Anda di halaman 1dari 23

TEKNOLOGI DAN PROSEDUR PEMBENTUKAN MATERIAL

MAKALAH
UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH
Teknik Pembentukan

Disusun Oleh :
Alifia Rahmawati (180512526042)
Andara Ramadhani (180512526003)
Fildatus Safhadewi (180512526002)

Dosen Pembimbing :

Universitas Negeri Malang


Fakultas Teknik
Jurusan Teknik Mesin
Agustus 2019
DAFTAR ISI
HALAMAN JUUDUL………………………………………………………………… i
DAFTAR ISI…………………………………………………………………………… ii
BAB I
PENDAHULUAN……………………………………………………………………… 1
1.1 Latar belakang……………………………………………………………………… 1
1.2 Rumusan Masalah………………………………………………………………… 2
1.3 Tujuan……………………………………………………………………………… 2
BAB II
PEMBAHASAN………………………………………………………………………… 3
2.1 Teknologi terbaru yang digunakan dalam pembentukan material………………… 3
2.1.1 Laser induced graphene (LIG)………………………………………………… 3
2.1.2 Graphene Ball…………………………………………………………………… 5
2.1.3 Teknologi Komposit Serat Karbon……………………………………………… 6
2.1.4 Prototype Komposit Plastik Berpenguat Serat Abaca (AFRP) Menggunakan
Metode Vakum (Vacum Assested Resin Infusion (VARI)……………………… 8
2.1.5 Teknologi Material Polimer Biodegradable Untuk Aplikasi Pengemas……… 9
2.1.6 Mesin Penyeratan Enceng Gondok (Decorticator)…………………………… 9
2.1.7 Serbuk Biokeramik Hidroksiapatit sebagai Material Pengganti Tulang……… 10
2.1.8 Polymer Electrolyte Membrane Fuel Cell (PEMFC) 500 W………………… 11
2.2 Alat dan Hasil Produk Pembuatan Material……………………………………… 12
2.2.1 Logam……………………………………………………………………….. 12
2.2.2 Polymer……………………………………………………………………… 13
2.2.3 Keramik……………………………………………………………………… 14
2.2.4 Komposit…………………………………………………………………….. 15
BAB III
PENUTUP…………………………………………………………………………… 19
3.1 Kesimpulan……………………………………………………………………….. 19
3.2 Saran………………………………………………………………………………. 19
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………….... 20

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Material merupakan suatu zat atau bahan penyusun dari suatu benda yang memiliki
sifat dan karakteristik tertentu. Material selalu menjadi tolak ukur dari kemajuan sejarah
dan peradaban manusia, dimana kita mengenal adanya zaman batu, zaman perunggu, dan
zaman besi. Saat ini, material menjadi hal yang sangat penting dalam berbagai bidang
misalnyadalam perkembanagn ilmu pengetahuan dan teknologi. Pada umumnya,
kemampuan sebuah mesin atau suatu struktur akan dipengaruhi oleh sifat asal material
penyusunnya.

Teknologi material merupakan salah satu teknologi yang paling tua dalam peradaban.
Teknologi ini menjadi pendahulu dari cabang teknologi lainnya yang telah ada. Dengan
adanya pengkajian sifat-sifat material terhadap teknologi yang ada akan menghasilkan
modifikasi teknologi atau teknologi baru. Perkembangan teknologi juga akan berpengaruh
terhadap perkembangan material. Dengan adanya teknologi yang canggih akan
menciptakan material yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat, material yang ramah
lingkungan dan dapat di daur ulang. Dengan adanya penemuan baru terhadap material
maka akan berpengaruh besar terhadap perancangan system dan aplikasi (Anonym. 2019).
Sebuah upaya pembaharuan teknologi berkelanjutan kini sedang dilaksanakan oleh
seluruh dunia untuk menghasilkan material yang ramah bagi masyarakat dan juga
lingkungan. Para ilmuan telah merancang bahan bahan yang berbeda-beda dengan
menunjukan manfaat dan keunggulan dari masing masing komponen material masa
depan(koran jakarta, 2017).
Teknologi material diaplikasikan dalam berbagai macam industry. tidak hanya dalam
industry fashion dan manufaktur,penggunaan material baru ini juga dapat dimanfaatkan
dalam bidang lain. Salah satu penerapannya yaitu sebagai ligament buatan yang kuat yang

