Disusun oleh :
Kelompok 5
Kelas B
ANGGOTA KELOMPOK
Nida Salma Mardiyyah (I1A018003)
Zahrania Berlianti (I1A018010)
Asti Nadia Anindita (I1A018018)
Nurul Hafidzah (I1A018022)
Shaffira Indah Paramesti (I1A018023)
Rizqika Puspa Anggie R. (I1A018033)
Ferdyan Adham Anggoro (I1A018038)
Fadel Raditya Bagus P. (I1A018046)
Yulianti Wijayati (I1A018063)
Virgita Dradjanti (I1A018076)
Rizkya Nur Inayah (I1A018106)
i
HALAMAN PENGESAHAN
5. Waktu
Ara Amalia
I1A017040
DAFTAR ISI
ii
HALAMAN PENGESAHAN................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................iii
DAFTAR TABEL..................................................................................................v
DAFTAR GAMBAR.............................................................................................vi
DAFTAR LAMPIRAN........................................................................................vii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
A. Latar Belakang..............................................................................................1
B. Tujuan...........................................................................................................4
C. Manfaat............................................................................................................5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................6
A. Mahasiswa.....................................................................................................6
B. Penyakit COVID-19......................................................................................7
C. Kebijakan Protokol Kesehatan COVID-19.................................................15
D. Adaptasi Kebiasaan Baru............................................................................18
E. Kepatuhan Protokol Kesehatan COVID-19................................................20
F. Teori Perubahan Perilaku............................................................................21
G. Kerangka Teori...........................................................................................23
BAB III METODE PELAKSANAAN................................................................24
A. Kerangka Konsep........................................................................................24
B. Sasaran........................................................................................................24
C. Materi..........................................................................................................25
D. Metode........................................................................................................26
E. Media..........................................................................................................26
F. Lokasi Kegiatan..........................................................................................26
G. Desain Evaluasi...........................................................................................27
H. Instrumen Evaluasi......................................................................................29
I. Manajemen dan Analisis Data....................................................................29
J. Tim Pelaksana.............................................................................................30
K. Jadwal Kegiatan..........................................................................................31
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN.............................................................33
A. Hasil............................................................................................................33
1. Gambaran Umum Mahasiswa Universitas Jenderal Soedirman.............33
iii
2. Analisis Univariat....................................................................................35
3. Analisis Bivariat......................................................................................46
B. Pembahasan.................................................................................................48
a. Analisis Univariat....................................................................................48
b. Analisis Bivariat......................................................................................49
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN...............................................................53
A. Kesimpulan.................................................................................................53
B. Saran............................................................................................................53
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................55
iv
DAFTAR TABEL
v
DAFTAR GAMBAR
vi
DAFTAR LAMPIRAN
YLampiran 1. Angket..............................................................................................
Lampiran 2. Output SPSS...................................................................................68
vii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Akhir tahun 2019 tepatnya pada bulan Desember, dunia dihebohkan
dengan sebuah kejadian yang membuat banyak masyarakat resah yaitu dikenal
dengan virus corona (COVID-19). Kejadian tersebut bermula di Tiongkok,
Wuhan (Yuliana, 2020). Awalnya, penyakit ini dinamakan sementara sebagai
2019 novel coronavirus (2019-nCoV), kemudian WHO mengumumkan nama
baru pada 11 Februari 2020 yaitu Coronavirus Disease (COVID-19) yang
disebabkan oleh virus Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus-2 (SARS-
CoV-2) (WHO, 2020).
Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) adalah penyakit jenis baru yang
belum pernah diidentifikasi sebelumnya pada manusia. Virus corona adalah
zoonosis (ditularkan antara hewan dan manusia). Berdasarkan bukti ilmiah,
COVID-19 dapat menular dari manusia ke manusia melalui percikan batuk/bersin
(droplet). Orang yang paling berisiko tertular penyakit ini adalah orang yang
kontak erat dengan pasien COVID-19 termasuk yang merawat pasien COVID-19
(Kemenkes RI, 2020). Selain itu, virus dapat menyebar akibat menyentuh
permukaan benda yang terkontaminasi dan kemudian menyentuh wajah
seseorang. Penyakit COVID-19 dapat menular saat orang yang menderitanya
memiliki gejala, meskipun penyebaran mungkin saja terjadi sebelum gejala
muncul. Periode waktu antara paparan virus dan munculnya gejala biasanya
sekitar lima hari, tetapi dapat berkisar dari dua hingga empat belas hari (Rothan &
Byrareddy, 2020).
