Anda di halaman 1dari 36

 Rx anafilaksis ISG karena kompleks imun anti

Farmakoterapi Gangguan Imunologi & Onkologi Ig A dari resipien yang defisiensi Ig A


terhadap Ig A yang berasal dari sediaan ISG,
sehingga mengaktifkan komplemen mellui
Chapter 1: Imunofarmakologi jalur alternatif atau klasik

Imunofarmakologi → Obat yang


digunakan untuk mengembalikan dan
memperbaiki sistem imun yang terganggu,
macam upaya tersebut :
1. Imunorestorasi
2. Replacement Therapy
3. Antiinflamasi Non Steroid B. Plasma
4. Imunostimulasi  Ig dapat diberikan dalam jumlah besar dan
5. Imunonutrien bervariasi dalam sediaan plasma segar tanpa
menimbulkan rasa sakit
1. Imunoresorasi → Definisi : Cara  Resiko dan efek yang tidak diinginkan :
untuk mengembalikan fungsi sistem imun yang penularan virus dan reaksi anafilaksis
terganggu dengan memberikan berbagai  Antigen memacu produksi berbagai antibodi,
komponenny seperti Ig dalam bentuk ISG, masing-masing dengan spesifitas sendiri
HSG, Plasma. Plasma Feresis, Leukoferesis,  Valensi antigen adlah sama dengan jumlah
Transplan Sumsum Tulang, Hati dan Timus. epitop

A. ISG (Immuno Serum C. Plasmaferesis


Globulin) dan HSG  Plasmaferesis adalah terapi diluar tubuh,
komponen darah dipisahkan diterapi dan
(Hyperimmune Serum selanjutnya kembali dimasukkan ke dalam
Globulin) tubuh
 Defisiensi antibodi sekunder biasanya terjadi  Prosedur pemisahan darah berdasarkan
apabila tubuh mengalami kehilangan Ig dalam komponennya disebut Exchange Plasma.
jumlah besar, seperti kondisi Syndrome Plasma dikeluarkan dan diganti dengan
Nefrotic, Limfangiektasi Intestina, Dermatitis Subtitut Plasma.
Eksfoliatif dan luka bakar  Alasan perbaikan plasma karena plasma yang
 Ig ini diberikan sebagai Imunorestorasi pada dipisahkan mengandung banyak antibodi yang
penderita defisiensi sistem imun humoral dapat merusak jaringan atau sel misalnya pada
primer & sekunder MG (AB terhadap asetilkolin); Syndrome
Goodpasture (AA terhadap membran basal
 Rute pemberian IV (Intra Vena)
glomerulus ginjal); AHA
 Dapat menimbulkan reaksi hipersensitivitas
 Pada kondisi diatas hanya bersifat sementara
(alergi, anafilaksis)
karena auto antibody akan terbentuk terus-
menerus.
pengobatan difteri dan tetanus (tahun 1980).

A. IVIG
 IVIG diberikan dalam bentuk plasma protein
pada upaya replacement therapy Ig G pasien
Keuntungan/Indika dengan kemampuan produksi AB yang
Sistem Penyakit
si menurun atau hampir tidak ada.
Syndrome Pengobatan  Pemberian ini untuk mempertahankan kadar
Ginjal
Goodpasture pilihan AB yang adekuat untuk mencegah infeksi
Hanya pd
primer dan defisiensi imun primer, sekunder
MG Kasus dan penyakit autoimun.
berat  IVIG hanya terdiri dari Ig G dan jaringa
Penyakit
Syaraf perifer yang dilindungi Ig A seperti mata, paru-
Syndr. Guillan Efek sama paru, saluran cerna dan kemih yang tidak
Barre dengan IVIG seluruhnya dilindungi IVIG.
 Adverse Reaction : anafilaksis terutama pada
Isoimunisasi pada
Ya pasien defisiensi Ig A, sakit kepala, dermatitis,
Penyakit Kehamilan
Hematologis infeksi HIV & Hepatitis (kontaminasi), edema
Purrpura
Tidak paru, gagal ginjal akut, thrombosis vena,
Trombositopenia
meningitis aseptic, bila efek samping terjadi
Makroglobulinemia,
maka dosis diturunkan.
Waldemstorm
Penyakit Mieloma Ya, untuk  Pemberian IVIG pada pasien DM
Limfoprolifera tif Penyakit Hiperviskositas dipertimbangkan karena beberapa sediaan IVIG
Agglutinin Dingin diperoleh dalam kadar sukrosa dan maltosa
Krioglobulinemia yang tinggi.
 Pemberian pada wanita hamil masih
2. Replacement Therapy konvensional
Replacement Theraphy merupakan prosedur
medis sebagai pemberian suplemen atau
subtitut untuk suatu bahan yang diperlukan
tubuh.
Contoh : Pemberian insulin pada DM Juvenile,
tiroksin pada miksdema primer,
vitamin B12 pada anemia
pernisiosa, antikolinesterase pada
MG dan antitiroid pada penyakit
Grave’s, termasuk upaya
pemberian antibodi sebagai upaya
profilaksis dan
B. IMIG dan Subkutan Ig  Fase terpenting dalam sintesis PG adalah
produksi PGH2 melalui oksigenasi.
 Enzim yang berperan dalam sintesis PG
adalah COX-1 dan COX-2.

 IMIg diberikan 1x seminggu, sehingga pasien


tidak diperlukan rute infus ddalam
pemberiannya.
 ADR IMIg terjadi 20% pada penderita.
 Sediaan IgSK digunakan dalam larutan 16%
imunoglobulin.

C. Replacement Therapy
Lainnya
 Inhibitor C1-esterase untuk defisiensi inhibitor
C1-esterase
 α1-antitrypsin untuk defisiensi α1-antitrypsin

3. Imunostimulasi
Imunostimulasi atau imunopotensiasi adalah
cara untuk memperbaiki fungsi sistem imun
dengan menggunakan bahan yang bersifat
3. Antiinflamasi Non Steroid imunostimulan yaitu bahan yang dapat
Antiinflamasi Non Steroid mencegah merangsang sistem imun.
sikloogsogenase dalam metabolisme PG.
Bahan Imunostimulan atau
 Fosfolipase A memacu pelepasan AA dari
Imunopotensiasi
fosfolipid di membran sel.
Biologik Sintetik
 AA adalah substrat untuk produksi Hormon Timus Levamisol
eukosinoid, leukotrien, tromboksan, Limfokin Isoprinosin
prostasiklin dan PG. Interferon MDP
AB Monoclonal BRM

Transfer Faktor/Ekstrak
Leukosit Hidroksiklorokuin

Sel LAK Arginin


Asal Bakteri Antioksidan
Asal Jamur Bahan Lain

4. Imunomikronutrien
Malnutrisi mengakibatkan turunnya kadar
hormon leptin yang berperan dalam respon
imun atropi timus & jaringan limfoid sekunder
depresi respon sel T, berkurangnya sekresi
limfokin, rentan terhadap infeksi & candida.
 Koreksi malnutrisi diet yang baik & cukup
 Mikronutrien : trace mineral dan vitamin
yang diperlukan sebagai nutrien esensial bagi
organisme
 Trace mineral disebut juga dengan trace
element
 Asupan vitamin yang adekuat & trace
elemnet diperlukan sistem imun agar dapat
berfungsi

Defisien Makronutrien dapat


menggangu respon imun non spesifik dan
spesifik; disregulasi keseimbangan respon imun
sehingga tubuh rentan terhadap infeksi.
 Infeksi sendiri dapat meningkatkan defisiensi
mikronutrien oleh karena asupan yang
kurang dan perubahan jalur mekanisme
 Asupan yang kurang terjadi pada indiviu
dengan gangguan makan, perokok, penyakit
tertentu, selama hamil, menyusui dan lansia.
Tujuan Konseling
Farmakoterapi Gangguan Imunologi & Onkologi
 Setiap pasien mengerti tujuan terapi yang
dijalani.
Chapter 3 : KIE Pada Pasien Gangguan
 Setiap Imunitas
pasien memahami cara
menggunakan obat.
 Motivasi terhadap perilaku positif dalam
pengobatan dan kepatuhan dalam terapi.
Definisi → Komunikasi adalah transfer
informasi yang memiliki makna pada orang
atau pihak yang terlibat. 3 Prime Questions
1. Apa yang dokter katakan mengenai
 Konseling adalah upaya mengubah atau pengobatan Anda ?
mempengaruhi perilaku dan sikap 2. Apa yang telah dojter katakan mengenai
seseorang. cara penggunaan obat ?
 Kedua aspek ini diperlukan dalam kegiatan 3. Apa harapan Anda selama pengobatan
KIE pada pasien selama penggunaan obat-
obatan.
 Komunikasi merupakan proses dimana
pesan dibangun dan disampaikan dari Tahapan Konseling
pihak yang satu ke lainnya serta Konseling pada pasien dimulai dengan fokus
diterjemahkan oleh pihak penerima. terhadap pemberian informasi terkait obat
 Maka diperlukan skill komunikasi yang baik dengan mengikuti instruksi pengobatan yang
agar pasien dapat menerima informasi dimiliki pasien tersebut.
dengan baik. Berdasarkan standar konseling pasien
menurut OBRA ’90 (Omnibus Budget
Latar Belakang Reconcillation Act of 1990) penjelasan
farmasi mengenai :
 Terbatasnya pemberian informasi mengenai
penggunaan obat oleh nakes menjadi  Tujuan Pengobatan (obat yang diresepkan)
penyebab ketidakpatuhan pengobatan.  Cara penggunaan (administrasi) yang tepat,
 Tingkat kepatuhan <50% (Blenkinsop, et.al., jika ada cara penggunaan khusus.
2000).  Lama pengobatan
 Masih terdapat fisik, psikologi, sosio-  Cara penyimpanan yang tepat
kultural, emosional, perspektif intelektual,
nilai-nilai, kepercayaan tentang kesehatan.
 Merupakan tugas Farmasi Modern.  Cara pengisisan ulang jika ada
 Informas tentang reaksi obat yang teridak
diinginkan (ADR) yang biasa terjadi jika
ada.
 Kontraindikasi selama penggunaan obat.
 Potensi interaksi obat.
 Pedoman atau langkah-langkah untuk
mencapai outcome spesifik

Karakteristik Pasien Gangguan


Sistem Imun
 Usia : dapat dari anak-anak hingga
lansia, mayoritas (15-44 tahun)
 Gender : Wanita>Pria (2:1)
 Ras : African-American & Hispanic-
Caucasian
 Lama penyakit : >kronik

Teknik Komunikasi yang Baik

Autoimun dan Terapi Pada


Umumnya
Autoimun Terapi
DM T-1 Insulin
RA DMARD
Psoriasis Kortikosteroid
Multiple Sclerosis Interferon
SLE Sitotoksik
IBD Kortikosteroid

KIE →  Cara penggunaan obat


 Obat
 ESO
 Antisipasi ESO
 Kepatuhan
 Monitoring
Farmakoterapi Gangguan Imunologi & Onkologi
Chapter 4 : Systemic Lupus Erythematosus (SLE)
 Meskipun pasien SLE yang paling khas
adalah orang dewasa muda wanita,
Definisi → SLE (Systemic Lupus penyakit ini dapat terjadi pada orang dari
Erythematosus) adalah penyakit multi sistem segala usia atau ras dan salah satu jenis
yang berfluktuasi dengan presentasi klinis kelamin.
yang beragam. Fluktuatif artinya naik turun
atau bisa kambuh. Multisistem dalam SLE
berbeda dengan DM Tipe 1, karena pada DM
Etiologi
hanya menyerang pankreas saja sedangkan  Penyebab produksi auto antibodi abnormal
SLE menyerang ke seluruh tubuh. dan perkembangan SLE masih belum
Komdisi abnormal fungsi imunologi dan diketahui
pembentukan antibodi terhadap antigen  Faktor genetik, lingkungan dan hormonal
“self” yang mendasari patogenesis SLE. mungkin berperan dalam hilangnya
toleransi “self” dan ekspresi penyakit.
Ciri Khas SLE  Teori yang populer adalah bahwa penyakit
Perkembangan auto antibodi menjadi autoimun seperti SLE berkembang individu
komponen nuklir seluler itu menyebabkan yang rentan secara genetik setelah terpapar
penyakit autoimun inflamasi kronis. agen pemicu, mungkin sesuatu di
lingkungan.
Epidemiologi  Agen lingkungan yang mungkin berperan
dalam induksi atau aktivasi SLE termasuk
 Insiden SLE di Amerika Serikat sinar matahari (yaitu sinar ultraviolet),
diperkirakan sebesar 5,6 hingga 7,3 per obat-obatan, bahan kimia seperti hidrazin
100.000 orang/tahun, dengan prevalensi (ditemukan dalam tembakau) dan amina
komplikasi pada sistem organ lain. aromatik (ditemukan dalam pewarna
 Penyakit ini terjadi terutama pada wanita, rambut), diet, estrogen lingkungan dan
dengan melaporkan rasio perempuan dan infeksi virus dan bakteri.
laki-laki mendekati 10:1.  Sejumlah virus telah diimplikasikan sebagai
 Mereka yang menderita SLE biasanya agen penyebab secara genetik orang yang
didiagnosis antara usia 15-45 tahun. rentan, tetapi banyak bukti secara tidak
 SLE dilaporkan lebih jarang terjadi pada langsung.
orang kulit putih dibandingkan orang lain  Selain itu, androgen dapat meningkatkan
kelompok etnis, termasuk kulit hitam, ekspresi autoimunitas dan peningkatan
Hispanik, Pribumi Amerika dan orang Asia. kadar prolaktin dalam sirkulasi yang terkait
dengan lupus pada pria atau wanita.

TABLE 85–6. Medications Implicated in


Drug-Induced Lupus
Acebutolol Interleukin 2 Pindolol  Produksi auto antibodi yang berlebihan
Amiodarone Isoniazid Primidone dihasilkan dari limfosit B hiperaktif.
Anti-TNF  Berbagai mekasnismee kemungkinan
Labetalol Procainamide
therapies menyebabkan hiperaktivitas sel-B, termasuk
Atenolol Lisinopril Propranolol hilangnya toleransi kekebalan “diri” dan
beban antigenik yang tinggi.
Captopril Lithium Propylthiouracil
Carbamazepine Mephenytoin Quinidine  Terdiri dari antigen dari luar dab di dalam
tubuh yang disajikan ke sel-B oleh sel-B lain
Chlorpromazinea Methimazole Reserpine
atau sel penyaji antigen spesifik (APCs).
Ciprofloxacin Methyldopa Simvastatin
 Penurunan lainnya proses pengaturan
Clobazam Metoprolol Streptomycin
kekebalan yang melibatkan limfosit-T
Clonidine Minocycline Sulfasalazine
(penekan sel-T), sitokin (misalnya,
Clozapine Nifedipine Tetracycline
interlukin, interferon-γ, faktor nekrosis
Oral Thiazide
Diltiazem tumor α, faktor pertubuhan transformasi
contraceptives diuretics
β), dan sel pembunuh juga mungkin
Para-
Ethosuximide Ticlopidine terlibat.
aminosalicylate
 Disregulasi kkebalan yang menyebabkan
Gold salts Penicillamine Timolol
hiperaktivitas sel-B digabungkan dengan
Griseofulvin Penicillin Tocainide pembersihan sel apoptosis yang rusak,
Hydralazine Phenytoin Valproate diikuti oleh pembentukan kompleks imun,
Hydroxyurea Phenylbutazone Verapamil aktivitas komplemen dan kerusakan.
Interferon (α, γ ) Phenelzine Zafirlukast Pembersihan kompleks imun semuanya
@Drugs dicetak tebal mewakili yang memiliki menyebabkan reaksi infalamasi yang pada
bukti asosiasi terbaik. akhirnya mengakibatkan cedera dan
kerusakan jaringan.
Patofisiologi
 SLE memiliki spektrum gejala dan
keterlibatan organ yang luas. Peristiwa
besar dalam pengembangkan SLE adalah
produksi berlebihan dan produksi auto
antibodi abnormal dan pembentukan
kompleks imun.
 Pasien dapat mengembangkan auto
antibodi terhadap beberapa komponen
inti, sitoplasma dan permukaan dari
berbagai jenis sel dalam berbgai sistem
organ selain yang dapat larut seperti
imunoglobulin G (Ig G) dan faktor
koagulasi ini.
 Fakta menggarisbawahi keterlibatan
berbagai sistem organ dari penyakit ini.
Discoid Lesion 9-29
Central Nervouse
Figure 85–1. Patogenesis lupus eritematosus sistemik. System 13-59

Pysichosis 5-37
Faktor lingkungan, seperti organisme
infeksius, obat-obatan, dan bahan kimia, Seizure 6-26
berfungsi sebagai agen pemicu yang rentan
Pulmonary
secara genetik dan hormonal individu untuk
menginduksi keadaan disregulasi kekebalan. Pleuritis 31-57

Pleural Effusion 12-40


 Respon imun abnormal ini menyebabkan
limfosit T-helper-2 hiperaktif dan Fungsi Cardiovaskular
limfosit-B. Fungsi limfosit-T penekan,
Pericarditis 2-45
sitokin produksi, mekanisme pembersihan
yang salah, dan mekanisme pengaturan Myocarditis 3-40
kekebalan lainnya juga tidak normal dan
gagal untuk menurunkan pengaturan Heart Murmur 1-44
pembentukan autoantibodi dari limfosit-B Hypertention 23-46
hiperaktif.
Renal 13-65
 Autoantibodi Terbentuk dari disregulasi
imun ini menjadi patogen, membentuk Gastrointestinal
kompleks imun, dan mengaktifkan
Nausea 7-53
komplemen yang berujung pada
kerusakan jaringan inang. Abdomal Pain 8-34
Bowel Humorrhage 1-6
Clinical Presentation (Vasculitis)
Hematologic
Clinical Presentation of SLE
Sign Sympyom (Gejala) Incidence (%) (Insiden) Anemia 30-78

Musculoskeletal Leukopenia 35-66

Arthritis and Athralgia 53-59 Thtombocytopenia 7-30

Lymphadenopathy 10-59
Consitutional

Fatigue 81 Ketika auto antigen bertemu dengan autoimun


Fever 41-86 maka akan terjadi kompleks imun dan
mengundang komplemen menjadi aktif dan akan
Weight Loss 31-71 memicu reaksi Inflamasi. Reaksi Inflamasi oleh
komplemen menyebabkan destruksi pada
Mucocutaneous 55-85 antigen, sehingga pada kasus SLE ini dapat
Butterfly Rash 10-61 menyebabkan sel yg normal menjadi rusak
karena tertanda sebagai target yg harus
Photosensitivity 11-45 dimusnahkan.

