Anda di halaman 1dari 22

Penyakit Kompleks Imun

Text book PAPDI VI

Narakusuma Wirawan

Pembimbing:
dr. Ketut Suardamana Sp.PD-KAI
PENDAHULUAN

Pembentukan kompleks imun atau kompleks


antigen antibodi merupakan proses alami
mempertahankan tubuh terhadap antigen yang
larut, misalnya toksin bakteri.
Penyakit kompleks imun adalah sekelompok
penyakit yang didasari oleh adanya endapan
kompleks imun pada organ spesifik, jaringan
tertentu atau beredar dalam pembuluh darah
PENDAHULUAN

Kompleks imun dapat berasal dari ikatan antigen-antibodi dalam


sirkulasi ataupun terbentuk jaringan setempat
Setelah terbentuk kompleks imun akan teraktivasi berbagai
mediator inflamasi seperti komplemen pemicu PMN dan monosit
ke tempat lesi.
Komplemen yang diaktifkan akan melepas mediator inflamasi
antara lain: C3a dan C5a yang bersifat kemotaksis dan anafilatoksis
serta sitolisin yang menyebabkan lisis jaringan sekitarnya
PMN dan monosit juga akan melepas bahan toksik yang berasal dari
metabolisme oksigen dan arginin memperberat kerusakan
jaringan sekitar
PENDAHULUAN

Penyakit kompleks imun ini dibagi atas 2 kelompok, yaitu: kelompok


penyakit kompleks imun alergi dan non alergi
KOMPLEKS IMUN ALERGI : KOMPLEKS IMUN NON-
ALERGI :
Reaksi Artus, reaksi serum Lupus eritematosus sistemik
sickness, alergik bronko- (LES), vaskulitis,
alveolaris. glomerulonefritis, artritis
rematoid, dan demam
reumatik.

Walaupun etiologi spesifik penyakit ini sangat bervariasi namun


patofisiologi secara umum sama.
PATOFISIOLOGI
Dasar patofisiologi penyakit kompleks imun ini adalah
reaksi hipersensitivitas tipe lll menurut Gell dan Comb
(antigen antibody complex)
Kompleks antigen-antibodi pada jaringan atau
sirkulasi/dinding pembuluh darah mengaktifkan
komplemen
Antibodi disini biasanya jenis lgM atau lgG, dan dapat
pula berupa lgA atau lgE.
Antibodi lgG dan lgM mengaktifkan komplemen melalui
jalur klasik sedangkan lgA melalui jalur alternatif.
PATOFISIOLOGI

Dalam kedaaan normal kompleks imun


dimusnahkan oleh sel fagosit mononuklear tanpa
bantuan komplemen.
Dalam proses tersebut, ukuran kompleks
merupakan faktor yang penting.
Kompleks yang besar dapat dengan mudah dan
cepat dimusnahkan oleh makrofag dalam hati,
sedangkan kompleks kecil sulit untuk dimusnahkan
karena itu dapat lebih lama berada dalam sirkulasi.
PATOFISIOLOGI
REAKSI ARTHUS
FENOMENA ARTHUS Manifestasi kompleks imun yang bersifat lokal
dan biasanya membutuhkan antigen dan
antibodi dalam jumlah besar

Antigen yang disuntikkan membentuk kompleks yang tidak larut dalam


sirkulasi atau mengendap pada dinding pembuluh darah agregat
menjadi besar aktivasi komplemen, C3a dan C5a (anafilatoksin)
meningkatkan permeabilitas pembuluh darah dan terjadi edem.

Komponen lain yang berperanan adalah faktor kemotaktik. Neutrofil dan


trombosit mulai menimbun di tempat reaksi dan mengakibatkan statis dan
obstruksi total aliran darah.

Neutrofil yang diaktifkan memakan kompleks imun dan bersama dengan


trombosit yang digumpalkan melepas berbagai bahan toksik seperti
oksigen radikal bebas, protease, kolagenase dan bahan vasoaktif.
Akhirnya terjadi perdarahan disertai dengan nekrosis jaringan setempat
REAKSI ARTHUS

Injeksi lokal Inflamasi lokal,


peningkatan cairan
antigen pada Aktivasi FcIII
Formasi lokal dan pelepasa
individu imun dan degranulasi sel
kompleks imun protein, fagositosis,
dengan antibodi mast dan oklusi aliran
IgG darah
REAKSI SERUM SICKNESS
Penyakit kompleks imun alergik yang bersifat sistemik akibat
pemberian serum heterolog.
lstilah ini berasal dari Pirquet dan Schick yang menemukannya
sebagai konsekuensi imunisasi pasif pada pengobatan infeksi
seperti difteri dan tetanus dengan antiserum asal kuda.

