Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN OBSERVASI

PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK


SINTESIS, IDENTIFIKASI, DAN REAKSI DARI HALOGEN
Dosen pengampu : Aisyah Nurrahjanti, M.Si.

Kelompok 5 :

Amas Tasiya Putri 1197040012


Arif Rahman Hakim 1197040013
Eldina Nur Azhari 1197040023
Fadhillah Friscadanti 1197040029
Fitria Nurkholifah 1197040033

PROGRAM STUDI KIMIA


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG

TAHUN 2020
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. TUJUAN

1. Dapat mengidentifikasi beberapa unsur halogen yaitu Cl, Br, dan I.


2. Dapat membandingkan sifat-sifat dan reaksi dari beberapa unsur halogen yaitu Cl, Br, dan I.

1.2. TEORI DASAR

Halogen merupakan kelompok unsur kimia yang ada di golongan VII A, halogen terdiri
dari fluor (F), klor (Cl), brom (Br), yodium (I), dan astatin (At). Ahli kimia asal Swedia bernama
Baron Jons Jakob Berzelius mengistilahkan halogen dari kata hals yang artinya garam atau laut,
dan gignomai yang berarti membentuk. Sehingga halogen sendiri dapat diartikan sebagai unsur
yang membentuk garam. Tentu saja pernyataan Baron benar, karena halogen pada dasarnya akan
membentuk halogen apabila direaksikan denga logam (Putri, 2016).

Unsur halogen merupakan unsur yang sangat reaktif dan memiliki elektron valensi
valensi ns2 np5 sehingga hanya dibutuhkan satu elektron saja untuk membentuk konfigurasi
stabil seperti halnya konfigurasi gas mulia. Kereaktifan unsur halogen memungkinkan
terbentuknya berbagai senyawa seperti senyawa alkil halida (gugus alkil dan halogen), senyawa
oksihalogen (asam oksi dan halogen), senyawa ion (logam golongan IA dan IIA) dan senyawa
antar halogen (Chang, 2005).

Unsur-unsur halogen mudah dikenali dari bau juga warnanya. Halogen umumnya berbau
menyengat, terutama klorin dan bromin. Larutan halogen juga berwarna, misalnya larutan klorin
berwarna hijau muda, larutan Bromin berwarna coklat kemerahan, dan larutan Iodin berwarna
coklat. Dalam pelarut tak beroksigen, seperti Tetraklorida (CCl4) atau Kloroform, Iodin bisa
juga membentuk warna ungu.

Halogen memiliki energi ionisasi dan keelektronegatifan yang paling tinggi dari keluarga
unsur lain, dari golongan ini, fluor yang paling kuat ikatan elektronnya dan iod yang paling
lemah. Halogen memiliki energi ionisasi yang tinggi dan afinitas elektron yang bernilai positif
besar. Dapat dikatakan bahwa unsur-unsur ini akan mudah membentuk anion dengan jenis X-.
Halogen juga membentuk banyak senyawa molekul anatara sesama halogen (seperti ICl dan
BrF3) dan dengan unsur nonlogam dalam golongan yang lain (seperti NF3, PCl5, dan SF6).
(Watoni 2016)

Molekul halogen bersifat nonpolar, sehingga halogen akan lebih mudah larut dalam
pelarut nonpolar daripada dalam pelarut polar, contohnya larutan CCl4 Atau CCl3-CH3.Walau
demikian, unsur halogen juga bisa larut dalam air, dengan kondisi kelarutan halogen dalam air
akan berkurang dari atas kebawah dalam tabel periodik unsur. (Chang,2005)

Halida adalah senyawa biner dimana salah satu bagiannya adalah salah
satu atom halogen dan bagian lainnya adalah elemen lainnya atau radikal yang mempunyai
tingkat keelektronegatifan lebih kecil daripada atom halogen, untuk membentuk suatu senyawa
halogen fluorida, klorida, bromida, iodida atau astatin. Kebanyakan garam merupakan halida.
Semua logam pada elemen grup 1 akan membentuk halida yang berbentuk padatan putih dalam
suhu ruangan. Ion halida adalah suatu atom hidrogen yang mengikat muatan
negatif. Anion halida contohnya fluorida (F-), klorida (Cl-), bromida (Br-), iodida (I-) serta unsur
halogen yaitu astatin (At). Semua ion ini terdapat pada garam halida ion. (Keenan, 1984)

Suatu senyawa dari dua halogen disebut senyawa antarhalogen. Dalam suatu reaksi antara
dua halogen, unsur yang lebih elektonrgatif adalah zat pengoksidasinya dan diberi bilangan
oksidasi negatif dalam senyawa itu. Diagram emf untuk halogen, ion halida. Senyawa anorganik
penting dari halogen adalah salah satunya halida, asamokso halogen garamnya. Setiap unsur
halogen membentuk senyawa biner dengan hidrogen: HF, HCl, HBr dan HI. Semuanya
merupakan gas tidak berwarna dengan bau yang sangat tajam. Dimana hidrogen halida larut
dalam air menghasilkan larutan asam yang dinamakan asam hidrohalida. Hidrogen halide dapat
dibentuk langsung melalui penggabungan unsur-unsurnya. Fluorin dan hidrogen bereaksi secara
hebat. Reaksinya tidak memiliki nilai komersial yang penting sebab flourin normalnya dibuat
dari hidrogen fluorida. Klorin dibakar dalam hidrogen berlebih menghasilkan hidrogen klorida
yang digunakan dalam industri. (Keenan, 1984)

Menurut Cotton dan Wilkinson (1989, 375). Pembuatan halida anhidrat adalah sebagai
berikut:

1. Integrasi langsung unsur-unsur dengan halogen. Biasanya untuk kebanyakan unsur halogen
digunakan HF, HCl, HBr bias juga digunkan untuk logam-logam.
2. Dehidrasi dari halida terhidrat. Pelarut logam, oksida atau karbonat dalam larutan asam
halogen yang diikuti oleh penguapan atau pengkristalan memberikan halida terhidrat. Kadang –
kadang zat ini dapat didehidrasi dengan pemanasan dalam vakum, namun sering menjurus
kepada hasil tidak murni atau oksohalida.

