Anda di halaman 1dari 7

DESAIN LANSKAP

ALUN-ALUN KIDUL YOGYAKARTA

PUTRI NAFISAH KIRANA 20170210008


BAYU SYAHPUTRA 20170210051
RIJBI ISRA ZAMZAMIYAH 20170210055
DUGO PRASOJO 20170210058

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2019
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Lanskap memiliki arti yang luas, namun orang-orang awam mengartikan lanskap
sebagai taman atau pertamanan. Simonds (1983) menyatakan lanskap merupakan suatu
bentang alam dengan karakteristik tertentu yang dapat dinikmati oleh seluruh indera
manusia, dengan karakter yang menyatu secara alami dan harmonis untuk memperkuat
karakter lanskap tersebut. Dalam hal ini indera manusia memegang peranan penting
dalam merasakan suatu lanskap. Menurut Morrow (1987) lanskap adalah permukaan
bumi yang tidak dicakup oleh laut namun lebih sempit dari yang dapat diambil sekejap
oleh mata termasuk kota-kota serta pedesaan dan padang gurun, halaman serta taman,
tempat parkir serta taman atap bangunan, dan dapat diklasifikasikan sebagai buatan
manusia atau alam. Dari beberapa pengertian lanskap tersebut dapat disimpulkan bahwa
lanskap merupakan suatu bentang alam atau wilayah sejauh mata dapat memahami dalam
satu tampilan, termasuk semua benda yang ada di dalamnya.
Simonds (1983) membedakan lanskap menjadi dua elemen yaitu lanskap utama dan
lanskap penunjang. Lanskap utama merupakan bentuk lanskap alam, fitur, kekuatan yang
sulit untuk diubah. Bentuk lanskap utama alam seperti pegunungan, lembah, dataran
pantai, danau, laut, dan komponen lain yang didominasi topografi; fitur lanskap seperti
hujan, salju, kabut, maupun suhu musiman; serta kekuatan lanskap seperti angin, pasang
surut, erosi, radiasi surya, petir, dan gravitasi. Untuk lanskap penunjang merupakan
elemen lanskap yang umumnya mudah untuk diubah seperti bukit, hutan, sungai, maupun
rawa.
II. PEMBAHASAN
Alun-alun selatan terletak disebelah selatan Keraton Yogyakarta. Alun-alun berbentuk
lapngan luas berpasir, dengan luas sekitar 160m x 160m. Alun-alun dikelilingi pagar tembok
batu bata setinggi 2,20 m, tebal pagar tembok 30cm namun seiring waktu berjalan tembok
menjadi rusak kemudian dibangun kembali oleh Sri Sultan Hamengku Buwono ke VII pada
masa pemerintahan tahun 1877-1921 M.
Alun-alun Selatan Kota Yogyakarta pada masa lalu digunakan sebagai wadah kegiatan-
kegiatan privat dari keraton yogyakarta, seperti untuk pelatihan prajurit keraton hingga
digunakan sebagai jalur prosesi upacata pemakaman jenazah. Selain itu juga digunakan untuk
membantu mempersiapkan acara-acara yang akan digelar di Alun-alun utara misalnya acara
Grebeg Maulud, Grebeg Syawal, dan Grebeg Besar. Seiring berkembangnya zaman Alun-alun
Selatan Kota Yogyakarta diguanakan sebagai ruang publik, Alun-alun yang awalnya berbau
mistis tergantikan dengan aktivitas-aktivitas masyarakat yang lebih fungsional (Dwiananto,
2003). Wisata yang terdapat di Alun-alun selatan yaitu masangin dan kendaraan odong-odong.
Masangin merupakan singkatan dari masuk diantara dua beringin. Mitos dari masangin tersendiri
yaitu orang yang bisa masuk diantara dua beringin dengan mata yang tertutup permintaannya kan
terkabul. Wisata selanjutnya adalah kendaraan odong-odong adalah kendaraan warna-warni yang
dihiasi oleh lampu kerlap-kerlip. Bentuk kendaraan odong-odong beraneka ragam dilengkapi
fasilitas full musik dengan layar LCD.
Kawasan wisata Alun-alun selatan banyak ditanami pohon peneduh seperti pohon
beringin kembar yang terdapat di tengah-tengah alun-alun kidul,dan Pohon manga yang terlertak
di pagian pinggir alun-alun . Selain itu terdapat tanaman penghias yang berada disepanjang
pinggir lapangan palem kuning, ditanam di pot batu agar alun-alun tersebut lebih terlihat indah
dan menarik untuk di kunjungi.

