Anda di halaman 1dari 4

1.

Latar Belakang Masalah

Meningkatnya kebutuhan dalam pendidikan, terutama masih banyak masyarakat


Indonesia yang berekonomi menengah kebawah yang belum mampu untuk memenuhi
kebutuhan pendidikan bagi anak-anak mereka. Hal itu mendorong pemerintah Indonesia
menyalurkan berbagai bantuan demi kelangsungan pendidikan di indonesia, salah
satunya adalah dana bantuan operasional (BOS). Alokasi anggaran pendidikan dalam
APBN pada tahun 2018 adalah sebesar Rp. 444,1 Triliun meningkat Rp. 24,3 trilliun dari
outlook tahun 2017. Porsi ini mencapai 20% dari total belanja negara yang mencapai Rp.
2.220,7 Trilliun. Didalam nya sinergi program peningkatan akses masuk bantuan
operasional sekolah.

Berdasarkan Keputusan Direktur Jendral Pendidikan Islam Nomor 451 Tahun 2018
Tentang Petunjuk Teknis (Juknis) Bantuan Operasional Sekolah (BOS) pada Madrasah 
Tahun Anggaran 2018. Berdasarkan juknis tersebut dinyatakan bahwa juknis ini
merupakan acuan dalam pelaksanaan Bantuan Operasional Sekolah (BOS) pada
Madrasah Tahun Anggaran 2018.
Berdasarkan Juknis BOS Madrasah (MI/MTs/MA) atau Kemenag Tahun 2018
sasaran program BOS adalah semua madrasah negeri dan swasta di seluruh Provinsi
Indonesia yang telah memiliki izin operasional. siswa madrasah penerima BOS adalah
siswa lembaga madrasah yang menyelenggarakan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM)
pada pagi hari dan siswanya tidak terdaftar di lembaga sekolah SD, SMP atau SMA.
Namun kebijakan Dana BOS bukan berarti berhentinya permasalahan pendidikan,
masalah baru muncul terkait dengan penyelewengan dana BOS, dan ketidakefektifan
pengelolaan dana BOS, tujuan dari pemerintah sendiri baik, namun terkadang sistem
yang ada menjadi bumerang dan menghadirkan masalah baru, selain itu pribadi dan
budaya manusia Indonesia ikut berpengaruh terhadap penyelewengan dan
ketidakefektifan pengelolaan dana BOS. Oleh karena itu dibutuhkan kerja sama semua
elemen dalam mewujudkan efektifitas pengelolaan dana BOS.
Beberapa kasus dana bos madrasah baik yang terjadi di indonesia maupun di jakarta
disebabkan oleh lambatnya pencairan dana bos dari pemerintah kepada madrasah ini
terjadi di beberapa kota seperti cianjur dan surabaya. Serta adanya kasus penyelewengan
dana bos oleh kepala sekolah dan melibatkan bendahara BOS sekolah madrasah yang
terjadi di surabaya.
Dalam kasus tersebut diperlukan pencegahan fraud terlepas dengan kompetensi
sumber daya manusianya, karena kecurangan pada dasarnya tergantung dari sumber daya
manusia itu sendiri. Dana BOS merupakan program pemerintah untuk menyediakan dana
nonpersonalia bagi satuan pendidikan dasar, sehingga dalam hal ini perlu adanya sistem
pengendalian langsung dari pemerintah untuk mengatur pendistribusian dana yang
disebut Sistem Pengendalian Internal Pemerintah atau SPIP. Salah satu upaya audit untuk
antisipasi dalam mencegah kecurangan yaitu Fraud Audit keterlibatannya cenderung
proaktif dalam mencegah dan mendeteksi fraud secara dini atau suatu potensi timbulnya
fraud dalam suatu organisasi. pengungkapan mengenai pihak-pihak yang bermain tidak
jujur dalam pengelolaan dana tersebut juga diperlukan untuk mengungkapkan
penyelewengan dalam pengelolaan dana yang mungkin dilakukan beberapa pihak. Salah
satu cara yang dapat mencegah terjadinya kecurangan adalah dengan melakukan
Whistleblowing. Hal lain yang dianggap berperan penting dalam pencegahan fraud yaitu,
budaya organisasi. Budaya organisasi dapat diartikan sebagai suatu sistem penyebaran
kepercayaan dan nilai-nilai yang berkembang dalam suatu organisasi dan mengarahkan
perilaku anggota-anggotanya.