Munculnya COVID-19 telah menarik perhatian global. Pada 30 Januari
2020, WHO telah menyatakan COVID-19 sebagai darurat kesehatan masyarakat
yang menjadi perhatian internasional (Dong et al., 2020). Sejak kasus pertama di
Wuhan, terjadi peningkatan kasus COVID-19 di China setiap hari dan memuncak
diantara akhir Januari hingga awal Februari 2020. Awalnya kebanyakan laporan
datang dari Hubei dan provinsi di sekitar, kemudian bertambah hingga ke
provinsi-provinsi lain dan seluruh China (Wu & McGoogan, 2020). Penambahan
viii
jumlah kasus COVID-19 berlangsung cukup cepat dan sudah terjadi penyebaran
antar negara. Sampai dengan tanggal 23 Oktober 2020, 04:15 GMT telah
mencapai 41.994.442 kasus yang tersebar di berbagai negara dan teritori, dengan
total kematian mencapai 1.142.744 dan sebanyak 31.187.231 berhasil sembuh.
Jumlah kasus terbanyak berada di Amerika yaitu mencapai 8.661.651 kasus dan
terendah di Wallis and Futuna dengan 1 kasus. Jumlah kematian tertingg
Munculnya COVID-19 telah menarik perhatian global. Pada 30 Januari 2020,
WHO telah menyatakan COVID-19 sebagai darurat kesehatan masyarakat yang
menjadi perhatian internasional (Dong et al., 2020). Sejak kasus pertama di
Wuhan, terjadi peningkatan kasus COVID-19 di China setiap hari dan memuncak
diantara akhir Januari hingga awal Februari 2020. Awalnya kebanyakan laporan
datang dari Hubei dan provinsi di sekitar, kemudian bertambah hingga ke
provinsi-provinsi lain dan seluruh China (Wu & M cGoogan, 2020). Penambahan
jumlah kasus COVID-19 berlangsung cukup cepat dan sudah terjadi penyebaran
antar negara. Sampai dengan tanggal 23 Oktober 2020, 04:15 GMT telah
mencapai 41.994.442 kasus yang tersebar di berbagai negara dan teritori, dengan
total kematian mencapai 1.142.744 dan sebanyak 31.187.231 berhasil sembuh.
Jumlah kasus terbanyak berada di Amerika yaitu mencapai 8.661.651 kasus dan
terendah di Wallis and Futuna dengan 1 kasus. Jumlah kematian tertinggi di
Amerika yaitu sebanyak 228.381 kasus kematian.
Negara Indonesia adalah salah satu dari berbagai negara di dunia yang
mengalami dampak COVID-19. Pandemi ini telah menimbulkan keresahan dan
ketakutan bagi seluruh masyarakat Indonesia karena dapat menular secara mudah
melalui manusia. Indonesia melaporkan jumlah kasus corona telah mencapai
377.541 kasus terkonfrmasi dengan pertambahan kasus sebanyak 4.432 dan
12.959 kematian per 23 Oktober 2020 (Kemenkes RI, 2020). Provinsi dengan
jumlah kasus tertinggi yaitu DKI Jakarta (98.206 kasus), Jawa Timur (50.069
kasus), Jawa Barat (32.643 kasus), Jawa Tengah (30.731 kasus), dan Sulawesi
Selatan (17.767 kasus) (Kemenkes RI, 2020). Kabupaten Banyumas yang terletak
di wilayah Provinsi Jawa Tengah merupakan salah satu kabupaten yang paling
terdapak COVID-19 dengan kasus sebanyak 3.195 kasus terkonfirmasi dengan 25
kasus kematian per 23 Oktober 2020 (Pemerintah Kabupaten Banyumas, 2020)
ix
Pandemi COVID-19 telah menyebabkan dampak negatif pada seluruh
sektor pemerintahan dan masyarakat (Rizal, 2020). Hal ini membuat pemerintah
Indonesia menetapkan beberapa kebijakan untuk mengantisipasi dan mengurangi
tingginya penularan virus corona antara lain membatasi kegiatan di luar rumah,
sekolah dilakukan dari rumah, bekerja dari rumah, dan beribadah juga dilakukan
dari rumah (Yunus dan Rezki, 2020). Kebijakan ini dimuat dalam Peraturan
Pemerintah Nomor 21 Tahun 2020 dan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 9
Tahun 2020 tentang Pembatasan Sosial Berskala Besar dalam Rangka Percepatan
Penanganan Coronavirus Disease 2019. Kebijakan ini dibentuk untuk mengurangi
peningkatan dan penyebaran COVID-19 di wilayah tertentu. Menurut peraturan
tersebut, pelaksanaan PSBB mengatur beberapa aktivitas masyarakat seperti
beralihnya pelaksanaan sekolah dan kerja, pembatasan moda transportasi,
penundaan kegiatan sosial dan budaya, pembatasan kegiatan di tempat atau
fasilitas umum, pembatasan kegiatan keagamaan serta pembatasan kegiatan
lainnya.
