Anda di halaman 1dari 12

MINI BOOK

MK. PENDIDIKAN SEUMUR HIDUP

PRODI S1 PENMAS-FIP

Skor Nilai :

PERKEMBANGAN PENDIDIKAN SEUMUR HIDUP DINEGARA INDUSTRI DAN


NEGARA BERKEMBANG

DISUSUN OLEH : VIII

Ewi Darman Ndraha 1202171002

Pebri Yeni Pasaribu 1203371006

Lawrence Nathanael 1202471016

REGULER A PENMAS 2020

PENDIDIKAN MASYARAKAT

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2021
BAB VIII

PERKEMBANGAN PENDIDIKAN SEUMUR HIDUP DINEGARA INDUSTRI DAN


NEGARA BERKEMBANG

A. PENDAHULUAN

Manusia pada hakikatnya selalu tumbuh dan berkembang, manusia selalu berusaha untuk
mendapatkan yang terbaik dalam hidupnya terlebih dalam meningkatkan kualiatas hidupnya.
Secara tidak langsung manusia dituntut untuk belajar tanpa henti. Dengan belajar berarti
mereka sudah melakukan proses pendidikan. Pendidikan adalah hidup, hidup adalah
pendidikan dalam arti pendidikan tidak terlepas dalam hidup dan hidup butuh pendidikan
guna menjadikan manusia yang berdaya guna dan berhasil guna dan mempertahankan
eksistensi dan mampu mengembangkan kelesetarian hidupnya. Hal ini berarti bahwa setiap
manusia yang ada didunia baik dinegara berkembang dan dinegara industri diharapkan
supaya selalu berkembang sepanjang hidup terlebih dalam meningkatkan perkembangan
kualitas hidupnya dengan belajar sepanjang hayat.

Makna pendidikan secara sederhana diartikan usaha sadar manusia dalam membina
dirinya sesuai dengan nilai dan norma yang diharapkan dalam masyarakat dan berbudaya.
Maka Transformasi diri ini seharusnya terus terjadi sepanjang hayat, asalkan ia tidak berhenti
belajar, asal ia tetap menyadari keberadaanya yang bersifat present continous, on going
process atau on becoming. Tanpa belajar jelas akan kesulitan dalam memenuhi pola hidupnya
yang terus berubah diera global ini, keharusan untuk belajar seumur hidup sudah disepakati
oleh pakar pendidikan dan telah berlangsung sejak lama. Implementasi pendidikan seumur
hidup dapat berlangsung didalam lingkungan rumah tangga, sekolah dan masyarakat. Karena
itu, pendidikan sepanjang hayat sudah seharusnya tanggung jawab bersama yang harus
dilaksanakan baik antara keluarga,sekolah dan pemerintah.
A. PENDIDIKAN SEUMUR HIDUP

Mengenal pengertian pendidikan seumur hidup , banyak ahli yang memuat pengertian
pendidikan seumur hidup yang tidak jauh berbeda setiap pendapatnya, yang memiliki tujuan
dan makna yang sama. Pada hakikatnya proses pendidikan terjadi setiap hari dalam hidup
maka disinilah kita tahu pentingnya pendidikan itu untuk didapatkan dan diaplikasikan dalam
kehidupan sehari-hari sebab hidup tidak terlepas dari pendidikan, pendidikan adalah bagian
dari hidup.

Pendidikan seumur hidup menurut noor syam (1998:123),adalah sebuah konsep


pendidikan yang menjelaskan tentang semua peristiwa kegiatan belajar mengajar dalam
proses pembinaan kepribadian yang berlangsung secara berkesinambungan (kontinyu) dalam
keseluruhan kehidupan manusia. pendapat ini dalam arti , pendidikan tidak hanya didapat
pada bangku sekolah atau pendidikan formal tapi dapat diperoleh dari pendidikan non formal.
Azas pendidikan seumur hidup itu merumuskan suatu azas bahwa proses pendidikan
merupakan suatu proses kontinyu, yang bermula sejak seseorang dilahirkan hingga
meninggal dunia. Proses pendidikan ini mencakup bentuk-bentuk belajar secara informal,
nonformal, maupun formal baik yang berlangsung dalam keluarga, disekolah, dalam
pekerjaan dan dalam kehidupan masyarakat. Jalur pendidikan luar sekolah meliputi
pendidikan nonformal dan informal. Pendidikan luar sekolah diselengarakan bagi masyarakat
yang membutuhkan layanan pendidikan yang berfungsi sebagai pengganti, penambah,
ataupun pelengkap pendidikan formal dalam kegiatan mendukung proses pendidikan
sepanjang hayat.