1
digunakan sebagai penyangga. Dalam pemanfaatannya, material yang digunakan tidak
hanya berasal dari satu maerial saja. Tetapi juga dari paduan beberapa material yang akan
menghasilkan manfaat dan keungulan yang lebih ddibanding dengan pemanfaatan satu
material saja. Oleh karena itu pembaruan teknologi dalam pembentukan material sangat
penting (koran jakarta, 2017).
1.2 Rumusan masalah
1) Teknologi apa yang digunakan dalam pembuatan material? Bagaimana prosedur
pembuatan material tersebut?
2) Apa saja alat yang digunakan sebagai penunnjang pembentukan material?
3) Apa saja hasil produk dalam pengolahan material dalam proses dan teknologi
tersebut?
1.3 Tujuan
1) Menjelaskan teknologi terbaru yang digunakan dalam pembentukan material dan
Menjelaskan prosedur pembuatan material.
2) Mengetahui alat dan fungsinya dalam pembentukan material
3) Mengetahui apa saja produk pembuatan material teknik dan fungsinya dalam
penerapan sehari-hari
2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Teknologi terbaru yang digunakan dalam pembentukan material

2.1.1 Laser induced graphene (LIG)


Pada bulan Februari 2018, para peneliti di Rice University memperkenalkan
metode baru dalam pembuatan graphene dengan menggunakan laser. Laser yang
digunakan adalah pulsed laser CO2 dengan panjang gelombang 10,6 µm dan daya
puncak 75 Watt. Laser CO2 biasa digunakan untuk memotong bahan[5]. Dalam
penerapannya, teknik laser terbagi menjadi dua yaitu teknik single lasing dan multiple
lasing. Teknik single lasing telah dilakukan pada penelitian sebelumnya tetapi teknik
tersebut hanya menghasilkan karbon amorf (karbon aktif). Sehingga tim peneliti dari
Rice university mencoba menggunakan teknik multiple lasing untuk memperoleh
graphene pada permukaan berbagai substrat. Mereka berharap graphene yang dibuat
dengan menggunakan laser dapat diaplikasikan sebagai edible electronic.
Edible electronic merupakan perangkat elektronik yang terbuat dari bahan
yang biodegradable dan tidak beracun untuk memonitor aktivitas dan kesehatan
manusia[6]. Pada metode CVD dan Hummer, graphene yang dihasilkan dikhawatirkan
masih mengandung pengotor yang dapat bersifat racun bagi tubuh manusia. Sehingga
pembuatan graphene menggunakan laser lebih sesuai untuk aplikasi sebagai edible
electronic karena tidak menggunakan bahan kimia tambahan dan sumber bahan baku
yang digunakan merupakan material yang biasa dimakan manusia.

Gambar 3. Pembuatan graphene pada permukaan substrat dengan


menggunakan laser
3
Penelitian ini sangat menarik karena graphene dapat dibuat secara langsung
pada permukaan substrat. Substrat yang digunakan adalah bahan-bahan yang
mengandung gugus karbon seperti roti, tempurung kelapa, kulit kentang, kertas dan
kayu. Tempurung kelapa, kulit kentang dan kayu memiliki kandungan lignin yang
tinggi sehingga dapat diubah dengan mudah menjadi graphene menggunakan teknik
multiple lasing[5]. Selain lignin, bahan yang memiliki kandungan karbohidrat seperti
roti pun dapat digunakan sebagai bahan baku pembuatan graphene. Graphene yang
dibuat menggunakan laser disebut laser-induced graphene (LIG).
Pada teknik multiple lasing, ada dua tahapan reaksi untuk mengubah
permukaan substrat menjadi LIG. Reaksi pertama adalah mengubah permukaan
substrat menjadi karbon amorf secara photothermal. Lalu, pada reaksi tahap kedua,
sinar inframerah mengubah karbon amorf menjadi graphene (LIG)[5]. Untuk
membuktikan bahwa graphene dapat diperoleh menggunakan teknik multiple lasing,
para peneliti menggunakan karbon aktif sebagai bahan uji coba yang divalidasi
dengan Spektroskopi Raman. Hasil dari analisa Spektroskopi Raman menunjukkan
bahwa graphene dapat dihasilkan menggunakan teknik multiple lasing. Jumlah lapisan
graphene diindikasikan oleh puncak pada bilangan gelombang 2800 cm-1.

Gambar 5. Hasil analisa Spektroskopi Raman karbon aktif dengan menggunakan teknik
single dan multiple lasing
Teknik multiple lasing dapat dilakukan pada atmosfer ambient dan temperatur
ruang. Sedangkan teknik single lasing membutuhkan atmosfer inert yang artinya gas
O2 tidak boleh berada di dalam alat proses [5]. Kemudahan yang diberikan teknik
multiple lasing berdampak pada konduktivitas dan kapasitansi yang lebih tinggi ketika
dibuat menjadi mikrosuperkapasitor.
4
Tim peneliti membandingkan antara LIG yang dibentuk di permukaan
tempurung kelapa dengan metode multiple lasing dan LIG yang dibentuk di
permukaan polyimide dengan metode single lasing. Hasil yang diperoleh adalah luas
kapasitansi LIG tempurung kelapa lebih besar dibandingkan dengan LIG polyimide
sehingga LIG yang dibuat menggunakan teknik multiple lasing dapat meningkatkan
kapasitansi LIG[5]. Superkapasitor yang memiliki kapasitansi yang tinggi dapat
digunakan sebagai perangkat penyimpanan energy (Fauzi Yusupandi, 2018).

