Anda di halaman 1dari 28

CRITICAL BOOK REVIEW

PISIKOLOGI PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK


(Dra. Nunung Fatimah, M.M.)

NAMA MAHASISWA : AGAPE MANGASITUA PANJAITAN


NIM : 5153311001
DOSEN PENGAMPU : SEPTIAN PRAWIJAYA, S.Pd., M.Pd.
MATA KULIAH : PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN TEKNIK BANGUNAN


FAKULTAS TEKNIK - UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
SUMATERA UTARA
Maret 2017

1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena penulis
masih dapat membuat tugas Critical Jurnal Report(CJR) ini tepat pada waktunya.
Makalah ini membahas tentang “Perkembangan Peserta Didik”.
Adapun tugas ini dibuat untuk memenuhi tugas Critical Jurnal Report(CJR) mata
kuliah Perkembangan Peserta Didik. Penulis berharap makalah ini menjadi salah
satu referensi bagi pembaca bila mana hendak membandingkan isi berbagai buku
tentang materi Perkembangan Peserta Didik.
Kritik dan saran yang membangun dari pembaca sangat kami harapkan supaya
makalah ini menjadi lebih baik. Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih
kepada pembaca atas perhatiannya.

Agape M Panjaitan

Medan , 4 Okober 2017

2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR……………………………………………………….……………...2
DAFTAR ISI…………………………….………………………….………………………..3

BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Rasionalisasi pentingnya CBR ……………………………………………………….4
1.2 Tujuan penulisan CBR .……….……………………………………………..………...4
1.3 Manfaat CBR ……..…………….…………………………………………..…………..4
1.4 Identitas buku yang dilaporkan ……………….………..…..……………..…………4

BAB 2 RINGKASAN ISI BUKU……………………………………………………............5

BAB 1. KARAKTERISTIK PESERTA DIDIK


BAB 2. PERTUMBUHAN, PERKEMBANGAN DAN PERBEDAAN INDIVIDUAL
PESERTA DIDIK
BAB 3. IMPLIKASI PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN TERHADAP
PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN
BAB 4. KONSEP KEBUTUHAN DAN IMPLIKASINYA TERHADAP
PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN
BAB 5. TUGAS-TUGAS PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK PADA USIA
SEKOLAH MENENGAH
BAB 6. KONSEP PENYESUAIAN DIRI PESERTA DIDIK USIA SEKOLAH
MENENGAH
BAB 7. MASALAH DAN UPAYA PENANGANAN MASLAH PENYESUAIAN DIRI
PESERTA DIDIK USIA SEKOLAH MENENGAH

BAB III PEMBAHASAN/ANALISIS


3.1 Pembahasan isi buku ……………………………………………………….…...........23
3.2 Kelebihan dan kekurangan isi buku …….…………………………..………………26

BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan……………………………………………………..……..……….………27
4.2 Saran- saran………………………………………………………………….………….27

DAFTAR PUSTAKA

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Rasionalisasi pentingnya CBR


Sering kali kita bingung memilih buku referensi untuk kita baca dan
pahami.Terkadang kita memilih satu buku,namun kurang memuaskan hati
kita.Misalnya dari segi analisis bahasa , pembahasan tentang Perencanaan
Pembelajaran..
Oleh karena itu, penulis membuat Critical Book Report ini untuk mempermudah
pembaca dalam memilih buku referensi,terkhusus pada pokok bahasa tentang
Perkembangan Peserta Didik.

1.2 Tujuan penulisan CBR


Mengkritisi/membandingkan satu topik materi kuliah Perkembangan Peserta Didik
dalam dua buku yang berbeda.

1.3 Manfaat CBR


• untuk menambah wawasan tentang Perkembangan Peserta Didik.
• Untuk mengetahui metode dan sifat-sifat seorang guru dan Perkembangan Peserta
Didik..
• Untuk mengetahui prinsip apa yang ditanam dalam Perkembangan Peserta Didik.

1.4 Identitas buku

PSIKOLOGI
Judul :
PERKEMBANGAN
Pengarang : Dra. Enung Fatimah, M.M.
Penerbit : Pustaka Setia
979-730-819-
ISBN :
7
Cetakan Ke : 3
Tahun Terbit : 2010
Bahasa : Indonesia 
Jumlah Halaman : 270
Kertas Isi : CD
Cover : Soft
Ukuran : 15 x 21 cm
Berat : 250 gram

Gbr.Sampul Depan

4
BAB II
RINGKASAN ISI BUKU

BAB 1
KARAKTERISTIK PESERTA DIDIK

Pada hakikatnya manusia merupakan pribadi yang utuh, khas, dan memiliki
sifat-sifat sebagai mahkluk individu. Dalam kehidupannya terdapat kebutuhan yang
diperuntukkan bagi kepentingan pribadi. Kebutuhan pribadi meliputi kebutuhan
fisik dan sosiopsilogis. Dalam pertumbuhan fisiknya, manusia memerlukan daya
tahan tubuh untuk perlindungan fisiknya.

Elemen dari karakter adalah :

1. Dorongan-dorongan atau drives

Adalah naluri yang menggerakkan untuk mempertahankan aku manusia. Dorongan


dibawa sejak lahir. Contoh : dorongan makan, aktif, dorongan bermain. Dorongan
yang bersifar sosial adalah dorongan seks, hidup berkawan, berkumpul.

1. Instink

Kemampuan untuk berbuat hal-hal yang kompleks tanpa latihan sebelumnya dan
terarah ada tujuan yang berarti. Dibawa sejak lahir untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya

1. Refleks

Reaksi yang tidak disadari terhadap perangsang tertentu. Terjadi di luar kesadaran
manusia. Refleks dua macam bersyarat dan tidak bersyarat.

1. Refleks bersyarat adalah karena pengaruh lingkungan.


2. Refleks tidak bersyarakat adalah batuk karena membau sesuatu.

3. Sifat-sifat karakter, yaitu :

1. Kebiasaan : reaksi yang kompleks dan tetap dalam tingkah laku


manusia. Timbul karena adanya latihan, meniru dan pengulangan.

2. Kecenderungan

4. Organisasi perasaan, emosi dan sentimen : kecenderungan yang menjadi


kedudukan sentral.

5. Minat atau interest : kecenderungan terhadap sesuatu secara intensif


terhadap satu tujuan atau obyek yang dianggap penting.

5
6. Kemauan : organisator dari pada karakter.

B.    Pengertian Individu sebagai Peserta Didik

Istilah individu berasal dari kata individeral berarti satu kesatuan organisme yang
tidak dapat dibagi-bagi lagi atau tidak dapat dipisahkan. Individu merupakan kata
benda dari individual yang berari orang atau perseorangan (Echols,1975:519) .

Makna pertumbuhan pada hakikatnya berbeda dengan makna perkembanga. Istilah


pertumbuhan digunakan untuk menyatakan perubahan kuantitatif mengenai aspek
fisik atau biologis. Istilah perkembangan digunakan untuk perubahan yang bersifat
kualitatif mengenai aspek psikis atau rohani.