3. Perlakuan oksida dengan senyawaan halogen lain.

4. Pertukaran halogen. Banyak halida bereaksi baik dengan halogen, asamnya atau halida yang
larut atau halida lain yang berlebih sedemikian hingga satu halogen ditukar oleh yang lain.
BAB II
METODE
2.1. ALAT DAN BAHAN

Alat

No Nama Alat Ukuran Jumlah


(buah)
1 Labu bundar 250 ml 2
2 Corong Silinder 250 ml 1
3 Corong 2
4 Erlenmeyer 1L 2
5 Cawan porselen 1

6 Statif 1

7 Delivery tube 1
8 Botol semprot 500 ml 1
9 Bunsen 2
10 Penjepit plastik 2
11 Kertas putih 1
12 Batang pengaduk Magnetic 1
13 Kompor elektrik 1
14 Alat penyaring “assistor” 1
15 Batang pengaduk 3
16 Bak plastik 1
17 Kertas saring 2
18 Kaca Arloji sedang 5
19 Pemanas Uap 1
20 Gelas kimia 250 ml 5
21 Gelas kimia 150 ml 3
22 Gelas ukur 50 ml 2
23 Gelas ukur 25 ml 1
24 Tabung reaksi kecil 20
25 Rak tabung reaksi 3
26 Penjepit tabung reaksi 1
27 Spatula 2
28 Pembakar Bunsen 1
29 Pipet tetes 4
30 Spatula 2
31 Kaca tekanan konstan 250 ml 1
equalised
32 Mantel pemanas 1

33 Pompa 1

34 Mangkuk besar 1

35 Ember 1

36 Corong pisah 1

37 Botol penyimpan (gelap) 1

Bahan

No Nama Bahan Konseentrasi Jumlah


1 Kalsium hipoklorit 52% secukupnya
2 HCl 200 ml
3 Alumunium foil 1 lembar
4 Natrium karbonat secukupnya
5 H2O2 29 % 114 ml
6 H2SO4 encer 70 ml
7 NaBr 10 g
8 Es batu Secukupnya
9 Kertas kanji iodida 2 buah
10 NaCl 15 g
11 Larutan NH3 50 ml
12 MnO2 serbuk 2g
13 Larutan KMNO4 100 ml
14 Larutan H2SO4 pekat 98% 50 ml
15 Larutan HNO3 50 ml
16 Larutan AgNO3 50 ml
17 K2Cr2O7 Serbuk 2g
18 Larutan NaOH 200 ml
19 Larutan CH3COOH 100 ml
20 Larutan Pb(CH3COO)2 100 ml
21 KI serbuk 27 g
22 H2O2 50% 10 ml
23 HCl pekat 37% 25 ml

24 NaI serbuk 10 g

25 Sikloheksana 20 ml

26 I2 serbuk 5g

2.2. PROSEDUR

2.2.1. Sintesis Gas-Gas Halogen

1. Gas Klorin

Pertama, alat dirangkai. Kemudian, dimasukkan kalsium hipoklorit 52%


secukupnya kedalam labu bundar lalu ditutup dengan delivery tube dan diberi penjepit
plastik. Kemudian, larutan HCl diukur sebanyak 100 ml kedalam gelas kimia 250 ml
kemudian dipindahkan dari gelas kimia ke dalam corong silinder 250 ml. lalu, delivery tube
diletakkan ke dalam erlenmeyer 1 L. Dituangkan tetes demi tetes HCl dalam silinder corong
ke labu bundar yang sudah berisi kalsium hipoklorit, lalu perubahan yang terjadi diamati.

Kertas putih disimpan pada bagian belakang erlenmeyer 1 L, kemudian, delivery


tube dikeluarkan pada erlenmeyer dan tutup erlenmeyer dengan kaca alroji. Kertas
alumunium foil disiapkan dan digulung hingga berbentuk seperti silinder, lalu dibakar
dengan nyala dari bunsen kemudian dimasukkan kedalam erlenmeyer. Kemudian, perubahan
yang terjadi diamati.

Kedua, menggunakan alat dan bahan yang sama seperti pada percobaan pertama.
Kemudian, Kertas putih disimpan pada bagian belakang erlenmeyer 1 L Kemudian, delivery
tube dikeluarkan pada erlenmeyer dan ditutup dengan kaca alroji. Kemudian, botol semprot
500 ml diisi dengan larutan natrium bikarbonat. Lalu larutan natrium karbonat cair
disemprotkan secukupnya kedalam erlenmeyer. Kemudian, perubahan yang terjadi diamati
2. Gas Bromin

Pertama, alat dirangkai. Kemudian, dimasukkan air sebanyak 100 ml dan asam
sulfat 94% sebanyak 70 ml ke dalam labu alas bulat dengan bantuan corong kaca. Lalu,
didiamkan beberapa saat hingga suhu larutan normal. Sambil menunggu, dimasukkan
hidrogen peroksida 29% sebanyak 114 ml ke dalam kaca tekanan konstan equalised 250 ml,
lalu ditutup dan dihubungkan kembali pada rangkaian.

Setelah suhu larutan pada labu alas bulat normal, dimasukkan natrium bromida
dengan bantuan corong. Apabila masih terdapat natrium bromida pada leher labu alas bulat,
dibilas menggunakan sedikit air. Kemudian diletakkan kembali pada mantel pemanas dan
dihubungkan kembali dengan rangkaian dan mantel pemanas dinyalakan.

Es dan air dimasukkan pada mangkuk yang berada di bawah labu ukur
penampung dan pada ember besar tempat pompa air. Pompa dinyalakan untuk mengalirkan
air es melalui kondensor. Kemudian, hidrogen peroksida ditambahkan sedikit demi sedikit ke
dalam labu alas bulat berisi asam sulfat dan air. Sambil menunggu bromin disuling,
dimasukkan asam sulfat sebanyak 30 ml ke dalam corong pisah dan kemudian dimasukkan
ke dalam frezeer. Setelah hidrogen peroksida habis, terlihat sisa-sisa gas pada alat-alat
rangkaian. Apabila sudah tidak terdapat bromin yang menetes, mantel pemanas dimatikan.
Rangkaian dilepaskan dan larutan pada labu penampung diambil.

Selanjutnya, larutan pada labu penampung dicuci dengan asam sulfat yang
sebelumnya dimasukkan ke dalam frezeer. Bromin dimasukkan ke dalam corong pisah berisi
asam sulfat. Kemudian, dikocok perlahan hingga larutan tercampur. Lalu, didiamkan
beberapa saat hingga bromin mengendap. Bromin dipindahkan ke dalam botol penyimpanan.

3. Gas Iodin

Disiapkan terlebih dahulu alat dan bahan yang dibutuhkan, yaitu 26,2 gram KI
didalam gelas kimia 200 ml, air sebanyak 50 ml, larutan HCl pekat 25 ml, dan 10 ml H 2O2.
Lalu dimasukan batang pengaduk magnetik kedalam gelas kimia berisi padatan KI dan
dipanaskan diatas kompor elektrik. Setelah dipanaskan hingga batang pengaduk berputar,
dimasukan 50 ml air untuk melarutkan KI hingga tercampur rata. Setelah itu, dimasukan 25
ml larutan HCl pekat kedalam gelas kimia. Saat larutan telah tercampur rata dimasukan 10
ml H202 hingga bereaksi sempurna.

Setelah larutan terbentuk kemudian disaring dengan menggunakan aspirator yang


telah disusun untuk membuat padatan Iodin. Pertama alat aspirator yang telah disusun
dinyalakan dan dimasukan larutan yang telah dibuat beserta endapannya kedalam tabung
diatas dan dibiarkan hingga tersaring, bisa sedikit ditambah dengan air agar tersaring
sempurna. Disiapkan bak plastik yang telah dilapisi kertas untuk menampung padatan Iodin.
Setelah endapan iodin tersaring sempurna, endapan dituangkan diatas bak plastik
lalu diratakan dan didiamkan selama beberapa menit untuk mengeringkan endapan. Setelah
kering endapan iodin dimasukan kedalam gelas kimia 50 ml dalam jumlah kecil dan ditutupi
atasnya dengan kaca arloji. Setelah itu endapan iodin dipanaskan dengan udara panas pada
bagian bawah gelas kimia agar terjadi penguapan dan terlihat adanya gas yang terbentuk.