2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan di atas maka rumusan masalah yang
hendak dikaji dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana pengaruh kompetensi sumber daya manusia terhadap pencegahan fraud
pada pengelolaan dana bos madrasah di jakarta timur ?
2. Bagaimana pengaruh sistem pengendalian internal pemerintah terhadap pencegahan
fraud pada pengelolaan dana bos madrasah di jakarta timur ?
3. Bagaimana pengaruh proactive fraud audit terhadap pencegahan fraud pada
pengelolaan dana bos madrasah di jakarta timur ?
4. Bagaimana pengaruh whistleblowing system terhadap pencegahan fraud pada
pengelolaan dana bos madrasah di jakarta timur ?
5. Bagaimana pengaruh budaya organisasi terhadap pencegahan fraud pada pengelolaan
dana bos madrasah di jakarta timur ?
3. Kerangka Pemikiran

Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh kompetensi sumber daya manusia,
sistem pengendalian internal pemerintah (SPIP), proactive fraud audit, whistleblowing
system dan budaya organisasi terhadap pencegahan fraud pada pengelolaan dana BOS
madrasah yang ada di jakarta timur.

Sumber daya manusia merupakan elemen organisasi yang sangat penting, karenanya
harus dipastikan sumber daya manusia ini harus dikelola sebaik mungkin agar mampu
memberikan kontribusi secara optimal dalam upaya pencapaian tujuan organisasi.

Penerapan peraturan pemerintah ini di lingkungan pemerintahan merupakan suatu


wujud komitmen pemerintah untuk membangun tata kelola pemerintahan yang baik.
Sistem pengendalian intern tersebut berguna untuk mengendalikan kegiatan
pemerintahan dalam rangka mencapai pengelolaan keuangan Negara yang efektif,
efisien, transparan, dan akuntabel.

Proactive fraud audit mengarah pada proses audit yang bersifat proactive dimana
auditor secara aktif mengumpulkan informasi dan melakukan analisis terhadap informasi
yang telah dikumpulkan untuk menemukan kemungkinan adanya tindak kecurangan dan
kejahatan sebelum tindakan audit investigatif dilakukan. Upaya ini merupakan suatu
pendekatan proactive yang sangat signifikan untuk mendeteksi adanya kecurangan
keuangan, seperti yang telah dinyatakan sebelumnya yaitu melalui catatan dan informasi,
hubungan analitis dan kesadaran perlakuan kecurangan serta usaha penyembunyian.

Keraf (1998) berpendapat Whistleblowing adalah tindakan yang dilakukan oleh


seseorang atau beberapa orang karyawan untuk membocorkan kecurangan entah yang
dilakukan oleh perusahaan atau atasannya kepada pihak lain. Zachrie (2009) menyatakan
bahwa whistleblowing merupakan cara yang paling efektif di dalam mencegah terjadinya
kecurangan.

Kecurangan dapat dicegah dengan meningkatkan budaya organisasi yang dapat


dilakukan dengan mengimplementasikan prinsip-prinsip Good Corparate Governance.
Kompetensi sumber
daya manusia
(X1)

Sistem Pengendalian
Internal Pemerintah
(X2)
Pencegahan Fraud
pada Pengelolaan
Proactive Fraud Audit Dana Bos
(X3) (Y)

Whistleblowing
System
(X4)

Budaya Organisasi
(X5)

4. Perbedaan dengan Penelitian Sebelumnya

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelum nya yaitu menambahkan variable
independen pengaruh budaya organisasi dan juga populasi dalam penelitian ini
dilakukan di madrasah yang ada di jakarta timur yang menerima dana bos dari
kementerian agama.

Anda mungkin juga menyukai