan pekerjaan iklim kerja.
orang lain, mendukung kerjasama staf,
mengevaluasi dan menganalisis kekuatan KESIMPULAN DAN SARAN
dan kelemahan staf, memberikan dorongan Faktor Karakteristik (umur, jenis
dan sikap bersahabat, mengungkapkan kelamin dan masa kerja) tidak mempunyai
perasaan yang dialami dan mendamaikan, hubungan yang bermakna dengan
mempertemukan pendapat yang berbeda, pelaksanaan Sitem Pemberian Pelayanan
manyelesaikan konflik. Keperawatan Profesional oleh peawat
Menurut analisis peneliti di ruang pelaksana, Pendidikan perawat pelaksana
rawat inap RSUD Raden Mattaher mempunyai hubungan yang bermakna
mempersepsikan baik terhadap dengan pelaksanaan Sistem Pemberian
kepemimpinan sebesar (97,8%), kepala Pelayanan Keperawatan Profesional.
ruangan tempat perawat bekerja Pelatihan perawat pelaksana tidak
memberikan contoh, bimbingan dalam mempunyai hubungan yang bermakna
kegiatan asuhan keperawatan, supervisi, dengan pelaksanana Sistem Pemberian
72
JMJ, Volume 4, Nomor 1, Mei 2016, Hal: 54 – 75 Indah, dkk. Analisis Faktor-faktor...
Daftar Pustaka
1. Asmuji. (2012). Manjemen keperawatan konsep & Aplikasi. Jakarta : perpustakaan nasional ;
katalok dalam terbitan (KDT)
2. Arimurty,S.P. (2004). Analisis kinerja perawat di instalasi rawat inap RSUD Wonogiri di
kabupaten wonogiri. Fakultas kesehatan Masyarakat Universitas indonesia (tidak dipublikasikan)
3. Azwar, S. (2003). Sikap Manusia. Yogyakarta : Pustaka pelajar
4. Bidang Keperawatan RSUD Raden Mattaher. (2013). Data tenaga Keperawatan RSUD Raden
Mattaher Tahun 2013.
5. Bugin. (2009). Metodologi penelitian kuantitatif komunikasi, ekonomi, dan kebijakan publik serta
ilmu-ilmu sosialnya. Jakarta : penerbit kencana
6. Dahlan, M.S. (2008). Besar sampel dalam penelitian kedokteran dan kesehatan. Jakarta : CV.
Agung seto
7. Dalani. (2010). Etika keperawatan. Jakarta : CV Trans info media
8. Delucia, P, R, Ott, T, E. (2009). Performance in nursing. Diunduh pada tanggal 09 juli 2014 pukul
09.00 pada http://usil.academia.edu/patrickpalmieri/papers/164735/performance in Nursin
9. Depkes, RI. ( 2005). Indikator mutu pelayanan rumah sakit. Jakarta : Direktorat bina pelayanan
medik spesialistik direktorat jenderal bina pelayanan medik departemen kesehatan
73
10. Depkes, RI. ( 2007). Draft Standar Pelayanan minimal Rumah Sakit.Jakarta : Direktorat bina
pelayanan medik spesialistik direktorat jenderal bina pelayanan medik departemen kesehatan
11. Dessler,G.(2004). Manajemen sumber daya manusia.Ed.9.Jakarta: PT.Indeks
12. Dharma. (2011). Metodologi penelitian keperawatan panduan melaksanakan dan menerapkan
hasil penelitian. Jakarta: Tran Info Media
13. Didinus, Indar & Hamzah. (2013). Faktor-faktor yang berhubungan dengan kinerja perawat di
ruang rawat ianp rumah sakit ibnu sina YBW –UMI. Jurna Bagian AKK FKM Universitas
Hasanudin
14. Hariandja, M, T, E. (2002). Manajemen sumberdaya manusia. Jakarta: Grasindo
15. Hastono,S.P. ( 2007). Analisis data kesehatan. Depok. FKM-UI
16. Ilyas, Y. (2002). Kinerja:Teori penilaian dan penelitian . Depok: Badan penerbit Fakultas
kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia
17. Kemenkes, RI. (2010). Modul Pelatihan Sistem pemberian pelayanan keperawatan propesional
(SP2KP). Bandung: Direktorat bina pelayanan keperawatan & tehnisian medik direktur jendral
bina upaya kesehatan.
18. Kurniadi, A. (2013). Manajemen Keperawatan dan Prospektifnya teori, konsep dan
aplikasi.Jakarta : Penerbit Fakultas kedokteran Universitas Indonesia
19. Letvaks, S. (2008). Faktors Influencing work produktifity and intent to stay in nursing. Nursing
economics. diundu pada tanggal 8 juli 2014 pada http:// findarticles.com/p/articles/mi_m0FSW/is
3 26/ai n 27507458/?tag=content;coll
20. Lusiani. (2006). Hubungan karakteristik individu dan sistim penghargaan dengan kinerja perawat
menurut persepsi perawat pelaksana di RS Sumber Waras Jakarta. Fakultas Ilmu Keperawatan
Universitas Indonesia (tidak dipublikasi)
21. Prasetyo & Jannah. (2008). Metode penelitian kuantitatif. Jakarta : Raja grafindo persada
22. Rantung, Robin & Hamel (2013). Perbedaan pendokumentasian asuhan keperawatan ruang
SP2KP dan Non- SP2KP di IRNA A dan IRNA F RSUP PROF.DR.R.D.Kandou manado, Jurnal
keperawatan, vol 1, No 1. Diunduh pada tanggal 14 Maret 2014 pukul 10.00 pada
http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/jkp/article/view/2241
23. Robbins,P.S. (2006). Perilaku organisasi. Edisi Bahasa indonesia.Ed.10. Jakarta: PT.Indeks
kelompo Gramedia
24. Sastradijaya,H.J. (2004). Faktor-faktor yang berhubungan dengan kinerja perawat di ruang rawat
inap RSUP Persahabatan Jakarta.. Fakultas Ilmu Keoperawatan Universitas Indonesia (tidak
dipublikasi)
25. Siagian, S.P. (2002). Manajemen sumberdaya manusia. Jakarta : Bumi Aksara
26. Siagian.S.P. (2007). Manajemen Sumber daya manusia.Jakarta: Bumi Aksara
27. Siagian,S.P. (2012). Tiori Motivasi dan Aplikasinya.Jakarta : Rhineka Cipta.
28. Simanjuntak. (2011). Manajemen dan Evaluasi kinerja. Jakarta: lembaga penerbit Fakultas
ekonomi universitas Indonesi
29. Sitorus & Panjaitan (2011). Manajemen keperawatan : Manajemen Keperawatan di Ruang
Rawat. Jakarta: Agung seto
30. Sopian, MM. (2008). Perilaku Organisasi.Yogyakarta.Andi
74
JMJ, Volume 4, Nomor 1, Mei 2016, Hal: 54 – 75 Indah, dkk. Analisis Faktor-faktor...
31. Suarly& Bahtiar. (2009). Manajemen keperawatan dengan pendekatan praktik.Jakarta: Erlangga
32. Sulistyani, A.T & Rosidah. (2009). Manajemen Sumber daya manusia : konsep teori dan
pengembangan dalam konteks organisasi public.Yogyakarta: Graha Ilmu
33. Sumijatun. (2009). Membudayakan etika dalam praktek keperawatan. Jakarta : salemba medika
34. Suyanto. (2009). Mengenal kepemimpinan dan manajemen keperawatan di rumah
sakit.Yokyakarta: Mitra cendika
35. Mangku Negara,A.P. (2004). Manajemen sumber daya manusia perusahaan. Bandung: PT.
Renaja Rosdakarya.
36. Marquis & Huston. (2010). Kepemimpinan dan manajemen Keperawatan Teori dan Aplikasi. Edisi
ke-4 penerbit buku kedokteran
37. Manurung, S.(2011). Keperawatan Profesional. Jakarta : Trans Info Media
38. Muninjaya. (2012). Manajemen kesehatan. Jakarta : Penerbit buku kedokteran EGC
39. Muzaputra, G. (2008). Hubungan karakteristik individu dan faktor organisasi dengan kinerja
perawat di RSUD Langsa NAD. fakultas keperawatan universitas indonesia 9tidak dipublikasi)
40. Notoatmojo, S. (2005). Promosi kesehatan teori dan aplikasi. Jakarta: Rineka cipta
41. Notoatmojo, S. (2010). Metodologi penelitian kesehatan. Jakarta: Rineka cipta
42. Nursalam. (2011). Konsep dan penerapan metodelogi penelitian ilmu keperawatan. Jakarta:
Selemba Medika.
43. Nursalam. (2012). Manajemen Keperawatan Aplikasi dalam praktek keperawatan
Profesional.Jakarta : Salemba Medika
44. UU Republik Indonesia Nomor 44 tahun 2009 tentang rumah sakit
45. Veithzal Rivai. (2004). Manajemen sumber daya manusia untuk perusahaan dari teori ke praktek.
Jakarta : Penerbit PT.Raja Grafindo Persada
46. Wati, Ernawaty & Nurju’ah. (2011). Analisa pelaksanaan pemberian pelayanan keperawatan
diruang Murai I dan Murai II RSUD Arifin Achmad Propinsi riau , jurnal Ners Indonesia,vol 1, No.2
Diunduh pada tanggal 14 Maret 2014 pukul 10.00 pada
http://ejournal.unri.ac.id/index.php/JNI/article/download/635/628
75