2.2.2. Identifikasi Hasil Sintesis

1. Tes Pendahuluan dan Tes Konfirmasi Gas Klorin


a. Tes Pendahuluan

Dry Heating test

Dimasukan garam dalam jumlah kecil kedalam tabung reaksi dan kemudian
dipanaskan diatas pembakar bunsen hingga keluar uap. Kemudian batang pengaduk
dicelupkan kedalam larutan NH3 dan dekatkan batang pengaduk ke mulut tabung reaksi
agar bereaksi dengan uap dan perubahan yang terjadi diamati.

Tes KMnO4

Dimasukan garam dengan jumlah kecil ke dalam tabung reaksi, dan ditambahkan
beberapa tetes H2SO4 menggunakan pipet tetes. Kemudian campuran dipanaskan dan
ditambah kembalibeberapa tetes H2SO4. Setelah itu ditambahkan larutan KMnO4
kedalam tabung reaksi sebanyak 2 – 3 tetes dan diamati apa yang terjadi. Lalu tabung
reaksi digoyangkan dan diamati apa yang terjadi

Tes H2SO4

Dimasukan garam dalam jumlah kecil kedalam tabung reaksi dan ditambahkan
larutan H2SO4 pekat dalam jumlah kecil kedalam tabung reaksi dengan menggunakan
pipet. Setelah itu batang pengaduk dicelupkan dan didekatkan pada mulut tabung reaksi
dan diamati apa yang terjadi.

b. Tes Konfirmasi

Tes AgNO3

Dimasukkan garam yang telah dilarutkan kedalam tabung reaksi, dan


ditambahkan beberapa tetes HNO3 dengan menggunakan pipet tetes. Setelah itu
campuran dipanaskan diatas pembakar Bunsen dan kemudian didinginkan. Setelah
dingin, ditambahkan beberapa tetes larutan AgNO3 kedalam tabung reaksi dan diamati
reaksi yang terjadi

Tes MnO2
Dimasukan garam dalam jumlah kecil kedalam tabung reaksi dan dimasukan
MnO2 padat dalam jumlah kecil menggunakan spatula. Kemudian ditambahkan beberapa
tetes larutan H2SO4 pekat dengan menggunakan pipet tetes kedalam tabung reaksi lalu
dipanaskan diatas Bunsen dan diamati apa yang terjadi

Tes CrO2Cl2

Dimasukkan garam dalam jumlah kecil kedalam tabung reaksi dan ditambahkan
CrO2Cl2 padat kedalam tabung reaksi dalam jumlah kecil dengan menggunakan spatula.
Bahan kemudian dicampurkan dengan cara diaduk menggunakan batang pengaduk .
Setelah itu ditambahkan beberapa tetes larutan H2SO4 pekat dengan menggunakan pipet
tetes lalu campuran dibakar dengan Bunsen dan diamati apa yang terjadi. Kemudian
tabung reaksi ditutup dengan tabung reaksi lain untuk menampung uapnya. Lalu
tambahkan beberapa tetes NaOH kedalam tabung reaksi yang berisi uap campuran dan
selanjutnya ditambahkan beberapa tetes CH3COOH dan diamati apa yang terjadi.
Kemudian ditambahkan beberapa tetes Pb(CH3COO)2 dan diamati apa yang terjadi.

2. Tes Pendahuluan dan Tes Konfirmasi Gas Bromin


a. Tes Pendahuluan

Dry Heating test

Serbuk NaBr dimasukkan kedalam tabung reaksi dan dipanaskan di atas


pembakar bunsen, setelah terlihat perubahan, kertas kanji di dekatkan keatas mulut
tabung reaksi. Perubahan yang terjadi diamati.

Tes KMnO4

Sedikit serbuk NaBr diambil dan dimasukkan ke dalam tabung reaksi, kemudian,
ditambahkan secukupnya larutan H2SO4 encer kedalam tabung reaksi tadi. Tabung reaksi
tersebut dipanaskan hingga sampel tadi mendidih diatas pembakar bunsen. Setelah itu
ditambahkan kembali larutan H2SO4 encer sebanyak kurang lebih 5 tetes dan
ditambahkan pula larutan KMnO4 tetes demi tetes menggunakan pipet lain. Perubahan
yang terjadi diamati.

Tes H2SO4

Sedikit NaBr dituangkan kedalam tabung reaksi kemudian ditambahkan


secukupnya larutan H2SO4 pekat kedalamnya. Kemudian setelah larutan bereaksi, kertas
kanji iodida didekatkan keatas uap hasil reaksi. Perubahan yang terjadi diamati.

b. Tes Konfirmasi

Tes AgNO3
Menuangkan larutan KBr tak berwarna (aquos) kedalam tabung reaksi dan
mengasamkannya dengan menambahkan sedikit larutan HNO3 encer. Memanaskan
tabung reaksi tersebut diatas api Bunsen, kemudian setelah larutan mendidih tabung
reaksi didinginkan. Ditambahkan larutan perak nitrat menggunakan pipet lain.

Tes MnO2

Menambahkan serbuk KBr dan juga sedikit serbuk MnO2 kedalam tabung reaksi.
Kemudian kedua serbuk tadi direaksikan dengan menambah beberapa tetes larutan H2SO4
encer kedalam tabung reaksi. Setelah itu, tabung reaksi dipanaskan diatas pembakar
Bunsen.

Tes Air Klorin

Menambahkan sedikit serbuk KBr kedalam tabung reaksi dan mengasamkannya


dengan larutan HCl encer. Kemudian, menambahkan larutan siklokehsana kedalam
tabung tadi menggunakan pipet. Lalu menambahkan air klorin ke dalam tabung reaksi
tersebut menggunakan pipet lain. Isi tabung reaksi dikocok setelah itu didiamkan.

3. Tes Pendahuluan dan Tes Konfirmasi Gas Iodin


a. Tes Pendahuluan

Dry Heating test

Sejumlah NaI ditambahkan kedalam tabung reaksi kemudian dipanaskan di atas


pembakar Bunsen. Kemudian kertas kanji iodida didekatkan diatas mulut tabung reaksi.
Perubahan yang terjadi diamati.

Tes KMnO4

Sejumlah NaI ditambahkan dan sedikit larutan H2SO4 encer kedalam tabung
reaksi. Kemudian tabung reaksi dipanaskan hingga larutan mendidih, setelah itu
ditambahkan kembali larutan H2SO4 encer secukupnya beserta dengan larutan KMnO4
tetes demi tetes . Perubahan yang terjadi diamati.

Tes H2SO4

Sejumlah serbuk NaI ditambahkan kedalam tabung reaksi, kemudian ditambahkan


larutan H2SO4 pekat menggunakan pipet. Kemudian kertas kanji iodide didekatkan diatas
mulut tabung reaksi. Perubahan yang terjadi diamati.
b. Tes Konfirmasi

Tes AgNO3

Sejumlah serbuk NaI ditambahkan kedalam tabung reaksi kemudian larutan


tersebut diasamkan menggunakan HNO3 encer. Setelah itu tabung reaksi dipanaskan
diatas api bunsen hingga larutannya mendidih, lalu didinginkan. Setelah benar-benar
dingin, ditambahkan beberapa tetes larutan AgNO3 menggunakan pipet lain kedalam
tabung reaksi tadi. Perubahan yang terjadi diamati.