Menurut Fatimah (2006 : 12) setiap individu dikatakan sebagai peserta didik apabila
ia telah memasuki usia sekolah, antara lain :

1. Usia 4-6 tahun (pendidikan di taman kanak-kanak).


2. Usia 6/7-12/13 tahun (pendidikan di sekolah dasar).

3. Usia 12/13-15/16 tahun (pendidikan di SMP).

4. Usia 16-19 tahun (pendidikan di SLTA). 

C.    Karakteristik Setiap Individu yang telah Memasuki Usia Sekolah

1. Usia 4-6 tahun (Pendidikan di Taman Kanak-Kanak)

Karakteristik anak Usia TK adalah konflik adaptatif, imitatif, berbagi, dan mau
mengalah. Ketiga sifat terakhir ini karena anak ingin diterima dalam kelompok.

1. Usia 6/7-12/13 tahun (pendidikan di sekolah dasar).

Menurut Thornburg (1984) anak sekolah dasar merupakan individu yang sedang
berkembang, barang kali tidak perlu lagi diragukan keberaniannya. Setiap anak
sekolah dasar sedang berada dalam perubahan fisik maupun mental mengarah yang
lebih baik. Tingkah laku mereka dalam menghadapi lingkungan sosial maupun non
sosial meningkat.

Seperti dikatakan Darmodjo (1992) anak usia sekolah dasar adalah anak yang
sedang mengalami perrtumbuhan baik pertumbuhan intelektual, emosional
maupun pertumbuhan badaniyah, di mana kecepatan pertumbuhan anak pada

6
masing-masing aspek tersebut tidak sama, sehingga terjadi berbagai variasi tingkat
pertumbuhan.

Nasution (1992) mengatakan bahwa masa kelas tinggi sekolah dasar mempunyai
beberapa sifat khas sebagai berikut : (1) adanya minat terhadap kehidupan praktis
sehari-hari yang kongkrit, (2) amat realistik, ingin tahu dan ingin belajar, (3)
menjelang akhir masa ini telah ada minat terhadap hal-hal dan mata pelajaran
khusus, oleh ahli yang mengikuti teori faktor ditaksirkan sebagai mulai
menonjolnya faktor-faktor, (4) pada umumnya anak menghadap tugas-tugasnya
dengan bebas dan berusaha menyelesaikan sendiri, (5) pada masa ini anak
memandang nilai (angka rapor) sebagai ukuran yang tepat mengenai prestasi
sekolah, (6) anak pada masa ini gemar membentuk kelompok sebaya, biasanya
untuk bermain bersama-sama.

1. Usia 12/13-15/16 tahun (pendidikan di SMP).

Karakteristik anak usia SMP antara lain :

1. Cara berfikir kausatif. Hal ini menyangkut tentang hubungan sebab akibat.
Remaja sudah mulai berfikir kritis sehingga ia akan melawan bila orang tua,
guru, lingkungan, masih menganggapnya sebagai anak kecil. Mereka tidak
akan terima jika dilarang melakukan sesuatu oleh orang yang lebih tua tanpa
diberikan penjelasan yang logis.
2. Perkembangan kognitif remaja, dalam pandangan Jean Piaget (seorang ahli
perkembangan kognitif) merupakan periode terakhir dan tertinggi dalam
tahap pertumbuhan operasi formal (period of formal operations). Pada
periode ini, idealnya para remaja sudah memiliki pola pikir sendiri dalam
usaha memecahkan masalah-masalah yang kompleks dan abstrak.
Kemampuan berpikir para remaja berkembang sedemikian rupa sehingga
mereka dengan mudah dapat membayangkan banyak alternatif pemecahan
masalah beserta kemungkinan akibat atau hasilnya. Kapasitas berpikir secara
logis dan abstrak mereka berkembang sehingga mereka mampu berpikir
multi-dimensi seperti ilmuwan.

3.  Para remaja tidak lagi menerima informasi apa adanya, tetapi mereka akan
memproses informasi itu serta mengadaptasikannya dengan pemikiran
mereka sendiri. Mereka juga mampu mengintegrasikan pengalaman masa
lalu dan sekarang untuk ditransformasikan menjadi konklusi, prediksi, dan
rencana untuk masa depan. Dengan kemampuan operasional formal ini, para
remaja mampu mengadaptasikan diri dengan lingkungan sekitar mereka.

4.  Emosi yang meluap-meluap. Emosi pada remaja masih labil, karena erat
hubungannya dengan keadaan hormon.

7
5.  Sosial Perkembangan

Sebagai makhluk sosial, individu dituntut untuk mampu mengatasi segala


permasalahan yang timbul sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungan sosial dan
mampu menampilkan diri sesuai dengan aturan atau norma yang berlaku.

1. Perkembangan Moral

Masa remaja adalah periode dimana seseorang mulai bertanya-tanya mengenai


berbagai fenomena yang terjadi di lingkungan sekitarnya sebagai dasar bagi
pembentukan nilai diri mereka.

1. Perkembangan Kepribadian

Secara umum penampilan sering diindentikkan dengan manifestasi dari


kepribadian seseorang, namun sebenarnya tidak. Karena apa yang tampil tidak
selalu mengambarkan pribadi yang sebenarnya (bukan aku yang sebenarnya).

1. Usia 16-19 tahun (pendidikan di SLTA).

Nana Syaodik menguraikan ada empat karakteristik anak sekolah menengah


sekaligus implementasinya dalam penyelenggaraan pendidikan.

Keempat karakteristik tersebut adalah :

1. Perkembangan fisik dan perilaku motorik.


2. Perkembangan bahasa dan perilaku kognitif.

Pada usia remaja tumbuh keinginan untuk mempelajari atau menggunakan bahasa
asing baik yang formal misalnya bahasa inggris, mandarin atau lainnya ataupun
bahasa non formal misalnya bahasa gaul atau bahasa sandi yang hanya dimengerti
oleh kelompoknya.

BAB 2
PERTUMBUHAN , PERKEMBANGAN DAN PERBEDAAN INDIVIDUAL
PESERTA DIDIK

A.  Pengertian Pertumbuhan


Pertumbuhan adalah perubahan secara fisiologis sebagai hasil dari proses
pematangan fungsi-fungsi fisik yang berlangsung secara normal pada anak yang
sehat pada waktu yang normal. Pertumbuhan dapat juga diartikan sebagai proses
transmisi dari konstitusi fisik (keadaan tubuh atau keadaan jasmaniah ) yang
herediter dalam bentuk proses aktif secara berkesinambungan. Jadi, pertumbuhan

8
berkaitan dengan perubahan kuantitatif yang menyangkut peningkatan ukuran dan
struktur biologis.

B.  Pengertian Perkembangan


Secara umum konsep perkembangan dikemukakan oleh Werner(1957) bahwa
perkembangan berjalan dengan prinsip orthogenetis, perkembangan berlangsung
dari keadaan global dan kurang berdiferensiasi sampai ke keadaan di mana
diferensiasi, artikulasi, dan integrasi meningkat secara bertahap. Proses diferensiasi
diartikan sebagai prinsip totalitas pada diri anak. Dari penghayata totalitas itu
lambant laun bagian- bagiannya akan menjadi semakin nyata dan bertambah jelas
dalam kerangka keseluruhan.

