PRODI S1 PENMAS-FIP
Skor Nilai :
PENDIDIKAN MASYARAKAT
2021
BAB VIII
A. PENDAHULUAN
Manusia pada hakikatnya selalu tumbuh dan berkembang, manusia selalu berusaha untuk
mendapatkan yang terbaik dalam hidupnya terlebih dalam meningkatkan kualiatas hidupnya.
Secara tidak langsung manusia dituntut untuk belajar tanpa henti. Dengan belajar berarti
mereka sudah melakukan proses pendidikan. Pendidikan adalah hidup, hidup adalah
pendidikan dalam arti pendidikan tidak terlepas dalam hidup dan hidup butuh pendidikan
guna menjadikan manusia yang berdaya guna dan berhasil guna dan mempertahankan
eksistensi dan mampu mengembangkan kelesetarian hidupnya. Hal ini berarti bahwa setiap
manusia yang ada didunia baik dinegara berkembang dan dinegara industri diharapkan
supaya selalu berkembang sepanjang hidup terlebih dalam meningkatkan perkembangan
kualitas hidupnya dengan belajar sepanjang hayat.
Makna pendidikan secara sederhana diartikan usaha sadar manusia dalam membina
dirinya sesuai dengan nilai dan norma yang diharapkan dalam masyarakat dan berbudaya.
Maka Transformasi diri ini seharusnya terus terjadi sepanjang hayat, asalkan ia tidak berhenti
belajar, asal ia tetap menyadari keberadaanya yang bersifat present continous, on going
process atau on becoming. Tanpa belajar jelas akan kesulitan dalam memenuhi pola hidupnya
yang terus berubah diera global ini, keharusan untuk belajar seumur hidup sudah disepakati
oleh pakar pendidikan dan telah berlangsung sejak lama. Implementasi pendidikan seumur
hidup dapat berlangsung didalam lingkungan rumah tangga, sekolah dan masyarakat. Karena
itu, pendidikan sepanjang hayat sudah seharusnya tanggung jawab bersama yang harus
dilaksanakan baik antara keluarga,sekolah dan pemerintah.
A. PENDIDIKAN SEUMUR HIDUP
Mengenal pengertian pendidikan seumur hidup , banyak ahli yang memuat pengertian
pendidikan seumur hidup yang tidak jauh berbeda setiap pendapatnya, yang memiliki tujuan
dan makna yang sama. Pada hakikatnya proses pendidikan terjadi setiap hari dalam hidup
maka disinilah kita tahu pentingnya pendidikan itu untuk didapatkan dan diaplikasikan dalam
kehidupan sehari-hari sebab hidup tidak terlepas dari pendidikan, pendidikan adalah bagian
dari hidup.
Pentingnya pendidikan seumur hidup juga tak lepas dari kehidupan kita mulai dari
keluarga, sekolah, maupun di lingkungan masyarakat. Dalam tumbuh berkembangnya
seorang anak yang sejak lahir sudah dikodratkan untuk belajar akan pendidikan, yaitu
didalam keluarga. Keluarga adalah sarana pendidikan pertama kita untuk tumbuh dan
berkembang dalam kehidupan, bagaimana seorang ibu mengajarkan kita untuk bisa berbicara
mulai ketika kita balita dan mengajarkan kita berjalan mulai dari merangkak sampai kita bisa
berdiri tegak dan bisa berlari kencang, itulah sebuah pengorbanan seorang ibu tak terkecuali
dengan ayah yang selalu mengajarkan kita agar berwatak dan berkepribadian yang baik.
Sarana pendidikan pertama yaitu keluarga sangatlah penting untuk membentuk kepribadian
kita sejak lahir dan tumbuh berkembang menjadi individu yang baik dan berkualitas, dan
tanpa kasih sayang pendidikan dari sebuah keluarga kita bukan apa-apa kita tidak mengerti
bagaimana cara berbicara, berjalan, berpakaian, makan, minum dan lainnya untuk menjalani
hidup di dunia ini. Dengan adanya pendidikan seumur hidup pada hakikatnya ditujuankan
agar manusia mampu mengembangan kelesetarian hidupnya.