Tes MnO2

Sejumlah serbuk NaI dan sedikit serbuk MnO2 ditambahkan kedalam tabung
reaksi kemudian ditambahkan lagi beberapa tetes larutan H2SO4 pekat. tabung reaksi
dipanaskan diatas pembakar bunsen. Perubahan yang terjadi diamati.

Tes Air Klorin

Sejumlah serbuk NaI ditambahkan kedalam tabung reaksi kemudian larutan


tersebut diasamkan menggunakan larutan HCl encer. Lalu ditambahkan lagi sedikit
larutan sikloheksana serta air klorin menggunakan pipet yang berbeda. Tabung reaksi
dikocok dengan kuat dan didiamkan.

2.2.3. Reaksi Penggantian Halogen

Sebanyak 9 buah tabung reaksi disiapkan di rak tabung, kemudian dimasukkan masing-
masing sebanyak 1 ml larutan klorida ke dalam 3 tabung reaksi, 1 ml larutan bromida ke dalam 3
tabung reaksi, dan 1 ml larutan iodida ke dalam 3 tabung reaksi. Selanjutnya ke dalam 3 tabung
reaksi berisi larutan klorida, bromida dan iodida ditambahkan 1 ml larutan klorin, lalu diamati
perubahan nya. Setelah itu, ke dalam 3 tabung reaksi berisi larutan klorida, bromida dan iodida
ditambahkan 1 ml larutan bromin, lalu diamati perubahannya. Kemudian ke dalam ke dalam 3
tabung reaksi berisi larutan klorida, bromida dan iodida lainnya ditambahkan 1 ml larutan Iodin,
lalu diamati perubahannya. Setelah itu, semua ke dalam semua tabung reaksi ditambahkan 1 ml
sikloheksan, lalu dikocok, dan diamati perubahannya.

2.2.4. Reaksi Persenyawaan Halogen

1. Reaksi Halogen dengan Natrium


a. Klorida
Percobaan reaksi halogen dengan natrium dilakukan sebanyak tiga kali percobaan.
Halogen yang digunakan meliputi, klorin, iodin, dan bromin.

Percobaan yang pertama kali dilakukan adalah reaksi klorin dengan natrium.
Sebelum mereaksikan klorin dengan natrium, dibuat terlebih dahulu gas klorin dengan
cara menambahkan larutan HCl berwarna ungu ke dalam padatan KMnO4 berwarna hijau
tua. Setelah gas klorin terbentuk, ditambahkan padatan natrium berwarna putih ke
dalamnya. Perubahan yang terjadi diamati.

b. Bromin

Percobaan kedua dilakukan dengan cara mereaksikan bromin dengan natrium.


Larutan bromin yang berwarna merah keunguan dimasukkan ke dalam tabung reaksi.
Lalu, ditambahkan padatan natrium berwarna putih ke dalamnya. Perubahan yang terjadi
diamati.

c. Iodin
Percobaan ketiga dilakukan dengan cara mereaksikan iodin dengan natrium.
Natrium yang digunakan pada percobaan tiga ini berupa lelehan berwarna putih. Lalu
ditambahkan padatan iodin berwarna hijau tua ke dalamnya. Perubahan yang terjadi
diamati.

2. Reaksi Halogen dengan Nitrogen


a. Klorida
Reaksi klorin dengan hidrogen ini dilakukan dengan proses pembakaran. Pertama
kali dilakukan adalah alat-alat yang tersedia disiapkan, seperti tabung kuarsa yang
dipegang dengan penjepit tiga rahang pada dudukan kecil, juga lampu LED berwarna
ungu sebagai sinar ultraviolet. Reaksi ini dilakukan dengan cara memecah molekul klorin
agar menjadi atom klorin sehingga reaksi berantai radikal bebas dapat berlangsung. Lalu
jika semua sudah siap, tabung kuarsa ditutup dengan menggunakan gabus untuk
membuktikan apaka terbentuk gas didalamnya atau tidak.

b. Bromin
Disiapkan tabung besar untuk menyimpan bromin sementara sebelum direaksikan
dengan hidrogen. Bromin yang dimasukkan ke dalam tabung berwarna coklat
kekuningan. Sementara hidrogen tidak berwarna.

c. Iodin
Pada percobaan ini hampir sama dengan dengan percobaan sebelumnya, bedanya
pada percobaan ini iodin yang digunakan berupa padatan, sehingga iodin dapat langsung
ditaruh dalam wadah. Sementara untuk hidrogen direaksikan terlebih dahulu dengan api.
Lalu setelahnya direaksikan dengan iodin.
BAB III

HASIL DAN PENGAMATAN


3.1. Sintesis Gas-Gas Halogen

1. Gas Klorin

Gas klorin adalah salah satu gas yang beracun. Gas ini biasanya dipakai pada saat
perang untuk mematikan para prajurit, sehingga praktikan harus berhati-hati dalam
menggunakan gas klorin. Pada proses sintesis gas klorin, awalnya kalsium hipoklorit
(CaClO2) adalah zat yang berbentuk butiran halus berwarna kehijauan. Zat ini dimasukkan
kedalam labu bundar, sedangkan pada corong silinder diisi dengan HCl sebanyak 100 ml.
HCl adalah larutan asam kuat tidak berwarna dan memiliki bau menyengat. Keran pada
corong silinder perlahan agar larutan HCl keluar sedikit demi sedikit ke dalam labu bundar.
Persamaan reaksi yang terjadi pada CaClO2 dan HCl yaitu:

Ca(ClO)2 (aq) + 4 HCl (aq) → CaCl2 (s) + 2 H2O(aq) + 2 Cl2 (g)

Reaksi ini menghasilkan gas klorin yang ditandai dengan adanya uap gas
berwarna hijau terang yang tidak begitu banyak di dalam erlenmeyer. Ambil delivery tube
dari erlenmeter dan tutup menggunakan kaca alroji agar gas yang dihasilkan tidak keluar dari
dalam erlenmeyer karna gas ini bersifat racun.

Kemudian, bakar alumunium foil dengan bunsen sampai terbentuk gas dan
direaksikan dengan gas klorin dalam erlenmeyer. Terjadi perubahan pada gad di dalam
erlenmeyer, dimana terdapat asap yang tebal menutupi seluruh erlenmeyer. Hal ini
menandakan reaksi berjalan secara eksotermik, dimana reaksi menghasilkan panas. Setelah
percobaan selesai, disemprotkan natrium bikarbonat (NaHCO3) pada erlenmeyer guna
menetralisir gas klorin, dimana NaHCO3 mengubah gas klorin menjadi natriun klorida dan
natrium hipoklorit, persamaan reaksinya yaitu:

Na2CO3 (aq) + Cl2(g) + H2O(aq) → NaCl(aq) + ClO2 (g) + NaHCO3 (aq)

Dengan menghasilkan gas berwarna hijau dari gas klorin dan menjadi netral, adanya cairan
pada bagain bawah erlenmeyr berwarna hijau terang.

2. Gas Bromin

Bromin adalah cairan berwarna merah tua kehitaman yang bersifat korosif, namun
dalam bentuk gas bromin bersifat toksik. pada percobaan sintesis gas bromin, awalnya
campuran antara 100 ml air dan 70 ml asam sulfat (H2SO4) yang bersifat asam kuat dan
larutan tidak berwarna, larutan campuran yang dihasilkan berwarna kuning pudar dan suhu
menaik. Diamkan hingga suhu larutan normal, masukkan hidrogen peroksida (H2O2) 29%
sebanyak 114 ml ke dalam kaca tekanan konstan equalised 250 ml, larutan hidrogen
perokisda tidak memiliki warna. Setelah larutan asam sulfat tidak terlalu panas, larutan
ditambhakna KBr. Setelah itu labu diletakkan pada pemanas. Mulai terlihat gas berwarna
oranye yang merupakan hasil oksidasi dari bromida ke gas bromin. Hal ini menandakan
terjadinya reaksi:

KBr (s) + H2SO4 (aq) → KHSO4 (aq) + HBr (g)

Kemudian siapkan es dan air dimasukkan pada mangkuk yang berada dibawah
labu ukur penampung dan pada ember besar tempat pompa air. Pompa dinyalakan untuk
mengalirkan air es melalui kondensor, hidrogen peroksida ditambahkan sedikit demi sedikit
ke dalam labu alas bulat berisi asal sulfat dan air. Larutan pada labu alas bulat berwarna
merah padat yang pekat dan mulai terdapat uap/gas berwarna oranye pada rangkaian mulai
terdapat larutan pada labu penampu. Hal ini menandakan terjadinya reaksi:

2 HBr (g) + H2O2 (aq) → Br2 (aq) + 2H2O (aq)

Kemudian, tabung yang berisi asam sulfat (H2SO4) sebanyak 30 mL dalam


keadaan dingin dicampurkan dengan bromin yang telah terkumpul pada labu pengumpul.
Tujuan dari reaksi ini adalah untuk mengeringkan bromin agar dapat dimasukkan kedalam
botol penyimpanan. Tabung sedikit digoyang-goyangkan, terlihat asam sulfat mengambang
diatas cairan bromin, dan terlihat sedikit gelembung diatas permukaan campuran yang mana
adalah air. Air dan asam sulfat mengambang karena densitas dari bromin jauh lebih besar.
Dalam percobaan ini, praktikan dilarang menyentuh bromin dengan permukaan kulit, karena
akan mengakibatkan rasa panas terbakar.

3. Gas Iodin

Dalam sintesis gas iodine pertama dilakukan sintesis untuk memproduksi endapan
iodine atau iodine padat dengan cara mereaksi KI padat dengan HCl dalam keadaan
dipanaskan dan setelah tercampur kemudian dioksidasi dengan H2O2. Berikut persamaan
reaksi yang terjadi

KI(aq) + HCl(aq) → KCl(aq) + HI(aq)

Saat padatan KI dicampur dengan air dalam suhu ruang untuk dilarutkan, larutan
berwarna bening namun setelah dicampurkan dengan HCl, campuran tersebut berubah warna
menjadi bening kekuningan. Setelah tercampur rata lalu dioksidasi dengan H2O2 dan dapat
terlihat campuran langsung berubah warna menjadi hitam pekat, berikut persamaan reaksi
yang terjadi

HI(aq) + H2O2(aq) → I2(s) + H2O(g)


Campuran tersebut mengeluarkan uap gas berwarna ungu dan membuat campuran
mengalami sedikit kenaikan suhu. Setelah campuran didinginkan terbentuk endapan Iodine
berwarna hitam dibawah gelas kimia. Untuk membersihkan atau memisahkan endapan Iodine
dengan campuran, dilakukan penyaringan dengan alat penyaring aspirator yang telah disusun.
Saat endapan dimasukan kedalam aspirator bagian atas campuran langsung tersaring dari
endapan, dan ditambahkan sedikit air agar endapan tersaring sempurna dari campuran.

Endapan Iodine yang telah disaring dan dipisahkan keatas bak plastic yang
dilapisi kertas berwarna hitam pekat. Dan dapat terlihat saat endapan dikeringkan diatas
kertas, permukaan kertas berubah warna menjadi kuning. Ini menandakan bahwa endapan
Iodine menguap bila dibiarkan dalam suhu ruang. Setelah itu endapan dimasukan kedam
gelas kimia 50 ml dalam jumlah kecil sambil ditutupi dengan kaca arloji.

Saat endapan didalam gelas kimia dengan meenggunakan uap panas, endapan
kemudian menguap dengan cepat saat terjadi kenaikan suhu. Uap yang terlihat berwarna
ungu dan membentuk sedikit Kristal pada permukaan kaca arloji.

3.2. Identifikasi Hasil Sintesis

1. Tes Pendahuluan dan Tes Konfirmasi Gas Klorin


a. Tes Pendahuluan

Dry Heating test

Garam yang dimasukan kedalam tabung rakasi berwarna Kristal putih, namun
setelah dipanaskan datas Bunsen, garam menguap. Untuk melihat uap yang dihasilkan
didekatkan batang pengaduk yang telah dicelupkan larutan NH3. Dapat terlihat uap yang
keluar berwarna putih yang terbentuk yaitu uap NH4Cl. Hal ini menandakan adanya
reaksi yang terjadi antara NH3 gas dari klorida yang keluar dari tabung reaksi. Berikut
persamaan reaksi yang terjadi

NH3(aq) + HCl(aq) → NH4Cl(g)

Tes KMnO4

Garam bening didalam tabung raksi dicampurkan dengan larutan H2SO4 pekat
membuat larutan berwarna bening walaupun setelah dipanaskan. Setelah ditambah
larutan KMnO4 larutan tersebut berubah menjadi warna keunguan. Namun setelah
dikocok dan dicampurkan warna keunguan menghilang karena pembentukan Mn2SO4
dan pelepasan gas Cl2. Hilangnya warna keunguan tersebut terjadi akibat adanya
pembentukan Mn2SO4 yang memiliki sifat dekolorisasi, berikut persamaan kimia yang
terjadi
2KMnO4(aq) + 10NaCl(s) + 13H2SO4(aq) → K2SO4(aq) + 2MnSO4(aq) + 5Cl2(g) + 8H2O(l) +
10Na2SO4(aq)

Tes H2SO4

Garam bening dalam tabung reaksi bereaksi cepat dengan larutan H2SO4 pekat
dan munculnya gelembung gas yang terjadi menandakan adanya kenaikan suhu dan
pelepasan gas . Kemudian batang pengaduk yang telah dicelupkan larutan ammonia
bereaksi dengan uap campuran dan terlihat uap putih dalam jumlah banyak. Berikut
adalah persamaan reaksi yang terjadi.