1-2 minggu
Reaksi sistemik berupa Keadaan berat jarang terjadi,
panas dan gatal (urtikaria), bisa melibatkan jantung,
Tanda radang
bengkak-bengkak ginjal, dan gejala neorologis
Akut Lokal
(angioedema), kemerahan seperti mono/ polineuropati,
pada tempat
dan rasa sakit sindrom Guillain-Barre serta
injeksi
di beberapa bagian badan, meningo-ensefalitis
sendi dan kelenjar limfoid

Gejala ringan tersebut akan menghilang sendiri (self limited)


setelah 7-30 hari.
ASPERGILOSIS BRONKOPULMONARY ALERGIK
Peradangan saluran napas yang ditemukan pada pasien atopi
usia muda.
Memperlihatkan gejala alergi terhadap jamur aspergilus
fumigatus
Menyebabkan kerusakan pada bronkus (bronkiektasis) dan
kerusakan parenkim paru.
Antibodi lge terbentuk terhadap alergen spora sedangkan lgg
terhadap alergen miselium. Tidak didapatkan peningkatan titer
lge yang menyolok pada keadaan eksaserbasi akut
Gambaran klinis penyakit ini menyerupai asma dengan tanda-
tanda serangan demam, batuk produktif, nyeri dada dan
kelelahan. Pada pemeriksaan fisis paru, ditemukan ronki yang
menunjukan adanya infiltrat.
ASPERGILOSIS BRONKOPULMONARY ALERGIK
2 MEKANISME IMUN
1. KOMPLEKS IMUN YANG 2. KOMPLEKS IMUN YANG
TERBENTUK DARI TERJADI AKIBAT IKATAN
ANTIGEN ASPERGILUS IgE DENGAN ALERGEN
DAN ANTIBODI (LGG) ASPERGILUS YANG
Terjadi aktivasi komplemen MENEMPEL PADA
dan sel-sel fagosit MASTOSIT,
INFLAMASI SALURAN Terjadi reaksi
NAPAS hipersensitivitas tipe I
akibat penglepasan
histamin dan mediator
lainnya

Aspergilosis bronkopulmonari alergik ini termasuk dalam


kelompok penyakit Former's lung disease.
LUPUS ERITEMATOSIS SISTEMIK (LES)
TANDA UTAMA LES Imunoglobulin terbentuk terhadap
beberapa komponen badan misalnya DNA, kadang-kadang
dibentuk imunoglobulin terhadap single stranded DNA atau
nukleohiston

Imunoglobulin membentuk kompleks DNA yang


berasal dari degradasi jaringan normal.
Agregrat kompleks imun disaring di ginjal dan
mengendap di membran basal glomerulus.
Kompleks lainnya mungkin mengaktifkan komplemen
dan menarik glanulosit dan menimbulkan reaksi
inflamasi sebagai glomerulonefritis LUPUS
NEFRITIS
ARTRITIS REUMATOID (AR)
Dibentuk lg yang berupa lgM (disebut rheumotoid faktor, RF)
yang spesifik terhadap fraksi Fc dari molekul lgG.

Kompleks RF dan lgG ditimbun di sinovial sendi dan


mengaktifkan komplemen yang melepas mediator dengan
sifat kemotaktik dan lisis jaringan setempat. Respons
inflamasi yang disertai peningkatan permeabilitas vaskular
menimbulkan pembengkakan sendi dan nyeri bila eksudat
bertambah banyak.

Enzim hidrolitik yang dilepas pada reaksi ini dapat pula


menimbulkan destruksi permukaan sendi sehingga
mengganggu fungsi normal sendi tersebut.
ARTRITIS REUMATOID (AR)
DEMAM REMATIK

lnfeksi Streptokokus golongan A


dapat menimbulkan inflamasi dan
kerusakan jantung, sendi dan
ginjal. Berbagai antigen dalam
membran Streptokokus
bereaksi silang dengan antigen
dari otot jantung, tulang
rawan dan membran glomerulus
DIAGNOSIS LABORATORIUM
Penunjang diagnosis dan sebagai pemantau
PEMERIKSAAN KADAR keberhasilan terapi karena berkorelasi
KOMPLEKS IMUN dengan status penyakit pasien