B.Perkembangan Pendidikan Seumur Hidup Di Negera Industri(Negara Maju)
Negara finlandia merupakan negara yang memiliki sistem pendidikan terbaik di dunia.
Angka kelulusan sekolah menengah atas (SMA) di negara Finlandia adalah sebesar 93%.
Angka tersebut lebih tinggi daripada angka kelulusan SMA di negara Canada, yaitu sebesar
78%, dan angka kelulusan di negara Amerika Serikat 75%. Sebanyak 2 dari 3 pelajar di
negara Finlandia pasti akan berkuliah, dan angka ini merupakan angka tertinggi di Eropa.
Pelajar negara Finlandia mendapatkan nilai tertinggi dibandingkan negara lainnya untuk
PISA (Programme for International Student Assessment) tahun 2006. Bahkan persentasi
angkanya berbanding sangat jauh jika dengan angka yang didapatkan di negara lainnya.
Sebagai orangtua yang peduli, memilih pendidikan terbaik untuk anak memang sangatlah
penting. Sering kali para orangtua yang peduli kebingungan memilih sekolah terbaik untuk
anaknya.Negara Finlandia, sebagai negara dengan sistem pendidikannya terbaik dunia,
memiliki beberapa cara yang berbeda dari sistem-sistem pendidikan di negara lain.
-Rasio guru dan siswa di negara Finlandia adalah 1 : 12, dibandingkan di kota New
York yaitu 1 : 24. Bagaimana di negara Indonesia?
Tidak ada kelas khusus/percepatan/akselerasi di Finlandia.
Tes standardisasi, seperti UAS, dan UAN, di Finlandia hanya terjadi 1 kali, yakni
ketika mereka berusia 15 tahun.
Oleh negara Finlandia, guru atau pengajar diakui sebagai komponen yang sangat
penting dalam pendidikan. Hal ini ditandai dengan:
-Pendidikan seorang guru minimal S2 (Master Degree).
-Seorang sarjana pendidikan yang telah menempuh S2 tidak semuanya bisa mengajar.
Hanya 10% dan memiliki kompeten saja yang bisa mengajar.
-Pendapatan pengajar di negara Finlandia setara dengan dokter ataupun pengacara.
Biarkan Anak cukup bermain:
-Anak negara Finlandia baru mulai bersekolah formal saat mereka berusia 7 tahun.
-Waktu istirahat di Finlandia saat bersekolah adalah 75 menit. Coba bandingkan
dengan di negara Amerika Serikat hanya 27 menit. Sangat jauh, bukan?
-Anak negara Finlandia jarang sekali memiliki pekerjaan rumah
Di negara Finlandia, tempat penitipan anak dan taman kanak-kanak dianggap penting sebagai
tempat awal bagus untuk mengembangkan keterampilan kerja sama dan komunikasi untuk
mempersiapkan pendidikan seumur hidup bagi seorang anak.
Selain itu, persiapan pembelajaran formal seperti membaca juga berhitung sangat penting --
yang mana di negara Finlandia baru dimulai pada usia tujuh tahun, agar tidak mengganggu
masa kecil mereka.
Pendidikan yang awal adalah tahap pertama pendidikan yang merupakan tahap paling penting
dari siklus dan konsep belajar seumur hidup. Penelitian neurologis telah menunjukkan bahwa
90% pertumbuhan sebuah otak terjadi selama lima tahun pertama kehidupan, dan 85% dari
jalur sarafnya berkembang sebelum memulai sekolah.
Pendidikan pada usia dini merupakan usaha kerja sama yang baik antara orangtua dan sarana
pendidikan untuk mempersiapkan anak-anak secara fisik (makan dengan benar, menjaga
kebersihan) dan menjaga mental (komunikasi, kesadaran sosial, empati, dan refleksi diri)
sebelum memulai belajar lebih formal pada usia tujuh tahun.
Poin utama adalah bahwa sebelum usia tujuh tahun, metode belajar anak yang terbaik adalah
melalui bermain, sehingga pada saat mereka akhirnya sampai ke sekolah formal yang
sebenarnya, mereka akan tertarik untuk memulai belajar.