C.  Menurut Para Ahli


Pendapat para ahli biologi tentang arti pertumbuhan dan perkembangan
pernah dirangkumkan oleh Drs. H. M. Arifin, M. Ed. bahwa pertumbuhan diartikan
sebagai suatu penambahan dalam ukuran bentuk, berat atau ukuran dimensif tubuh
serta bagian-bagiannya. Sedangakn perkembangan menunjuk pada perubahan-
perubahan dalam bentuk bagian tubuh dan integrasi pelbagai bagiannya ke dalam
satu kesatuan fungsional bila pertumbuhan itu berlangsung. Intinya bahwa
pertumbuhan dapat diukur sedangkan perkembangan hanya dapat dilihat gejala-
gejalanya. Perkembangan dipersyarati adanya pertumbuhan.

D.  Perbedaan Pertumbuhan Dan Perkembangan


Tumbuh merupakan perubahan ukuran organisme karena bertambahnya sel-
sel dalam setiap tubuh organisme yang tidak bisa diukur oleh alat ukur atau bersifat
kuantitatif. Atau secara bahasanya perubahan ukuran organisme dari kecil menjadi
besar. Sedangkan, berkembang merupakan salah satu perubahan organisme ke arah
kedewasaan dan biasanya tidak bisa diukur oleh alat ukur atau bersifat kualitatif.

E.  Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan dan Perkembangan


Menurut Santrok (1992), banyak aspek yang dipengaruhi faktor genetik. Para
ahli genetik menaruh minat yang sangat besar untuk mengetahui dengan pasti
tentang variasi karakteristik yang dapat dipengaruhi oleh faktor genetik. Kecerdasan
dan temperamen merupakan aspek-aspek-yang paling banyak ditelaah yang dalam
perkembangannya dipengaruhi oleh keturunan.
a. Kecerdasan
Arthur Jensen (1969) mengemukakan pendapatnya bahwal kecerdasan itu

9
diwariskan (diturunkan). Ia juga mengemukakan bahwa lingkungan dan
budaya hanya mempunyai peranan minimal dalam kecerdasan.

b. Temperamen
Temperamen adalah gaya-perilaku karakteristik individu dalam merespons.
Ahli-ahli perkembangan sangat tertarik mengenai temperamen bayi.
Sebagian bayi sangat aktif menggerak-gerakkan tangan, kaki dan mulutnya
dengan keras, sebagian lagi lebih tenang, sebagian anak menjelajahi
lingkungannya dengan giat pada waktu yang lama dan sebagian lagi tidak
demikian.

F.  Fase-Fase Perkembangan


Setiap orang berkembang dengan karakteristik tersendiri. Hampir sepanjang
waktu perhatian kita tertuju pada keunikan masing-masing. Sebagai manusia, sctiap
orang melalui jalan-jalan yang umum. Setiap diri kita mulai belajar berjalan pada
usia satu tahun, berjalan pada usia dua tahun, tenggelam pada permainan fantasi
pada masa kanak-kanak dan belajar mandiri pada usia remaja.

Menurut Santrok dan Yussen (1992) perkembangan adalah pola gerakan atau
perubahan yang dimulai pada saat terjadi pembuahan dan berlangsung terus selama
siklus kehidupan. Dalam perkembangan terdapat pertumbuhan. Pola gerakan itu
kompleks karena merupakan hasil (produk) dari beberapa proses: proses biologis,
proses kognitif dan proses sosial.
Untuk memudahkan pemahaman tentang perkembangan maka dilakukan
pembagian berdasarkan waktu-waktu yang dilalui manusia dengan sebutan fase.
Santrok dan Yussen membaginya atas lima yaitu: fase pranatal (saat dalam
kandungan), fase bayi, fase kanak-kanak awal, fase anak akhir dan fase remaja.
Perkiraan waktu ditentukaii padn setiap fase tintuk memperoleh gambaran waktu
suatu fase itu dimulai dan berakhir.

BAB 3
IMPLIKASI PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN TERHADAPAT
PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN

Pengertian Pertumbuhan dan Perkembangan


Dalam kehidupan manusia terdapat dua proses kejiwaan yang terjadi, yaitu
pertumbuhan dan perkembangan. Pada umumnya, istilah pertumbuhan dan
perkembangan digunakan secara bergantian. Padahal, kedua proses ini berlangsung

10
secara interdependensi, artinya saling bergantung satu sama lain. Kedua proses itu
tidak dapat dipisahkan, tetapi dapat dibedakan untuk memperjelas penggunaannya.
Pertumbuhan berkaitan dengan perubahan fisik secara kuantitatif yang
menyangkut ukuran dan struktur biologis. Pertumbuhan adalah perubahan secara
fisiologis sebagai hasil proses pematangan fungsi dalam perjalanan waktu tertentu.
Pertumbuhan dapat pula diartikan sebagai proses transmisi dari konstitusi fisik
(keadaan tubuh atau keadaan jasmaniah) yang herediter dalam bentuk proses aktif
berkesinambungan.
Adapun istilah perkembangan adalah sebagai berikut. Menurut Warner
(1957), perkembangan sesuai dengan prinsip arthogenetis, yaitu perkembangan
berlangsung dari keadaan global dan kurang berdiferensiasi sampai pada keadaan
diferensiasi, artikulasi, dan integrasi meningkat secara bertahap. Proses diferensiasi
itu bersifat totalitas pada diri anak, bahwa bagian-bagian penghayatan totalitas itu
lambat laun semakin nyata dan bertambah jelas dalam kerangka keseluruhan.
Spiker (1966) mengemukakan dua macam pengertian yang harus
dihubungkkan dengan perkembangan.

1.        Ortogenetik
Yaitu hal-hal yang berhubungan dengan perkembangan sejak terbentuknya individu
baru sampai dewasa.

2.        Foligenetik
Yaitu perkembangan dari asal-usul manusia sampai sekarang ini. Perkembangan
perubahan fungsi sepanjang masa hidupnya menyebabkan perubahan tingkah laku
dan perubahan ini terjadi sejak permulaan adanya manusia. Jadi, perkembangan
orthogenetik mengarah pada suatu tujuan khusus sejalan dengan proses
perkembangan evolusi yang selalu mengarah pada kesempurnaan manusia.  
Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan yang kurang normal pada
organisme adalah sebagai berikut.
1.      Faktor sebelum lahir, seperti peristiwa kekurangan nutrisi pada ibu dan janin
(janin terkena virus, keracunan sewaktu bayi dalam kandungan), terkena infeksi
oleh bakteri siphilis, TBC, kolera, tifus, gondok, sakit gula, dan lain-lain.
2.      Faktor pada saat kelahiran, seperti pendarahan pada bagian kepala bayi yang
disebabkan tekanan dari dinding rahim ibu sewaktu ia dilahirkan dan efek susunan
syaraf pusat karena proses kelahiran bayi dilakukan dengan bantuan tang (tangver-
lossing).

11
3.      Faktor yang dialami bayi sesudah lahir, seperti pengalaman traumatik pada
kepala, kepala bagian dalam terluka karena kepala janin terpukul, atau mengalami
serangan sinar matahari (zonnestiek). Infeksi pada otak atau selaput otak, misalnya
penyakit cerebral meningitis, gabag, malaria tropika, dipteria, dan lain-lain.
4.      Faktor fisiologis, misalnya bayi atau anak yang ditinggal ibu, ayah atau kedua
orangtuanya cenderung akan mengalami gangguan fisiologis.

B.     Pertumbuhan Fisik Peserta Didik Usia Sekolah Menengah (Remaja)


1.      Faktor-faktor Penyebab Perubahan Fisik
Perubahan fisik adalah perubahan yang berlangsung secara fisik dan merupakan
gejala primer dalam pertumbuhan remaja. Perubahan ini meliputi perubahan
ukuran tubuh, perubahan proporsi tubuh, munculnya ciri-ciri kelamin primer dan
sekunder.
Penyebab perubahan fisik pada remaja adalah adanya dua kelenjar yang menjadi
aktif bekerja dalam sistem endoktrin. Kelenjar pituitari yang terletak di dasar otak
mengeluarkan dua macam hormon yang erat hubungannya dengan perubahan
masa remaja. Kedua hormon itu adalah hormon pertumbuhan yang menyebabkan
terjadinya perubahan ukuran tubuh dan hormon gonadotropik atau sering disebut
hormon yang merangsang gonad agar mulai aktif bekerja. Tidak berapa lama
sebelum saat remaja dimulai, kedua hormon ini sudah mulai diproduksi dan pada
saat remaja semakin banyak dihasilkan. Seluruh proses ini dikendalikan oleh
perubahan yang terjadi dalam kelenjar endokrin. Kelenjar ini diaktifkan oleh
rangsangan yang dilakukan kelenjar hypothalamus, yaitu kelenjar yang dikenal
sebagai kelenjar untuk merangsang pertumbuhan pada saat remaja dan terletak di
otak.

2.      Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan fisik


Selama masa remaja seluruh tubuh mengalami perubahan, baik dibagian luar
maupun bagian dalam tubuh, baik dalam struktur tubuh maupun dalam fungsinya.
Hampir semua perubahan mengikuti waktu yang dapat diperkirakan sebelumnya.
Apabila sistem endokrin berfungsi normal, ukuran tubuh akan normal pula.
Sebaliknya juga, kekurangan hormon pertumbuhan akan menyebabkan kerdil,
sedangkan kelebihan hormon pertumbuhan akan menyebabkan ukuran tubuh
terlalu besar sehingga tidak sesuai dengan anak sebayanya.

12
BAB 4
KONSEP EBUTUHAN DAN IMPILKASINYA TERHADAP PENYELENGGARAN
PENDIDIKAN

Konsep Kebutuhan Individu

Kebutuhan adalah segala sesuatu yang dibutuhkan manusia untuk


mempertahankan hidup serta untuk memperoleh kesejahteraan

Kebutuhan individu adalah kebutuhan yang dirasakan oleh seseorang dan


pemenuhannya dapat dilakukan secara individu. Misalnya petani membutuhkan
cangkul, siswa membutuhkan buku tulis dan pensil.

Setiap individu memiliki kebutuhan karena ia tumbuh dan berkembang untuk


mencapai kondisi fisik dan sosial psikologis yang lebih sempurna dalam
kehidupannya. Dengan adanya berbagai macam dorongan yang ingin di capai
manusia,semua itu mengakibatkan timbulnya kebutuhan yang harus dipenuhi
manusia.

Sebagai makhluk psiko-fisik, manusia sejak bayi sudah memiliki kebutuhan-


kebutuhan dasar yaitu kebutuhan fisik dan kebutuhan psikis. Kebutuhan sosial
psikologis seseorang akan semakin lebih banyak dibandingkan kebutuhan fisiknya
sejalan dengan usianya. Secara umum setiap manusia  membutuhkan cinta kasih,
penghargaan pribadi, pemenuhan kebutuhan fisik, pelatihan disiplin dan
kesempatan untuk mengembangkan berbagai aspek kehidupannya.

a.      Kebutuhan Manusia Berdasarkan Sifatnya

sebagai makhluk psiko-fisik manusia memiliki potensi kehidupan yang memiliki


dua manifestasi kebutuhan berdasarkan sifatnya:

1.      Kebutuhan Jasmani / Kebutuhan Fisik Kebutuhan jasmani adalah kebutuhan


yang berhubungan dengan badan lahiriah atau tubuh seseorang. Contohnya seperti

13
makanan, minuman, pakaian, sandal, pisau cukur, tidur, buang airkecil dan besar,
seks, dan lain sebagainya.

2.      Kebutuhan Rohani / Kebutuhan Mental, Kebutuhan rohani adalah kebutuhan


yang dibutuhkan seseorang untuk mendapatkan sesuatu bagi jiwanya secara
kejiwaan. Contohnya seperti mendengarkan musik, siraman rohani,
beribadahkepada Tuhan Yang Maha Esa, bersosialisasi, pendidikan, rekreasi,
hiburan, dan lain-lain.

b.      Kebutuhan Manusia Berdasarkan Tingkat Kepentingan / Prioritas)

1.      Kebutuhan Primer (kebutuhan pokok) Kebutuhan primer adalah kebutuhan


yang haus dipenuhi untuk mempertahankan kelangsungan hidup manusia, seperti :
dapat hidup sehat, makan, berpakaian, dan tempat tinggal. Kebutuhan primer ini
apabila tidak dipenuhi dapat menimbulkan dampak yang negatif.

2.      Kebutuhan Sekunder (Pelengkap) Kebutuhan sekunder adalah kebutuhan yang


pemenuhannya setelah kebutuhan primer terpenuhi. Contoh kebutuhan skunder
adalah kebutuhan akan radio, TV, atau sepeda motor bagi masyarakat
yangpendapatannya masih tergolong rendah.

2.      Kebutuhan Dasar Individu

c.       Kebutuhan dasar manusia menurut Lindgren

Suatu teori kebutuhan yang sifatnya mendasar yang dikembangkan oleh Lindgren
(1980). Arti mendasar disini pada umumnya setiap individu memiliki kebutuhan ini.
Lindgren mengklasifikasikan kebutuhan dasar individu menjadi 4 aspek, yaitu   :

1)      Kebutuhan Jasmaniah

Sesuai dengan perkembangan fisik anak yang bersifat individual, pada masa
tumbuh kembang tersebut, kebutuhan anak akan bervariasi misalnya seperti porsi
makanan dan minuman meningkat. Karena perkembangan tubuh dan juga
kognitifnya, anak membutuhkan makanan bergizi sehingga perkembangan fisik dan
intelektualnya tidak terhambat.

BAB 5
TUGAS-TUGAS PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK PADA USIA SEKOLAH
MENENGAH

14
A.    Tugas perkembangan peserta didik pada usia sekolah menengah
          Tugas-tugas perkembangan berkenaan dengan sikap,prilaku dan keterampilan
idealnya harus dikuasai dan diselesaikan sesuai dengan fase usia perkembangannya.
Tugas-tugas perkembangan individu bersumber pada faktor-faktor kematangan
fisik, tuntutan cultural kemasyarakatan, cita-cita, dan norma-norma agama.
1.      Tugas-Tugas Perkembangan
Tugas-Tugas Perkembangan dalam Masa Anak-Anak
1.    Tugas-tugas perkembangan dalam masa bayi dan kanak-kanak awal:
a.    Belajar berjalan.
b.    Belajar makan makanan padat.
c.    Belajar mengendalikan buang air kecil dan besar.
d.    Belajar membedakan jenis kelamin dan menghargainya.
e.    Memperoleh keseimbangan psikologis.
f.    Menyusun konsep-konsep sederhana tentang realita social dan realita pisik.
g.    Belajar menjalin hubungan secara emosional antara dirinya dengan orang tua,
saudara-saudara dan orang lain.
h.    Belajar membedakan antara hal yang benar dengan yang salah, dan
mengembangkan “hati nurani”.
      Tugas-tugas perkembangan dalam masa kanak-kanak akhir yaitu:
a.    Belajar tentang ketrampilan fisik yang diperlukan dalam permainan yang
ringan-ringan atau mudah.
b.    Membentuk sikap-sikap sehat terhadapn dirinya demi kepentingan
organismenya yang sedang tumbuh.
c.    Belajar untuk bergaul dan bermain bersama dengan teman seusia.
d.    Belajar menyesuaikan diri dengan keadaan dirinya sebagai wanita atau pria.
e.    Mengembangkan ketrampilan-ketrampilan dasar dalam membaca, menulis, dan
berhitung.
f.    Mengembangkan konsep-konsep yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari.
g.    Mengembangkan kata hati, moral, dan ukuran nilai-nilai.
h.    Mengembangkan sikap-sikap dalam memandang kelompok-kelompok social
dan lembaga masyarakat.

2. Tugas-Tugas Perkembangan dalam Masa Remaja


a.    Menerima keadaan fisiknya dan menerima peranannya sebagai pria atau wanita.
b.    Menjalin hubungan-hubungan baru dengan teman-teman sebaya baik sesama
jenis maupun lain jenis.

15
c.    Memperoleh kebebasan secara emosional dari orang tuanya dan orang-orang
dewasa lain.
d.    Memperoleh kepastiandalam hal kebebasan pengaturan ekonomis.
e.    Memilih dan mempersiapkan diri ke arah suatu pekerjaan atau jabatan.
f.    Mengembangkan keterampilan-keterampilan dan konsep-konsep intelektual
yang diperlukan dalam hidup sebagai warganegara yang terpuji.
g.    Menginginkan dan dapat berperilaku yang diperbolehkan oleh masyarakat.
h.    Mempersiapkan diri untuk pernikahan dan hidup berkeluarga.
i.    Menyusun nilai-nilai kata hati yang sesuai dengan gambaran dunia, yang
diperoleh dari ilmu pengetahuan yang memadai.
3. Tugas-Tugas Perkembangan dalam Masa Dewasa Awal
a.    Memilih teman bergaul (sebagai calon suami atau calon istri)
b.    Belajar hidup bersama dengan suami atau istri.
c.    Mulai hidup dalam keluarga.
d.    Belajar mengasuh anak-anak.
e.    Mengelola rumah tangga.
f.    Mulai bekerja dalam suatu jabatan.
g.    Mulai bertanggung jawab sebagai warganegara secara layak.
h.    Memperoleh kelompok social yang seirama dengan nilai-nilai pahamnya.
           Tugas-Tugas Perkembangan dalam Masa Dewasa Akhir
a.  Memperoleh tanggung jawab sebagai orang dewasa yang berkewarganegara dan
hidup bermasyarakat.
b.  Menetapkan dan memelihara suatu standar kehidupan ekonomi bagi kehidupan.
c.  Membantu anak-anak remajanya untuk menjadi orang dewasa yang bertanggung
jawab dan bahagia.
d.  Mengembangkan kegiatan-kegiatan pengisi waktu senggang yang sesuai dengan
orang dewasa.
e.  Menciptakan hubungan diri dengan suami atau istri sebagai pribadi.
f.  Menerima dan menyesuaikan diri sehubungan dengan adanya perubuhan-
perubahan pisiologis dalam masa dewasa akhir.
g.  Menyesuaikan diri dengan kehidupan orang tua yang sudah lanjut usia.
4. Tugas-Tugas Perkembangan dalam Masa Orang Tua
a.    Menyesuaikan diri pada keadaan berkurangnya kekuatan pisik dan kesehatan.
b.    Menyesuaikan diri dalam masa pension dan pendapatan yang berkurang.
c.    Menyesuaikan diri dalam keadaan meninggalnya suami atau istri.
d.    Menjalin hubungan yang rapat dengan teman-teman (kelompok) seusia.

16
e.    Memenuhi kewajiban-kewajiban sebagai warganegara berkewajiban dalam
hidup bermasyarakat.
f.    Menyusun keadaan hidup yang memuaskan dalam hal pisik.

BAB 6
KONSEP PENYESUAIAN DIRI PESERTA DIDIK USIA SEKOLAH MENENGAH

Konsep Penyesuaian Diri

Makna akhir dari hasil pendidikan seseorang individu terletak pada


sejauhmana hal yang telah dipelajari dpat membantunya dalam menyesuaikan diri
dengan kebutuhan-kebutuhan hidupnya dan pada tuntutan masyarakat. Sejak lahir
sampai meninggal seorang individu merupakan organisme yang aktif dengan
tujuan aktivitas yang berkesinambungan. Ia berusaha untuk memuaskan
kebutuhan-kebutuhan jasmaninya dan juga semua dorongan yang memberi peluang
kepadanya untuk berfungsi sebagai anggota kelompoknya, penyesuaian diri secara
harmonis, baik terhadap diri sendiri maupun terhadap lingkungannya.

1. Konsep Penyesuaian Diri

Penyesuaian dapat diartikan atau dideskripsikan sebagai adaptasi dapat


mempertahankan eksistensinya atau bisa survive dan memperoleh kesejahteraan
jasmaniah dan rohaniah, dan dapat mengadakan relasi yang memuaskan dengan
tuntutan sosial. Penyesuaian dapat juga diartikan sebagai konformitas, yang berarti
menyesuaikan sesuatu dengan standar atau prinsip. Penyesuaian sebagai
penguasaan, yaitu memiliki kemampuan untuk membuat rencana dan
mengorganisasi respons-respons sedemikian rupa, sehingga bisa mengatasi segala
macam konflik, kesulitan, dan frustrasi-frustrasi secara efisien.

Individu memiliki kemampuan menghadapi realitas hidup dengan cara yang


memenuhi syarat. Penyesuaian sebagai penguasaan dan kematangan emosional.
Kematangan emosional maksudnya ialah secara positif memiliki responss emosional
yang tepat pada setiap situasi. Disimpulkan bahwa penyesuaian adalah usaha
manusia untuk mencapai keharmonisan pada diri sendiri dan pada lingkungannya.

2. Proses Penyesuaian Diri

17
Penyesuaian diri adalah proses bagaimana individu mencapai keseimbangan
diri dalam memenuhi kebutuhan sesuai dengan lingkungan. Seperti kita ketahui
bahwa penyesuaian yang sempurna tidak pernah tercapai. Penyesuaian yang terjadi
jika manusia/individu selalu dalam keadaan seimbang antara dirnya dengan
lingkungannya dimana tidak ada lagi kebutuhan yang tidak terpenuhi, dan dimana
semua fungsi organisme/individu berjalan normal. Sekali lagi, bahwa penyesuaian
yang sempurna itu tidak pernah dapat dicapai. Karena itu penyesuaian diri lebih
bersifat sutau proses sepanjang hayat (lifelong process), dan tantangan hidup guna
mencapai pribadi yang sehat.

Respons penyesuaian, baik atau buruk, secara sederhana dapat dipandang


sebagai sutau upaya individu untuk mereduksi atau menjauhi ketegangan dan
untuk memelihara kondisi-kondisi keseimbangan sutau proses kearah hubungan
yang harmonis antara tuntutan internal dan tuntutan eksternal. Dalam proses
penyesuaian diri dapat saja muncul konflik, tekanan, dan frustasi dan individu
didorong meneliti berbagai kemungkinan perilaku untuk membebaskan diri dari
tegangan. Individu dikatakan berhasil dalam melakukan penyesuaian diri apabila ia
dapat memenuhi kebutuhannya dengan cara-cara yang wajar atau apabila dapat
diterima oleh lingkungan tanpa merugikan atau mengganggu lingkungannya.

3. Karakteristik Penyesuaian Diri

Tidak selamanya individu berhasil dalam melakukan penyesuaian diri, karen


kadang-kadang ada rintangan-rintangan tertentu yang menyebabkan tidak berhasil
melakukan penyesuaian diri. Rintangan-rintangan itu mungkin terdapat dalam
dirinya atau mungkin diluar dirinya. Dalam hubungannya dengan rintangan-
rintangan tersebut ada individu-individu yang dapat melakukan penyesuaian diri
secara positif, namun adapula individu-individu yang melakukan penyesuaian diri
yang salah. Berikut ini akan ditinjau karakteristik penyesuaian diri yang positif dan
penyesuaian diri yang salah.

1. Penyesuaian Diri secara Positif

Mereka yang tergolong mampu melakukan penyesuaian diri secara positif


ditandai hal-hal sebagai berikut :

1. Tidak menunjukkan adanya ketegangan emosional,


2. Tidak menunjukkan adanya mekanisme-mekanisme psikologis,

18
3. Tidak menunjukkan adanya frustasi pribadi,

4. Memiliki pertimbangan rasional dan pengarahan diri,

5. Mampu dalam belajar,

6. Menghargai pengalaman,

7. Bersikap realistik dan objektif.

Melakukan penyesuaian diri secara positif, individu akan melakukan dalam


berbagai bentuk, antara lain:

1. Penyesuaian dengan menghadapi masalah secara langsung,


2. Penyesuaian dengan melakukan eksplorasi (penjelajahan),

3. Penyesuaian dengan trial and error atau coba-coba,

4. Penyesuaian dengan substansi (mencari pengganti),

5. Penyesuaian diri dengan menggali kemampuan diri,

6. Penyesuaian dengan belajar,

7. Penyesuaian dengan inhibis dan pengendalian diri,

8. Penyesuaian dengan perencanaan yang cermat.

BAB 7
PERMASALAHAN DAN UPAYA PENANGANAN MASALH PENYESUAIAN
DIRI PESERTA DIDIK USIA SEKOLAH MENENGAH

A.    Masalah Dalam Proses Penyesuaian Diri


Pada dasarnya penyesuaian diri remaja sebagai peserta didik dijenjang sekolah
menengah mempunyai kekhususan tertentu yang berbeda dari fase perkembangan
sebelumnya, hal ini diakibatkan oleh adanya cirri khas perkembangan remaja yang
ditandai oleh berbagai perubahan fisik, psikologis, social dan moral, sesuai dengan
prinsip perkembangan yang diwarnai dengan adanya perbedaan individual dalam
berbagai aspek kepribadiannya. Faktor yang mempengaruhi perbedaan individu
sangat bervariasi seperti pola asuh dalam keluarga, latar belakang budaya, karakter,
temperamen dan sebagainya yang kesemuanya dapat muncul dalam manifestasi
penyesuaian diri yang berbeda.
Adapun karakteristik penyesuaian diri remaja dapat meliputi :

19
1)      Penyesuaian diri terhadap peran identitas remaja
Sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan yang terjadi pada aspek fisik
maupun psikis remaja sering mengalami krisis identitas diri. Remaja dihadapkan
pada fakta bahwa dirinya bukan lagi anak-anak tetapi juga belum sepenuhnya
dewasa, posisi ini mengakibatkan ia berjuang untuk mendapatkan pengakuan
dalam hal peran dan identitas.

2)      Penyesuaian diri remaja terhadap kegiatan belajar


Dalam hal ini remaja dituntut oleh kewajiban belajar melalui pendidikan formal.
Dalam kenyataannya dalam menempuh proses pendidikan disekolah dihadapkan
oleh berbagai situasi dan kondisi yang dapat mengganggu kelancaran proses
belajarnya, seperti cara guru mengajar, keterbatasan sarana dan prasarana belajar,
ketidak sukaan terhadap bidang studi dan sebagainya, yang menuntut kemampuan
penyesuaian diri remaja secara positif dan sehat

3)      Penyesuaian diri remaja terhadap kehidupan seksual


Kematangan fungsi seksual remaja mengakibatkan adanya perkembangan dorongan
seksual yang makin meningkat. Secara biologis membutuhkan penyaluran dorongan
naluriah. Hal ini berarti bahwa remaja dituntut untuk menyesuaikan penyaluran
dorongan seksualnya dalam batas-batas yang diterima oleh lingkungan dan
masyarakat, sehingga diharapkan terbebas dari kecemasan psikoseksual. Misalnya
dapat dilakukan melalui kegiatan olah raga, kesenian, mengikuti pembinaan moral,
dsb.

4)      Penyesuaian diri remaja terhadap norma-norma sosial


Masyarakat dalam kehidupannya mempunyai ukuran yang dijadikan sebagai
standar baik / buruk, benar / salah terhadap prilaku anggotanya yang berupa nilai-
nilai, norma hokum dan istiadat. Dalam penyesuaian dirinya terhadap norma sosial
mengarah pada dua dimensi yaitu pada satu dimensi remaja ingin diakui, oleh
karenanya ia harus mengidentifikasikan dan menginternalisasikan sistem nilai yang
berlaku dimasyarakat dan pada dimensi kedua, ada kecendrungan remaja ingin
bebas menciptakan system nilai sendiri yang dianggap cocok dengan dinamika
kehidupannya.

20
5)      Penyesuaian remaja terhadap penggunaan waktu luang, waktu luang,
Bagi remaja merupakan suatu kesempatan untuk memenuhi berbagai
kebutuhannya. Ada kecendrunga kebutuhan remaja dipenuhi dalam betuk
kebebasan melakukan berbagai aktivitas yang disukai tanpa mempertimbangkan
kemanfaatan dan pada sisi lain tidak dapat lepas dari berbagai tanggung jawab
sosial dan pribadi. Adanya perbedaan kepentingan ini akan mewarnaia cirri
penyesuaian diri remaja terhadap penggunaan waktu luang.

6)      Penyesuaian diri terhadap frustasi konflik dan kecemasan


Tidak semua kebutuhan dan keinginan remaja dapat terpenuhi akibatnya reaksi
yang muncul adalah frustasi, konflik dan kecemasan. Strategi yang digunakan
remaja untuk meredam gejala tersebut adalah mekanisme pertahanan ego,
kompensasi, rasionalisasi, proyeksi, sublimasi, identifikasi, regresi ataupun isolasi.
Cara – cara tersebut cenderung bersifat negative bagi perkembangan psikologis
remaja karena akan membentuk kepribadian yang tidak sehat,
B.     Masalah Penyesuaian Diri Disekolah

Berdasarkan karakteristik penyesuaian diri remaja dan berbagai sifat


komplektisitas kehidupan disekolah, ada beberapa masalah umum yang sering
timbul dalam proses penyesuaian diri remaja disekolah, antara lain yaitu :

1)      Masalah pemilihan program studi,


Disekolah lanjutan atas pemilihan program studi sering tergantung pada
kehendak orang tua pada satu pihak dan keputusan sekolah pada pihak lain tanpa
mempertimbangkan kemampuan, bakatdan minat siswa. Hal ini membuat siswa
tidak mempersiapkan diri untuk suatu program studi, akibatnya banyak siswa yang
merasa tidak mampu menyesuaikan diri dengan jurusan program studinya karena
tidak ada kecocokan akibatnya akan timbul melemahnya motivasi belajar, prestasi
belajar yang buruk bahkan akan menyebabkan kegagalan karena tidak naik kelas

2)      Masalah menemukan cara kebiasaan belajar yang baik,


Saratnya muatan kurikulum disekolah tidak jarang memberatkan siswa dalam
mengejar target yang telah digariskan oleh guru / sekolah yang merupakan
keharusan dalam mengantisipasi dan mengakomodasi kemajuan perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi. Dengan kelebihan dan keterbatasannya siswa
dituntut untuk menyesuaikan diri. Padahal tidak semua siswa mempunyai kapasitas

21
bakat dan intelektual yang sama, akibatnya banyak siswa yang mengalami kesulitan
belajar yang dapat dilihat dari rendahnya evaluasi belajar pada tingkat sekolah
maupun tingkat nasional.

3)      Masalah penyesuaian diri terhadap pergaulan sesama teman,


Beraneka ragam kepribadian siswa disekolah akan terlihat pada pola dan corak
prilaku mereka, hal ini menuntut kemampuan penyesuaian yang tinggi dari seorang
siswa. Sikap mengerti / memahami teman, dan toleransi merupakan sesuatu yang
sangat diperlukan, permasalahannya adalah bahwa siswa sekolah menengah masih
dalam taraf belajar untuk bersikap demikian, mereka masih terbawa sifat egois,
emosi yang belum stabil, masih ingin diperhatikan,dsb. Hal ini sering menimbulkan
kesalah pahaman sehingga sering terjadi perkelahian antar pelajar yang bersumber
pada solideritas yang membabi buta, fanatisme terhadap sekolah yang terlalu kuat
serta penilaian harga diri yang berlebihan.

4)      Masalah penyesuaian terhadap hubungan dengan guru,


Memasuki sekolah menengah akan berhadapan dengan kenyataan bahwa untuk
menempuh sejumlah bidang studi ia harus berhadapan dengan sejumlah karakter
kepribadian guru yang tidak sama. Hal ini mengharuskan siswa untuk
mengembangkan kemampuan penyesuaian diri dengan tuntutan, harapan, dan
corak kepribadian guru disekolah. Apabila tidak mampu akan menimbulkan
sumber konflik hubungan guru – siswa yang akan merugikan kepentingan siswa,
siswa akan benci. Kepada gurunya yang akan berpengaruh terhadap minat dari
bidang studi yang diajarkannya.

C.        KARAKTERISTIK MASALAH PESERTA DIDIK USIA SEKOLAH


MENENGAH (REMAJA)
Bagi sebagian besar orang yang sudah beranjak dewasa, bahkan melewati usia
dewasa, remaja adalah waktu yang paling berkesan dalam hidup mereka. Kenangan
saat remaja merupakan kenangan yang tidak mudah dilupakan, sebaik atau seburuk
apapun saat itu. Adapun bagi orangtua yang memiliki anak berusia remaja, mereka
merasakan bahwa usia remaja adalah waktu yang sulit. Banyak konflik yang
dihadapi oleh orangtua dan remaja itu sendiri. Banyak orangtua yang tetap
menganggap anak remajanya masih perlu dilindungi dengan ketat sebab di mata
mereka, ia masih belum siap menghadapi tantangan dunia orang dewasa.
Sebaliknya, bagi para remaja, tuntutan internal membawa mereka pada keinginan

22
untuk mencari jati diri yang mandiri dari pengaruh orangtua. Keduanya memiliki
kesamaan yang jelas: remaja adalah waktu yang kritis sebelum menghadapi hidup
sebagai orang dewasa.
Masa remaja merupakan sebuah periode dalam kehidupan manusia yang batasan
usia maupun peranannya sering tidak terlalu jelas. Pubertas yang dahulu dianngap
sebagai tanda awal keremajaan ternyata tidak lagi valid sebagai patokan atau
batasan untuk pengategorian remaja. Hal ini karena usia pubertas yang dahulu
terjadi pada akhir usia belasan (15-18), kini terjadi pada awal belasan, bahkan
sebelum usia 11 tahun. Seorang anak berusia 10 tahun mungkin saja sudah (atau
sedang) mengalami purbetas, namun tidak berarti ia sudah bisa dikatakan sebagai
remaja dan sudah siap menghadapi dunia orang dewasa. Ia belum siap menghadapi
dunia nyata orang dewasa meskipun di saat yang sama, ia juga bukan anak-anak
lagi. Berbeda dengan balita yang perkembangannya dengan jelas dapat diukur,
remaja hampir tidak memiliki pola perkembangan yang pasti.Untuk memahami
remaja, perlu dilihat berdasarkan dimensi-dimensi tersebut.

23
BAB III PEMBAHASAN/ANALISIS

3.2 Kelebihan dan kekurangan isi buku

3.2.1 Kelemahan
• Terkadang ada kata-kata yang menggunakan istilah yang sulit untuk dipahami.
Pengulangan informasi sering kali terjadi pada bab-bab berikutnya.
• Terkadang ada kata kata yang tidak bisa saya translate karena tidak ada dikamus
bahasa inggris atau npun digoogle translate.
• Terkadang ada kata-kata yang tidak berhubungan dengan kalimat yang ada
dibuku tersebut.

3.2.2 Kelebihan
• Penulis seakan-akan mengajak pembaca untuk ikut dalam keadaan yang
sebenarnya.
• Setiap bab penulis membuat satu kesimpulannya yang dapat dimengerti.
• Disetiap bab ada kata motivasi yang diciptakan oleh para ahli. Dan kita
termotivasi jika membacanya.
• Rumusan masalah dijelaskan dengan bagus,walaupun banyak kata yang susah
mengerti.