Pemeriksaan antigen spesifik dalam


kompleks imun sulit dilakukan sehingga
1. Analisis kompleks lebih dikembangkan dengan
imun dalam serum menggunakan tekhnik antigen
atau cairan tubuh lain nonspesifik
Teknik yang sering dipakai untuk
menemukan kompleks imun di sirkulasi
adalah cell line limfoma (sel raji)
2. Analisis spesimen Penemuan kompleks imun dalam
jaringan untuk melihat serum berguna untuk menilai dan
komponen endapan
memantau penyakit serta efek
kompleks imun
(imunoglobulin, pertukaran plasma
komplemen, kadang- Pemeriksaan kompleks imun di dalam
kadang antigen) jaringan lebih bermakna dibanding
dengan teknik dengan pemeriksaan kompleks imun
imunofiuoresen. dalam sirkulasi
DIAGNOSIS LABORATORIUM
PEMERIKSAAN KOMPLEMEN
untuk mengukur fungsi komplemen dan menentukan sifat
antigenik komplemen (cara Mancini)
Golongan komplemen: Bila kadar C4 dan C3 rendah tetapi faktor B
normal,maka itu berarti aktivasi komplemen
1. Komponen dini pada jalur hanya terjadi melalui jalur klasik.
klasik (C1,C4,dan C2);
2. Komponen dini pada jalur Bila kadar C4, C3, dan semua faktor B
alternatif (faktor B, D,dan P); semuanya rendah, kemungkinan besar
3. Komponen lambat pada juga terjadi aktivasi melalui jalur
alternatif.
kedua jalur (C3 dan C9)
Tetapi bila kadar C4 normal dengan kadar
C3 dan faktor B rendah, berarti ada
aktivasi melalui jalur alternatif saja

Pengukuran C3 dan C4 akan membantu pemantauan pengobatan pasien


glomerulonefritis dan vaskulitis. Kadar yang rendah biasanya menjadi normal
pada remisi
DIAGNOSIS LABORATORIUM
PEMERIKSAAN JARINGAN BIOPSI
1. Jaringan biopsi dapat digunakan untuk pemeriksaan imunoglobulin,
komplemen, dan kadang-kadang antigen. Pada jaringan yang rusak
maupun yang sehat, dapat terjadi endapan kompleks imun yang
mengandung ketiga unsur tersebut.
2. Jaringan biopsi untuk pemeriksaan imunofluoresen tidak boleh difisasi dan
sebelum diwarnai, harus dicuci dengan larutan garam untuk mengurangi
fluoresensi yang timbul dari jaringan itu sendiri (fluoresensi intrinsik).

PEMERIKSAAN AUTOANTIBODI
1. Autoantibodi seperti ANA (Anfi Nuclear Antibody), ds'DNA, SMA (Smooth
Muscules Antibody) dapat ditemukan melalui beberapa cara, antara lain
dengan teknik imunofluoresen, RlA, dan countercurent electrophoresis.
2. Rheumatoid foctor (RF) adalah lgM yang bereaksi dengan lgG sebagai
antigen. Cara menggunakan lateks sering terjadi positif semu sehingga dapat
diperiksa dengan cara rosewaaler
PENGOBATAN
Tatalaksana penyakit kompleks imun dapat dilakukan dengan
menghilangkan antigen penyebab dan menghentikan
respons inflamasi.

Tatalaksana Anti histamin untuk urtikaria


suportif Asetaminofen untuk demam, myalgia dan atralgia

Serum sickness self limited dan jarang mengancam jiwa, paling penting
hentikan agen penyebab, pada kasus akibat bahan sitotoksik dapat
dilakukan plasmaparesis

Aspergilosis Bronkopulmonari alergi steroid dosis tinggi untuk


mencegah kerusakan parenkim paru dan mengurangi gejala inflamasi
akut, pemberian anti jamur aspergilus tidak terbukti memberikan manfaat
PENGOBATAN
Pada penyakit kompleks imun non-alergik seperti SLE, Artritis
rematoid, dan Glomerulonefritis dapat diberikan steroid dengan dosis
yang bervariasi tergantung berat ringannya penyakit.
Pada umumnya kelainan yang Pada keadaan yang lebih berat
ringan dapat diberikan dosis steroid dapat diberikan dosis tinggi
rendah (1 mg/KgBB). (2 mg/KgBB) atau mega dose
(500-1000 mg/hari selama 3 hari
berturut-turut).

Pemberian steroid jangka panjang, dipilih golongan yang mempunyai


efek samping lebih kecil seperti metil prednisolon.

Pada keadaan tertentu yang berat atau respons steroid tidak


memuaskan dapat ditambahkan pula obat imunosupresif seperti
klorokuin, siklofosfamid, metotreksat ataupun siklosporin.
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai