Anda di halaman 1dari 22

JMJ, Volume 4, Nomor 1, Mei 2016, Hal: 54 – 74 Indah, dkk. Analisis Faktor-faktor...

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PELAKSANAN


SISTEM PEMBERIAN PELAYANAN KEPERAWATAN PROFESIONAL OLEH
PERAWAT PELAKSANA DI RUANG RAWAT INAP RSUD RADEN MATTAHER
JAMBI TAHUN 2014

Indah Mawarti, Fatma Sri Wahyuni, Wawan Wahyudi


Bagian Ilmu Keperawatn Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan Universitas Jambi
Email i.mawarti@yahoo.co.id

Abstract
Provision of nursing services profesionla system (SP2KP) is a component of the application of professional
values in nursing practice, management and provision of nursing care in a hospital ward units and professional
development of self. The purpose of this study was to determine the factors associated with the implementation
SP2KP by nurses in the hospital inpatient Raden Mattaher Jambi Year 2014 The type of research conducted in
this research is quantitative research design using cross sectional analytic study (n = 132 nurses). Test used in
this study Chy-Square test. data collection was done by a questionnaire that was tested for validity and reliability.
The results of the study analyzes the factors related to the implementation of the system of professional nursing
care by nurses diruang Inpatient Hospital Edinburgh Raden Mattaher of the six factors were investigated only one
factor of education has a significant association with the implementation SP2KP (p = 0.010). Suggestions
researchers to improve the education of nurses ffor this will affect the skill and knowledge of nurses in
implementing inpatient space hospitalRSUD Raden Mattaher Jambi Tahun 2014

Keywords : Nurse Executive, Implementation SP2KP, Inpatient space

Abstrak
Sistem Pemberian pelayanan keperawatan profesionla (SP2KP) merupakan komponen dari aplikasi nilai-nilai
profesional dalam praktek keperawatan, manajemen dan pemberian asuhan keperawatan di unit ruang rawat
rumah sakit dan perkembangan profesional diri. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui faktor-faktor yang
berhubungan dengan pelaksanaan SP2KP oleh perawat pelaksana di ruang rawat inap RSUD Raden Mattaher
Jambi Tahun 2014. Adapun jenis penelitian yang dilakukan pada penelitian ini adalah penelitian kuantitatif
dengan menggunakan desain penelitian analitik pendekatan cross sectional (n=132 perawat). Uji yang dipakai
dalam penelitian ini uji Chy-Square. pengambilan data dilakukan dengan kuesioner yang sudah diuji validitas
dan reabilitasnya. Hasil penelitian analisis faktor-faktor yang berhubungan dengan pelaksanaan sistem
pemberian pelayanan keperawatan profesional oleh perawat pelaksana diruang Rawat Inap RSUD Raden
Mattaher Jambi dari enam faktor yang diteliti hanya satu faktor pendidikan mempunyai hubungan yang bermakna
dengan pelaksanaan SP2KP(nilai p = 0,010). Saran peneliti kepada perawat pelaksana uuntuk meningkatkan
pendidikan hal ini akan mempengaruhi skill dan pengetahuan perawat pelaksana dalam pelaksanaan SP2KP
diruang rawat inap RSUD Raden Mattaher Jambi.

Kata kunci : Perawat Pelaksana, Pelaksanaan SP2KP, Ruang Rawat Inap.

54
JMJ, Volume 4, Nomor 1, Mei 2016, Hal: 54 – 74 Indah, dkk. Analisis Faktor-faktor...

Pendahuluan pemanfaatan tempat tidur adalah melalui


Rumah sakit merupakan suatu angka BOR (Bed Occupancy Rate), BTO
bagian integral dari keseluruhan sistem (Bed Turn Over), ALOS (Average
pelayanan kesehatan yang menangani dan Lengthumah Of Stay), TOI (Turn Over
melayani pasien dengan berbagai jenis Interval) (Depkes.RI,2005). Indikator-
pelayanan. Rumah sakit adalah institusi indikator mutu tersebut dapat dicapai oleh
pelayanan kesehatan yang rumah sakit salah satunya adalah dengan
menyelenggarakan pelayanan kesehatan peningkatan mutu pelayanan keperawatan.
perorangan secara paripurna yang Peningkatan indikator mutu
menyediakan pelayanan ruang rawat inap, pelayanan keperawatan salah satunya
rawat jalan, dan gawat darurat (Undang- dapat dilakukan dengan penerapan standar
undang No.44 tahun 2009). Keberhasilan pelayanan keperawatan profesional seperti
pelaksanaan rumah sakit dalam penerapan sistem Pemberian Pelayanan
menyelenggarakan pelayanan kesehatan Keperawatan Profesional (SP2KP).
secara paripurna mempengaruhi mutu Menurut Kemenkes RI (2010) SP2KP
pelayanan rumah sakit. adalah pengembangan dari Model Praktek
Era globalisasi yang terjadi saat ini Keperawatan Profesional (MPKP) dimana
para profesi kesehatan berupaya dalam SP2KP ini terjadi kerjasama
meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit. profesional antara perawat primer (PP), dan
Menurut Joint Commission on Accreditation perawat asosiet (PA). Berdasarkan
of Health Care Organizations dalam pengertian SP2KP tersebut maka perawat
Wasisto (1994), mutu pelayanan ialah dituntut untuk bekerja sama dalam
dipenuhinya standar profesi dalam layanan meningkatkan pelaksanaan pelayanan
dan terwujudnya hasil akhir sesuai dengan keperawatan
diharapkan. Hal ini didukung oleh Sitorus & Pelaksanaan SP2KP merupakan
Panjaitan (2011), mutu pelayanan adalah aplikasi nilai-nilai profesional dalam praktik
suatu tingkat layanan memuaskan harapan keperawatan, manajemen dan pemberian
pelanggan. Kedua pernyataan diatas asuhan keperawatan di unit ruang rawat
disimpulkan bahwa mutu pelayanan adalah rumah sakit dan perkembangan profesional
terpenuhnya standar profesi dalam diri (Kemenkes RI, 2010). Banyak rumah
layanan, terwujudnya hasil diharapkan, sakit yang menerapkan model dan sistem
serta memuaskan harapan pelanggan. SP2KP, Berdasarkan penelitian yang
Bentuk kepuasaan pelanggan dapat dilihat dilakukan oleh Wati, Ernawati & Nurju’ah
dari capaian indikator mutu. (2011) adanya hubungan tentang
Indikator mutu dari pelayanan yang komponen pelaksanaan SP2KP Terkait
harus diperhatikan oleh rumah sakit antara dengan nilai- nilai profesional dengan
lain : pemanfaatan tempat tidur, pelaksanaan pemberian pelayanan
pemanfaatan tenaga, pemanfaatan keperawatan yaitu dengan nilai (P=0.003).
penunjang medik, dan keuangan. Indikator Menurut hasil Penelitian Rantung, dkk

55
(2013) mengatakan bahwa manajemen dan klinis perawat dalam melaksanakan Sistem
pemberian asuhan keperawatan lebih baik Pengembangan Manajemen Kinerja Klinik
di ruang SP2KP dari pada non-SP2KP. (SMKK). Sehingga dapat disimpulkan
Pelaksanaan komponen SP2KP bahwa semakin tinggi motivasi seseorang
sangat penting untuk dilaksanakan akan menghasilkan kinerja yang baik pula.
terutama oleh perawat pelaksana yang Rumah Sakit Umum Daerah
memberikan asuhan keperawatan secara (RSUD) Raden Mattaher Jambi merupakan
langsung kepada pasien. Perawat rumah sakit type B pendidikan dengan
pelaksana sebagai pemberi jasa kapasitas 365 tempat tidur dan jumlah
merupakan ujung tombak pelayanan di tenaga keperawatan tahun 2013 sebanyak
rumah sakit, karena perawat pelaksana 487 orang. Bed Occupation Rate (BOR)
berada 24 jam dalam memberikan asuhan tahun 2012 mencapai 82,5% sedangkan
keperawatan. Sehingga kinerja perawat pada tahun 2013 menurun menjadi 70,3%.
menjadi sorotan baik oleh profesi lain Data ini menunjukkan mutu pelayanan
maupun pasien atau keluarganya, jika hal rumah sakit mengalami penurunan,
tersebut tidak dilaksanakan akan meskipun masih diatas standar pelayanan
berdampak terhadap menurunnya tingkat minimal. Hal ini dapat disebabkan oleh
kepuasan pasien dalam pelayanan sistem pelayanan keperawatan yang belum
keperawatan. Tingkat kepuasan pasien sesuai standar, sesuai dengan evaluasi
merupakan salah satu indikator mutu penerapan SP2KP pada tahun 2013 hanya
pelayanan kesehatan (Nursalam, 2012). mencapai 62% sedangkan evaluasi
Pelaksanaan SP2KP merupakan kepuasan pasien terhadap pelayanan
kinerja perawat dalam memberikan asuhan keperawatan yang dilakukan dengan
keperawatan yang dipengaruhi oleh penyebaran kuesioner diperoleh hasil 72%
beberapa faktor, yaitu: faktor kompetensi responden merasa puas dengan pelayanan
individu diantaranya pendidikan, keperawatan yang diberikan oleh perawat.
pengalaman, pelatihan dan motivasi, faktor Data tersebut menunjukan bahwa
dukungan manajemen seperti persentase kapuasan pasien terhadap
kepemimpinan dan faktor dukungan pelayanan keperawatan masih dibawah
organisasi diantaranya pengorganisasian, standar dimana menurut Standar
peralatan kerja dan syarat-syarat kerja Pelayanan Minimal (SPM) rumah sakit
(Simanjuntak, 2011). kepuasan pasien harus mencapai 90%
Menurut Mangkunegara (2004), (Depkes RI, 2007)
faktor yang mempengaruhi pelaksanaaan Berdasarkan studi pendahuluan di
kinerja adalah faktor kemampuan (ability) RSUD Raden Mattaher Jambi, pada tahun
dan faktor motivasi (motivation). Hal ini 2011 telah diterapkan SP2KP pada empat
didukung oleh penelitian Hasmoko (2008), ruangan yaitu ruang bedah, pinang masak,
yang diperoleh hasil bahwa terdapat mayang, dan Nurdin Hamzah. Sedangkan
pengaruh antara motivasi dengan kinerja pada tahun 2012, SP2KP mulai diterapkan

56
JMJ, Volume 4, Nomor 1, Mei 2016, Hal: 54 – 75 Indah, dkk. Analisis Faktor-faktor...

di seluruh ruangan. Perawat yang telah


mengikuti pelatihan SP2KP sebanyak 5
orang, namun kegiatan sosialisasi SP2KP
Keterangan :
telah dilaksanakan di seluruh ruang n : Jumlah sampel
perawatan dan pelatihan penunjang SP2KP N : Jumlah Populasi
d :Tingkat signifikan5% (0,05)(dikutif dari
dilakukan secara in hose training yang Zainudin M, 2002), 10% (0,10)
diikuti oleh perawat.
Besarnya sampel dalam penelitian

METODE ini dengan populasi 198 adalah sebagai

Penelitian ini merupakan penelitian berikut

kuantitatif dengan menggunakan desain n = 198


penelitian analitik pendekatan metode 1 + 198 ( 0,05
)2
cross sectional (potong lintang). Penelitian
= 198
ini bertujuan untuk mengetahui hubungan 1,6
antara variabel independent ( karakteristik = 132
Jadi jumlah sampel dalam penelitian ini
umur, jenis kelamin, masa kerja, variabel
adalah sebanyak 132 perawat
pendidikan, pelatihan, motivasi
pelaksana.Pengambilan sampel dalam
kepemimpinan dengan variabel dependent
penelitian ini dilakukan secara Stratified
(pelaksanaan sistem pemberian pelayanan
proportional random sampling perawat
keperawatan profesional oleh perawat
pelaksana dibedakan atas masing-masing
pelaksana di ruang rawat inap RSUD
ruangan hal ini dilakukan untuk
Raden mattaher Jambi.
memberikan peluang yang sama kepada
Populasi dalam penelitian ini
semua populasi untuk terpilih menjadi
adalah seluruh perawat pelaksana yang
sampel. Disamping itu, setiap strata yang
betugas di Ruang Rawat Inap (Mayang
ada dalam populasi agar dapat terwakili
Mengurai, Pinang Masak, Nurdin Hamzah,
dan keterwakilan itu hendaknya propor
Gaphindo, Teratai, Penyakit Dalam, Bedah,
sional, strata yang besar jumlah nya
Anak, Jantung, Saraf, Paru dan THT /
terwakili lebih besar.
Mata) RSUD Raden Mattaher Jambi
Tehnik yang digunakan pada dua
sebanyak 228 orang.
belas Ruang Rawat Inap dengan
Menurut Nursalam (2012) dan
menentukan proporsi yang sama dari tiap
Notoatmodjo (2010) apabila jumlah
ruangan sehingga akan menghasilkan
populasi < 10.000 dapat menggunakan
gambaran umum populasi yang
formula sederhana dengan rumus sebagai
sesungguhnya pada tabel dibawah ini:
berikut :

n = N

1 + N ( d 2)

57
Tabel 1. Jumlah Sampel Penelitian disetiap Ruang Rawat Inap RSUD
Raden Mattaher Jambi tahun 2014
No Ruang penelitian Jml Jumlah sampel
1 Mayang mangurai 22 22/228X 132 = 13
2 Pinang masak 20 20/ 228X 132 = 12
3 Nurdin Hamzah 16 16/228X 132 = 9
4 Gaphindo 14 14/228 X 132 = 8
5 Teratai 14 14/228 X 132 = 8
6 Penyait dalam 32 32/228 X 132 = 19
7 Bedah 30 30/228 X 132 = 17
8 Anak 22 22/228 X 132 = 12
9 Jantung 15 15/228 X 132 = 9
10 Saraf 14 14/228 X 132 =8
11 Paru 14 14/228 X 132 = 8
12 THT / mata 15 15/198 X 132 = 9
Jumlah 228 132

HASIL DAN PEMBAHASAN Tabel 3. Distribusi frekuensi


karakteristik perawat pelaksana
berdasarkan jenis kelamin di RSUD
Karakteristik Perawat Pelaksana di Ruang
Raden Mattaher Jambi tahun 2014
Rawat Inap RSUD Raden Mattaher Jambi
Tahun 2014 Variabel f %
Jenis kelamin

Tabel 2. Distribusi frekuensi Laki-laki 11 8,3


karakteristik perawat pelaksana Perempuan 121 91,7
berdasarkan umur di RSUD Raden
Mattaher Jambi tahun 2014
Berdasarkan pada tabel 3
Variabel F % didapatkan bahwa pada umumnya perawat
Umur pelaksana di ruang rawat inap RSUD
≤ 25 tahun 24 18,2 Raden Mattaher Jambi berjenis kelamin
> 25 tahun 108 81,8
perempuan adalah 91,7%.

Berdasarkan pada tabel 2


Tabel 4 Distribusi frekuensi karakteristik
didapatkan bahwa pada umumnya perawat perawat pelaksana berdasarkan masa
kerja RSUD Raden Mattaher Jambi tahun
pelaksana di ruang rawat inap RSUD 2014
Raden Mattaher Jambi umur > 25 tahun
Variabel f %
adalah 81,8%. Masa kerja
≤ 2 tahun 26 19,7
> 2 tahun 106 80,3

58
JMJ, Volume 4, Nomor 1, Mei 2016, Hal: 54 – 75 Indah, dkk. Analisis Faktor-faktor...

Berdasarkan pada tabel 4 didapatkan Tabel 6 Distribusi frekuensi perawat


Pelaksana berdasarkan kepemimpinan
bahwa pada umumnya perawat pelaksana
dan motivasi di ruang Rawat inap RSUD
di ruang rawat inap RSUD Raden Mattaher Raden Mattaher Jambi Tahun 2014
Jambi masa kerja > 2 tahun adalah Variabel F %
80,3%. Kepemimpinan

Faktor-faktor pelaksanaan SP2KP Kurang baik 4 3,0


Baik 128 97,0
oleh perawat pelaksana di Ruang Rawat
Motivasi
Inap RSUD Raden Mattaher Jambi Tahun
Kurang baik 50 37,9
2014
Baik 82 62,1