Kebijakan juga berlaku di bidang pendidikan khususnya pendidikan tinggi.
Beberapa universitas telah mempersiapkan beberapa scenario untuk eraadaptasi
kebiasaan baru saat ini. Menurut LLDIKTI (2020) terdapat beberapa skenario di
wilayah kampus diantaranya adalah seluruh civitas akademika diharapkan untuk
selalu mendisiplinkan diri dengan penerapan pola hidup bersih dan sehat (PHBS),
membuat tim gugus tugas pencegahan COVID-19 yang melibatkan seluruh warga
kampus, serta menyediakan tempat cuci tangan pada setiap ruangan, dan
menyiapkan kartu kewaspadaan dan self assessment.
Dalam hal ini, masyarakat berperan penting dalam mendukung
keberhasilan penerapan kebijakan pemerintah. Menurut Harjudin (2020) apabila
masyarakat tidak dapat mematuhi protokol kesehatan yang telah dikeluarkan oleh
pemerintah, maka dapat dipastikan jumlah kasus terkonfirmasi COVID-19 terus
meningkat. Kepatuhan masyarakat dapat dilihat ketika mereka dapat menerima
kemudian berusaha untuk memenuhi dan mengikuti arahan dan peraturan dari
pemerintah (Harjudin, 2020). Ini selaras dengan pernyatan Blass (1999) yang
menyatakan bahwa kepatuhan itu sendiri ialah ketika individu menerima perintah
dari orang lain atau menunjukkan perilaku taat terhadap sesuatu atau seseorang.
x
Individu dapat dikatakan patuh pada perintah orang lain atau aturan, yakni ketika
individu memiliki tiga dimensi kepatuhan yang terkait dengan sikap dan tingkah
laku patuh yaitu mempercayai, menerima dan melakukan aturan yang diberikan.
Fenomena yang terjadi di lapangan saat ini justru masih banyak
masyarakat yang kurang peduli dengan aturan dan kebijakan yang dibuat oleh
pemerintah. Menurut Simanjuntak dan Rina (2020), hal ini dapat disebabkan
adanya culture shock di dalam masyarakat yang terjadi karena kebiasaan yang
tidak biasa dilakukan sebelum adanya pandemi diharuskan untuk dilakukan
sebagai cara hidup yang baru. Menurut Harjudin (2020) selama PSBB
diberlakukan, tidak sedikit warga melakukan pelanggaran. Polantas Polda Metro
Jaya mencatat, antara tanggal 10 April – 5 Mei 2020 di DKI Jakarta saja totalnya
ada 27.348 pelanggaran. Di Kebupaten Bayumas sendiri, tercatat sebanyak 465
kasus pelanggaran penggunaan masker (Radar Banyumas, 2020).
Melihat hal tersebut, diperlukan upaya edukasi untuk meningkatkan
pengetahuan dan kesadaran masyarakat tentang pentingnya mentaati protokol
kesehatan di rumah, tempat umum, di dalam sarana transportasi dan tempat kerja.
Seluruh elemen masyarakat khususnya mahasiswa berperan penting terhadap
keberhasilan penerapan kebijakan kehidupan tatanan. Disamping menaati protokol
kesehatan, mahasiswa juga dapat berkontribusi langsung menjadi relawan atau
aktivis sosial, dan memberikan pemahaman pada masyarakat tentang COVID-19.
Penerapan protocol kebijakan penanggulangan COVID-19dalam bidang sarjana,
profesi dan spesialis tentunya membutuhkan serangkaian perubahan, baik dalam
pelaksanaan pengajaran klasikal maupun praktikum (Masruroh, 2020).
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mengetahui efektivitas metode Webinar terhadap peningkatan
pengetahuan dan sikap tentang kepatuhan protokol kesehatan COVID-19 pada
mahasiswa Universitas Jenderal Soedirman tahun 2020.
xi
2. Tujuan Khusus
a. Mendeskripsikan karakteristik mahasiswa (umur, jenis kelamin, jurusan,
pengetahuan, dan sikap).
b. Mendeskripsikan pengetahuan mahasiswa tentang kepatuhan protokol
kesehatan sebelum dan sesudah dilakukan intervensi.
c. Mendeskripsikan sikap mahasiswa tentang kepatuhan protokol kesehatan
sebelum dan sesudah dilakukan intervensi.
d. Mendeskripsikan perubahan pengetahuan sebelum dan sesudah intervensi.
e. Mendeskripsikan perubahan sikap sebelum dan sesudah intervensi.
C. Manfaat
1. Bagi Mahasiswa
Meningkatkan pemahaman mahasiswa tentang kepatuhan protokol
kesehatan melalui metode pembelajaran webinar serta diharapkan
mahasiswa dapat menumbuhkan sikap yang sesuai dengan kepatuhan
protokol kesehatan COVID-19.
2. Bagi Universitas
Sebagai bahan masukan untuk melakukan program pengoptimalan
protokol kesehatan COVID-19 pada mahasiswa dengan cara pemberian
materi terkait kepatuhan protokol kesehatan melalui metode webinar serta
memberikan informasi bagi pihak universitas untuk menjadi bahan diskusi
mengenai kepatuhan protokol kesehatan mahasiswa.
3. Bagi Peneliti
Meningkatkan kemampuan serta menambah ilmu pengetahuan peneliti
sehingga bisa berbagi ilmu pengetahuan dengan mahasiswa Universitas
Jenderal Soedirman lainnya.
xii
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Mahasiswa
1. Pengertian Mahasiswa
Mahasiswa terbagi menjadi dua suku kata yaitu maha dan siswa.
Maha artinya “ter” dan siswa artinya “pelajar” jadi mahasiswa artinya
terpelajar. Bahwa seorang mahasiswa tidak hanya mempelajari bidang yang
ia pelajari tapi juga mengaplikasikan serta mampu menginovasi dan
berkreatifitas tinggi dalam bidang tersebut. Mahasiswa juga bertindak
sebagai penggerak yang mengajak seluruh masyarakat untuk dapat bergerak
dalam melakukan perubahan ke arah yang lebih baik lagi, dengan
pertimbangan berbagai ilmu, gagasan, serta pengetahuan yang mereka
miliki. Bukan waktunya lagi sebagai mahasiswa hanya diam dan juga tidak
peduli dengan permasalahan bangsa dan juga negarannya, karena dipundak
merekalah (mahasiswa) titik kebangkitan suatu negara atau bangsa diletakan
(KBBI, 2000)
Mahasiswa adalah setiap orang yang secara terdaftar untuk
mengikuti pelajaran disebuah perguruan tinggi dengan batasan umur sekitar
18 – 30 tahun. Mahasiswa merupakan suatu kelompok dalam masyarakat
yang memperoleh statusnya, karena adanya ikatan dengan suatu perguruan
tinggi. Mahasiswa sebagai pembelajar di perguruan tinggi dituntut tidak
hanya memiliki ketrampilan teknis. Mahasiswa seharusnya mempunyai
daya dan kerangka pikir serta sikap mental dan kepribadian tertentu yang
disebut dalam Suwardjono sebagai kepribadian kesarjanaan atau
kecendikiaan.
Menurut Siswoyo (2007: 121) mahasiswa dapat didefinisikan
sebagai individu yang sedang menuntut ilmu ditingkat perguruan tinggi,
baik negeri maupun swasta atau lembaga lain yang setingkat dengan
perguruan tinggi. Mahasiswa dinilai memiliki tingkat intelektualitas yang
tinggi, kecerdasan dalam berpikir dan kerencanaan dalam bertindak.
Berpikir kritis dan bertindak dengan cepat dan tepat merupakan sifat yang
xiii
cenderung melekat pada diri setiap mahasiswa, yang merupakan prinsip
yang saling melengkapi.
B. Penyakit COVID-19
1. Pengertian COVID-19
COVID-19 adalah penyakit menular yang disebabkan oleh jenis
virus corona yang baru ditemukan. Ini merupakan virus baru dan penyakit
yang sebelumnya tidak dikenal sebelum terjadi wabah di Wuhan, Tiongkok,
xiv
bulan Desember 2019. Coronavirus adalah suatu kelompok virus yang dapat
menyebabkan penyakit pada hewan atau manusia. Beberapa jenis
coronavirus diketahui menyebabkan infeksi saluran nafas pada manusia
mulai dari batuk pilek hingga yang lebih serius seperti Middle East
Respiratory Syndrome (MERS) dan Severe Acute Respiratory Syndrome
(SARS). Coronavirus jenis baru yang ditemukan menyebabkan penyakit
COVID-19 (WHO, 2020).
2. Perkembangan COVID-19
Menurut data WHO, sampai saat ini tercatat 41.104.946 kasus
terkonfirmasi, 1.128.325 kasus kematian, dan 423.819 kasus baru. Kasus
COVID-19 terus meningkat sejak akhir bulan Maret 2020 sampai saat ini.
Situasi pandemi COVID-19 berdasarkan wilayah di WHO yaitu Amerika
menempati urutan pertama dengan 19.040.071 kasus terkonfirmasi,
kemudian urutan kedua Asia Tenggara dengan 8.679.128 kasus
terkonfirmasi, urutan ketiga Eropa dengan jumlah kasus terkonfirmasi
8.576.945, Mediterania timur sebanyak 2.836.187 kasus terkonfirmasi,
Afrika sebanyak 1.276.311 kasus terkonfirmasi, dan Pasifik Barat sebanyak
695.563 kasus terkonfirmasi. Di Indonesia terdapat 373.109 Kasus
terkonfirmasi dan kasus kematian sebanyak 12.857.