1. PERILAKU MANUSIA TERHADAP LANSKAP


a. Manusia dan Vegetasi :
Hubungan manusia dan vegetasi yang terlihat di sekitar yaitu, terdapat pohon beringin
yang ada di tengah alun–alun yang dimanfaatkan sebagai peneduh, dengan banyaknya pohon
mangga di pinggir alun–alun sekitar dimanfaatkan bagi masyarakat untuk berdagang dan
bersantai dan pohon palem kuning yang berada di pot dan di tempatkan di pinggir alun-alun
dijadikan sebagai penghias agar tempat tersebut terlihat lebih indah.

b. Manusia dan Hewan :


Manusia interaksi dengan hewan yaitu burung dengan adanya burung yang terdapat di
alun-alun kidul manusia bisa memberikan makan pada burung.

c. Manusia dan Fasilitas Publik


Di alun-alun kidul juga terdapat beberapa fasilitas public diantaranya: kursi yang
terdapat di pinggir alun-alun yang digunakan untuk tempat bersantai dan memndang alun-alun
tersebut, tedapat trotoar yang ada di pinggir alun-alun kidul yang digunakan masyarakat sebagai
tempat berolahraga dan terdapat lampu jalan yang digunakan untuk penerangan disaat malam
hari dengan adanya lampu jalan dapat memperjelas aktivitas yang sedang dilakukan.

d. Manusia dan Bangunan


Terdapat bangunan gedung “Siti Hinggil” yang ada di alun-alun kidul yang digunakan untuk
tempat pertemuan atau disebut aula, dan pada awal tahun 1990 bangunan tersebut digunakan
untuk pementasan wayang pada malam minggu.

e. Manusia dan Kultur


Dengan adanya budaya menutup mata dengan kain, maka turis yang berdatangan ingin
mencoba budaya yang terdapat di alun-alun kidul tersebut yaitu, berjalan mendekat pohon
beringin kembar dengan mata tertutup kain.

Alun-alun kidul terdapat jam siang dan jam malam yang berbeda aktivitas :
 Siang hari : pada siang hari aktivitas manusia yang terlihat masih sedikit dikarenakan hari
yang masih panas dan pedagang yang terlihat masih sedikit
 Malam hari : di malam hari aktivitas manusia semakin padat dengan bertambahnya
pedangang yang terdapat di sekitar alun-alun kidul dan pedagang odong-odong yang
mulai beraktivitas dan pemandangan yang semakin sejuk.
2. PERILAKU MANUSIA DENGAN LINGKUNGAN
a. Environmental Determinism
Environmental determinism merupakan manusia yang sangat ditentukan oleh lingkungan
membentuk hirarki lingkungan. Di alun-alun kidul ini perilaku manusianya bisa merasakan
kenyamanan dan kesenangan dikarenakan tempat yang dapat menghibur dengan segala
adanya kativitas.
b. Environmental Possibilism
Environmental possibilism yang terjadi di alun-alun kidul pemerintah Yogyakarta
melakukan perubahan diantaranya memberikan tanaman palem di pot dan di letakkan di
pinggir alun-alun tersebut agar terlihat lebih indah dan menambahkan kursi agar lebih
nyaman lagi jika berada di kawasan alun-alun kidul.
c. Environmrntal Possibilism
Munculnya karena ketidakpuasan dengan env’t determinism dan possibilism, manusia dan
lingkungan mempunyai karakter tertentu, interaksi tergantung pada sifat manusia.
 Phenomenal env’t
Dengan adanya sepeda atau sering disebut odong-odong maka jalan akses untuk
mengelilingi alun-alun kidul menjadi sempit karena banyaknya odong-odong yang bergerak
di jalan tersebut.
 Personal env’t
Bagi orang yang tidak suka keramaian dan kemacetan maka akan menghindari kawas
tersebut, tetapi bagi orang yang suka dengan keramaian dan berolahraga sepeda bisa
melakukan atau menaikki sepeda odong-odong.
 Contextual env’t
Contextual env’t dipengaruhi oleh hubungan keluarga, status sosial, dan ekonomi serta
gaya hidup seperti kebudayaan. Di kawasan alun-alun kidul sangatlah cocok untuk hubungan
keluarga karena disediakan fasilitas yang terdapat di alun-alun kidul. Terdapat status dari
ekonomi dan sosial yang tinggi hingga terendah dan bersenang-senang di kawsan tersebut.
Gaya hidup yaitu budaya terdapat kebudayaan ataupun sejarah yang menarik yaitu dengan
menutup mata menggunakan kain dan berjalan mendekati pohon beringin kembar.
LAMPIRAN

Tanaman Peneduh Pohon Beringin

Pohon Palem Pengunjung Trotoar Odong-odong


Kuning

Sebagai tempat Budaya Gedung


berolahraga menutup mata pertemuan
DAFTAR PUSTAKA

Simonds, J. O. 1983. Landscape Architecture. McGraw-Hill Book Co. New York.


Morrow, B. H. 1988. A Dictionary of Landscape Architecture. Mexico : University of New
Mexico Press.
Dwiananto, Sigit A. 2003. Peningkatan Kualitas Lingkungan Fisik Alun-Alun Kota Yogyakarta
Sebagai Ruang Publik Kota. Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota, volume 14,
nomor 3. Department of Regional & City Planning, Bandung.

Anda mungkin juga menyukai