Tabel 5 Distribusi frekuensi perawat


Pelaksana berdasarkan pendidikan dan Berdasarkan pada table 6
pelatihan di ruang Rawat inap RSUD didapatkan bahwa pada umumnya perawat
Raden Mattaher Jambi Tahun 2014
pelaksana di ruang rawat inap RSUD
Variabel F % Raden Mattaher Jambi mempresepsikan
Pendidikan kepemimpinan adalah 97,0% dan lebih dari
Vokasional 111 84,1 separuh perawat pelaksana motivasi
Profesional 21 15,9
adalah 62,1 %
Pelatihan
Tidak ada 28 21,2
Tabel 7 Distribusi frekuensi Sistem
Ada 104 78,8
Pemberian Pelayanan Keperawatan
Profesional oleh perawat pelaksana di RSUD
Berdasarkan pada tabel 5
Raden Mattaher Jambi tahun 2014
didapatkan bahwa pada umumnya perawat
Variabel f %
pelaksana di ruang rawat inap RSUD
P.SP2KP oleh perawat

Raden Mattaher Jambi pendidikan Kurang baik 41 31,1


Baik 91 68,9
vokasional (DIII) adalah 84,1% dan
Total 132 100
sebagian besar perawat pelaksana yang
Berdasarkan table 7 menunjukkan
ada mengikuti pelatihan adalah 78,8%
bahwa lebih dari separuh pelaksanaan
Kepemimpinan dan Motivasi sistem pemberian pelayanan keperawatan
profesional oleh perawat pelaksana baik
yaitu 68,9%

59
Tabel 8 Hubungan umur dengan Pelaksanaan sistem pemberian pelayanan Keperawatan
profesional oleh perawatn pelaksana di ruang rawat inap RSUD Raden Mattaher Jambi
Tahun 2014

U Pelaksanaan SP2KP Total P


(Th ) Kurang Baik Baik
f % f % F %
≤ 25 7 29,2 17 70,8 24 100
> 25 34 31,5 74 68,5 108 100 1,000
Total 41 31,5 91 68,9 132 100

Berdasarkan tabel 8 persentase dibandingkan dengan umur > 25 tahun


pelaksanaan sistem pemberian pelayanan (70,8% : 68,5%). Secara statistik
keperawatan profesional yang baik lebih perbedaan tersebut tidak bermakna
tinggi pada responden yang berumur ≤ 25 (p>0,05)
tahun

Tabel 9 Hubungan jenis kelamin dengan pelaksanaan sistem pemberian pelayanan


keperawatan profesional di RSUD Raden Mattaher Jambi Tahun 2014

Jenis Pelaksanaan SP2KP Total p


kelamin Kurang Baik
Baik
F % f % f %
LK 2 18,2 9 81,8 11 100
PR 39 32,2 82 67,8 121 100 0,501
Total 41 31,1 91 68,9 132 100

Berdasarkan table 9 persentase dengan perempuan (81,8% : 67,8%).


pelaksanaan sistem pemberian pelayanan Secara statistik perbedaan tersebut tidak
keperawatan profesional yang baik lebih
bermakna(p>0,05)
tinggi jenis kelamin laki-laki dibandingkan

Tabel 10 Hubungan masa kerja dengan pelaksanaan sistem pemberian pelayanan


keperawatan profesional oleh perawat pelaksana diruang rawat inap RSUD Raden
Mattaher Jambi Tahun 2014

MK Pelaksanaan SP2KP Total p

Kurang Baik Baik


F % f % F %
≤ 2 TH 7 26,9 19 73,1 26 100
> 2 TH 34 32,1 72 67,9 106 100 0,785
Total 41 31,1 91 68,9 132 100

60
JMJ, Volume 4, Nomor 1, Mei 2016, Hal: 54 – 75 Indah, dkk. Analisis Faktor-faktor...

Berdasarkan tabel 10 persentase ≤ 2 tahun dibandingkan dengan > 2 tahun


pelaksanaan sistem pemberian pelayanan (73,1% : 67,9%). Secara statistik
keperawatan profesional yang baik lebih perbedaan tersebut tidak bermakna
tinggi pada responden dengan masa kerja (p>0,05)

Tabel 11. Hubungan pendidikan dengan pelaksanaan sistem pemberian pelayanan


keperawatan profesional oleh perawat pelaksana di ruang rawat inap RSUD Raden
Mattaher Jambi Tahun 2014

Pddk Pelaksanaan SP2KP Total p


Kurang Baik Baik
F % f % F %
DIII 40 36,0 71 64,0 111 100
SI/Ners 1 4,8 20 95,2 21 100 0.010
Total 41 31,1 91 68,9 132 100

Berdasarkan table 11 persentase Profesional dibandingkan dengan


pelaksanaan sistem pemberian pelayanan vokasional (95,2% : 64,0%). Secara
keperawatan profesional yang baik lebih statistik perbedaan tersebut bermakna
tinggi pada responden pendidikan (p<0,05).

Tabel 12 Hubungan pelatihan dengan pelaksanaan sistem pemberian pelayanan


keperawatan profesional oleh perawat pelaksana diruang rawat ianap RSUD Raden
Mattaher Jambi Tahun

Pthan Pelaksanaan SP2KP Total p


Kurang baik Baik
f % f % f %
T.ada 8 28,6 20 71,4 28 100
Ada 33 31,7 71 68,9 104 100 0,928
Total 41 31,1 91 68,9 132 100

Berdasarkan table 12 persentase dibandingkan dengan pelatihan ada


pelaksanaan sistem pemberian pelayanan (71,4% : 68,9%). Secara statistik
keperawatan profesional yang baik lebih perbedaan tersebut tidak
tinggi pada responden pelatihan tidak ada bermakna(p>0,05).

61
Tabel 5.13 Hubungan motivasi dengan pelaksanaan sistem pemberian pelayanan
keperawatan profesional oleh perawat pelaksana diruang rawat inap RSUD Raden
Mattaher Jambi Tahun 2014

Motivasi Pelaksanaan SP2KP Total p


Kurang Baik
baik
F % f % F %
Kurang baik 15 30,0 35 70,0 50 100
Baik 26 31,7 56 68,3 82 100 0,9
91
Total 41 31,1 91 68,9 132 100

Berdasarkan tabel 13 persentase dibandingkan dengan motivasi baik (70,0%


pelaksanaan sistem pemberian pelayanan : 68,3%). Secara statistik perbedaan
keperawatan profesional yang baik lebih tersebut tidak bermakna(p>0,05)
tinggi pada responden motivasi kurang baik

Tabel 14 Hubungan kepemimpinan Dengan pelaksanaan sistem pemberian Pelayanan


keperawatan profesional oleh perawat pelaksana diruang rawat inap RSUD Raden
Mattaher JambiTahun 2014

Pemimpin Pelaksanaan SP2KP Total p


Kurang baik Baik
f % F % F %
Kurang baik 1 25,0 3 75,0 4 100
Baik 40 31,3 88 68,8 128 100 1,0
00
Total 41 31,1 91 68,9 132 100

Berdasarkan tabel 14 persentase PEMBAHASAN

pelaksanaan sistem pemberian pelayanan


Pelaksanaan SP2KP oleh Perawat
keperawatan profesional yang baik lebih Pelaksana Diruang Rawat Inap RSUD
tinggi pada responden mempersepsikan Raden Mattaher Jambi Tahun 2014

kepemimpinan kurang baik dibandingkan


Hasil analisis distribusi frekuensi
kepemimpinan baik (75,0% : 68,8%). menunjukkan sistem pemberian pelayanan
Secara statistik perbedaan tersebut tidak keperawatan profesional diruang rawat inap