3. Cara Penularan
Menurut Li, dkk (2020), kemungkinan cara penularan COVID-19
melalui :
a. Secara langsung: melalui droplets/ percikan dari mulut saat bersin,
batuk, dan kontak dekat.
b. Secara tidak langsung: penularan melalui aerosol dimungkinkan
ketika manusia telah lama terpapar dengan aerosol konsentrasi tinggi
dalam ruang yang relatif tertutup
xv
4. Gejala dan Tanda
Infeksi COVID-19 dapat menimbulkan gejala ringan, sedang, atau
berat. Gejala klinis utama yang muncul yaitu demam (suhu >30 ˚C), batuk
dan kesulitan bernapas. Beberapa sindrom klinis yang dapat muncul jika
terinfeksi. Beberapa gejala dan sindrom tersebut diantaranya adalah sebai
berikut:
a. Tidak berkomplikasi
Kondisi ini merupakan kondisi teringan. Gejala yang muncul
tergolong umum seperti, demam, batuk kering, dapat disertai dengan
nyeri tenggorok, kongesti hidung, malaise, sakit kepala, dan nyeri
otot. Perlu diperhatikan pada pasien dengan lanjut usia dan pasien
immunocompromise presentasi gejala menjadi tidak khas atau
atipikal. Selain itu, pada beberapa kasus ditemui tidak disertai
dengan demam dan gejala relatif ringan. Pada kondisi ini pasien
tidak memiliki gejala komplikasi diantaranya dehidrasi, sepsis atau
napas pendek.
b. Pneumonia ringan
Gejala utama dapat muncul seperti demam, batuk dan sesak.
Namun tidak ada tanda pneumonia berat. Pada anak-anak dengan
pneumonia tidak berat ditandai dengan batuk atau susah bernapas
atau tampak sesak disertai napas cepat atau takipneu.
c. Pneumonia berat
Pada pasien dewasa, timbul gejala sebagai berikut:
1) Gejala: demam atau curiga infeksi saluran napas
2) Tanda; takipnea (frekuensi napas > 30 kali/menit, distress
pernapasan berat
Pada apasien anak – anak, gejala seperti batuk atau tampak
sesak, ditambah satu diantara kondisi berikut:
1) Sianosis central atau SpO2< 90%
2) Distress napas berat (retraksi dada berat)
3) Pneumonia dengan tanda bahaya (tidak mau menyusu atau
minum: letargi atau penurunan kesadaran; atau kejang)
xvi
d. Acute Respiratory Disease Syndrome (ARDS)
ARDS adalah kelainan yang progresif secara cepat dan
awalnya bermanifestasi klinis sebagai sesak napas (dyspneu dan
tachypneu) yang kemudian dengan cepat berubah menjadi gagal
napas (Pneumatikos, 2012).
Onset: baru atau perburukan gejala respirasi dalam 1 minggu
setelah diketahui kondisi klinis. Derajat ringan beratnya ARDS
berdasarkan kondisi hipoksemia. Hipoksemia didefinisikan tekanan
oksigen arteri (PaO2) dibagi fraksi oksigen inspirasi (FIO2) <300
mmHg.
e. Sepsis
Kondisi disregulasi tubuh terhadap suspek infeksi atau
infeksi yang terbukti dengan disertai disfungsi organ. Tanda
disfungsi organ: perubahan status mental, susah bernapas atau
frekuensi napas cepat, saturasi oksigen rendah, keluaran urin
berkurang, frekuensi nadi meningkat, nadi teraba lemah, tekanan
darah rendah, terdapat bukti laboratorium koagulopati,
trombositopenia, asidosis, tinggi laktat.
f. Syok septik
Definisi syok septik yaitu hipotensi presisten setelah
resusitasi volum adekuat sehingga diperlukan vasopressor untuk
mempertahankan MAP ≥ 65 mmHg dan serum laktat >2 mmol/ L.