3.1 Perbandingan isi buku Psikologi Perkembangan Peserta Didik , Dra. Enung
Fatimah, M.M. dengan buku lain.

Judul : Sekolahnya Manusia


ISBN : 978-979-1284-28-8
Penerbit : Kaifa
Penulis : Munif Chatib
Halaman : 188 halaman

Banyak murid yang mengalami kebingungan dalam menerima pelajaran dan tidak
mampu mencerna materi yang diberikan. Tak jarang, justru mereka yang dituduh
“bermasalah”. Ternyata, kegagalan siswa mencerna informasi dari gurunya
disebabkan oleh ketidaksesuaian gaya mengajar guru dan gaya belajar siswa.
Padahal, apabila gaya mengajar guru sesuai dengan gaya belajar siswa, semua
pelajaran akan terasa sangat mudah dan menyenangkan.

Kritik :
• Terkadang ada kata-kata yang menggunakan istilah yang sulit untuk dipahami.

24
Pengulangan informasi sering kali terjadi pada bab-bab berikutnya.
• Isi buku memiliki banyak pengertian dari para-para pendapat.
• Penulis seakan-akan mengajak pembaca untuk ikut dalam keadaan yang
sebenarnya.
• Setiap bab penulis membuat satu kesimpulannya yang dapat dimengerti.

Judul : Orangtuanya Manusia


ISBN : 978-602-8994-85-9
Penerbit : Kaifa
Penulis : Munif Chatib
Halaman : 212 halaman

Lewat buku ringan dan praktis ini, Munif Chatib ingin membantu para orangtua
menyukseskan pendidikan anak-anaknya. Berdasarkan pengalamannya sebagai
praktisi pendidikan, baik mengajar langsung maupun menjadi konsultan, penulis
bestseller Sekolahnya Manusia dan Gurunya Manusia ini memberikan wawasan
baru yang mengubah paradigma orangtua bahwa setiap anak itu cerdas, setiap anak
berpotensi, setiap anak adalah bintang, dan tak ada “produk” yang gagal.

Dengan pemahaman tersebut, diharapkan orangtua dapat memberikan stimulus


dan lingkungan yang tepat sesuai bakat dan minat setiap anak. Dengan demikian,
putra-putri kita akan menjadi sumber daya manusia yang tak sekadar cerdas, tetapi
juga peduli terhadap lingkungannya dan menjadi seorang profesional.

Kritik :
• Pengertian dari setiap kata banyak yang dibuat berulang-ulang, dan
• pengertiannya itu banyak menggunakan kata-kata pemborosan.
• Menggunakan kata-kata yang sederhana untuk dimengerti di kalangan pelajar
maupun dikalangan mahasiswa.
• Di setiap akhir sub-bagian penulis selalu membuat latihan-latihan untuk
dipraktikan dalam kehidupan untuk menjadi pemimpin.
• Banyaknya kata-kata motivasi yang dibuat oleh penulis.
• Disetiap bagian penulis membuat inti sari dari tulisan tersebut.

25
Judul : Gurunya Manusia
ISBN : 978-602-8994-44-6
Penerbit : Kaifa
Penulis : Munif Chatib
Halaman : 256 halaman

“Saya membuat lesson plan, tapi pada saat mengajar, semua rencana mengajar jadi kacau
….”

“Semua siswa asyik sendiri, ribut, dan tidak memberikan perhatian. Saya merasa tidak
diterima oleh mereka.”
“Rasanya, pada pertemuan kemarin saya telah mengajar dengan baik. Namun, hari ini, saat
akan melanjutkan materi, mereka semua bilang, pelajaran yang kemarin lupa dan masih
belum paham.”

Inikah yang Anda alami? Kalau ya, sungguh sangat disayangkan. Padahal, menit-menit
pertama dalam proses belajar adalah waktu terpenting untuk satu jam pembelajaran
selanjutnya. Tahukah Anda bahwa hak mengajar itu ada di tangan siswa, bukan di tangan
guru? Apabila siswa rela memberikan hak mengajar tersebut kepada seorang guru, sang guru
pasti akan diterima oleh siswanya saat proses belajar berlangsung. Nah, guru harus “merebut”
hak mengajar itu. Guru harus proaktif untuk memperoleh hak tersebut. Bagaimana caranya?

Setelah berhasil dengan Sekolahnya Manusia, kembali Munif Chatib memaparkan konsep,
tips, dan contoh-contoh untuk menjadi Gurunya Manusia, seorang guru sejati, guru yang
dirindukan siswanya, guru profesional yang dapat menjalankan Sekolahnya Manusia.
Berdasarkan belasan tahun pengalamannya di bidang pendidikan, dengan mudah, jelas, dan
ringan, sang konsultan pendidikan dan manajemen

Kritik :
• Buku ini membahas lebih mendalam tentang Pembelajaran
• Buku ini sangat sulit saya bahas karena ada bahasa yang saya tidak di mengerti.
• Buku ini menggunakan kata kata yang sulit juga dimengerti karena ada kata-kata
yang tidak bisa saya cari dikamus bahasa inggris.
• Disetiap baba da rumusan masalah dan saya dapat cepat mengerti karena
pembahasan yang saya sangat mudah mengerti
• Buku ini membahas Sistem Pembelajaran dari akar-akar sampai ujung
pembahasan

26
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Tugas-tugas perkembangan remaja yang meliputi tugas kehidupan pribadi sebagai

individu, kehidupan pendidikan dan karier, serta kehidupan keluarga merupakan

langkah awal seorang remaja dalam melaksanakan kehidupan bermasyarakat agar

diterima sebagai individu yang mandiri dan mampu beradaptasi dengan berbagai

kondisi masyarakat yang sangat kompleks.

B. Saran-saran

Masa remaja adalah tindak lanjut dari masa kanak-kanak yang diawali dengan masa

perubahan yang sering disebut dengan masa pubertas. Di Masa inilah peserta didik

itu mulai gencar mencari tahu sesuatu yang menurut mereka masih asing dalam

kehidupan mereka. Di masa ini pula sebaiknya pengekangan-pengekangan yang

diterapkan di masa kanak-kanak hendaknya dikurangi. Karena biasanya anak-anak

pada masa ini mulai mengerti mengapa di waktu kecil mereka dilarang untuk

melakukan sesuatu yang bisa disebut tidak pantas.mereka akan mulai mengetehui

masalah-masalah yang ada dalam kehidupan. Disini orang tua berperan sebagai

penasihat sekaligus pengawas tingkah laku anak agar anak itu bisa mawas diri dan

juga tidak ceroboh dalam mengambil suatu keputusan.

27
DAFTAR PUSTAKA

Ali, Muhammad. Ansori, Muhammad (2006). Psikologi Remaja, Perkembangan


Peserta Didik. Jakarta : Bumi Aksara

Chatib, M. (2012). Orangtuanya Manusia, Melejitkan Potensi dan Kecerdasan

dengan Menghargai Fitrah Setiap Anak. Bandung : Penerbit Kaifa PT

Mizan Pustaka.

Chatib, M. (2010). Sekolahnya Manusia, Sekolah Berbasis Multiple Intelligences

di Indonesia. Bandung : Penerbit Kaifa PT Mizan Pustaka.

Chatib, M. (2011). Gurunya Manusia, Menjadikan Semua Anak Istimewa dan

Semua Anak Juara. Bandung : Penerbit Kaifa PT Mizan Pustaka.

Fatimah, Enung (2010) . Psikologi Perkembangan, Peserta Didik. Bandung : Pustaka

Setia

28

Anda mungkin juga menyukai