NaCl(s) + H2SO4(aq) → NaHSO4(aq) + HCl(aq)

NH3(aq) + HCl(aq) → NH4Cl(g

b. Tes Konfirmasi

Tes AgNO3

Garam yang telah dilarutkan berekasi dengan larutan HNO3 dan dibakar
menghasilkan campuran berwarna bening. Namun setelah ditambahkan larutan AgNO3,
campuran berubah warna menjadi putih dan muncul endapan AgCl. Endapan putih yang
terjadi berasal dari kation Ag+ yang akan terbentuk apabila direaksikan dengan garam.
Berikut adalah persamaan kimia yang terjadi

NaCl(s) + AgNO3(aq) → AgCl(s) + NaNO3(aq)

Tes MnO2

Garam bening didalam tabung reaksi dicampurkan dengan MnO2 padat bubuk
berwarna hitam. Setelah ditambahkan larutan H2SO4 pekat dan kemudian dibakar,
larutan berubah warna menjadi warna kuning kehijauan dari munculnya gas Cl2

2NaCl(s) + MnO2(s) + 3H2SO4(aq) → 2NaHSO4(aq) + MnSO4(aq) + 2H2O(l) + Cl2(g)

Tes CrO2Cl2

Garam bening dicampurkan dengan K2Cr2O7 padat berwarna merah dan diaduk,
membuat padatan menjadi berwarna merah jingga. Reaksi yang terjadi adalah sebagai
berikut

4NaCl(s) + K2Cr2O7(s) + 3H2SO4(aq) → 2Na2SO4(aq) + K2SO4(aq) + 2CrO2Cl2(g) + 3H2O(l)

Kemudian setelah diberi beberapa tetes H2SO4 pekat dan dipanaskan, campuran menjadi
berwarna merah pekat dan terdapat uap CrO2Cl2 berwarna merah. Dan setelah uap
merah dipisahkan dari tabung raksi ke tabung reaksi baru uap tersebut masih berwarna
merah dan kemudian ditambahkan dengan beberapa tetes NaOH. NaOH yang awalnya
berwarna bening bereaksi dengan uap CrO2Cl2 membuat larutan NaOH menjadi
berwarna kuning dari campuran reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut

Na2CrO4. CrO2Cl2(g) + 4NaOH(aq) → Na2CrO4(aq) + 2H2O(l) + 2NaCl(aq)

Kemudian setelah ditambah sedikit CH3COOH dan Pb(CH3COO)2 larutan menjadi


berwarna kuning terang dan muncul endapan dari PbCrO4. Reaksi yang terjadi adalah
sebagai berikut

Na2CrO4(aq) + Pb(CH3COOH)2(aq) → PbCrO4(s) + 2CH3COONa(aq)

2. Tes Pendahuluan dan Tes Konfirmasi Gas Bromin


a. Tes Pendahuluan

Dry Heating test

Sebelum percobaan, serbuk NaBr berwarma putih berupa padatan dan kerta kanji
iodide juga berwarna putih. Setelah dipanaskan, bromide pada serbuk NaBr mengalami
dekomposisi termal akibat adanya pemanasan membentuk uap brom berwarna coklat
kemerahan. Uap brom ketika didekati ketras kanji iodia memberikan warna kuning jingga
pada kertas kanji. Adapun reaksi dari percobaan ini adalah 2NaBr = 2Na + Br2 dengan
peningkatan suhu pada hasil reaksinya.

Tes KMnO4

Sebelum percobaan, serbuk NaBr berwarna putih berupa padatan, larutan KMnO4
berwarna ungu pekat, dan larutan H2S04 encer tidak berwarna. Setelah percobaan
dilakukan, KMnO4 kehilangan warna setelah diteteskan kedalam larutan NaBr dan H2SO4
encer yang sudah dipanaskan, hal ini karena larutan tersebut melepaskan gas bromin yang
mempengaruhi perubahan warna mangan sulfat menjadi tidak berwarna. Adapun
reaksinya yaitu

2KMnO4(aq) + 13 H2SO4(aq) + 10 NaBr(s) → K2SO4(aq) + 2 MnSO4(aq) + 10 NaHSO4(aq)


+ 8H2O(l) + 5Br2(g)

Tes H2SO4

Sebelum bereaksi, NaBr merupakan padatan berwarna putih, sedangkan H2SO4


merupakan larutan tak berwarna. Ketika keduanya bereaksi, NaBr dan H2SO4
menghasilkan gas brom yang memberikan warna kuning-jingga pada kertas kanji iodida,
hal ini terjadi karena dalam NaBr terkandung anion yaitu Br – yang jika bereaksi dengan
asam akan menimbulkan warna cenderung kecoklatan hingga kuning terang. Adapun
reaksi dari percobaan ini yaitu
NaBr(s) + H2SO4(aq) → NaHSO4(aq) + HBr(g)

b. Tes Konfirmasi

Tes AgNO3

Sebelum direaksikan, larutan KBr berupa larutan tak kerwarna, larutan HNO3
merupakan larutan tak berwarna, serta larutan AgNO3 merupakan larutan tak berwarna.
Setelah direaksikan, nampak bahwa larutan berubah warna menjadi kuning muda (++)
akibat bereaksinya Bromida dengan AgNO3 membentuk endapan kuning muda. Endapan
muncul karena AgNO3 merupakan larutan yang akan mengendap apabila bereaksi,
biasanya endapan yang muncul berwarna putih, namun mungkin karena dalam praktikum
terjadi kelebihan reaksi, warna endapan berubah menjadi kuning muda (++). Adapun
reaksinya yaitu

KBr(aq) + AgNO3(aq) → KNO3(aq) + AgBr(s)

Tes MnO2

Sebelum direaksikan, KBr berupa padatan berwarna putih, KMnO2 berupa


padatan berwarna kehitaman, dan larutan H2SO4 encer merupakan larutan tak berwarna.
Pada saat proses reaksi, bromida bereaksi dengan MnO2 dan H2SO4 menghasilkan gas
brom berwarna coklat kekuningan. Disini perubahan warna terjadi karena adanya reaksi
brom dengan MnO2 yang dikatalis oleh asam sulfat dengan reaksi

2KBr(aq) + MnO2(s) + 3H2SO4(aq) → 2KHSO4(aq) + MnSO4(aq) + 2H2O(l) + Br2(g)

Tes Air Klorin

Sebelum pengamatan, KBr berupa padatan berwarna putih, larutan HCl encer
merupakan larutan tak berwarna, dan air klorin merupakan larutan tidak berwarna.
Setelah direaksikan, sikloheksana membentuk lapisan terpisah berwarna oranye di atas
larutan, sedangkan gas bromin dibebaskan dalam reaksi. Hal ini terjadi karena adanya
halogenasi atau reaksi kimia yang melibatkan penambahan satu atau lebih halogen pada
suatu senyawa. Halogenasi dalam percobaan ini terdiri dari brominasi (halogenasi yang
teradi pada brom) dan klorinasi (halogenasi yang terjadi pada klor). Brominasi paa reaksi
ini menyebabkan kemunculan gas bromin yang terlepas ke udara, sedangkan klorinasi
menyebabkan terbentuknya lapisan berwarna oranye diatas larutan hasil reaksi. Adapun
rumus reaksinya

KBr(aq) + HCl(aq) → KCl(aq) + HBr(g)