Raynaud’s Phenomenon 10-44


Clinical Presentation Lupus Nephritis
 Anemia ditemukan pada banyak pasie  Bukti klinis dari keterlibatan ginjal, seperti
SLE. Biasanya merupakan, dengan apusan peningkatan kreatinin serum atau tingkat
normokromik ringan, normositik dan proteinuria, umumnya dikaitkan dengan
konsentrasi besi serum rendah tetapi hasil yang lebih buruk dibandingkan
simpanan zat besi yang memadai. dengan pasien tanpa keterlibatan ginjal.
 Beberapa pasien mungkin  Kemajuan hingga penyakit ginjal stadium
mengembangkan anemia hemolitik akhir merupakan penyebab utama
dengan tes Coombs positif. morbiditas dan mortalitas di SLE. Namun,
 Leukopenia, biasanya ringan, ditemukan tingkat dan perjalanan penyakit ginjal
pada sekitar setenagh dari pasien SLE. cukup bervariasi, dan banyak pasien lupus
Baik granulosit dan limfosit mungkin nephritis melakukannya dengan sangat
terpengaruh, tetapi ada biasanya terjadi baik. Kesehatan Dunia.
penurunan limfosit yang lebih besar.  Organisasi (WHO) telah
 Trombositopenia dapat terjadi pada SLE, mengklasifikasikan lupus nephritis
sering kali selama eksaserbasi penyakit, berdasarkan karakteristik histologis yang
tetapi biasanya terjadi ringan dan tidak diamati setelah biopsi ginjal.
meningkatkan kecenderungan  Sistem ini, direvisi pada tahun 1995,
pendarahan. mengidentifikasi lupus nefritis sebagai
 Signifikan lain temuan terkait dengan SLE normal (kelas I), mesangial (kelas IIA dan
adalah adanya antibodi antifosfolipid IIB), proliferatif fokal (kelas IIIA-C),
seperti antikoagulan lupus (LA) dan menyebar proliferatif (kelas IVA-D),
antibodi antikardiolipin. Meskipun LA membran difus (kelas VA dan VB atau
diarahkan terhadap aktivator protrombin sklerosis lanjut (kelas VI)
kompleks dan menyiratkan potensi glomerulonefritis.
komplikasi pendarahan, ini bukan usus.  Banyak pasien berkembang dari satu
 Fakta adanya LA, antikardiolipin atau bentuk nefritis ke bentuk lain selama
antibodi antifosfolipid lain dapat dikaitkan proses penyakit.
dengan trombosis, neurologis, penyakit  Prediktor hasil yang lebih buruk pada
trombositopenia dan kematian janin. lupus nefritis proliferatif termasuk ras
 Peristiwa trombotik terjadi pada lebih dari Afrika-Amerika, peningkatan kadar
10% pasien dengan SLE. Tidak semua kreatinin serum, respon awal yang buruk
pasien dengan sindrom antifosfolipid terhadap obat imunosupresif, hipertensi,
menderita lupus. dan sindrom nefrotik persisten.
 Jika pasien tidak memiliki penyakit
autoimun yang terjadi bersamaan,
sindromnya adalah yang utama. Jika
pasien memiliki menyertai SLE, sindrom
ini bersifat sekunder.

Diagnosis
Setelah penyakit dicurigai, Tes Nucleolar Progressive
Nucleolar Systemic
Serologi dapat membantu dalam
RNA

menegakkan diagnosis. Tes serologi yang


ds = untai ganda; ss = untai tunggal
digunakan secara ekstensif untuk membantu
dalam diagnosis SLE adalah Tes Antibodi
Antinukelar Fluoresen (ANA). Hampir semua Treatment of SLE
pasien SLE positif ANA, tetapi penyakit lain Hasil pengobatan yang diinginkan untuk
juga dapat dikaitkan dengan hasil tes positif pasien SLE ada dua:
(Tabel 85-2); namun pada penyakit lain, (1) Manajemen gejala dan induksi remisi
banyak dari tes ANA positif memiliki titer selama flare penyakit
yang lebih rendah. (2) Mempertahankan remisi selama mungkin
 Pola imunofluoresensi dari tes ANA juga di antara flare penyakit. Flare = inflamasi.
mungkin memiliki nilai diagnostik (lihat
Tabel 85-2), dengan pola perifer (juga Terapi obat untuk SLE seringkali dirancang
disebut rim) yang spesifik untuk SLE. untuk menekan respon imun dan
 Mendeteksi antibodi terhadap konstituen peradangan. Kecuali lupus nephritis, uji klinis
inti tertentu juga mungkin berguna secara terkontrol besar membandingkan pilihan
diagnostik. Antibodi terhadap DNA asli pengobatan untuk SLE diperlukan.
(dsDNA) dan antigen Sm cukup spesifik
untuk dan dianggap sebagai diagnosis SLE.. Terapi non farmakologis untuk mengatasi
gejala dan membantu mempertahankan
 Contoh Hasil positif pada tes ANA adalah
remisi
Reumatik.
1. Kelelahan -> rutinitas istirahat & olah raga
TABLE 85–2. Antinuclear Antibody yang seimbang
Test: Patterns, Antigens, and Specificities 2. Menghindari merokok
3. Menggunakan derivat / turunan minyak
Patern Antigen Disease ikan
Peripheral Dsdna SLE 4. Batasi paparan sinar matahari & gunakan
sunblock
Acidic
Rheumatoid
Nuclear
Arthritis
Protein

Speckled Ribonucleopr
SLE
otein

Extractable
Nuclear Scleroderma
Antigen
Mixed
- Connectiv Tissue
Disease
Rheumatoid
Homogene
Dsdna, Ssdna
Arthritis General Approach To The
ous SLE, Drug-
Histones
Induced Lupus Management of SLE
Methylprednisolone
, 500–1000 mg IV Life-threatening
daily disease
× 3–6 d

Cyclophosphamide, Most commonly


0.5–1.0 g/m2 IV used in severe
monthly for 6 lupus nephritis;
months; then, every may be necessary
3 months for 2 for other severe
years or for 1 year disease
after remission manifestations

Azathioprine, 1–3
Cytotoxic mg/kg PO daily
untuk SLE yang
sudah berat

Cyclophosphamide,
1–3
mg/kg PO daily
TABLE 85–3. Drug Treatment of Systemic
Lupus Erythematosus
Mycophenolate
Drug mofetil, 1–3 g PO
Drug and Dose Indications
Class daily
Mild disease:
fever,
Various Agent
arthritis, skin
NSAID rash, serositis
AntiInflammatory
Dose

Hydroxychloroquine Mild disease:


arthritis, skin
, 200–400 mg PO rash,
daily serositis
Antimalarial
Chloroquine, 250– Initial control of
500 mg PO daily severe disease

Control of mild
Prednisone, 1–2 Disease or
Corticoster oid
mg/kg/d PO (or Maintenance
untuk equivalent) <1 after disease
maintenance SLE mg/kg/d (or
equivalent) suppression with
higher doses
Baselin Monitoring
e

Drug Toxicities to Monitor Evalua


t System Review Laboratory
i
o
n
Gastrointestinal CBC, creatinine, Dark/black stool, CBC yearly, creatinine
bleeding, hepatic urinalysis, AST, dyspep-sia, nausea / yearly
toxicity, renal ALT v omiting, ab-
Salicylates, NSAIDs
toxicity, dominal pain,
hypertension shortness of breath,
edema
Hypertension, Blood pressure, bone Polyuria, poly- Urinary dipstick for glucose every 3–
hyper-glycemia, den-sitometry, dipsia, edema, 6 months, total cholesterol yearly,
hyper-lipidemia, glu-cose, shortness of breath, bone densitometry yearly to assess
hypokalemia, potassium, blood osteoporosis
osteoporosis, cholesterol, tri- pressure,
avascular ne-crosis, glycerides (HDL, visu
Corticosteroids cata-ract, weight LDL) al
gain, in-fections, cha
fluid nges
retention ,
bon
e
pain
Macular damageNone unless patient is Visual changes Funduscopic and visual fields
over 40 years of every 6–12 months
Hydroxychloroquine age or has
previous eye
disease
Myelosuppression,CBC, platelet count, Symptoms of CBC and platelet count every 1–2
hepatoxicreatinine, AST or ALTmyelosuppression weeks with changes in dose (every
ct 1–3 months thereafter), AST yearly,
y, Pap test at regular intervals
ly
m
ph
op
Azathioprine rol
ife
rat
iv
e
dis
or
de
rs
Myelosuppression, CBC and differential Symptomsof CBC and urinalysis monthly, urine
myeloproliferati and platelet myelosuppressio cytology and Pap test yearly for
ve disorders, count, urinalysis n, hematuria, life
malignancy, infertility
immunosuppres
Cyclophosphamide sion,
hemorrhagic
cystitis,
secondary
infertility

Myelosuppression, CBC, hepatic Symptoms of CBC weekly during first month, twice
hepatotoxicity, function tests, myelosuppressio monthly during the second and
lymphoprolifer renal function n, diarrhea, third months, then monthly
Mycophenolate ative tests nausea through the first year
mofetil disorders,malign /vomiting, dyspepsia,
ancy abdominal pain,
dark/black stool
or blood in stool

NSAID = Obat anti Inflamasi Nonsteroid;


CBC = Hitung Darah Lengkap;
AST = Transaminase aspartat;
ALT = Transaminase Alanin;
HDL = Lipoprotein Densitas Tinggi;
LDL = Lipoprotein Densitas Rendah.

Dimodifikasi dari American College of Rheumatology Ad Hoc Committee on Systemic Lupus


Erythematosus Guidelines. Panduan untuk rujukan dan pengelolaan lupus eritematosus
sistemik pada orang dewasa. Arthritis Rheum 1999; 42: 1790 (dengan izin). Ref lainnya. 25, 110,
dan 111
Farmakoterapi Gangguan Imunologi & Onkologi
Chapter 5 : Allergic & Pseudoallergic Drug Ractions

pertama obat dan reaksi kecuali


Scope penerima sudah pernah.
 Reaksi obat alergi adalah efek merugikan 5. Peka karena terpapar obat
yang melibatkan mekanismu inumologis. sebelumnya, yang dapat menyebabkan
 Efek obat yang merugikan tidak terbukti alergi langsung
dimediasi kekebalan tetapi menyerupai 6. Reaksi direproduksi bahkannahlan
alergi reaksi dalam presentasi klinis dengan dosis obat yang sangat kecil
mereka disebut sebagai allergic-like atau 7. Rekasi dapat dihasilkan kembali oleh
pseudoallergic reaksi. zat-zat dengan struktur kimia yang
serupa
 Obat merugikan yang dimediasi secara
8. Ada eusinofilia darah tepi
imunologis reaksi menyumbang 6% sampai
9. Rekasi hilang setelah obat dihentikan
10% dari semua yang merugikan reksi obat.
TABLE 86–1. Classification of Allergic Drug Reactions
Mekanisme Alergi Characteris Typical Drug
Type Descriptor
Reaksi Obat t ics Onset Causes

Anaphylac tic Alergen Within 30 Penicillin


Obat-obatan dapat menyebabkan alergi dengan mengikat
(IgE mediated) min immediate
berbagai mekanisme imunologi. Meskipun IgE basofil reaction
beberapa reaksi didefinisikan dengan relatif atau sel Blood
I mast products
baik, sebagian besar disebabkan oleh menghasilk Polypeptid
mekanisme yang tidak diketahui atau a n rilis e
obat hormones
kurang dipahami. inflamasi Vaccines
Dextran
Reaksi Obat dapat dimediasi secara Cytotoxic Kerusakan Typically 5- Penicillin,
sel terjadi 12 h quinidine,
imunologis karena phenylbut
antigen azone,
1. Rekasi terjadi pada sebagian kecil terkait sel thiouracils,
pasien yang menerima obat itu sulfonamid
memulai es,
2. Reaksi yang diamati tidak menyerupai sitolisis methyldop
efek farmakologis obat II dengan a
3. Manifestasinya mirip dengan yang antibodi
spesifik
terlihat pada reaksi alergi lainnya, antigen (Ig
misalnya analfilaksis, urtikaria, G atau Ig
M). Paling
penyakit serum sering
4. Ada jeda waktu antara paparan melibatkan
darah
elemen
Cellular Elements
Type Descriptor
Characterist Typical Drug  Berbagai sel mungkin terlibat di dalamnya
ics Onset Causes reaksi obat imunologis.
Immune Kompleks 3-8 h Maybe  Basofil, sel mast, eosinofil, dan limfosit
complex antigen- caused by
antibodi paling sering terkena.
penicillins,
bentuk dan
deposit pada
sulfonamid  Trombosit dan sel endotel vaskular adalah
es,
darah dinding radiocontr juga penting karena mereka juga bisa
kapal dan ast agents, melepaskan sejumlah mediator inflamasi.
III aktifan hydantoins
melengkapi.  Sebagian besar sel tubuh, termasuk sel
Hasilnya saraf, dapat terlibat langsung atau tidak
adalah
sindrom langsung dalam reaksi alergi obat.
seperti
penyakit
serum Types of Hypersensitivity
Penicillin,
Cell mediated Antigen 24-48 h quinidine, Reactions
(delayed) menyebabkan phenylbut
aktivasi azone,
limfosit, yang thiouracils,
IV melepaskan sulfonamid
mediator es,
inflamasi methyldop
a

Efektor Reaksi Lergi


Obat
 Reaksi obat alergi dapat melibatkan
sebagian besar komponen utama dari
sistem kekebalan, termasuk elemen
seluler, imunoglobulin, komplemen, dan
sitokin.
 Sebagian besar isotipe imunoglobulin
telah ditemukan terlibat dalam obat
yang dimediasi secara imunologis reaksi.
 Imunoglobulin E (IgE) terikat pada basofil
atau sel mast memediasi reaksi langsung
(anafilaktiktipe).
 Antibodi IgG atau IgM juga mungkin
terlibat reaksi alergi, mengakibatkan
kerusakan sel dan jaringan.
makromolekul. Spesies yang bergabung
dengan
Mediator Reaksi Alergi
Histami, serotonin, faktor kemotaktik makromolekul pembawa disebut sebagai hapten
eosinofil, faktor kemotaktik neutrofil dan
 Beberapa obat makromelucular seperti
faktor penghasil bradikinin., juga dikenal
insulin, disebut antigen lengkap karena
sebagai basofil kalikrein dari anafilaksis
ukurannya besar cukup untuk memulai
dipicu oleh antigen ikatan silang molekul
respons imun tanpa mengikat protein lain.
Ig E pada permukaan basofil yang
bersikulasi dan sel mast jaringan.
Mediator yang baru dibuat termasuk faktor Manifestasi Klinis dan
pengaktif platelet dan metabolit asam
arakidonat misalnya, Alergi Reaksi Seperti
prostagladin,
tromboksan dan leukotrien.
Alergi
Kalsifikasi Reaksi Obat 1. Anafilaksis
Manifestasi anafilaksis mungkin termasuk tanda
Imunopatologi dan gejala yang merujuk pada kulit, saluran
pencernaan, saluran pernapasan, dan sistem
 Molekul dengan berat molekul kecil
kardiovaskular atau kombinasi dari
(<10.000 MW) tidak bersifat
semuanya sistem
imunogenik. Kebanyakan obat lebih
kecil dari 1000 MW. Untuk menjadi  Dermatologis --> urtikaria, angiodema,
imunogenik, senyawa kecil ini harus dan pruritus
terlebih dahulu bergabung dengan  Gastrointestinal --> mual, sakit perut,
protein pembawa dalam plasma atau muntah, dan diare.
jaringan.  Saluran pernafasan --> stridor, dispnea,
 Kombinasi obat yang terikat pada atau wheezing.
protein pembawa dapat dikenali sebagai  Manifestasi kardiovaskular utama termasuk
obat asing, yang mengarah ke respon hipotensi, takikardia, dan aritmia
imun.
 Onset: 30 menit tetapi hampir selalu
 Semakin banyak jumlah obat yang dalam 2 jam setelah terpapar alergen
terikat secara kimiawi dengan protein, pemicu.
semakin besar resiko terjadinya reaksi
alergi.
2. Penyakit Serum
 Penicillin G (356 MW) adalah contoh
Timbulnya penyakit serum biasanya terjadi 7
obat yang mengikat secara kovalen
sampai 14 hari setelah pemberian antigen.
protein serum melalui amida. atau
hubungan disulfida.  Demam, malaise, dan limfadenopati
adalah manifestasi klinis yang paling
 Senyawa induk terlebih dahulu harus
umum. Arthralgias,urtikaria, dan erupsi
diubah menjadi metabolit sebelum
dapat digabungkan dengan kulit morbilliform juga dapat ditemukan.
 Seringkali dikaitkan dengan pemberian
antiserum heterolog, penyakit serum
juga dapat disebabkan oleh obat-obatan, 5. Vaskulitis
Vaskulitis adalah proses klinikopatologi yang
ditandai dengan inflamasi dan nekrosis
dinding pembuluh darah.
termasuk sulfonamida, hidantoin, penisilin,
 Secara khas, vaskulitis kulit
minosiklin, dan sefalosporin, hydralazine,
dimanifestasikan oleh lesi purpura yang
procainamide, isoniazid, dan fenitoin.
bervariasi dalam ukuran dan jumlah.
Vaskulitis juga mungkin dimanifestasikan
3. Obat Demam sebagai papula, nodul, ulserasi, atau lesi
Metildopa, prokainamid, fenitoin, barbiturat, vesikulobulosa, umumnya terjadi pada
kuinidin, dan berbagai antibiotik dapat ekstremitas bawah, tetapi ekstremitas atas,
mempengaruhi sistem saraf pusat secara termasuk tangan, juga mungkin terlibat.
langsung untuk mengubah pengaturan  Obat yang terkait dengan vaskulitis
suhu atau merangsang pelepasan dari
termasuk allopurinol, antibiotik β-laktam,
pirogen interleukin 1 endogen dan faktor
sulfonamid, diuretik tiazid, dan fenitoin.
nekrosis tumor) dari sel darah putih.

6. Reaksi Dermatologis
4. Autoimunitas yang Reaksi kulit adalah yang paling umum manifestasi
Diinduksi Obat reaksi alergi obat. Meskipun sebagian besar
Gangguan autoimun terkait obat yang umum reaksi dermatologis demikian ringan dan
dikenali adalah lupus eritematosus sistemik sembuh segera setelahnya menghentikan
(SLE) yang disebabkan oleh procainamide, obat, beberapa mungkin berkembang serius
hydralazine, atau isoniazid. Obat lain yang atau bahkan mengancam jiwa reaksi
terkait dengan SLE termasuk metildopa, (misalnya, nekrolisis epidermal toksik atau
sindrom Stevens-Johnson).
penyekat β adrenergik, penicillamine,
quinidine, interferon-γ, dan sulfasalazine. TABLE 86–2. Top 10 Drugs or Agents Reported to Cause
 Manifestasi klinis yang paling umum Skin Reactions
termasuk artralgia, mialgia, dan Reactions per 1000
Drugs
poliartritis. Ruam wajah, bisul, dan Recipients
alopecia lebih jarang terjadi. Amoxicillin 51.4

 Keterlibatan ginjal atau paru juga dapat Trimethoprim-


33.8
terjadi. Reaksi ini biasanya berkembang sulfamethoxazole
menjadi beberapa reaksi bulan setelah Ampicillin 33.2
memulai obat. Paparan dan umumnya Lapodate 27.8
hilang segera setelah dihentikan.
Blood 21.6
Cephalosporins 21.1
Erythromycin 20.4
Dihyd 19.1
ralazin
e  Dosis yang relatif lebih besar atau durasi
hydro pengobatan yang lebih lama
chlori mendorong perkembangan kepekaan
de obat. Rute pemberian juga
Penicillin G 18.5
Cyanocobalamin 17.9
mempengaruhi sensitivitas obat. Rute topikal
pemberian obat tampaknya menjadi
7. Reaksi Pernapasan yang paling mungkin untuk membuat
Manifestasi saluran pernapasan dapat terjadi peka dan mempengaruhi reaksi obat.
akibat cedera langsung pada saluran napas Rute Oral adalah yang paling aman,
atau mungkin terjadi sebagai komponen dan rute parenteral adalah yang paling
dari reaksi sistemik (misalnya, anafilaksis). berbahaya untuk pemberian obat pada
Asma dapat disebabkan oleh aspirin dan individu yang sensitif.
NSAID lain atau oleh sulfit yang  Faktor pejamu individu juga penting
digunakan sebagai pengawet dalam dalam menentukan kepekaan obat.
makanan dan obat-obatan. Mungkin ada genetik kecenderungan
untuk beberapa jenis reaksi alergi.
8. Reaksi Hematologi Asetilator lambat prokainamida dan
Sebagian besar elemen yang terbentuk dan hidralazin berada di peningkatan risiko
komponen yang dapat larut dari sistem SLE.
hematopoietik mungkin dipengaruhi oleh  Usia tampaknya terkait dengan risiko
reaksi obat imunologis. reaksi alergi karena lebih jarang terjadi
 Eosinofilia adalah manifestasi umum pada anak-anak. Ini mungkin terkait
dari hipersensitivitas obat dan mungkin dengan ketidakmatangan sistem
satu-satunya menyajikan tanda. kekebalan atau penurunan eksposur.
 Anemia hemolitik dapat terjadi akibat
hipersensitivitas terhadap obat-obatan. Obat Yang Biasa Menyebabkan Alergi
Lain reaksi hematologi termasuk
trombositopenia, granulositopenia, dan atau Reaksi Obat seperti Alergi
agranulositosis. Drug Manifestation Mecha

Mengikat secara
Factors Are Related To The Occurance Erupsi kovalen ke residu
Or Severity Of Allergic Drug Makulopapular, lisin dari Protein
Beta lactam Eosinofilia, Stevens- seperti albumin
Reactions/ Faktor Terkait Dengan antibiotics; Johnson Sindrom,
Penicillin Dan Eksfoliatif
melalui amida
Hubungan yang
Keberadaan Atau Reaksi Obat Alergi Infeksi Kulit melibatkan cincin β-
laktam
Kepatingan
 Dosis, rute pemaparan, dan sensitivitas
individu sebagaimana ditentukan oleh
usia, genetika, dan faktor lingkungan.
Pelepasan histamin 2. Pengobatan tanda dan gejala klinis
dan pemicuan sel yang merugikan
mast dalam reaksi 3. Penggantian dengan agen lain, jika
Efek kardiovaskular,
langsung yang
Radiocontrast Aritmia,
parah, menyarankan
perlu
Media perubahan 4. Identifikasi pasien yang berisiko tinggi
aliran yang
ginjal Darah
dimediasi IgE, untuk reaksi alergi obat memerlukan
diuresis, atau sejarah yang cermat dan kinerja tes
proteinuria.
khusus untuk mengevaluasi sensitivitas.
Lokal atau sistemik Reaksi yang
Insulin (urtikaria atau dimediasi Ig E
terhadap insulin
A. pengujian kulit perkutan
anafilaksis
(tusukan)
Volu
Aspirin Dan Material m
Sensitivitas e
NSAID 1
Urtikaria / t
Blokade Pre-pen
Angioedema e
Aspirin and Siklooksigena 6x106
Atau t
NSAIDs e-1 M
Rinosinusitis / e
Memfasilitasi s
Asma
Produksi 1
Arakidonik t
Penisillin G
Alternatif e
10.000
Metabolit Asa t
U/mL e
Reaksi sulfonamida s
yang dimediasi 1
kekebalan Obat β- t
Demam diikuti Oleh laktam e
Sulfonamides melibatkan t
ruam 3
produksi mg/mL e
metabolit reaktif s
(hidroksilamin) 1
t
0,03% kontrol e
album-
Anticonvulsants t
saline
: e
phenytoin Demam, Ruam, s
, Limfadenopati, 1
Reaksi yang dimediasi t
phenobarbital, Dan Organ Kontrol
Eosinofil e
carbamaz Dalam hism=t t
epine, Keterlibatan amin e
and s
lamotrigin
e 1. Tempatkan setetes bahan uji pada
permukaan volar lengan bawah
2. Tusuk kulit dengan jarung tajam yang
Treatment of Allergic Reactions dimasukkan melalui tetesan di sudut 45°
Prinsip dasar : dengan lembut mengencangkan kulit
1. Penghentian obat atau agen bila selama 15 menit
memungkinkan. 3. Tafsirkan respons kulit setelah 15 menit
4. Bintik minimal 2x2 mm dengan eritema  Saat presentasi, perhatian harus diberikan
dianggap positif terlebih dahulu untuk menghentikan
5. Jika uji tusuk tidak reaktif, lanjutkan ke agen yang mungkin melanggar, jika
uji intradermal memungkinkan, dan memulihkan fungsi
6. Jika kontrol histamin tidak reaktif, pernapasan dan kardiovaskular.
pengujian dianggap tidak bisa ditafsirkan
 Epinefrin diberikan sebagai pengobatan
utama untuk melawan bronkokonstriksi
b. Pengujian Kulit Intradermal dan vasodilatasi
Volu
Material m  Jika tekanan darah tidak dipulihkan oleh
e epinefrin, kristaloid harus diberikan
Pre-pen 0,2
6x106 m secara intravena mengembalikan volume
M L intravaskular
Penisillin G 0,2
10.000 m  Cairan intravena harus diberikan di awal
U/mL L kursus untuk mencegah syok.
Obat β-
laktam
0,2  Ketika pasien dengan anafilaksis
m
3 L mengalami hipotensi, vasopresor juga
mg/mL
0,03% kontrol 0,2 akan dibutuhkan sebagai tambahan
album- m kristaloid.
saline L
Kontrol 0,2  Nor-epinefrin adalah agen
hism=t m vasokonstriktor pilihan untuk
amin L
pengobatan syok anafilaksis dopamin
juga mungkin bermanfaat.
1. Suntikkan 0,02-0,03 mL setiap bahan uji
secara intradermal (jumlah yang cukup  Agen lain mungkin diperlukan untuk
untuk menghasilkan bleb kecil) pengobatan reaksi anafilaksis:
Kortikosteroid adalah direkomendasikan

2. Tafsirkan respons kulit setelah 15 menit


3. Wheal minimal 6x6 mm dengan eritema untuk mengurangi risiko reaksi fase-akhir
dan minimal 2 mm lebih besar dari (sebagai imunosupresan). Aminofilin dapat
kontrol negatif dianggap positif digunakan sebagai tambahan terapi untuk
4. Jika kontrol histamin tidak reaktif, bronkospasme. Penghambat reseptor
pengujian dianggap tidak bisa histamin (H1) (seperti diphenhydramine)
ditafsirkan mungkin diberikan untuk mengurangi
5. Antihistamin dapat menumpulkan beberapa gejala yang berhubungan dengan
respon dan menyebabkan negatif palsu anafilaksis.
reaksi
1. Tempatkan pasien dalam posisi
telentang dan angkat ekstremitas.
Managemen Anafilaksis 2. Pantau tanda-tanda vital sesering
Anafilaksis membutuhkan pengobatan segera mungkin (atau terus menerus jika
untuk meminimalkan risiko morbiditas memungkinkan).
serius atau kematian. 3. Terapkan tourniquet proksimal ke
tempat injeksi antigen; keluarkan
setiap 10–15 menit. orofaringeal, intubasi endotrakeal,
4. Berikan epinefrin 1: 1000 ke dalam kateterisasi transtrakea, atau
area nonoklusi: 0,3- 0,5 mL secara krikotirotomi.
subkutan atau intramuskular pada 7. Berikan oksigen pada 6-10 L/menit.
orang dewasa dan 0,01 mL/kg secara 8. Lakukan penggantian cairan secara
subkutan atau intramuskular pada cepat dengan natrium klorida 0,9%,
anak-anak. Ringer laktat, atau larutan koloid
5. Berikan epinefrin 1: 1000 berair ke (misalnya albumin 5% atau 4%
tempat injeksi antigen; 0,15-0,25 mL hetastarch).
secara subkutan pada orang dewasa 9. Untuk hipotensi pada orang dewasa,
dan 0,005 mL/kg secara subkutan pada berikan norepinefrin, 32 mcg/
anak- anak.
6. Tetapkan dan pertahankan jalan
napas dengan alat saluran napas
10. menit (gunakan 8 mg dalam 500 mL dekstrosa 5%) dengan kecepatan yang disesuaikan
untuk tekanan darah rendah normal. Sebagai alternatif, berikan dopamin pada 2-10
mcg/kg/menit secara intravena.
11. Jika ada hipotensi refrakter, berikan simetidin 300 mg atau ranitidin 50 mg, secara
intravena selama 3-5 menit.
12. Jika terdapat bronkospasme, berikan aminofilin 6 mg/kg secara intravena selama 20 menit.
13. Berikan hidrokortison natrium suksinat 100 mg intravena (dorong) dan 100 mg intravena
dalam larutan garam setiap 2-4 jam untuk memblokir reaksi fase akhir.
14. Berikan diphenhydramine 1–2 mg/ kg secara intravena (hingga 50 mg) selama 3 menit
untuk memblokir reseptor histamin-1.
15. Untuk orang dewasa yang menggunakan β-adrenergic blocker, berikan atropin (0,5 mg
intravena) setiap 5 menit sampai denyut jantung lebih dari 60 denyut/menit, atau
isoproterenol 2-20 mcg/menit secara intravena dititrasi ke denyut jantung 60
denyut/menit, atau glukagon 0,5 mg/kg secara intravena (dorong) diikuti oeh 0,07
mg/kg/jam terus menerus secara intravena.

From Weiss ME, Adkinson NF, Clin Allergy 1988;18:515–540.


Farmakoterapi Gangguan Imunologi & Onkologi
Chapter 6 : Imunisasi

Definisi → Imunisasi atau vaksinasi


adalah prosedur untuk meningkatkan respon imun yang dapat bereaksi dengan
derajat imunitas, memberikan imunitas reseptor antigen tersebut yg dapat
protektif dengan menginduksi respon diproduksi oleh sel B (antibodi) dan
memori terhadap patogen tertentu/toksin reseptor antigen pada permukaan sel T
dengan menggunakan preparat antigen  Vaksin yang sering digunakan terdiri dari
non virulen/nontoksin antigen yang multipel yg masing-masing
 Imunitas perlu dikembangkan untuk memiliki antigenisitas spesifik atau epitop
jenis antibodi/sel efektor imun yang  Antigen eksternal biasanya digunakan
benar dalam vaksinasi
 Antibodi diproduksi oleh imunisasi → Antigen permukaan dari komponen
harus efektif terutama terhadap mikroba pertama yg berinteraksi dgn host
mikroba ekstraseluler dan produknya  Maka respon humoral dan selular yang
(toksin) diinduksi vaksin menghasilkan produk
 Antibodi mencegah adherens mikroba yang menginaktifkan potensi patogenik
masuk ke dalam sel untuk mikroba
menginfeksinya, atau efek yang
merusak sel dengan menetralkan toksin
(difteri, klostridium). Vaksin yang Dikembangkan
Manusia
Istilah Imunogenisitas Vaksin Jenis
dan Antigenisitas Bakteri
 Imunogenisitas merupakan sifat dasar Antigen dalam alam yang
bahan tertentu (imunogen). Antraks diperoleh dari infiltrat
biakan
 Imunogen : bahan yg dapat
Kolera Virus kolera mati
menginduksi respon imun
 Respon imun ditandai dengan induksi H. Influenza Polisakarida Tipe B
sel B untuk memproduksi Ig dan Polisakarida golongan A, C,
aktivasi sel T untuk melepas sitokin M. Meningitis V, W dari N,
meningitis
 Antigenesitas adalah kemampuan suatu
bahan (antigen) untuk menginduksi Pertusis B. Pertusis mati
Yersinia pestia (dilemahkan
Pes digunakan di beberapa
bagian dunia)

Polisakarida dari 23 serotipe


Pneumokok S. Pneumonie

Tetanus Toksoid

Tuberkulosis BCG dilelehkan

Tifoid S. Tifi mati

Toksoid (penggunaaan
Botulisme terbatas pada peneliti
laboratorium)

B. abortus (dilemahkan)
Bruselosis strain 19

Riketsia

Anda mungkin juga menyukai