xvii
b. Tahap patogenesis
1) Masa inkubasi
Tahap inkubasi adalah tenggang waktu antara
masuknya bibit penyakit ke dalam tubuh peka terhadap
penyebab penyakit (Lauer et al, 2020). Tahap ini berlangsung
antara 1-14 hari hingga timbul gejala, pada umumnya terjadi
dalam waktu 3 hingga 7 hari. Gejala umum tahap ini adalah:
a) Demam
b) Rasa lelah
c) Batuk kering
xviii
c. Tahap Pasca Patogenesis
6. Definisi Kasus
Merujuk pada definisi kasus Aditama, T, Y, dkk (2020), definisi
kasus COVID-19 adalah sebagai berikut:
a. Pasien dalam pengawasan atau kasus suspek/possible
Seseorang dapat mengalami:
1) Demam ≥38˚C atau riwayat demam
2) Batuk atau pilek atau nyeri tenggorokan
3) Pneumonia ringan sampai berat berdasarkan klinis dan/ atau
gambaran radiologis, (pada pasien immunocompromised
presentasi kemungkinan atipikal)
Dan disertai minimal satu kondisi sebagai berikut:
1) Memiliki riwayat perjalanan ke Tiongkok atau wilayah atau
negara yang terjangkit dalam 14 hari sebelum timbul gejala.
2) Petugas kesehatan yang sakit dengan gejala samasetelah
merawat pasien infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) berat
xix
yang tidak diketahui penyebab atau etiologi penyakitnya,
tanpa memperhatikan riwayat bepergian atau tempat tinggal.
b. Pasien infeksi pernapasan akut dengan tingkat keparahan ringan
sampai berat dan salah satu berikut dalam 14 hari sebelum onset
gejala:
1) Kontak erat dengan pasien kasus terkonfirmasi atau probable
COVID-19.
2) Riwayat kontak dengan hewan penular (jika hewan sudah
teridentifikasi).
3) Bekerja atau mengunjungi fasilitas layanan kesehatan dengan
kasus terkonfirmasi atau probable infeksi kasus COVID-19
di wilayah Tiongkok atau wilayah/ negara yang terjangkit.
4) Memiliki riwayat perjalanan ke Wuhan dan memiliki demam
(suhu ≥ 38˚ C atau riwayat demam.
xx
e. Kasus terkonfirmasi
Seseorang yang secara laboratorium terkonfirmasi terinfeksi
COVID-19.
7. Pencegahan
Menurut Kemenkes RI (2020) beberapa upaya pencegahan yang
dapat dilakukan pada masyarakat diantaranya adalah sebagai berikut:
a. Cuci tangan dengan sabun dan air sedikitnya selama 20 detik.
Gunakan handsanitizer berbasis alkohol yang setidaknya
mengandung alkohol 60%, jika air dan sabun tidak tersedia.
b. Hindari menyentuh mata, hidung dan mulut dengan tangan yang
belum dicuci.
c. Sebisa mungkin hindari kontak dengan orang yang sedang sakit.
d. Apabila sedang sakit gunakan masker medis, tetap tinggal dirumah
saat anda sakit atau segera ke fasilitas kesehatan yang sesuai, jangan
banyak beraktivitas diluar.
e. Tutupi mulut dan hidung saat batuk atau bersin dengan tissue, atau
sesuai dengan etika batuk dan bersin yang benar.
f. Bersihkan dan lakukan disinfeksi secara rutin permukaan dan benda
yang sering disentuh.
g. Hindari kontak dengan hewan ternak atau hewan liar tanpa
perlindungan.
h. Menerapkan pola hidup sehat (meningkatkan sistem imun tubuh).
i. Hindari tempat-tempat yang ramai dan berkerumun, dengan
mengikuti anjuran dari Pemerintah untuk stay at home.
8. Pengobatan
Dalam kasus ini belum ditemukan obat atau vaksin yang spesifik
untuk mencegah infeksi COVID-19, tetapi terdapat pengobatan dengan
antivirus secara dini dapat mengurangi timbulnya kasus yang parah dan
kritis. Menurut Adji (2020) meskipun tidak ada bukti klinis untuk obat
antivirus yang efektif, saat ini strategi antivirus berdasarkan karakteristik
xxi
SAR-CoV-2 diadopsi sesuai dengan Protokol Diagnosis dan
Penatalaksanaan COVID-19 sebagai berikut:
a. Obat Antivirus
Lopinavir atau ritonavir (2 kapsul, per oral per 12 jam)
dikombinasikan dengan arbidol (200 mg per oral per 12 jam)
diberikan sebagai regimen dasar. Jika regimen dasar tidak efektif,
klorokuin fofat dapat digunakan pada orang dewasa berusia antara
18-65 tahun. Remdesivir menunjukan aktivitas in vitro terhadap
SARS-2 Virus telah digunakan untuk pengobatan pada pasien di
China dan USA.
b. Antisyok dan Antihipoksima
Selama progres dari kondisi sakit parah menjadi kritis, pasien
dapat mengalami hipoksemia berat, kaskade sitokin, dan infeksi
parah yang dapat berkembang menjadi syok. Hal ini ditujukan untuk
menghilangkan insentif pemicu dan pemulihan cairan. Penggunaan
kortikosteroid yang tepat dan dalam jangka pendek sedini mungkin
untuk menghambat kaskade sitokin dan mencegah progres penyakit
harus dipertimbangkan untuk pasian positif COVID-19 yang parah.