2.1.2 Graphene Ball


Material graphene ball akan digunakan sebagai anoda pada baterai lithium ion
karena mampu meningkatkan densitas energi (kemampuan penyimpanan energi)
hingga 27,6% (5000 – 6000 mAh) dan dapat mengisi ulang penuh baterai dalam
waktu 12 menit.
Metode yang digunakan dalam pembuatan graphene ball adalah Chemical
Vapour Deposisition (CVD) dengan menggunakan gas metana (CH 4) sebagai bahan
bakunya dan SiO2 sebagai media pertumbuhannya. Untuk menghasilkan graphene di
permukaan SiO2 nanopartikel dengan diameter 20-30 nm, SAIT memasukkan gas
metana dan SiO2 ke dalam furnace pada temperatur 1000oC. Reaksi yang terjadi
adalah sebagai berikut :

Proses penumbuhan graphene ball di permukaan SiO2 seperti saat membuat


popcorn. Dr. Son In-Hyuk yang memimpin penelitian ini mengatakan bahwa biaya
untuk memproduksi graphene ball skala komersial tidak terlalu mahal jika
menggunakan metode CVD. Dari hasil penelitian, proses penumbuhan graphene
selama 240 menit mampu menghasilkan 84,5% massa graphene dengan nilai
konduktivitas elektrik sebesar 65,5 S/cm. Hasil tersebut lebih baik dibandingkan
dengan proses penumbuhan graphene selama 60 menit yang hanya mampu
5

menghasilkan 56,2% massa graphene dengan nilai konduktivitas elektrik


sebesar 48,4 S/cm.
Gambar 4. (a) Proses penumbuhan graphene ball di permukaan SiO2 (b)
Morfologi material graphene ball menggunakan SEM (Fauzi Yusupandi, 2017).

2.1.3 Teknologi Komposit Serat Karbon


Serat karbon merupakan salah satu bentuk material komposit. Yaitu suatu
materialyang dibuat dari dua atau lebih material penyusun yang saling memiliki
perbedaan sifat fisik dan kimia, yang jika dikombinasikan akan menghasilkan
material berkarakteristik berbeda dengan material-material penyusunnya. Material
komposit tersusun atas dua komponen utama yakni matriks dan material penguat
(reinforcement). Fiber karbon bertugas sebagai material penguat pada komposit serat
karbon. Sedangkan untuk matriksnya biasanya dipergunakan resin polimer semacam
epoxy. Matriks resin ini berfungsi untuk mengikat material-material penguat. Proses
pembuatan karbon fiber sebagian merupakan proses kimia dan sebagian yang lain
adalah proses mekanik. Berikut adalah tahapan proses manufaktur karbon fiber yang
menggunakan bahan baku polyacrylonitrile: 
1. Spinning 
Bubuk acrylonitrile dicampur dengan plastik lain seperti methyl acrylate atau
methyl methacrylate, serta direaksikan dengan katakisator untuk menghasilkan plastik
polyacrylolonitrile. Plastik ini lalu dibentuk menjadi serat dengan jalan
mencampurnya dengan bahan kimia tertentu lalu dipompa melewati nozzle kecil ke
dalam sebuah wadah berisi cairan kimia sehingga ia terkoagulasi dan memadat
membentuk serat-serat. Pada proses ini terjadi pembentukan struktur atom di dalam
serat.
6
Selanjutnya fiber dicuci dan ditarik (strecthing) untuk mendapatkan ukuran diameter
yang diinginkan.
2. Stabilizing 
Sebelum proses selanjutnya, fiber dipanaskan di media udara pada suhu 200-
300°C untuk mengikat molekul oksigen dari udara sehingga susunan ikatan kimia
molekul serat menjadi lebih stabil. Karena proses kimia yang terjadi akan
menimbulkan panas internal, maka pengawasan proses ini harus dilakukan dengan
ketat untuk menghindari overheating. Proses ini biasanya dilakukan dengan jalan
melewatkan serat ke beberapa ruang panas yang tersusun secara seri.  
3. Carbonizing 
Setelah molekul serat stabil, serat dipanaskan pada temperatur 1.000-3.000°C
di dalam ruangan berisi campuran gas yang tidak mengandung oksigen sama sekali.
Tidak adanya kandungan oksigen di dalam ruang pemanas berfungsi untuk mencegah
terbakarnya serat karbon. Tekanan gas di dalam pemanas dijaga lebih tinggi daripada
tekanan udara atmosfer untuk mencegah udara luar masuk ke dalam pemanas. Selain
itu sisi keluar dan masuk serat karbon di-sealing untuk mencegah kebocoran gas.
Tahapan proses ini berfungsi untuk menghilangkan atom-atom non-karbon yang
terkandung di dalam serat seperti uap air, gas amonia, karbon monoksida, karbon
dioksida, hidrogen, nitrogen, dan lain sebagainya. Keluarnya molekul-molekul non-
karbon tersebut akan membuat molekul-molekul karbon saling membentuk ikatan
kristal yang lebih kuat. Proses karbonisasi ini biasanya melibatkan dua atau lebih
ruang pemanas yang masing-masing berbeda temperatur untuk lebih memudahkan
dalam mengontrol kenaikan temperatur.  
4. Oxidation 
Setelah proses karbonisasi, permukaan fiber tidak memiliki ikatan yang kuat
dengan resin maupun juga komponen komposite lainnya. Untuk menghasilkan ikatan
yang kuat dipermukaan fiber, maka diperlukan proses oksidasi lanjutan. Penambahan
atom oksigen akan menghasilkan ikatan kimia yang lebih kuat pada permukaannya,
serta menghasilkan semacam lapisan kuat dipermukaan serat. Proses oksidasi ini
dapat dilakukan dengan merendam serat karbon di dalam udara, karbon dioksida,
ozon, atau cairan kimia seperti sodium hipoklorit dan asam nitrit. Proses ini harus
dikontrol denganamat cermat agar tidak menimbulkan cacat permukaan.  
7
5. Sizing 
Setelah proses perlakuan permukaan, serat karbon dilapisi dengan bahan yang
sesuai dengan tipe resin yang digunakan, seperti epoxy, polyester, nylon, urethane,
dan bahan lainnya. Pelapisan ini berfungsi untuk melindungi fiber dari kerusakan
pada proses selanjutnya. Serat karbon yang telah dilapisi ini berbentuk lembaran dan
digulung untuk proses penyimpanan. Gulungan serat karbon ini disebut bobbin. Serat
karbon dalam bentuk lembaran ini siap dipotong dan dibentuk untuk berbagai
kebutuhan (Samsul Hadi, 2016). 