3. Tes Pendahuluan dan Tes Konfirmasi Gas Iodin
a. Tes Pendahuluan

Dry Heating test

Sebelum reaksi, NaI merupakan padatan tak berwarna dan kertas iodida berupa
kertas berwarna putih. Setelah terjadi pemanasan, iodida mengalami dekomposisi dan
melepaskan uap gas iodine berwarna ungu tua. kemudian iodine yang dibebaskan
bereaksi dengan kertas kanji iodida membentuk kompleks biru kehitaman yang
mengubah kertas kanji menjadi biru. Adapun reaksinya yaitu

2NaI(s) → 2Na(aq) + I2(g)

Tes KMnO4

Sebelum reaksi, NaI berupa padatan putih, larutan H2SO4 berupa larutan tak
berwarna, dan larutan KMnO4 berupa larutan berwarna ungu tua. Setelah direaksikan,
larutan KMnO4 menjadi tidak berwarna karena pembentukan mangan sulfat bersama
dengan gas iodine yang dilepaskan ke udara. Adapun reaksinya adalah

2KMnO4(aq) + 13 H2SO4(aq) + 10NaI(s) → K2SO4(aq) + 2MnSO4(aq) + 10NaHSO4(aq) +


8H2O(l) + 5I2(g)

Tes H2SO4

Sebelum percobaan, NaI berupa padatan berwarna putih, larutan H2SO4 pekat
berupa larutan tak berwarna, dan kertas kanji iodida berwarna putih. Saat percobaan,
Iodin bereaksi dengan asam sulfat pekat untuk membentuk uap iodin berwarna ungu tua
yang mengalami sublimasi membentuk sublimat hitam. iodin yang dibebaskan bereaksi
dengan kertas kanji membentuk kompleks biru kehitaman yang mengubah warna kertas
kanji menjadi biru.

2NaI(s) + H2SO4(aq) → 2NaHSO4(aq) + SO2(g) + I2(g) + 2H2O(l)

b. Tes Konfirmasi

Tes AgNO3

Sebelum reaksi, larutan NaI berupa larutan tak berwarna, larutan HNO3 berupa
larutan tak berwarna, dan larutan AgNO3 berupa larutan tak berwarna. Setelah reaksi,
larutan berubah warna menjadi kuning disertai endapan.Endapan muncul karena AgNO3
merupakan larutan yang akan mengendap apabila bereaksi, Iodida bereaksi dengan perak
nitrat untuk membentuk endapan kuning perak iodida. Adapun reaksi dari percobaan ini
adalah
NaI(s) + AgNO3(aq) → NaNO3(aq) + AgI(s)

Tes MnO2

Sebelum direaksikan, NaI berupa padatan berwarna putih, MnO2 berupa padatan
berwarna kehitaman, dan larutan H2SO4 pekat berupa laruta tak berwarna. Iodin
kemudian bereaksi dengan MnO2 yang dikatalis H2SO4 pekat menghasilkan uap iodin
dan larutan hasil berwarna ungu pekat (+++) perubahan warna terjadi karena adanya
pembebasan ion iod. Adapun reaksinya adalah

2NaI(s) + MnO2(s) + 3H2SO4(aq) → 2NaHSO4(aq) + MnSO4(aq) + 2H2O(l) + I2(g)

Tes Air Klorin

Awalnya Larutan NaI, larutan HCl encer, larutan sikloheksana, dan air klorin
berupa larutan tak berwarna. Setelah direaksikan, Sikloheksana membentuk lapisan
terpisah di atas larutan, iodine larut dalam sikloheksana dan memberikan warna ungu ke
lapisan sikloheksana. Hal ini terjadi karena adanya halogenasi atau reaksi kimia yang
melibatkan penambahan satu atau lebih halogen pada suatu senyawa. Halogenisasi disini
merupakan klorinasi (halogenasi yang terjadi pada klor) yang menyebabkan terjadinya
warna ungu dilapisan sikloheksana. Adapun reaksinya yaitu

2NaI(aq) + 2HCl(aq) → 2NaCl(aq) + I2(g)

3.3. Reaksi Penggantian Halogen

Larutan klorida, bromide, dan iodide pada awalnya jernih dan tidak berwarna, kemudian
setelah ditambahkan larutan klorin yang tidak berwarna, bromin yang tidak berwarna, dan iodin
yang berwarna kuning jernih, sehingga terjadi perubahan warna sebagai berikut :

Reaksi antara Larutan Klorida Larutan Bromida Larutan Iodida

Larutan Klorin Tidak terjadi perubahan Kuning jernih Merah jingga


warna
Kuning jernih Kuning jernih
Larutan Bromin Merah jingga

Larutan Iodin Kuning jernih (--) Kuning jernih (--) Kuning jernih (--)

Perubahan warna yang terjadi seperti table diatas dikarenakan adanya reaksi antara
molekul halide dan ion halogen, yaitu :

a. Reaksi larutan halida dengan larutan yang mengandung ion klorin :


- Cl-(aq) + Cl2(aq) → 2Cl-(aq) + Cl2(aq)
- 2Br-(aq) + Cl2(aq) → 2BrCl(aq)
- 2I-(aq) + Cl2(aq) → 2ICl(aq)
b. Reaksi larutan halida dengan larutan yang mengandung ion bromin :
- 2Cl-(aq) + Br2(aq) → 2BrCl(aq)
- Br-(aq) + Br2(aq) → 2Br-(aq) + Br2(aq)
- 2I-(aq) + Br2(aq) → 2IBr(aq)

c. Reaksi larutan halida dengan larutan yang mengandung ion iodin :


- Cl-(aq) + I2(aq) → 2BrCl(aq)
- 2Br-(aq) + I2(aq) → 2BrI(aq)
- I-(aq) + I2(aq) → 2I-(aq) + I2(aq)

Setelah semuanya bereaksi, ke dalam masing-masing larutan ditambahkan sikloheksan


yang jernih dan tidak berwarna, sebelum dikocok, larutan hasil reaksi sebelumnya dan
sikloheksan memiliki fasa yang berbeda, dengan sikloheksan berada di fasa atas, dan masing-
masingnya belum terjadi perubahan warna, setelah dikocok lalu dibiarkan, tetap terbentuk 2 fasa,
tetapi terjai perubahan warna pada masing-masing fasanya, seperti pada table dibawah

Larutan yang direaksikan Warna fasa atas Warna fasa bawah


dengan Sikloheksan

Klorin + Klorida Tidak berwarna Tidak berwarna

Klorin + Bromida Jingga Kuning(--)

Klorin + Iodida Merah (+) Jingga

Bromin + Klorida Jingga Tidak berwarna

Bromin + Bromida Jingga Kuning(--)

Bromin + Iodida Merah (+) Jingga

Iodin + Klorida Merah muda (+) Tidak berwarna

Iodin + Bromida Merah muda (+) Tidak berwarna

Iodin + Iodida Merah muda (-) Kuning (--)