Menurut zahara idris (1981:58) pendidikan nonformal berfungsi untuk mengembalikan


kemampuan atau potensi peserta didik dengan menekan pada penguasaan pengetahuan dan
keterampilan fungsional serta mengembangkan sikap kepribadian hidup. Pendidikan non
formal meliputi pendidikan kecakapan hidup, pendidikan anak usia dini,pendidikan
kepemudaan,pendidikan pemberdayaan perempuan, pendidikan keaksaraan, pendidikan
keterampilan dan pelatihan kerja.
Pendidikan seumur hidup merupakan keharusan yang telah disepakati para pakar
pendidikan di dunia ini adanya pendidikan seumur hidup akan memotivasi setiap orang dalam
mengembangkan dan mempertahankan diri serta eksistensi.
Menurut konsep pendidikan pendidikan sepanjang hayat apabila sebagian besar
masyarakat suatu bangsa masih banyak yang butuh huruf, maka upaya pemberantasan buta
huruf dikalangan orang dewasa mendapat prioritas dalam sistem pendidikan sepanjang
hayat.“ Transformasi diri ini seharusnya terus terjadi sepanjang hayat, asalkan ia tidak
berhenti belajar, asal ia tetap menyadari keberadaanya yang bersifat present continous, on
going process atau on becoming. Persoalannya adalah sebagian besar manusia tidak
mendisplinkan dirinya untuk tetap belajar tanpa henti. Sebagaian besar manusia belajar
setelah merasa dewasa. Penyebab klasik ini secara umum yang menyebabkan kebodohan
bersifat sosial dan mental .

Pentingnya pendidikan seumur hidup juga tak lepas dari kehidupan kita mulai dari
keluarga, sekolah, maupun di lingkungan masyarakat. Dalam tumbuh berkembangnya
seorang anak yang sejak lahir sudah dikodratkan untuk belajar akan pendidikan, yaitu
didalam keluarga. Keluarga adalah sarana pendidikan pertama kita untuk tumbuh dan
berkembang dalam kehidupan, bagaimana seorang ibu mengajarkan kita untuk bisa berbicara
mulai ketika kita balita dan mengajarkan kita berjalan mulai dari merangkak sampai kita bisa
berdiri tegak dan bisa berlari kencang, itulah sebuah pengorbanan seorang ibu tak terkecuali
dengan ayah yang selalu mengajarkan kita agar berwatak dan berkepribadian yang baik.
Sarana pendidikan pertama yaitu keluarga sangatlah penting untuk membentuk kepribadian
kita sejak lahir dan tumbuh berkembang menjadi individu yang baik dan berkualitas, dan
tanpa kasih sayang pendidikan dari sebuah keluarga kita bukan apa-apa kita tidak mengerti
bagaimana cara berbicara, berjalan, berpakaian, makan, minum dan lainnya untuk menjalani
hidup di dunia ini. Dengan adanya pendidikan seumur hidup pada hakikatnya ditujuankan
agar manusia mampu mengembangan kelesetarian hidupnya.
B.Perkembangan Pendidikan Seumur Hidup Di Negera Industri(Negara Maju)

Negara finlandia merupakan negara yang memiliki sistem pendidikan terbaik di dunia. 
Angka kelulusan sekolah menengah atas (SMA) di negara Finlandia adalah sebesar 93%.

Angka tersebut lebih tinggi daripada angka kelulusan SMA di negara Canada, yaitu sebesar
78%, dan angka kelulusan di negara Amerika Serikat 75%. Sebanyak 2 dari 3 pelajar di
negara Finlandia pasti akan berkuliah, dan angka ini merupakan angka tertinggi di Eropa.

Pelajar negara Finlandia mendapatkan nilai tertinggi dibandingkan negara lainnya untuk
PISA (Programme for International Student Assessment) tahun 2006. Bahkan persentasi
angkanya berbanding sangat jauh jika dengan angka yang didapatkan di negara lainnya.

Sebagai orangtua yang peduli, memilih pendidikan terbaik untuk anak memang sangatlah
penting. Sering kali para orangtua yang peduli kebingungan memilih sekolah terbaik untuk
anaknya.Negara Finlandia, sebagai negara dengan sistem pendidikannya terbaik dunia,
memiliki beberapa cara yang berbeda dari sistem-sistem pendidikan di negara lain.

Berikut beberapa perbedaannya:

 -Rasio guru dan siswa di negara Finlandia adalah 1 : 12, dibandingkan di kota New
York yaitu 1 : 24. Bagaimana di negara Indonesia?
 Tidak ada kelas khusus/percepatan/akselerasi di Finlandia.
 Tes standardisasi, seperti UAS, dan UAN, di Finlandia hanya terjadi 1 kali, yakni
ketika mereka berusia 15 tahun.
 Oleh negara Finlandia, guru atau pengajar diakui sebagai komponen yang sangat
penting dalam pendidikan. Hal ini ditandai dengan:
-Pendidikan seorang guru minimal S2 (Master Degree).
-Seorang sarjana pendidikan yang telah menempuh S2  tidak semuanya bisa mengajar.
Hanya 10% dan memiliki kompeten saja yang bisa mengajar.
-Pendapatan pengajar di negara Finlandia setara dengan dokter ataupun pengacara.
 Biarkan Anak cukup bermain:
-Anak negara Finlandia baru mulai bersekolah formal saat mereka berusia 7 tahun.
-Waktu istirahat di Finlandia saat bersekolah adalah 75 menit. Coba bandingkan
dengan di negara Amerika Serikat hanya 27 menit. Sangat jauh, bukan?
-Anak negara Finlandia jarang sekali memiliki pekerjaan rumah
Di negara Finlandia, tempat penitipan anak dan taman kanak-kanak dianggap penting sebagai
tempat awal bagus untuk mengembangkan keterampilan kerja sama dan komunikasi untuk
mempersiapkan pendidikan seumur hidup bagi seorang anak. 

Selain itu, persiapan pembelajaran formal seperti membaca juga berhitung sangat penting --
yang mana di negara Finlandia baru dimulai pada usia tujuh tahun, agar tidak mengganggu
masa kecil mereka.  

Pendidikan yang awal adalah tahap pertama pendidikan yang merupakan tahap paling penting
dari siklus dan konsep belajar seumur hidup. Penelitian neurologis telah menunjukkan bahwa
90% pertumbuhan sebuah otak terjadi selama lima tahun pertama kehidupan, dan 85% dari
jalur sarafnya berkembang sebelum memulai sekolah.

Pendidikan pada usia dini merupakan usaha kerja sama yang baik antara orangtua dan sarana
pendidikan untuk mempersiapkan anak-anak secara fisik (makan dengan benar, menjaga
kebersihan) dan menjaga mental (komunikasi, kesadaran sosial, empati, dan refleksi diri)
sebelum memulai belajar lebih formal pada usia tujuh tahun. 

Poin utama adalah bahwa sebelum usia tujuh tahun, metode belajar anak yang terbaik adalah
melalui bermain, sehingga pada saat mereka akhirnya sampai ke sekolah formal yang
sebenarnya, mereka akan tertarik untuk memulai belajar.

 Di negara Finlandia, semua profesi dihargai setara oleh negara finlandia. Oleh karena itu,
pilihan profesi apa pun tetap menjamin kesejahteraan hidup warga negara finlandia .
Pendidikan di negara Finlandia membebaskan siswa-siswinya untuk memilih mata pelajaran
sesuai dengan minat dan bakat atau jalur pendidikan tertentu yang sesuai dengan pilihan
profesi mereka kelak. Pilihan apapun itu dari siswa-siswi tidak akan mengundang stigma.
Berbeda dengan di negara Indonesia manakala seorang siswa yang memilih kelas IPS dan
Bahasa, atau bersekolah di SMK dicap bodohdan tolol. Menjadi yang terampil dan mandiri
sebagai tenaga pelayanan perorangan (kecantikan, PRT, catering, pembersih, olahraga) pun
dipandang bernilai di negara finlandia itu.  

Filosofinya bahwa semua siswa berhak atas kehidupan yang sanagt baik dan setara itu
diterapkan pada banyak segi sistem pendidikan di negara Finlandia. Anak-anak yang tinggal
di negara Finlandia berkesempatan mengakses pendidikan tanpa memandang status ekonomi
keluarga. Transportasi disediakan gratis jika apabila jarak sekolah dari rumah lebih dari 5 km.
Tak hanya persoalan akses pendidikan, fasilitas dan proses belajar mendukung kesetaraan itu.
Tidak ada perbedaan yang mencolok pada fasilitas tiap sekolah di negara Finlandia. Makan
siang disediakan sekolah dengan nutrisi yang sangat terjamin.

Siswa-siswi disana hanya menghabiskan waktu kurang dari 30 jam seminggu di sekolah.
Setiap 45 menit belajar, mereka di beri beristirahat. Aktivitas fisik di luar ruangan pun sangat
didorong. Siswa-siswi di negara Finlandia biasanya menguasai tiga bahasa: Bahasa Inggris,
Finnish, dan Bahasa ibu/ Eropa lainnya. Tidak ada ranking untuk nilai para siswa. Jika
seorang anak mengalami kesulitan belajar, ia akan mendapatkan kelas tambahannya.

Siswa-siswi dengan bakat yang menonjol dapat mengikuti kelas-kelas yang sesuai, misalnya
kelas musik, kelas olahraga, tanpa mengurangi penguasaan materi umumnya. Kelas-kelas
yang agama minoritas pun diselenggarakan, tak terkecuali pada agama Islam. Kelas
pekerjaan rumah tangganya diajarkan di pendidikan menengah tanpa memandang perbedaan
gender siswa sebab masyarakatnya meyakini bahwa pekerjaan rumah tangga harus dilakukan
semua orang!

Tak hanya soal kesetaraan, budaya jujur dan bertanggungjawab yang ditanamkan di sekolah-
sekolah di negara Finlandia merupakan miniatur budaya masyarakat. Misalnya, pada
perlengkapan alat tulis dan alat bantu pembelajaran lain yang disediakan dengan bebas di
sekolah tanpa pengawasan yang ketat

Tapi pencurian seperti itu tak terjadi. Penulis buku, Ratih D. Adiputri mengalami sendiri hal
itu ketika ia tanpa sengaja meninggalkan barang di suatu tempat, dan dengan mudah ia
menemukan kembali di tempat semula. Ada banyak magang profesi di pelbagai institusi saat
menempuh sekolah menengah di negara Finlandia memberi kesempatan kepada siswa-siswi
untuk bertanggungjawab secara professional dan mencicipi pengalaman kerja pada profesi
yang akan ia jalani kelak.

Badan Nasional Pendidikan negara Finlandia mengatur beragam dimensi proses pendidikan,
alih-alih struktur, termasuk mengelola kurikulum nasional berbasis riset. Penerapan
kurikulumnya baru dilakukan secara bertahap dan selama bertahun-tahun. Ujian nasionalnya
hanya dilakukan pada akhir tahapan sekolah menengah umum maupun kejuruan. Hasil
ujiannya juga tidak digunakan untuk menghukum sekolah-sekolah, tetapi memberikannya
bantuan yang diperlukan. Pada akhir masa sekolah, para siswa/siswi akan menguasai delapan
kompetensi kunci (di dalamnya termasuk keterampilan digital dan kompetensi sosial/sipil)
juga tujuh keterampilan transversal (Adiputri, 2019:44).

Lebih dari itu, hak mendapatkan pendidikan di negara Finlandia pun tak berhenti di tahapan
perguruan tinggi, melainkan sepanjang hidupt! Motto pendidikan negara Finlandia adalah
"pembelajaran seumur hidup" (Adiputri, 2019:9). Jadi, setiap orang di negara finlandia selalu
mendapatkan kesempatan berubah karir atau meningkatkan mutu diri selama masa hidupnya.

Gambaran tersebut berbeda jauh dengan sistem pendidikan dan keadaan sosiokultural di
negara Indonesia. Di negeri kita yang tercinta, siswa-siswi nya yang berhasil melalui
pendidkan dasar hingga tinggi dengan sukses adalah mereka yang memiliki banyak beragam
privilege. Lahir di keluarga yang mampu, bertempat tinggal di kota-kota dengan berfasilitas
lengkap, berangkat sekolah dengan perutnya kenyang dan menaiki transportasi pribadi yang
memadai. Juga, mampu dengan membiayai kelas-kelas tambahan untuk pengembangan
akademik maupun bakat dan keterampilan mereka. Tak sedikit dari mereka yang orangtua-
orangtua nya kaya menyekolahkan putra-putrinya di sekolah-sekolah swasta maupun
program-program internasional yang ada di perguruan tinggi. Semua itu demi putra/putrinya
memenangkan kompetisi baik saat menempuh di dunia pendidikan maupun di dunia kerja.  

Sementara itu, jauh lebih banyak siswa-siswi di negara Indonesia tidak memiliki semua
privilege tersebut. Mutu guru dan fasilitas pada setiap sekolah di negara indonesia, terutama
di kawasan yang urban dan pedesaan timpang.  Belum lagi budaya memfavoritkan institusi-
institusi pendidikan negeri tertentu masih sulit dikikis. Sebab, jejaring alumni yang sudah
terbentuk di institusi-institusi itu menjadi salah satu faktor yang mendukung kesuksesan karir
masa depan. Sekolah-sekolahnya dengan alumni sukses berpeluang mendapatkan banyak
bantuan pendanaan lebih dari alumninya.

Tingkatan-tingkatan dan keterbelahan sosial di negara Indonesia tercipta dan terpelihara


melalui perbedaan mutu, orientasi dan gaya pendidikan di setiap sekolah dan sebuah wilayah.
Eksklusivitas dalam proses pendidikan itu membuat siswa-siswi negara Indonesia merasa
asing dengan orang-orang yang ada di luar lingkungannya meski masih di negeri kita sendiri.
Budaya yang menghargai perbedaan, memelihara kejujuran dan bertanggungjawab yang
ditanamkan di sekolah sangat sulit mendapatkan penguatan di luar sekolah manakala
masyarakatnya yang di kehidupan sehari-hari menunjukkan hal sebaliknya.
Buku karangan Ratih D. Adiputri terbitan KPG itu tergolong yang buku langka. Ceritanya
tentang kualitas pendidikan di negara Finlandia banyak ditulis oleh orang-orang asing. Salah
satunya adalah buku terjemahan penerbit Grasindo "Mengajar Seperti Finlandia: 33 Strategi
Sederhana untuk Kelas yang Menyenangkan", karangan Timothy D. Walker (2017).
Timothy, guru migran dari Amerika Serikat yang bercerita tentang metode pembelajaran di
dalam kelas-kelas di negara Finlandia dan ia membandingkan dengan pengalaman
mengajarnya di negara asalnya. Sementara, buku karya Ratih ditulis dari perspektif asli
sebagai orang Indonesia yang bertempat tinggal dan membesarkan putra-putrinya di negara
Finlandia. Oleh karena itu, selama masa penyesuaian diri, pengalaman Ratih terkait
pendidikan di negara Indonesia kerap berseberangan dengan praktek pendidikan di negara
Finlandia.

Buku ini hadir ketika kita mulai semakin resah dengan mutu pendidikan di negara Indonesia
yang seakan jalan di tempat dan sementara perubahan teknologi informasi dan komunikasi
semakin melesat. Buku ini membuka mata lebih lebar bahwa masalah pendidikan di negara
Indonesia yang rupanya tak hanya berpusat di pendidikan itu sendiri, melainkan masyarakat
luas!

D.Perkembangan Pendidikan Seumur Hidup Di Negera Berkembang

Implikasi konsep pendidikan seumur hidup yang bisa kita lihat pada negara
berkembang dapat ditinjau pada program-program pendidikan seperti yang dikemukakan oleh
w.p. Guruge, penerapan asas pendidikan seumur hidup pada isi program dalam masyarakat
mengandung kemungkinan yang luas dan variatif. Secara garis besar dikelompokkan dalam
enam kategori, yaitu :

Pendidikan baca tulis fungsional program ini menekankan pada masalah buta huruf
yang masih banyak terjadi di negara-negara berkembang. Karena dengan „melek‟ huruf
fungsional pengetahuan baru dapat diperoleh melalui bacaan. Maka realisasi baca tulis
fungsional harus memuat dua hal, yaitu:

a. Pemberian kecakapan membaca,menulis dan menghitung yang fungsional bagi


anak didik.
b. Penyediaan bahan-bahan bacaan yang diperlukan untuk mengembangkan
kecakapan itu.

Pendidikan vokasional program pendidikan yang bersifat remedial untuk menjadikan


tenaga kerja produktif adalah penting, namun yang tak kalah penting adalah pendidikan
vokasional. Karena kemajuan teknologi dan luasnya industrialisasi menuntut pendidikan
vokasional secara terus-menerus.

Pendidikan profesioanal realisasi dari pendidikan seumur hidup adalah terciptanya


built-in mechanism yang memungkinkan golongan profesional selalu mengikuti perubahan
dan kemajuan dalam metode, perlengkapan, teknologi, dan sikap profesionalnya.

Pendidikan kearah perubahan danpembangunanmemasuki era millenium ketiga


seperti sekarang ini kemajuan sains dan teknologi yang semakin pesat mengandung
konsekuensi program pendidikan yang terus-menerus bagi anggota masyarakat dari berbagai
golongan usia.

Pendidikan kewarganegaran dan kedewasaanpolitikpada negara demokrasi apalagi


seperti indonesia di alam reformasi saat ini menuntut setiap warga negara, para pemimpin
untuk lebih dewasa dalam berpolitik. Maka program pendidikan seumur hidup merupakan
bagian penting dari itu semua.

Pendidikan kultural dan pengisisan waktuluangpemahaman dan penghargaan terhadap


nilai budaya sendiri dapat memperkaya wawasan seseorang. Sehingga pemberian pendidikan
kultural dan pengisian waktu luang secara kultural dan konstruktif adalah bagian penting dari
pendidikan seumurhidup.
DAFTAR PUSTAKA
(Sumber : Arifin, M. (1995). Kapita Selekta Pendidikan; Islam dan Umum Cet. III;
Jakarta: Bumi Aksara
Dewan Redaksi. (1994). Ensiklopedi Islam, Ensiklopedi Islam. Cet. III; Jakarta: PT. Ichtiar
Van Hoeve

Faisal, Sanapiah. (1981). Pendidikan Luar Sekolah. Surabaya: Usaha Nasional

(2009). Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada

Huda, Nurul dkk. (1984). Pedoman Majelis Ta’lim. Jakarta: Proyek Penerangan Bimbingan
Dakwah Khotbah Agama Islam Pusat

Idris, Zahara. (1981). Dasar Dasar Kependidikan. Padang: Angkasa Raya

Maksum, Ali. Luluk Yunan Ruhendi. (2004). Paradigma Pendidikan Universal di Era
Modern dan Pots Modern, Mencari Visi Baru atas Realitas Baru Pendidikan Kita.
Yogyakarta: IRCiSod

Mudyahardjo, Redja. (2003). Pengantar Pendidikan, Jakarta: Raja Grafindo Persada

Ahmadi, Abu dan Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta, 2001.

Hasan, Fuad. Dasar-dasar Kependidikan. Jakarta: Bumi Aksara. 1991.

Rahman, Abdul. Dasar-dasar Pendidikan, Semarang: Walisongo Press, 2009.

Munir, Muhammad Mursa, Kapita Selekta Pendidikan, Yogyakarta: Yayasan Pendidikan

Paramita, 1999.

Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Kalam Mulia., 2002.

Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang SISDIKNAS, Citra Umbara. Bandung. 2003.

Anda mungkin juga menyukai