2.1.4 Prototype Komposit Plastik Berpenguat Serat Abaca (AFRP)  Menggunakan


Metode Vakum (Vacum Assested Resin Infusion (VARI)
Semua spesimen dilakukan postcure pada suhu 800 C selama 2 jam. Sifat
mekanik dari komposit dievaluasi uji tariknya. Komposit AFRP difabrikasi dengan
fraksi volume (Vf) : 20%, 30% , 40%, serta ukuran spesimen uji (140x5x1) mm.
Dengan proses fabrikasi sebagai berikut:
1) Serat abaca disusun dalam cetakan kaca yang memanjang sejajar (00) kemudian
dimasukkan ke dalam kantong plastik vakum.
2) Resin dicampur hardener dialirkan kedalam cetakan yang sudah kondisi vakum.
Metode cetakan ini dapat menghilangkan gelembung udara di dalam komposit
sehingga diharapkan kekuatan tarik komposit menjadi lebih tinggi.  Bahan-bahan
yang diperlukan dalam penelitian ini adalah: Serat abaca, Resin BTQN 157-EX,
Hardener MEKPO dan Wax. Peralatan yang diperlukan adalah: Instalasi cetak
vakum, Alat uji tarik, Kamera digital, dan Scanning Electron Microscope (SEM).
Penampang patahan diselidiki untuk mengidentifikasi mekanisme perpatahannya. 
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kekuatan dan regangan tarik komposit
memiliki harga optimum untuk (Vf) 40%, yaitu 257 Mpa dan 0.44%.  Penampang
patahan komposit diklasifikasikan sebagai jenis patah slitting in multiple area
sehingga dapat disimpulkan bahwa komposit plastik berpenguat serat abaca
memiliki potensi yang cukup besar untuk diaplikasikan sebagai material structural
(pusat teknologi material, 2019)
8

2.1.5 Teknologi Material Polimer Biodegradable Untuk Aplikasi Pengemas


Teknologi ini berfungsi sebagai pengemas plastic yang ramah lingkungan.
Proses pembuatan material polimer biodegradable menggunakan proses
thermoforming. Proses thermoforming menawarkan keunggulan untuk memproduksi
custom part plastik sebab berbiaya relative lebih murah, dapat menghasilkan replikasi
yang sangat mendekati bentuk cetakan, kebutuhan peralatan yang fleksibel , teknologi
yang sederhana dan mudah dipraktekkan. 
Peralatan yang digunakan untuk proses thermoforming berbiaya relatif murah
dibandingkan proses cara lain seperti injection molding. Pada vacuum forming hanya
dibutuhkan tenaga vacuum 14 PSI dan 150 PSI untuk pressure forming bandingkan
dengan injection molding setidaknya dibutuhkan 100.000 PSI. Karena penggunaan
pressure yang relatif rendah ini tooling cost juga murah, mold dapat dibuat dari
material alumunium, kayu, epoxy, composite, atau material lainnya yang dapat
bertahan dengan tekanan dan temperature saat lembaran plastik dipindahkan dari oven
ke molding. Prinsip dasar dari proses thermoforming adalah : tahap persiapan, --
memasukkan lembar plastik ke dalam proses pemanasan sampai mencapai suhu
pembentukan (forming temperature), -- streching lembaran (peregangan lembaran)
mengikuti bentuk molding yang sudah disiapkan dengan bantuan pressure ataupun
vacuum, -- pendinginan sampai bentuk desain baru stabil,-- melepaskan/ membongkar
bentukan baru dari moldingnya, --trimming bagian plastik untuk mendapatkan bentuk
final yang diinginkan (hudi leksono, 2015).

2.1.6 Mesin Penyeratan Enceng Gondok (Decorticator)


Mesin penyeretan enceng gondok (decorticator) menghasilkan serat eceng
gondok yang digunakan sebagai bahan baku material komposit dalam sebagai
bahan baku material komposit dalam pembuatan beberapa komponen otomotif.
Serat Eceng gondok dapat menggantikan serat sintetis (fiber glass). Untuk
menyerat eceng gondok dalam kondisi masih basah.
9
Proses penyeratan sebaiknya tidak melebihi 3 hari setelah pengambilan eceng gondok,
hal ini akan mempengaruhi kualitas dan kuantitas serat eceng gondok. proses menjadi
serat untuk menghindari pembusukan yang nantinya akan menghasilkan mutu serat
eceng gondok yang kurang baik (Pusat Teknologi Materal, 2019).

2.1.7 Serbuk Biokeramik Hidroksiapatit sebagai Material Pengganti Tulang


Serbuk Biokeramik Hidroksiapatit berfungsi sebagai semen tulang pada fiksasi
penambalan tulang dan sebagai bahan untuk rekonstruksi gigi dan Untuk
memproduksi sekitar 50 gram hidroksiapatit pertama-tama dibuat larutan amonium
dalam air dengan konsentrasi tertentu sebanyak 500 mL dan ditaruh dalam beaker
glas. Kemudian dibuat larutan kalsium nitrat dengan memasukkan 150 gram
Ca(NO3)2.4H2O ke dalam 500 mL air. Selanjutnya, 500 mL larutan air dari amonium
dipanaskan pada 60°C sambil diaduk, dan ke dalamnya dimasukkan serbuk putih
EDTA sebanyak 200 gram, kemudian ditambahkan berturut-turut larutan kalsium
nitrat, amonium fosfat dibasa sebanyak 50 gram dan urea sebanyak 30 gram.
Kemudian larutan yang terbentuk dipanaskan pada suhu antara 80°C sambil diaduk.
Setelah terbentukgel putih, maka gel tersebut kemudian dikeringkan pada 200°C
selama 1 jam untuk menghilangkankomponen air. Untuk menghilangkan karbon yang
masih tersisa, kemudian serbuk HA yang bercampur karbon tersebut ditaruh dalam
alumina boat untuk dipanaskan pada suhu di atas 600°C selama 1 jam di bawah
kondisi udara yang mengalir; aliran udara diperlukan untuk mengalirkan
karbondioksida yang terbentuk. Setelah dilakukan spray drying pada 100°C maka
diperoleh serbuk hidroksiapatit (Pusat Teknologi Materal, 2019).
10
Serbuk Biokeramik Hidroksiapatit sebagai Material Pengganti Tulang

2.1.8 Polymer Electrolyte Membrane Fuel Cell (PEMFC) 500 W


Digunakan untuk mendapatkan arus DC selama bahan bakar ada. Dapat
dioperasikan pada suhu ruang. Tidak bersuara, tidak menghasilkan emisi,
efisiensi energi >79%. Bisa dipakai pada daerah tertentu dengan sumber bahan
bakar hidrogen.Dibuat dengan memasang komponen dengan membrane-
electrode-assembly (MEA) yang merupakan jantung reaksifuel cell menjadi
rangkaian seri dari 40 cell. Komponenterdiri dari end-plate, current collector,
separator grafit,gasket dan MEA. Operasional dilakukan pada suhu ruangdan diberi
pendingin untuk menstabilkan suhu generatorpada 40C. Sebelumnya diadakan
test kebocoran padamasing-masing komponen serta stack yang ada. Inlet gasyang
dibutuhkan untuk mendapatkan hasil optimal adalah 5L/min, pada tekanan 5 psi
(Pusat Teknologi Materal, 2019).
11
2.2 Alat dan Hasil Produk Pembuatan Material
2.2.1 Logam
a. Proses pembentukan logam disebut dengan metal forming. Dasar dari
Teknologinya adalah penyelesaian proses logam dan non logam dari bentuk bijih
besi (raw material) menjadi barang yang dapat digunakan. Hampir semua logam
dibuat mula-mula dalam bentuk balok "ingot" (ingot casting) hasil proses
pemurnian logam dari bijihnya, yang kemudian merupakan bahan baku untuk
proses selanjutnya. Proses ini menyangkut penyelesaian suatu bahan yang mula-
mula dicetak dalam suatu cetakan kemudian dengan proses lain dibentuk,
dipotong, dihaluskan, disambung atau dirubah sifat phisisnya menjadi produk yang
dikehendaki.
1. Pengecoran

Alat yang digunakan pada proses Pengecoran antara lain:


Cetakan Logam, Molder

2. Pemotongan
Alat pada proses ini: Mesin bubut, Mesin sekrap, Mesin drill, Mesin frais
Pahat potong : HSS, karbida
12

3. Penyambungan

Alat yang digunakan pada proses ini : Pengelasan, Solder, Pengelingan

4. Perlakuan Physis
Proses : Perlakuan Panas (Heat Treatment), Tembakan Peluru (Peening)

5. Finishing
Alat pada proses ini : Mesin Gerinda, Amplas

b. Hasil Produk pembentukan logam : Besi, Baja, Aluminium, Tembaga, Emas,


Perak dan lain lain.

2.2.2 Polymer
a. Material yang termasuk kedalam klasifikasi polimer yaitu karet dan plastik.
Umumnya, polimer merupakan senyawa organik dengan unsur dasar berupa
karbon, oksigen, dan hidrogen. Unsur-unsur tersebut tersusun dalam bentuk
rantai sehingga memiliki ukuran molekul yang besar. Atom-atom dalam suatu
rantai polimer saling berikatan secara kovalen, sementara ikatan antar rantai
adalah ikatan van der waals. polimer umumnya ringan (memiliki massa jenis
yang rendah) dan sangat fleksibel dan mudah dibentuk.
1. Proses Ekstruksi
Ekstrusi adalah proses untuk membuat benda dengan penampang tetap.
Keuntungan dari proses ekstrusi adalah bisa membuat benda dengan
penampang yang rumit, bisa memproses bahan yang rapuh karena pada proses
ekstrusi hanya bekerja tegangan tekan, sedangkan tegangan tarik tidak ada
sama sekali. Aluminium, tembaga, kuningan, baja dan plastik adalah contoh
bahan yang paling banyak diproses dengan ekstrusi. Contoh barang dari baja
yang dibuat dengan proses ekstrusi adalah rel kereta api. Khusus untuk
ekstrusi plastik proses pemanasan dan pelunakan bahan baku terjadi di dalam
barrel akibat adaya pemanas dan gesekan antar material akibat putaran screw.
13
Variasi dari ekstrusi plastik
1. blown film
2. flat film and sheet
3. ekstrusi pipa
4. ekstrusi profil
5. pemintalan benang
6. pelapisan kabel
2. Proses Thermoforming
Thermoforming adalah proses pembentukan lembaran plastik termoset
dengan cara pemanasan kemudian diikuti pembentukan dengan cara
pengisapan atau penekanan ke rongga mold. Plastik termoset tidak bisa
diproses secara thermoforming karena pemanasan tidak bisa melunakkan
termoset akibat rantai tulang belakang molekulnya saling bersilangan.
Contoh produk yang diproses secara thermoforming adalah nampan
biskuit dan es krim.

3. Proses Blow Molding


Blow molding adalah proses manufaktur plastik untuk membuat produk-
produk berongga (botol) dimana parison yang dihasilkan dari proses
ekstrusi dikembangkan dalam cetakan oleh tekanan gas. Pada dasarnya
blow molding adalah pengembangan dari proses ekstrusi pipa dengan
penambahan mekanisme cetakan dan peniupan.

b. Hasil produk polimer : PVC (Pelapis lantai, pipa), Nilon, Karet Alam,
Amflum, Polipropilena (Tali plastic, Karung plastic), Teflon (Gasket, Panci
anti lengket)

2.2.3 Keramik
a. Bahan (tanah liat) yang digunakan untuk pembentukan benda keramik harus
dipersiapkan dengan baik, hal ini perlu diperhatikan agar dalam proses
selanjutnya tidak mengalami kerusakan. Untuk itu sebelum melaksanakan
pembentukan benda keramik perlu penyiapan tanah liat. Penyiapan tanah liat
melalui pengulian ( kneading) dan pengirisan (wedging) satu atau lebih warna
tanah sejenis. Tujuannya agar tanah liat tersebut memenuhi persyaratan
pembentukan.
14
1. Proses pembentukan dengn tangan (Handbuilding)
2. Pembentukan teknik pijit (Pinching)

Peralatan :
• Butsir kawat
• Buitsir kayu
• Alas pembentukan
• Meja putar (banding wheel)
• Spon busa
• Mangkuk
• Pisau
• Kain terpal atau goni

b. Hasil produk pembentukan material keramik :


- Keramik Bangunan : Atap, lantai, Kaca jendela, Semen dan Beton, Gelas
keramik, Terakota, Gerabah, Batu bata
- Keramik Optik : benang optic, Lensa, Laser, Alumina translusen, Dioda,
Keramik luminesen
- Biokeramik: Pengganti tulang, Pengganti gigi, Katup jantung, Porselin gigi
- Perhiasan : Kalung, cincin, anting

2.2.4 Komposit
a. Komposit adalah suatu material yang terdiri dari campuran atau kombinasi dua
atau lebih material baik secara mikro atau makro, dimana sifat material yang
tersebut berbeda bentuk dan komposisi kimia dari zat asalnya (Smith, 1996).
Pendapat lain mengatakan bahwa komposit adalah sebuah kombinasi material
yang berfasa padat yang terdiri dari dua atau lebih material secara skala
makroskopik yang mempunyai kualitas lebih baik dari material pembentuknya
(Jacob, 1994). Material komposit merupakan material non logam yang saat ini
semakin banyak digunakan mengingat kebutuhan material disamping
memprioritaskan sifat mekanik juga dibutuhkan sifat lain yang lebih baik
misalnya ringan, tahan korosi dan ramah lingkungan.
15
Selain itu sifat teknologi merupakan salah satu sifat yang harus di miliki oleh
material komposit tersebut. Dimana sifat teknologi adalah kemampuan material
untuk dibentuk atau diproses. Prose pembuatan atau proses produksi dari
komposit tersebut merupakan hal yangh sangat penting dalam menghasilkan
material komposit tersebut. Banyak cara atau metoda yang di gunakan untuk
menghasilkan material komposit yang di inginkan.
Metoda Pembuatan Komposit
Secara Garis besar metoda pembuatan material komposit terdiri dari atas dua
cara,yaitu :

· Proses Cetakan Terbuka (Open-Mold Process)


· Proses Cetakan Tertutup (Closed mold Processes)

Proses Cetakan Terbuka (Open-Mold Process)


1. Contact Molding/ Hand Lay Up
Hand lay-up adalah metoda yang paling sederhana dan merupakan proses
dengan metode terbuka dari proses fabrikasi komposit.Adapun proses dari
pembuatan dengan metoda ini adalah dengan cara menuangkan resin dengan
tangan kedalam serat berbentuk anyaman, rajuan atau kain, kemudian memberi
takanan sekaligus meratakannya menggunakan rol atau kuas. Proses tersebut
dilakukan berulang-ulang hingga ketebalan yang diinginkan tercapai. Pada
proses ini resin langsung berkontak dengan udara dan biasanya proses
pencetakan dilakukan pada temperatur kamar.
Kelebihan penggunaan metoda ini:
o Mudah dilakukan
o Cocok di gunakan untuk komponen yang besar
o Volumenya rendah

2. Vacuum Bag
Proses vacuum bag merupakan penyempurnaan dari hand lay-up, penggunaan
dari proses vakum ini adalah untuk menghilangkan udara terperangkap dan
kelebihan resin..
Pada proses ini digunakan pompa vacuum untuk menghisap udara yang ada
dalam wadah tempat diletakkannya komposit yang akan dilakukan proses
pencetakan. Dengan divakumkan udara dalam wadah maka udara yang ada
diluar penutup plastic akan menekan kearah dalam. Hal ini akan menyebabkan
udara yang terperangkap dalam specimen komposit akan dapat diminimalkan.
Dibandingkan dengan hand lay-up, metode vakum memberikan penguatan
konsentrasi yang lebih tinggi, adhesi yang lebih baik antara lapisan, dan
kontrol yang lebih resin / rasio kaca.
16

Proses Cetakan Tertutup (Closed mold Processes)


1. Proses Cetakan Tekan (Compression Molding)
Proses cetakan ini menggunakan hydraulic sebagai penekannya. Fiber yang
telah dicampur dengan resin dimasukkan ke dalam rongga cetakan, kemudian
dilakukan penekanan dan pemanasan. Resin termoset khas yang digunakan
dalam proses cetak tekan ini adalah poliester, vinil ester, epoxies, dan
fenolat. Aplikasi dari proses compression molding ini adalah alat rumah,
kontainer besar, alat listrik, untuk panel bodi kendaraan rekreasi seperti
ponsel salju, kerangka sepeda dan jet ski
2. Continuous Pultrusion
Fiber jenis roving dilewatkan melalui wadah berisi resin, kemudian secara
kontinu dilewatkan ke cetakan pra cetak dan diawetkan (cure), kemdian
dilakukan pengerolan sesuai dengan dimensi yang diinginkan. Atau juga bisa
di sebut sebagai penarikan serat dari suatu jaring atau creel melalui bak resin,
kemudian dilewatkan pada cetakan yang telah dipanaskan. Fungsi dari
cetakan tersebut ialah mengontrol kandungan resin, melengkapi pengisian
serat, dan mengeraskan bahan menjadi bentuk akhir setelah melewati
cetakan.