Indikasi untuk kortikosteroid:
1) Untuk pasian dalam kondisi sakit parah dan kritis
2) Untuk pasien yang demam tinggi berkelanjutan (suhu >390C)
3) Untuk pasien dengan hasil tomografi komputer (CT) yang
menunjukan bercak-bercak pada area paru-parunya (Liang,
2020).
xxii
a. Menjalankan langkah-langkah pencegahan standar untuk semua
pasien.
b. Memastikan identifikasi awal dan pengendalian sumber
c. Menerapkan pengendalian administratif
d. Menggunakan pengendalian lingkungan dan rekayasa
e. Menerapkan langkah-langkah pencegahan tambahan empiris atas
kasus pasien dalam pengawasan dan konfirmasi COVID-19, yang
meliputi kewaspadaan kontak dan droplet dan kewaspadaan
airborne pada prosedur yang menimbulkan aerosol.
xxiii
memastikan bahwa lingkungan tempat pemantauan kondusif untuk
memenuhi kebutuhan fisik, mental, dan medis yang diperlukan orang
tersebut. Idealnya, satu atau lebih fasilitas umum yang dapat digunakan
untuk observasi harus diidentifikasi dan dievaluasi sebagai salah satu
elemen kesiapsiagaan menghadapi COVID-19. Evaluasi harus dilakukan
oleh pejabat atau petugas kesehatan masyarakat.
xxiv
dalam kantong jenazah yang tidak mudah tembus sebelum dipindahkan ke
kamar jenazah.
xxv
tahan tubuh serta tersedianya infrasturuktur yang memadai untuk mendukung
aktivitas sehari-hari (Agustino et al, 2020).
Setelah WHO mengeluarkan gagasan adaptasi kebiasaan baru,
Pemerintah Indonesia juga ikut dalam megadopsi gagasan adaptasi kebiasaan
baru namun Indonesia belum sepenuhnya memenuhi kriteria untuk menerapkan
kebijakan adaptasi kebiasaan baru Hal tersebut dapat dilihat dari kurva
persebaran COVID-19, di Indonesia persebaran COVID-19 masih terus
menanjak dan belum sampai pada titik balik. Namun karena berbagai
pertimbangan seperti berbagai variasi kurva persebaran COVID-19 yang
berbeda-beda di setiap daerah dan perlunya segera untuk memulihkan kembali
aktivitas ekonomi sehingga menjadi pertimbangan untuk diterapkannya
kebijakan adaptasi kebiasaan baru (Mas’udi dan Winanti, 2020).
Di Indonesia, adopsi adaptasi kebiasaan baru mulai diterapkan pada
pertengahan Juni 2020 yang merupakan transisi untuk mendorong kembali
bergulirnya aktivitas ekonomi dan sosial. Pemerintah Indonesia juga
mendefinisikan adaptasi kebiasaan baru sebagai upaya dalam membudayakan
hidup bersih dan sehat dengan rajin mencuci tangan, menggunakan masker,
menjaga jarak dan menghindari kerumunan. Namun upaya penerapan ini masih
menimbulkan polemik ditengah masyarakat. Terdapat pandangan yang
menganggap bahwa penerapan adaptasi kebiasaan baru akan meningkatkan
kasus COVID-19. Di sisi lain, penerapan adaptasi kebiasaan baru dianggap
sebagai upaya meredam kerentanan masyarakat dengan menggerakkan kembali
aktifitas sosial dan ekonomi yang sempat terhenti (Agustino et al, 2020).
Oleh karena itu, penerapan adaptasi kebiasaan baru perlu direncanakan
secara komprehensif. Dalam pelaksanaannya, kebijakan ini memerlukan
kolaborasi semua pemangku kepentingan. Pemerintah sebagai pemangku
kepentingan utama berperan dalam pembuatan kebijakan, regulasi, pendanaan
untuk pembangunan sarana dan prasarana, penyiapan protokol kesehatan serta
perangkat untuk melakukan pengawasan. Organisasi non–pemerintah termasuk
di dalamnya lembaga sosial dan keagamaan dapat berperan membantu
memberikan edukasi kepada masyarakat.
xxvi
Sementara itu, perusahaan yang bergerak di bidang industri, jasa dan
media berperan membantu pemerintah menyediakan sarana dan prasarana,
menyebar luaskan informasi, melakukan pengawasan serta menjalankan
protokol kesehatan. Sedangkan kalangan akademisi dapat menyumbangkan
berbagai kajian multidisplin untuk memberi masukan terhadap pelaksanaan
kebijakan adaptasi kebiasaan baru. Kemudian, masyarakat berpartisipasi dalam
menjalankan protokol kesehatan yang sudah ditetapkan secara disiplin
(Widayatun, 2020).