bermakna(p>0,05) RSUD Raden Mattaher Jambi sebagian


besar (68,9%) yang melaksanakan sistem
pemberian pelayanan keperawatan

62
JMJ, Volume 4, Nomor 1, Mei 2016, Hal: 54 – 75 Indah, dkk. Analisis Faktor-faktor...

profesional. Komponen pelaksanaan mempelajari perilaku mahasiswa baru yang


SP2KP terdiri dari: aplikasi nilai-nilai bekerja sebesar (53,3%). Menurut Jacox
profesional dalam praktek keperawatan, (1978) Sosialisasi profesional sangat
manajemen dan pemberian asuhan diperlukan mahasiswa lulusan baru terkait
keperawatan, dan pengembangan proses internalisasi nilai-nilai keyakinan,
profesional diri (Kemenkes RI, 2010) menerima pengetahuan, keterampilan,
adapun hasil penelitian yang didapat bahwa sikap, keyakinan, norma-norma, budaya,
perawat pelaksana yang melakukan dan standar etik dalam keperawatan serta
pelaksanaan aplikasi nilai-nilai profesional membuat hal ini sebagai dari “ self image”
dalam praktek keperawatan baik di peroleh dan perilaku yang dimiliki dirinya.
sebesar (78,08%), sedangkan perawat Manajemen dan pemberian asuhan
pelaksana baik yang melakukan keperawatan di ruang rawat inap RSUD
manajemen dan pemberian asuhan Raden Mattaher sebagian besar (99,2%)
keperawatan sebesar (67,54%). Dan hasil ruangan perawat pelaksana bekerja
baik nilai pengembangan profesional diri memakai metode tim, sebagian besar
perawat pelaksana sebesar (54,26%). perawat pelaksana (59,1%) dalam
Berdasarkan hasil penelitian oleh melakukan supervisi yang dilakukan oleh
Wati, Ernawati, dan Nurju’ah (2011) kepala ruangan jika perawat pelaksana
menunjukan bahwa hasil distribusi melakukan kesalahan dalam pemberian
frekuensi nilai-nilai profesional dalam asuhan keperawatan tidak adanya umpan
peraktek keperawatan baik sebesar (48%), balik .
manajemen dan pemberian asuhan Pengembangan profesional diri di
keperawatan baik (44%) dan ruang rawat inap RSUD Raden Mattaher
pengembangan profesional diri perawat sebagian besar (78%) perawat pelaksana
pelaksana baik (52%) berdasarkan uji memuaskan pasien terhadap tindakan yang
statistik menunjukkan tidak adanya akan diberikan, sedangkan rumah sakit
hubungan yang bermakna manajemen tempat perawat bekerja tidak
asuhan keperawatan, pengembangan memperhatikan peluang dengan cara
profesional diri terhadap pelaksanaan meningkatkan kemampuan perawat
pemberian pelayanan keperawatan. sebesar (58,3%). Menurut Ann Philbin
Analisis peneliti berdasarkan (1996), pengembangan profesional di
kuesioner yang didapatkan dari perawat perlukan oleh rumah sakit terkait
pelaksana terkait komponen nilai-nilai pengembangan tenaga perawat, melalui
profesional dalam praktek keperawatan capacity bulding merupakan proses dalam
didapatkan bahwa sebagian besar perawat mengembangkan dan menguatkan
pelaksana dalam melakukan tindakan keterampilan, insting, kemampuan, proses
bertanggung jawab dan tidak membedakan dan sumber daya yang dimiliki agar
pasien, sedangkan rumah sakit dalam individu, organisasi atau komunitas mampu
melakukan sosialisasi profesional tidak ada

63
bertahan beradaptasi di dunia yang Menurut teori yang dikemukakan
berubah dan cepat (Kemenkes RI, 2010). oleh Gibson (1996), menjelaskan bahwa
fisiologi pertumbuhan dan perkembangan
Hubungan umur perawat pelaksana individu dapat digambarkan dengan
dengan pelaksanaan sistem pemberian bertambahnya umur, peningkatan umur
pelayanan keperawatan profesional di diharapkan dapat terjadinya pertambahan
RSUD Raden Mattaher Jambi Tahun kemampuan motorik sesuai dengan tumbuh
2014. kembangnya, oleh karena itu pertumbuhan
Hasil penelitian menunjukkan dan perkembangan seseorang pada titik
bahwa tidak ada hubungan umur dengan tertentu akan terjadi kemunduran akibat
pelaksanaan sistem pemberian pelayanan faktor degeneratif. Veithzal (2004), bahwa
keperawatan profesional oleh perawat umur yang lebih mudah seseorang individu
pelaksan. Hasil ini sejalan dengan lebih produktif dibandingkan umur yang
Mazaputra (2008), bahwa umur bukan lebih tua
faktor yang berhubungan dengan Peneliti menganalisis perawat
pelaksanaaan kinerja perawat secara pelaksana dengan umur ≤ 25 tahun
bermakna. pelaksanaan sistem pemberian pelayanan
Istilah umur diartikan dengan keperawatan profesional baik dibandingkan
lamanya keberadaan seseorang diukur dengan umur >25 tahun. Sebagian besar
dalam satuan waktu di pandang dari segi perawat pelaksana di ruang rawat inap
kronologik, individu normal yang RSUD Raden Mattaher sudah menjalankan
memperlihatkan derajat perkembangan aplikasi nilai-nilai profesional dalam praktek
anatomis dan fisiologik sama, umur keperawatan terkait nilai etik dan legal
produktif adalah 25-30 tahun pada usia ini dengan melakukan tindakan bertanggung
seorang sedang memiliki pekerjaan sesuai jawab dan tidak membedakan pasien.
dengan individu dan tingkat karirnya, usia Manajemen dan pemberian asuhan
30-40 tahun seorang individu sudah keperawatan diruangan rawat inap RSUD
memantapkan pilihan pelaksanaan Raden Mattaher sebagaian besar memakai
pekerjaannya sesuai dengan tujuan, dan metode tim. Dimana metode tim yang
puncak karirnya pada usia 40 tahun digunakan di ruangan dibagi menjadi tiga
(Dessler, 2004). tim, yaitu tim A,tim B, Dan tim C. Adapun
Hal ini berbeda dengan hasil setiap tim dikepalai oleh ketua tim dan
penelitian Skirbek (2003) dalam Letvak dibantu oleh perawat pelaksana. Dimana
(2008) menunjukkan penurunan dengan diadakannya metode tim perawat
produktivitas pelaksanaan kerja perawat pelaksana yang umur dewasa mudah lebih
yang berumur di atas 50 tahun, khususnya berhati-hati dalam melaksanakan tindakan
dalam pemecahan masalah, belajar dan karena semua tindakan dikontrol oleh ketua
kecepatan. tim, faktor umur bukan merupakan salah
satu faktor yang berhubungan dengan

64
JMJ, Volume 4, Nomor 1, Mei 2016, Hal: 54 – 75 Indah, dkk. Analisis Faktor-faktor...

pelaksanaan sistem pemberian pelayanan besar tenaga keperawatan berjenis kelamin


keperawatan profesional oleh perawat perempuan dan sebagian kecil berjenis
pelaksana. laki-laki. Robbins (2006) dalam teorinya
Analisis peneliti umur >25 tahun mengatakan bahwa tidak ada perbedaan
kurang baik dalam melaksanakan sistem kemampuan antara pria dan wanita dalam
pemberian pelayanan keperawatan memecahkan masalah, keterampilan
dikarenakan perawat pelaksana diruang analisis, dorongan kompetitif, motivasi,
rawat inap RSUD Raden Mattaher sosialisasi dan kemampuan belajar.
menjalankan manajemen dan pemberian Peneliti menganalisis perawat
asuhan keperawatan terkait pelaksana di ruang rawat inap RSUD
supervisi/bimbinggan pekerjaan perawat Raden Mattaher Jambi dalam
secara tiba-tiba tampa pemberitahuan melaksanakan komponen pelaksanaan
sebelumnya jarang dilakukan sebesar sistem pemberian pelayanan keperawatan
(58,3%), tidak ada umpan balik jika perawat profesional sudah memiliki tugas pokok
melakukan kesalahan dalam pemberian masing-masing perawat, sehingga perawat
asuhan keperawatan sebesar (59,1%), berjenis laki-laki dan perempuan
sedangkan rumah sakit RSUD Raden mempunyai tugas pokok yang sama dalam
Mattaher tidak memperhatikan peluang menjalankan pelaksanan sistem pemberian
dengan cara meningkatkan kemampuan pelayanan keperawatan profesional, tidak
perawat sebesar (58,3%). membedakan dan memihak ke satu jenis
kelamin untuk memperoleh pelaksanan
Hubungan jenis kelamin dengan yang baik, hal ini dikarenakan perawat
pelaksanan sistem pemberian pelayanan pelaksana diruang rawat inap RSUD Raden
keperawatan profesional di RSUD Raden Mattaher Jambi memiliki uraian tugas
Mattaher Jambi Tahun 2014. pokok masing-masing perawat, jadi dapat
Hasil penelitian menunjukkan disimpulkan jenis kelamin bukan faktor
bahwa perawat pelaksana di ruang rawat yang berhubungan dengan pelaksanaaan
inap RSUD Raden Mattaher mayoritas sistem pemberian pelayanan keperawatan
perempuan. Pelaksanaan sistem profesional.
pemberian pelayanan keperawatan Berdasarkan hasil yang didapat
profesional yang baik lebih tinggi jenis oleh peneliti, perawat pelaksana laki-laki
kelamin laki-laki dibandingkan dengan baik dalam pelaksanaan sistem pemberian
perempuan, secara statistik tidak pelayanan keperawatan profesional
terdapatnya hubungan yang bermakna. dikarenakan perawat laki- laki sudah
Penelitian yang dikemukakan oleh menjalankan aplikasi nilai-nilai profesional
Ilyas (2002), bahwa tidak ada perbedaan dalam praktek keperawatan terkait dengan
produktifitas kerja antara perawat wanita nilai etik dan legal sebagian besar perawat
dan pria. Meskipun demikian jenis kelamin dalam melakukan tindakan perawat
tetap perlu diperhatikan karena sebagian