Di negara Finlandia, semua profesi dihargai setara oleh negara finlandia. Oleh karena itu,
pilihan profesi apa pun tetap menjamin kesejahteraan hidup warga negara finlandia .
Pendidikan di negara Finlandia membebaskan siswa-siswinya untuk memilih mata pelajaran
sesuai dengan minat dan bakat atau jalur pendidikan tertentu yang sesuai dengan pilihan
profesi mereka kelak. Pilihan apapun itu dari siswa-siswi tidak akan mengundang stigma.
Berbeda dengan di negara Indonesia manakala seorang siswa yang memilih kelas IPS dan
Bahasa, atau bersekolah di SMK dicap bodohdan tolol. Menjadi yang terampil dan mandiri
sebagai tenaga pelayanan perorangan (kecantikan, PRT, catering, pembersih, olahraga) pun
dipandang bernilai di negara finlandia itu.
Filosofinya bahwa semua siswa berhak atas kehidupan yang sanagt baik dan setara itu
diterapkan pada banyak segi sistem pendidikan di negara Finlandia. Anak-anak yang tinggal
di negara Finlandia berkesempatan mengakses pendidikan tanpa memandang status ekonomi
keluarga. Transportasi disediakan gratis jika apabila jarak sekolah dari rumah lebih dari 5 km.
Tak hanya persoalan akses pendidikan, fasilitas dan proses belajar mendukung kesetaraan itu.
Tidak ada perbedaan yang mencolok pada fasilitas tiap sekolah di negara Finlandia. Makan
siang disediakan sekolah dengan nutrisi yang sangat terjamin.
Siswa-siswi disana hanya menghabiskan waktu kurang dari 30 jam seminggu di sekolah.
Setiap 45 menit belajar, mereka di beri beristirahat. Aktivitas fisik di luar ruangan pun sangat
didorong. Siswa-siswi di negara Finlandia biasanya menguasai tiga bahasa: Bahasa Inggris,
Finnish, dan Bahasa ibu/ Eropa lainnya. Tidak ada ranking untuk nilai para siswa. Jika
seorang anak mengalami kesulitan belajar, ia akan mendapatkan kelas tambahannya.
Siswa-siswi dengan bakat yang menonjol dapat mengikuti kelas-kelas yang sesuai, misalnya
kelas musik, kelas olahraga, tanpa mengurangi penguasaan materi umumnya. Kelas-kelas
yang agama minoritas pun diselenggarakan, tak terkecuali pada agama Islam. Kelas
pekerjaan rumah tangganya diajarkan di pendidikan menengah tanpa memandang perbedaan
gender siswa sebab masyarakatnya meyakini bahwa pekerjaan rumah tangga harus dilakukan
semua orang!
Tak hanya soal kesetaraan, budaya jujur dan bertanggungjawab yang ditanamkan di sekolah-
sekolah di negara Finlandia merupakan miniatur budaya masyarakat. Misalnya, pada
perlengkapan alat tulis dan alat bantu pembelajaran lain yang disediakan dengan bebas di
sekolah tanpa pengawasan yang ketat
Tapi pencurian seperti itu tak terjadi. Penulis buku, Ratih D. Adiputri mengalami sendiri hal
itu ketika ia tanpa sengaja meninggalkan barang di suatu tempat, dan dengan mudah ia
menemukan kembali di tempat semula. Ada banyak magang profesi di pelbagai institusi saat
menempuh sekolah menengah di negara Finlandia memberi kesempatan kepada siswa-siswi
untuk bertanggungjawab secara professional dan mencicipi pengalaman kerja pada profesi
yang akan ia jalani kelak.
Badan Nasional Pendidikan negara Finlandia mengatur beragam dimensi proses pendidikan,
alih-alih struktur, termasuk mengelola kurikulum nasional berbasis riset. Penerapan
kurikulumnya baru dilakukan secara bertahap dan selama bertahun-tahun. Ujian nasionalnya
hanya dilakukan pada akhir tahapan sekolah menengah umum maupun kejuruan. Hasil
ujiannya juga tidak digunakan untuk menghukum sekolah-sekolah, tetapi memberikannya
bantuan yang diperlukan. Pada akhir masa sekolah, para siswa/siswi akan menguasai delapan
kompetensi kunci (di dalamnya termasuk keterampilan digital dan kompetensi sosial/sipil)
juga tujuh keterampilan transversal (Adiputri, 2019:44).