3.4. Reaksi Persenyawaan Halogen

1. Reaksi Halogen dengan Natrium


a. Klorida
Larutan HCl yang digunakan berwarna ungu dan padatan KMnO4 berwarna hijau
tua. Setelah direaksikan, gas klorin terbentuk dan menghasilkan warna putih kemerahan,
sementara larutan yang terbentuk berwarna merah tua kehitaman. Kemudian, setelah gas
klorin direaksikan dengan natrium terjadi perubahan warna pada gas setelah dipanaskan,
menjadi berwarna putih. Adapun reaksinya adalah
2Na(aq) + Cl2(g) → 2NaCl(g)
Reaksi yang terjadi ketiga logam Na direaksikan dengan gas Klorin atau Cl2 maka reaksi
tersebut akan menghasilkan suatu zat baru dengan karakteristik berwarna putih yang
dapat larut dalam air. Setelah dianalisis zat tersebut merupakan suatu zat yang sering kita
temui khususnya di dapur yakni, garam dapur atau natrium klorida dengan rumus kimia
NaCl.

b. Bromin
Larutan bromin yang digunakan berwarna merah keunguan dan padatan natrium
berwarna putih. Larutan bromin ini mudah menguap dan beracun. Setelah natrium
ditambahkan ke dalam larutan bromin, reaksi tersebut menghasilkan gas berwarna coklat
keunguan, juga terdapat percikan-percikan api kecil di bawahnya. Hingga setelah
beberapa saat larutan tersebut meledak seperti kembang api berwarna putih keunguan,
namun gas yang terdapat di dalam tabung reaksi masih tetep berwarna coklat keunguan.
Reaksi yang terjadi adalah
2Na(aq) + Br2(aq) → 2NaBr(g)
Pada reaksi antara bromin dengan natrium ini menghasilkan padatan Kristal
berwarna putih. Setelah uap gas habis menguap yang tersisa hanyalah sebuah padatan
Kristal berwarna putih. Padatan ini hampir mirip dengan natrium klorida namun bukan
natrium klorida karena hanya bentuknya saja yang hampir mirip.

c. Iodin
Lelehan natrium yang digunakan berwarna putih dengan terdapat sedikit gas dari
lelehan tersebut. Pada saat ditambahkan padatan iodin berwarna hijau tua, terjadi
perubahan warna pada gas menjadi berwarna ungu tua. Terdapat percikan-percikan kecil
api di dalamnya pada saat dipanaskan. Kemudian setelah beberapa saat percikan tersebut
semakin besar dengan gas berwarna ungu tua. Lalu setelah beberapa menit gas tersebut
habis menguap, padatan yang masih tersisa berubah warna menjadi coklat kehitaman.
Reaksi yang terjadi yaitu
2Na(l) + I2(g) → 2NaI(s)
Reaksi ini terjadi ketika natrium direaksikan dengan iodin dan menghasilkan suatu
senyawa baru yang bernama natrium iodida. Natrium iodida yang dihasilkan ini padatan
berwarna putih hampir sama seperti natrium klorida dan natrium bromide, mengingat
komponen utama yang sama yaitu natrium

2. Reaksi Halogen dengan Nitrogen


a. Klorida
Molekul klorin pada saat sudah dipecah menjadi atom klorin tidak memiliki
warna apapun, baik itu hidrogen. Lalu pada saat gabus telah dipasangkan untuk menutup
tabung kuarsa, sama sekali tidak terjadi perubahan apapun. Hingga ketika sinar
ultraviolet dipancarkan ke dalam tabung kuarsa yang berisi klorin dan hidrogen, gabus
tersebut terdorong keluar, yang menandakan bahwa pada reaksi klorin dan hidrogen ini
menghasilkan gas berwarna putih.
H2(g) + Cl2(g) → 2HCl(g)
Pada saat molekul-molekul klorin yang sudah dipecah dimasukkan ke dalam
tabung reaksi yang berisi hidrogen atau udara lalu ditutup oleh gabus berukuran kecil
tekanan di dalam tabung semakin membesar. Tekanan bertambah besar ketika sinar
ultraviolet ditembakkan ke dalam tabung sehingga mampu membuat gabus tersebut
terdorong keluar.

b. Bromin
Sebelum direaksikan dengan bromin, hidrogen terlebih dahulu direaksikan dengan
api. Sehingga, dapat dikatakan pada percobaan ini juga terjadi reaksi pembakaran. Lalu
hidrogen yang telah direaksikan dengan api dimasukkan kedalam tabung berisi bromin,
saat itulah terjadi perubahan warna pada tabung, yang semula berwarna coklat
kekuningan menjadi tak berwarna juga api padam saat dimasukkan ke dalam tabung yang
artinya terdapat gas di dalamnya.
H2(g) + Br2(g) → 2HBr(g)
Reaksi yang terjadi antara hidrogen dengan bromin menghasilkan suatu senyawa
baru yang dinamakan hidrogen bromide. Hidrogen bromida ini terbentuk pada saat
hidrogen yang terlebih dahulu direaksikan dengan api kemudian direaksikan dengan
bromin yang bersifat korosif sehingga pada saat hidorgen dimasukkan, larutan bromin
langsung terbakar dan menghasilkan gas di dalam tabung.

c. Iodin
Iodin sebelum direaksikan dengan hidrogen berwarna ungu pekat. Pada saat
hidrogen yang sudah direaksikan dengan api dipancarkan pada iodin, reaksi tersebut
menghasilkan gas berwarna ungu, namun sinar api yang berwarna kuning berubah
menjadi bersinar putih seperti cahaya.
H2(g) + I2(g) → 2HI(g)
Hal yang sama terjadi pada reaksi yang terjadi antara iodin dengan hidrogen.
Reaksi ini dapat disebut juga reaksi nyala dimana warna yang dihasilkan dari reaksi nyala
ini akan dihasilkan ketika suatu senyawa dipanaskan lalu akan terurai menjadi suatu
unsur-unsur dengan penyusunnya dalam wujud gas atau uap. Gas dan uap inilah yang
menjadi bukti reaksi tersebut.
BAB IV

KESIMPULAN

Dari observasi yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa observan dapat
mengetahui cara untuk melakukan identifikasi terhadap beberapa unsur halogen yaitu Cl. Br, I,
yang meliputi uji pendahuluan dan uji konfirmasi. Uji pendahuluan terdiri dari uji pemanasan
kering, uji KMnO4, dan uji H2SO4. Sedangkan uji konfirmasi terdiri dari uji AgNO3, uji MnO2,
dan Uji CrO2Cl2 atau uji air klorin.

Selain itu, observan juga dapat mengetahui reaksi penggantian daripada beberapa unsur
halogen yaitu Cl, Br, dan I baik dengan mereaksikan dengan senyawa halide ataupun senyawa
alkane yaitu sikloheksana, serta nitrogen dan natrium.
DAFTAR PUSTAKA
Chang, R. (2005). Kimia Dasar (Konsep-Konsep Inti) Jilid 1. Erlangga.

Chang, R. (2005). Kimia Dasar Jilid 2. Erlangga.

Putri, D. (2016). Buku Pintar Kimia. Jakarta Selatan: Bintang Wahyu.

Watoni, A. H. (2016). Kimia Kelas XII. Erlangga.

Keenan, Charles. General College Chemistry, terj. Hadyana. Ilmu Kimia Untuk
Universitas (Jakarta: Erlangga, 1984) hal: 233.

Cotton. Dan Wilkinson, Kimia Anorganik Dasar, terj. Sahati Suharto, Basic Inorganic
Chemistry (Jakarta: UI-Press. 1989) hal : 375.

Anda mungkin juga menyukai