65
bertanggung jawab atas pasien dan tidak Hubungan masa kerja dengan
membedakan pasien. pelaksanaan sistem pemberian
Terkait dengan manajemen dan pelayanan keperawatan profesional di
pemberian asuhan keperawatan di ruang RSUD Raden Mattaher Jambi Tahun
rawat inap RSUD Raden Mattaher pada 2014.
umumnya kepemimpinan kepala ruangan Hasil penelitian menunjukkan
sudah menjalankan perannya dengan bahwa sebagian besar perawat pelaksana
memfasilitasi perawat bekerja dengan yang bertugas diruang rawat inap RSUD
menyediakan Form SOAP, SOAP Pre Raden mattaher memilikin masa kerja yang
Interaksi, SAK, Form Check List Diagnosa lebih lama (senior) dan tidak ada hubungan
dan rencana tindakan supervisi, dan ruang antara masa kerja dengan pelaksanaan
rawat inap RSUD Raden Mattaher sistem pemberian pelayanan keperawatan
memakai metode tim. profesional oleh perawat pelaksana. Hasil
Perawat perempuan kurang baik penelitian tersebut seperti yang dinyatakan
dalam pelaksanaan sistem pemberian oleh Muzaputra (2008), menunjukan tidak

pelayanan keperawatan profesional ada hubungan antara masa kerja dengan


pelaksanaan kinerja perawat.
sebagian besar (58,7%), dikarenakan tidak
Hasil penelitian ini berbeda dengan
adanya kepala ruangan melakukan
hasil penelitian oleh Lusiani (2006) dengan
supervisi/bimbingan pekerjaan perawat
hasil bahwa perawat yang masa kerjanya
secara tiba-tiba tanpa pemberitahuan lama pengalaman kerjanya baik dalam
sebelumnya, tidak ada pemberian umpan melaksanakan asuhan keperawatan.
balik jika perawat melakukan kesalahan Berdasarkan hasil penelitian yang didapat

dalam pemberian asuhan keperawatan bahwa masa kerja ≤ 2 tahun lebih baik
dalam pelaksanaan sistem pemberian
sebesar (52,9%). Kepala ruangan harus
pelayanan keperawatan dikarnakan
melakukan supervisi diruangan secara tiba-
perawat yang masa kerjanya baru dalam
tiba karena dengan cara tiba-tiba membuat
melaksanakan pekerjaan lebih
perwat pelaksana merasa lebih tertantang, bersemangat dan ingin tahuannya lebih
lebih bersemangat untuk belajar dan tinggi untuk melaksanakan pekerjaan.
melakukan tindakan terhadap pasien, Menurut Siagian (2002), mengatakan
perlunya kepala ruangan melakukan umpan kepuasan kerja relatif tinggi pada waktu

balik berupa teguran dan nasehat, karena permulaan kerja.


Hal ini didukung oleh hasil
adaya respon dari kepala ruangan terhadap
penelitian di Amerika dikutip oleh Siagian
perawat pelaksana membuat perawat
(2002), menunjukan bahwa ada hubungan
pelaksana merasa senang, karena jika
antara produktivitas dengan masa kerja.
perawat mengalami kesalahan dalam Masa kerja individu seorang registerd nurse
pemberian asuhan ada umpan baliknya. (RN) di Amerika Serikat memiliki hubungan

66
JMJ, Volume 4, Nomor 1, Mei 2016, Hal: 54 – 75 Indah, dkk. Analisis Faktor-faktor...

dengan adanya penurunan produktivitas, Perawat pelaksana yang masa


masa kerja terkait dengan umur RN karena kerjanya lama dalam pelaksanaan sistem
RN berumur lebih tua ketika masuk dalam pemberian pelayanan keperawatan
dunia kerja ( letvak,2008) profesional kurang baik dikarenakan
Seseorang individu yang lebih lama pengembangan profesional diri rumah sakit
belum tentu lebih tinggi produktifitasnya tempat perawat bekerja tidak pernah
dibandingkan dengan karyawan yang masa memperhatikan peluang meningkatkan
kerjanya sedikit (Robbins, 2003). Perawat kemampuan perawat sebanyak (58,5%),
di Amerika Serikat dengan masa kerja yang kadang-kadang rumah sakit
lama lebih cendrung memiliki keinginan mengembangkan kompetensi perawat
untuk berhenti untuk menjadi perawat yang sebesar ( 59,45).
disebabkan oleh stress dalam pelaksanaan Hubungan pendidikan perawat
pekerjaan (letvak,2008). Hal ini pelaksana dengan pelaksanaan sistem
dikarenakan oleh menurunnya produktivitas pemberian pelayanan keperawatan
pelaksanaan pekerjaan. profesional di RSUD Raden Mattaher
Berdasarkan pendapat diatas, jambi tahun 2014
peneliti menganalisis bahwa masa kerja Tingkat pendidikan merupakan
berkaitan dengan banyak komponen yaitu satu-satunya faktor yang berhubungan
stres dalam melaksanakan pekerjaan, dengan pelaksanaan sistem pemberian
pengalaman kerja, kebugaran fisik dan pelayanan keperawatan profesional oleh
kesehata jiwa dan lain-lain. Kemungkinan perawata pelaksana. Perawat pelaksana
dikarenakan oleh komponen yang muncul berdasarkan pendidikan juga menunjukkan
ketika meningkatnya masa kerja, dimana bahwa tingkat pendidikan perawat
membuat masa kerja bisa mempunyai pelaksana mayoritas adalah DIII
pengaruh atau tidak ada peningkatan keperawatan. Perawat pelaksana dengan
pelaksanaan pekerjaan tergantung pada pendidikan SI Keperawatan/ Ners masih
komponen yang terkait. tergolong sedikit.
Berdasarkan hasil analisis peneliti Hal tersebut didukung oleh
masa kerja perawat baru lebih baik penelitian Arimurthy (2004) menunjukan
pelaksanaan sistem pemberian pelayanan bahwa pelaksanaan kerja perawat
keperawatan profesional oleh perawat dipengaruhi oleh pendidikan. Menurut
pelaksana di ruang rawat inap RSUD Siagian (2002), Pendidikan merupakan
Raden Mattaher, karena perawat sudah salah satu karakteristik data demografi
menjalankan aplikasi nilai-nilai profesional yang penting dipertimbangkan karena
dalam praktek keperawatan terkait dengan dapat berpengaruh terhadap persepsi
nilai etik dan legal dalam melakukan seseorang mengenai pelaksanaan sistem
tindakan bertanggung jawab dan tidak pemberian pelayanan keperawatan,
membedakan pasien. Semakin tinggi pendidikan seseorang
semakin besar keinginan untuk

67
memanfaatkan pengetahuan dan Peneliti berpendapat bahwa
keterampilan dalam melaksanakan sistem pendidikan sangat mempengaruhi
pemberian pelayanan keperawatan pelaksanan sistem pemberian pelayanan
profesional. keperawatan profesional, semakin tinggi
Menurut Adrew E.Sikula dalam pendidikan seseorang semakit besar
Mangkunegara (2004), tingkat pendidikan keingginan perawat untuk meningkatkan
adalah suatu proses jangka panjang yang keterampilan yang dimilikinya. Menurut
menggunakan prosedur sistematis yang Delucia (2009), kompetensi yang dimiliki
terorganis, mempelajari pengetahuan oleh seorang perawat ditentukan oleh latar
konseptual dan teoritis untuk tujuan- tujuan belakang pendidikan, peran, jenis praktek.
umum. Menurut Notoatmojo (2005) Jadi dapat disimpulkan tingkat pendidikan
pendidikan adalah proses penyampaian mempunyai pengaruh terhadap kompotensi
informasi kepada seseorang untuk yang dimiliki oleh perawat pelaksana.
mendapatkan perubahan perilaku. Kompetensi tersebut mempengaruhi
Hariandja (2002) menambah bahwa tingkat pelaksaan yang dihasilkan oleh perawat
pendidikan seseorang karyawan dapat pelaksana.
meningkatkan daya saing perusahaan dan Berdasarkan hasil penelitian
memperbaiki kinerja perusahaan. Semakin tentang pendidikan SI Keperawatan/Ners
tinggi pendidikan seseorang maka semakin lebih baik karena perawat pelaksana di
besar keinginannya untuk memanfaatkan ruang rawat inap RSUD Raden mattaher
pengetahuan dan keterampilan yang Jambi selalu melaksanakan nilai-nilai
dimiliki (Siagian 2012). profesional dalam praktek keperawatan
Menurut analisis peneliti Rumah terkait nilai etik dan legal dimana perawat
Sakit Umum Daerah Raden Mattaher Jambi pelaksana yang pendidikan profesional
merupakan rumah sakit rujukan bagi pada umumnya melakukan tindakan
rumah sakit kabupaten yang ada di propinsi bertanggung jawab dan tidak membedakan
jambi yang memiliki visi “ Menjadikan pasien, perawat juga melakukan caring
rumah sakit pendidikan dan pusat rujukan dengan cara memberi salam/ menyapa
melalui pelayanan prima, pendidikan yang orang lain atau klien saat bertemu.
bermutu, mandiri serta personal yang Manajemen dan pemberian asuhan
profesional”. RSUD Raden Mattaher Jambi keperawatan di ruang rawat inap RSUD
masih banyak perawat yang latar belakang Raden Mattaher perawat Profesional/ SI
pendidikan DIII Keperawatan, pada proses Ners melakukan komunikasi sesama tim
pengambilan data terhadap beberapa dan ruangan tempat perawat pelaksana
perawat pelaksana yang sedang bekerja memakai metode Tim.
melanjutkan pendidikan formalnya baik Perawat pelaksana vokasional/ DIII Kurang
dengan biaya sendiri tanpa bantuan . Hal baik dalam pelaksanaan sistem pemberian
ini merupakan tindakan yang baik bagi pelayanan keperawatan profesional di
peningkatan mutu pelayanan keperawatan. karenakan dalam manajemen dan

68
JMJ, Volume 4, Nomor 1, Mei 2016, Hal: 54 – 75 Indah, dkk. Analisis Faktor-faktor...

pemberian asuhan keperawatan di ruang mendapatkan informasi dan pengetahuan


rawat inap RSUD Raden Mattaher kepala tentang pelaksanan sistem pemberian
ruangan dalam melakukan pelayanan keperawatan profesional yang
supervisi/bimbingan pekerjaan perawat ada di RSUD Raden Mattaher Jambi untuk
tidak pernah dilakukan secara tiba-tiba mencapai pelaksanaan yang baik.
sebesar (59,5%), tidak adanya umpan balik Pelatihan tidak cukup
jika melakukan kesalahan dalam pemberian menyebabkan perbaikan pelaksanan
asuhan keperawatan sebesar (63,1%). kinerja, adanya keinginan berubah dari
pegawai yang mendapatkan pelatihan.
Hubungan pelatihan perawat pelaksana Proses berubah sangat di pengaruhi oleh
dengan pelaksanaan sistem pemberian peran pemimpin dalam mendorong
pelayanan keperawatan profesional di pegawai untuk berubah menjadi kearah
RSUD Raden Mattaher Jambi tahun 1014 yang lebih baik. Pegawai yang telah
Penelitian menunjukkan bahwa mendapatkan pelatihan perlu dievaluasi
tidak ada hubungan antara pelatihan setelah pelatihan. pada hakikatnya
dengan pelaksanaan sistem pemberian pelatihan diprogramkan untuk
pelayanan keperawatan profesional oleh meningkatkan pelaksanaan kinerja perawat
perawat pelaksana, dimana perawat yang dalam sistem pemberian pelayanan
tidak mengikuti pelatihan lebih baik keperawatan profesional (Sulistyani &
pelaksanaan kerja. Menurut Marquis dan Rosidah, 2009).
Huston (2010), pelatihan merupakan salah Manfaat pelatihan menurut Veithzal
satu bagian terpenting dalam Rivai (2004) antara lain membantu
pengembangan staf. karyawan mengatasi stres, tekanan,
Sulistyani & Rosidah (2009) frustasi, konflik, menghilangkan rasa takut
menyatakan pelatihan merupakan proses melaksanakan tugas baru, membantu
orientasi pada pegawai diberi informasi, karyawan dalam membuat keputusan dan
pengetahuan tentang kepegawaian, pemecahan masalah yang lebih efektif,
organisasi dan harapan untuk mencapai mendorong dan mencapai pengembangan
pelaksanaan kinerja yang baik. Tujuan diri dan rasa percaya diri, meningkatkan
pelatihan adalah memperbaiki pelaksanaan kepuasan pelaksanaan kerja dan
kinerja pegawai sehingga keahlian pengakuan, sedangkan bagi perusahaan
pegawai meningkat sesuai dengan membantu mempersiapkan dan
kemajuan teknologi. melaksanakan kebijakan perusahaan,
Menurut analisis penelitian ini tidak menangani konflik sehingga terhindar dari
sejalan dengan dengan teori, pelatihan stres dan tekanan kerja, menciptakan iklim
kurang berdampak dalam meningkatkan yang baik untuk pertumbuhan, memperbaiki
pelaksanan pekerjaan. Program pelatihan sumber daya manusia, pengetahuan kerja
bagi perawat sebaiknya berawal dari dan keahlian pada semua level
perawat yang lagi orientasi sehingga perusahaan.

69
Menurut analisis peneliti bahwa pihak perawat yang tidak mengikuti bisa
rumah sakit telah melaksanakan pelatihan- memperhatikan dan melihat perawat yang
pelatihan terkait dengan SP2KP seperti sudah mengikuti pelatihan.
pelatihan pasien safety, metode pemberian Perawat pelaksana yang mengikuti
asuhan keperawatan, jenjang karir, BPGD pelatihan kurang baik dalam pelaksanaan
dan lain-lain, sasaran pelatihan ini adalah sistem pemberian pelayanan keperawatan
perawat pelaksana. Pelatihan yang diikuti profesional sebanyak (61,5%) karena untuk
oleh perawat pelaksana hanya sebagian melakukan supervisi/bimbingan pekerjaan
perawat yang dipilih oleh kepala ruangan secara tiba-tiba tanpa pemberitahuan
yang mengutamakan perawat yang sunior, sebelumnya, tidak ada memberikan umpan
sedangkan perawat yang yunior belum balik jika perawat melakukan kesalahan
banyak yang mengikuti pelatihan yang dalam pemberian asuhan keperawatan
terkait dengan sistem pemberian pelayanan sebesar (62,5%).
keperawatan profesional. Untuk itu
pelatihan yang diadakan untuk perawat Hubungan motivasi perawat pelaksana
yunior sangat di utamakan untuk lebih dengan pelaksanaan sistem pemberian
meningkatkan pelaksanaan dalam bekerja. pelayanan keperawatan profesional di
Pelatihan ini akan dipandang berbeda- RSUD Raden Mattaher Jambi Tahun
beda oleh perawat pelaksana dengan latar 2014.
belakang, umur, masa kerja serta Penelitian menunjukkan bahwa
pendidikan. tidak ada hubungan motivasi perawat
Berdasarkan hasil penelitian perawat pelaksana dengan sistem pemberian
pelaksana yang tidak mengikuti pelatihan pelayanan keperawatan profesional.
baik dalam melaksanakan sistem Menurut Marquis & Huston (2010), Motivasi
pemberian pelayanan keperawatan karena dapat diartikan sebagai dorongan yang kuat
perawat pelaksana sudah menjalankan untuk melakukan suatu pekerjaan yang
nilai-nilai profesional dalam praktek baik. Sedangkan menurut teori Abram
keperawatan terkait dengan nilai etik dan maslow, seseorang akan termotivasi
legal, dimana perawat pelaksana yang tidak bekerja mencapai kinerja yang tinggi, jika
mengikuti pelatihan dalam melakukan memandang pekerjaan itu sebagai
tindakan keperawatan perawat kesempatan mengembangkan kemampuan
bertanggung jawab, tidak membedakan dari karirnya sebagai sarana untuk aktual
pasien dan memberi salam/ menyapa diri.
orang lain/ klien saat bertemu dan ruangan Motivasi menurut Fillnore dalam
tempat perawat pelaksana bekerja Mangkunegara (2004), mengatakan
memakai metode tim. Hal ini sangat motivasi sebagai suatu kondisi yang
membantu perawat pelaksana yang tidak menggerakan manusia kearah suatu tujuan
mengikuti pelatihan dalam melaksanakan tertentu. Beberapa ahli mengatakan
SP2KP, karena dengan metode tim motivasi merupakan bagian integral dari

70
JMJ, Volume 4, Nomor 1, Mei 2016, Hal: 54 – 75 Indah, dkk. Analisis Faktor-faktor...

kegiatan organisasi dalam menggerakkan Faktor lain yang membuat variabel


personal dalam rangka mencapai tujuan motivasi tidak berhubungan dengan
organisasi. Motivasi pada dasarnya adalah pelaksanaan sistem pemberian pelayanan
melakukan penyesuaian kegiatan yang keperawatan profesional misalnya kondisi
dimiliki oleh organisasi dengan kebutuhan lingkungan kerja yang kurang kondusif,
karyawan, penyesuaian kegiatan yang prosedur kerja, sikap melakukan pekerjaan,
dimiliki oleh organisasi dengan tujuan pandangan atas pekerjaan.
karyawan (Azwar,2003).
Prinsip dalam memotivasi kerja Hubungan kepemimpinan dengan
perawat dipengaruhi oleh prinsip pelaksanaan sistem pemberian
partisipasi, prinsip komunikasi, prinsip pelayanan keperawatan profesional di
pengakuan, prinsip pendelegasian RSUD Raden Mattaher Jambi Tahun
wewenang, dan prinsip perhatian (Suarli & 2014.
bahtiar, 2009). Hasil penelitian menunjukkan
Menurut hasil analisis penelitian bahwa sebagian besar perawat pelaksana
diruang rawat inap RSUD Raden Mattaher mempersepsikan baik terhadap
Jambi mempresepsikan motivasi dalam kepemimpinan dalam melakukan
melaksanan SP2KP sebanyak (87,2%) pelaksanaan sistem pemberian pelayanan
kepala ruangan memberikan hukuman keperawatan profesional namun tidak
terhadap perawat jika melakukan terdapat hubungan antara kepemimpinan
pelaksanaan pekerjaan tidak baik. dengan SP2KP. Hal ini berbeda dengan
Sebanyak (61,3%) adanya tantangan penelitian yang dilakukan oleh Didimus,
dalam melakukan asuhan keperawatan Indar dan Hamzah (2013), bahwa terdapat
kepada pasien memotivasi perawat hubungan antara kepemimpinan dengan
pelaksana untuk terus belajar dan kinerja perawat pelaksana (p value 0,000).
berkembang. Sebanyak (61,1%) Menurut Huber (2000) dalam
mempersepsikan kepala ruangan selalu Kurniadi (2013), kepemimpinan adalah
memotivasi perawat menyelesaikan suatu proses mempengaruhi orang lain
pelaksanaan pekerjaan diruangan. dalam mencapai tujuan. sedangkan
Sebanyak (60,0%) hal yang membuat menurut Gardner (1990), kepemimpinan
perawat pelaksana bersemangat dalam suatu proses yang mempengaruhi orang
bekerja karena adanya tantangan dalam lain atau kelompok untuk mencapai tujuan,
melaksanakan asuhan keperawatan murut jadi tercapainya suatu tujuan organisasi
Mangkunegara (2004), Motivasi kerja dipengaruhi oleh kemampuan seorang
adalah suatu kondisi yang berpengaruh pemimpin dalam mengerak staf yang
untuk membangkitkan, mengarahkan, dan dipimpinnya. Pemimpin dalam mencapai
memelihara perilaku yang berhubungan tujuan organisasi seorang pemimpin harus
dengan lingkungan kerja (Suarli & bahtiar menjalankan beberapa peran dan tugasnya
2009).

71
sebagai pemimpin (Marquis & Huston, operan. Menurut Lan Ri (1996 dalam Suarli
2010). & Bahtiar, 2009), kepemimpinan
Menurut C millus tanggung jawab merupakan segala hal yang bersangkutan
para pemimpin menentukan tujuan dengan pemimpin dalam menggerakkan,
pelaksanaan pekerja yang realitis, dalam membimbing, dan mengarahkan orang lain
arti kualitas, keamanan, melengkapi para agar melaksanakan tugasnya dan
karyawan/pegawai dengan sumber-sumber mewujudkan sasaran yang diterapkan.
dana yang diperlukan untuk menjalankan Dengan adanya arahan oleh kepala
tugasnya, mengomunikasikan kepada ruangan terhadap perawat pelaksana
karyawan tentang apa yang diharapkan dari sistem pemberian pelayanan keperawatan
mereka, memberikan reward/insentif dapat dilaksanakan diruang rawat inap
mendorong prestasi, menghilangkan RSUD Raden Mattaher.
hambatan pekerjaan, menilai pelaksanaaan Persepsi perawat pelaksana kurang
pekerjaan dengan komunikasi dan baik tentang kepemimpinan diruang rawat
mewujudkan perhatian terhadap para inap RSUD Raden Mattaher sebanyak
stafnya. (23,5%), kepala ruangan tidak pernah
Fungsi dan tugas pemimpin memperhatikan kebutuhan peningkatan
menurut Suyanto (2009), diantaranya kompetensi perawat.
orintasi tugas dimana pemimpin Dalam penelitian ini tidak
merencanakan dan mengorganisir terdapatnya hubungan antara
kegiatan, menyediakan informasi yang kepemimpinan dengan pelaksanaan
diperlukan oleh atasan maupun staf, sistem pemberian pelayanan keperawatan
membuat pengawasan, memberi profesional hal ini disebabkan oleh faktor
pengarahan, membimbing, bertanggung lain seperti, faktor koordinasi, menciptakan
jawab atas pekerjaannya dan pekerjaan iklim kerja.
orang lain, mendukung kerjasama staf,
mengevaluasi dan menganalisis kekuatan KESIMPULAN DAN SARAN
dan kelemahan staf, memberikan dorongan Faktor Karakteristik (umur, jenis
dan sikap bersahabat, mengungkapkan kelamin dan masa kerja) tidak mempunyai
perasaan yang dialami dan mendamaikan, hubungan yang bermakna dengan
mempertemukan pendapat yang berbeda, pelaksanaan Sitem Pemberian Pelayanan
manyelesaikan konflik. Keperawatan Profesional oleh peawat
Menurut analisis peneliti di ruang pelaksana, Pendidikan perawat pelaksana
rawat inap RSUD Raden Mattaher mempunyai hubungan yang bermakna
mempersepsikan baik terhadap dengan pelaksanaan Sistem Pemberian
kepemimpinan sebesar (97,8%), kepala Pelayanan Keperawatan Profesional.
ruangan tempat perawat bekerja Pelatihan perawat pelaksana tidak
memberikan contoh, bimbingan dalam mempunyai hubungan yang bermakna
kegiatan asuhan keperawatan, supervisi, dengan pelaksanana Sistem Pemberian

72
JMJ, Volume 4, Nomor 1, Mei 2016, Hal: 54 – 75 Indah, dkk. Analisis Faktor-faktor...

Pelayanan Keperawatan Profesional. Berdasarkan hasil penelitian didapatnya


Motivasi perawat pelaksana tidak hubungan pendidikan dengan pelaksanaan
mempunyai hubungan yang bermakna SP2KP untuk itu perlunya bagi manajemen
dengan pelaksanana Sistem Pemberian keperawatan memperhatikan pendidikan
Pelayanan Keperawatan Profesional.. hal ini akan mempengaruhi skill dan
Kepemimpinan tidak mempunyai hubungan pengetahuan perawat pelaksana dalam
yang bermakna terhadap pelaksanana pelaksanaan SP2KP diruang rawat inap
Sistem Pemberian Pelayanan Keperawatan RSUD Raden Mattaher Jambi.
Profesional.
Bagi manajemen Rumah sakit Bagi perkembangan ilmu keperawatan
Berdasarkan Hasil Penelitian Berdasarkan dari hasil penelitian
bahwa pelaksanaan sistem pemberian menunjukkan pendidikan berhubungan
pelayanan keperawatan profesional oleh dengan pelaksanaan sistem pemberian
perawat pelaksana mempersepsikan baik pelayanan keperawatan profesional hal ini
terhadap kepemimpinan, berdasarkan hasil dengan pendidikan perawat pelaksana bisa
penelitian yang didapat sebagian perawat meningkatkan kemampuanya dan skill yang
pelaksana ada yang tidak menjalankan didapat dalam pendidikan dan akan
pelaksanaan SP2KP secara baik . Hal ini berdampak baik terhadap pelaksanaan
perlunya rumah sakit mengevaluasi secara SP2KP.
mendalam tentang keefektifan SP2KP.

Daftar Pustaka

1. Asmuji. (2012). Manjemen keperawatan konsep & Aplikasi. Jakarta : perpustakaan nasional ;
katalok dalam terbitan (KDT)
2. Arimurty,S.P. (2004). Analisis kinerja perawat di instalasi rawat inap RSUD Wonogiri di
kabupaten wonogiri. Fakultas kesehatan Masyarakat Universitas indonesia (tidak dipublikasikan)
3. Azwar, S. (2003). Sikap Manusia. Yogyakarta : Pustaka pelajar
4. Bidang Keperawatan RSUD Raden Mattaher. (2013). Data tenaga Keperawatan RSUD Raden
Mattaher Tahun 2013.
5. Bugin. (2009). Metodologi penelitian kuantitatif komunikasi, ekonomi, dan kebijakan publik serta
ilmu-ilmu sosialnya. Jakarta : penerbit kencana
6. Dahlan, M.S. (2008). Besar sampel dalam penelitian kedokteran dan kesehatan. Jakarta : CV.
Agung seto
7. Dalani. (2010). Etika keperawatan. Jakarta : CV Trans info media
8. Delucia, P, R, Ott, T, E. (2009). Performance in nursing. Diunduh pada tanggal 09 juli 2014 pukul
09.00 pada http://usil.academia.edu/patrickpalmieri/papers/164735/performance in Nursin

9. Depkes, RI. ( 2005). Indikator mutu pelayanan rumah sakit. Jakarta : Direktorat bina pelayanan
medik spesialistik direktorat jenderal bina pelayanan medik departemen kesehatan

73
10. Depkes, RI. ( 2007). Draft Standar Pelayanan minimal Rumah Sakit.Jakarta : Direktorat bina
pelayanan medik spesialistik direktorat jenderal bina pelayanan medik departemen kesehatan
11. Dessler,G.(2004). Manajemen sumber daya manusia.Ed.9.Jakarta: PT.Indeks
12. Dharma. (2011). Metodologi penelitian keperawatan panduan melaksanakan dan menerapkan
hasil penelitian. Jakarta: Tran Info Media
13. Didinus, Indar & Hamzah. (2013). Faktor-faktor yang berhubungan dengan kinerja perawat di
ruang rawat ianp rumah sakit ibnu sina YBW –UMI. Jurna Bagian AKK FKM Universitas
Hasanudin
14. Hariandja, M, T, E. (2002). Manajemen sumberdaya manusia. Jakarta: Grasindo
15. Hastono,S.P. ( 2007). Analisis data kesehatan. Depok. FKM-UI
16. Ilyas, Y. (2002). Kinerja:Teori penilaian dan penelitian . Depok: Badan penerbit Fakultas
kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia
17. Kemenkes, RI. (2010). Modul Pelatihan Sistem pemberian pelayanan keperawatan propesional
(SP2KP). Bandung: Direktorat bina pelayanan keperawatan & tehnisian medik direktur jendral
bina upaya kesehatan.
18. Kurniadi, A. (2013). Manajemen Keperawatan dan Prospektifnya teori, konsep dan
aplikasi.Jakarta : Penerbit Fakultas kedokteran Universitas Indonesia
19. Letvaks, S. (2008). Faktors Influencing work produktifity and intent to stay in nursing. Nursing
economics. diundu pada tanggal 8 juli 2014 pada http:// findarticles.com/p/articles/mi_m0FSW/is
3 26/ai n 27507458/?tag=content;coll
20. Lusiani. (2006). Hubungan karakteristik individu dan sistim penghargaan dengan kinerja perawat
menurut persepsi perawat pelaksana di RS Sumber Waras Jakarta. Fakultas Ilmu Keperawatan
Universitas Indonesia (tidak dipublikasi)
21. Prasetyo & Jannah. (2008). Metode penelitian kuantitatif. Jakarta : Raja grafindo persada
22. Rantung, Robin & Hamel (2013). Perbedaan pendokumentasian asuhan keperawatan ruang
SP2KP dan Non- SP2KP di IRNA A dan IRNA F RSUP PROF.DR.R.D.Kandou manado, Jurnal
keperawatan, vol 1, No 1. Diunduh pada tanggal 14 Maret 2014 pukul 10.00 pada
http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/jkp/article/view/2241
23. Robbins,P.S. (2006). Perilaku organisasi. Edisi Bahasa indonesia.Ed.10. Jakarta: PT.Indeks
kelompo Gramedia
24. Sastradijaya,H.J. (2004). Faktor-faktor yang berhubungan dengan kinerja perawat di ruang rawat
inap RSUP Persahabatan Jakarta.. Fakultas Ilmu Keoperawatan Universitas Indonesia (tidak
dipublikasi)
25. Siagian, S.P. (2002). Manajemen sumberdaya manusia. Jakarta : Bumi Aksara
26. Siagian.S.P. (2007). Manajemen Sumber daya manusia.Jakarta: Bumi Aksara
27. Siagian,S.P. (2012). Tiori Motivasi dan Aplikasinya.Jakarta : Rhineka Cipta.

28. Simanjuntak. (2011). Manajemen dan Evaluasi kinerja. Jakarta: lembaga penerbit Fakultas
ekonomi universitas Indonesi
29. Sitorus & Panjaitan (2011). Manajemen keperawatan : Manajemen Keperawatan di Ruang
Rawat. Jakarta: Agung seto
30. Sopian, MM. (2008). Perilaku Organisasi.Yogyakarta.Andi

74
JMJ, Volume 4, Nomor 1, Mei 2016, Hal: 54 – 75 Indah, dkk. Analisis Faktor-faktor...

31. Suarly& Bahtiar. (2009). Manajemen keperawatan dengan pendekatan praktik.Jakarta: Erlangga
32. Sulistyani, A.T & Rosidah. (2009). Manajemen Sumber daya manusia : konsep teori dan
pengembangan dalam konteks organisasi public.Yogyakarta: Graha Ilmu
33. Sumijatun. (2009). Membudayakan etika dalam praktek keperawatan. Jakarta : salemba medika
34. Suyanto. (2009). Mengenal kepemimpinan dan manajemen keperawatan di rumah
sakit.Yokyakarta: Mitra cendika
35. Mangku Negara,A.P. (2004). Manajemen sumber daya manusia perusahaan. Bandung: PT.
Renaja Rosdakarya.
36. Marquis & Huston. (2010). Kepemimpinan dan manajemen Keperawatan Teori dan Aplikasi. Edisi
ke-4 penerbit buku kedokteran
37. Manurung, S.(2011). Keperawatan Profesional. Jakarta : Trans Info Media
38. Muninjaya. (2012). Manajemen kesehatan. Jakarta : Penerbit buku kedokteran EGC
39. Muzaputra, G. (2008). Hubungan karakteristik individu dan faktor organisasi dengan kinerja
perawat di RSUD Langsa NAD. fakultas keperawatan universitas indonesia 9tidak dipublikasi)
40. Notoatmojo, S. (2005). Promosi kesehatan teori dan aplikasi. Jakarta: Rineka cipta
41. Notoatmojo, S. (2010). Metodologi penelitian kesehatan. Jakarta: Rineka cipta
42. Nursalam. (2011). Konsep dan penerapan metodelogi penelitian ilmu keperawatan. Jakarta:
Selemba Medika.
43. Nursalam. (2012). Manajemen Keperawatan Aplikasi dalam praktek keperawatan
Profesional.Jakarta : Salemba Medika
44. UU Republik Indonesia Nomor 44 tahun 2009 tentang rumah sakit
45. Veithzal Rivai. (2004). Manajemen sumber daya manusia untuk perusahaan dari teori ke praktek.
Jakarta : Penerbit PT.Raja Grafindo Persada

46. Wati, Ernawaty & Nurju’ah. (2011). Analisa pelaksanaan pemberian pelayanan keperawatan
diruang Murai I dan Murai II RSUD Arifin Achmad Propinsi riau , jurnal Ners Indonesia,vol 1, No.2
Diunduh pada tanggal 14 Maret 2014 pukul 10.00 pada
http://ejournal.unri.ac.id/index.php/JNI/article/download/635/628

75

Anda mungkin juga menyukai