b. Produk yang dihasilkan pada pembentukan komposit:


- Glassfibre Reinforced Cement (GRC) merupakan suatu produk bangunan/
material berbahan dasar semen yang dicampur dengan serat fiberglass.
- Glass Reinforced Gypsum (GRG) adalah produk komposit yang berbahan
dasar gypsum (casting) dan fiberglass. Produk yang relatif berbahan ringan
ini biasa digunakan sebagai plafon rumah atau bangunan lain.
- Fiber Reinforced Polymer (FRP) adalah produk komposit yang material
utamanya terdiri dari fiberglass dan cairan polymer dengan karakteristik
bahan yang fleksibel.
- Steelfiber Glass Reinforced Concrete (SGRC) adalah komposit dengan bahan
dasar fiberglass, besi (serbuk atau batangan) dan semen serta beberapa bahan
pendukung lainnya. Keunggulan SGRC terletak pada kekuatannya yang
melebihi GRC, karena di dalamnya terdapat struktur penahan berbahan besi.
17
18

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

1. Teknologi material merupakan salah satu teknologi yang paling tua dalam peradaban.
Teknologi ini menjadi pendahulu dari cabang teknologi lainnya yang telah ada. Dengan
adanya pengkajian sifat-sifat material terhadap teknologi yang ada akan menghasilkan
modifikasi teknologi atau teknologi baru. Perkembangan teknologi juga akan
berpengaruh terhadap perkembangan material. Dengan adanya teknologi yang canggih
akan menciptakan material yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat, material yang
ramah lingkungan dan dapat di daur ulang. Dengan adanya penemuan baru terhadap
material maka akan berpengaruh besar terhadap perancangan system dan aplikasi

2. Seiring dengan berjalannya waktu Teknologi pembentukan material akan brubah dan
mengalami kemajuan. Dengan adanya terknologi yang bervariasi dan semakin efisien
memudahkan kita untuk memperoleh material tersebut.

3. Jenis material antara lain: Logam, Polymer, Keramik dan Komposit. Alat dan
pengolahannya sangat bervariasi dan menghasilkan banyak produk yang bermanfaat
dalam kehidupan sehari-hari

3.2 Saran

1. Diharapkan dengan adanya makalah ini dapat membantu pembaca dalam mengetahui
berbagai jenis Teknologi Terbaru dalam Proses Pembentukan Material, Alat, dan Hasil
produk yang dihasilkan material tersebut.
19
DAFTAR PUSTAKA

Yusupandi, Fauzi. 2018. Laser-Induced Graphene (LIG): Terobosan Baru dalam Pembuatan
Graphene sebagai Edible Electronics. Warstek media. Dari
https://warstek.com/2018/05/22/lig/

Yusupandi, Fauzi. 2017. Graphene Ball : Material Baru yang Mampu Melakukan Full
Charging dalam Waktu 12 Menit. Warstek media. Dari
https://warstek.com/2017/12/14/graphene-ball/

Pusat teknologi material. Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (online),


(https://bppt.go.id/outlook-energi/arsip/buku-produk-teknologi/teknologi-informasi-
energi-dan-material/pusat-teknologi-material), diakses 23 agustus 2019

Hadi, Samsul. 2016. Teknologi Komposit Serat Karbon . Media Informasi dan Edukasi Kimia
dan Pengetahuan Lingkungan Industri ( KPLI). Dari
https://infostudikimia.blogspot.com/2016/07/teknologi-komposit-serat-karbon.html

Leksono, hudi. 2015. Plastik Thermoforming dan Blow Thermoforming : Acrylic Dome,
(https://hudileksono.blogspot.com/2015/02/blow-thermoforming-acrylic-dome.html)
diakses 3 februari 2015

Koran Jakarta. 15 agustus 2017. Teknologi Baru Material yang Fleksibel, (http://www.koran-
jakarta.com/teknologi-baru-material-yang-fleksibel/)

Anonym. 2019. Teknik material (oneline), (https://id.wikipedia.org/wiki/Teknik_material),


diakses 15 Februari 2019

Pupa, Faisal. 2011. Metoda Pembuatan Komposit (online),


(https://faisalpupa.blogspot.com-/2011/09/metoda-pembuatan-komposit.html) diakses
29 September 2011

T.Sofyan, Bondan.2011. Pengantar Material Teknik. Jakarta : Salemba Teknika


20

Anda mungkin juga menyukai