Lebih dari itu, hak mendapatkan pendidikan di negara Finlandia pun tak berhenti di tahapan
perguruan tinggi, melainkan sepanjang hidupt! Motto pendidikan negara Finlandia adalah
"pembelajaran seumur hidup" (Adiputri, 2019:9). Jadi, setiap orang di negara finlandia selalu
mendapatkan kesempatan berubah karir atau meningkatkan mutu diri selama masa hidupnya.
Gambaran tersebut berbeda jauh dengan sistem pendidikan dan keadaan sosiokultural di
negara Indonesia. Di negeri kita yang tercinta, siswa-siswi nya yang berhasil melalui
pendidkan dasar hingga tinggi dengan sukses adalah mereka yang memiliki banyak beragam
privilege. Lahir di keluarga yang mampu, bertempat tinggal di kota-kota dengan berfasilitas
lengkap, berangkat sekolah dengan perutnya kenyang dan menaiki transportasi pribadi yang
memadai. Juga, mampu dengan membiayai kelas-kelas tambahan untuk pengembangan
akademik maupun bakat dan keterampilan mereka. Tak sedikit dari mereka yang orangtua-
orangtua nya kaya menyekolahkan putra-putrinya di sekolah-sekolah swasta maupun
program-program internasional yang ada di perguruan tinggi. Semua itu demi putra/putrinya
memenangkan kompetisi baik saat menempuh di dunia pendidikan maupun di dunia kerja.
Sementara itu, jauh lebih banyak siswa-siswi di negara Indonesia tidak memiliki semua
privilege tersebut. Mutu guru dan fasilitas pada setiap sekolah di negara indonesia, terutama
di kawasan yang urban dan pedesaan timpang. Belum lagi budaya memfavoritkan institusi-
institusi pendidikan negeri tertentu masih sulit dikikis. Sebab, jejaring alumni yang sudah
terbentuk di institusi-institusi itu menjadi salah satu faktor yang mendukung kesuksesan karir
masa depan. Sekolah-sekolahnya dengan alumni sukses berpeluang mendapatkan banyak
bantuan pendanaan lebih dari alumninya.
Buku ini hadir ketika kita mulai semakin resah dengan mutu pendidikan di negara Indonesia
yang seakan jalan di tempat dan sementara perubahan teknologi informasi dan komunikasi
semakin melesat. Buku ini membuka mata lebih lebar bahwa masalah pendidikan di negara
Indonesia yang rupanya tak hanya berpusat di pendidikan itu sendiri, melainkan masyarakat
luas!
Implikasi konsep pendidikan seumur hidup yang bisa kita lihat pada negara
berkembang dapat ditinjau pada program-program pendidikan seperti yang dikemukakan oleh
w.p. Guruge, penerapan asas pendidikan seumur hidup pada isi program dalam masyarakat
mengandung kemungkinan yang luas dan variatif. Secara garis besar dikelompokkan dalam
enam kategori, yaitu :
Pendidikan baca tulis fungsional program ini menekankan pada masalah buta huruf
yang masih banyak terjadi di negara-negara berkembang. Karena dengan „melek‟ huruf
fungsional pengetahuan baru dapat diperoleh melalui bacaan. Maka realisasi baca tulis
fungsional harus memuat dua hal, yaitu:
Huda, Nurul dkk. (1984). Pedoman Majelis Ta’lim. Jakarta: Proyek Penerangan Bimbingan
Dakwah Khotbah Agama Islam Pusat
Maksum, Ali. Luluk Yunan Ruhendi. (2004). Paradigma Pendidikan Universal di Era
Modern dan Pots Modern, Mencari Visi Baru atas Realitas Baru Pendidikan Kita.
Yogyakarta: IRCiSod
Ahmadi, Abu dan Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta, 2001.
Paramita, 1999.
Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang SISDIKNAS, Citra Umbara. Bandung. 2003.