xxvii
Permasalahan perilaku kesehatan pada masyarakat adalah kurangnya
kesadaran untuk memakai masker, jaga jarak, malas mencuci tangan serta
tidak memakai handsanitizer. Pemerintah melalui Kementerian Kesehatan tak
henti-hentinya melakukan sosialisasi dan edukasi kepada masyarakat agar
memahami protokol kesehatan yang harus dilakukan dimanapun kita berada
terutama di lingkungan sekitar. Tatanan kehidupan baru dapat dilakukan setelah
adanya indikasi penurunan kurva penyebaran COVID-19 menurun. Tersedianya
fasilitas kesehatan yang mumpuni dan pengawasan yang ketat. Inilah yang
menjadi tanggung jawab kita bersama dalam menghadapi adaptasi kebiasaan
baru di tengah pandemi COVID-19 (Anugerah, 2020).
Dalam hal ini, masyarakat merupakan pihak yang berperan signifikan
dalam mendukung keberhasilan penerapan kebijakan protokol kesehatan. Jika
masyarakat tidak patuh pada protokol kesehatan maka dikhawatirkan jumlah
kasus terkonfirmasi COVID-19 akan terus meningkat. Mengubah cara pandang
dan perilaku masyarakat atas situasi dan kondisi yang terjadi pada saat pandemi
bukanlah hal yang sederhana. Transisi menuju kebiasaan baru akan
menimbulkan cultural shock di masyarakat sebab kehidupan yang tidak biasa
dilakukan, harus dilakukan sebagai cara hidup baru (Widayatun, 2020).
Sebagai reaksi atas katidakpatuhan masyarakat, pemerintah
menggunakan aparat keamanan (TNI, Polri, maupun Satpol PP) untuk memaksa
masyarakat patuh terhadap himbauan dan kebijakannya. Pergelaran aparat secara
massif sebagai kekuatan paksa menjadi pemandangan menyolok selama
penanganan COVID-19. Bukan saja sebagai pengaman kebijakan, TNI/Polri
juga sangat mendominasi struktur organisasi Gugus Tugas Penanganan COVID-
19 dari pusat sampai ke daerah. Namun sesungguhnya penggunaan aparat secara
berlebihan menunjukkan ketidakberdayaan pemerintah dalam menjalankan
fungsinya, terkait krisis legitimasi yang dialaminya. Dalam kondisi legitimasi
yang kritis, pemerintah tidak dapat secara efisien menunjukkan fungsinya tanpa
menggunakan kekuatan paksa (Harjudin, 2020).
xxviii
Teori Stimulus Organism Response (SOR)
Teori SOR oleh Hovland, sebagai singkatan dari Stimulus-
Organism-Response. Teori ini merupakan turunan dari bullet theory dan teori
hipodemik. Objek material dari teori ini adalah manusia yang meliputi : sikap,
opini, dan perilaku tertentu jika mendapat stimulus tertentu pula. Efek yang
ditimbulkan adalah tanggapan atau reaksi khusus terhadap stimulus atau
pesan tertentu, sehingga komunikator dapat mengharapkan dan
memperkirakan kesesuaian antara pesan dan reaksi komunikan.
Teori SOR berasumsi bahwa komunikasi merupakan proses aksi-
reaksi, yaitu pesan yang disampaikan baik berupa isyarat verbal, non verbal,
maupun simbol-simbol tertentu akan merangsang orang lain memberikan
tanggapan atau respon. Pola SOR dapat berlangsung secara positif maupun
negatif. Contoh reaksi positif adalah jika orang tersenyum akan dibalas
senyum, sedangkan contoh reaksi negatif adalah sebaliknya yaitu jika orang
tersenyum tapi dibalas dengan palingan muka. (Efendi, 2003)
Unsur – Unsur dalam teori SOR adalah :
a. Pesan (Stimulus)
Merupakan pesan yang disampaikan komunikator kepada
komunikan. Dalam penelitian ini pemberian materi terkait
kepatuhan protokol kesehatan covid 19 di era adapatasi baru
dengan menggunakan metode webinar merupakan stimulus
b. Komunikan (Organism)
Komunikan adalah penerima pesan. Pesan yang
disampaikan komunikator dalam jangka waktu tertentu akan
diterima dan diperhatikan oleh komunikan sebagai informasi.
Dalam penlitian ini mahasiwa Universitas Jenderal Soedirman
sebagai komunikan.
xxix
c. Efek (Response)
Efek merupakan tanggapan atau reaksi yang timbul dari
pesan yang disampaikan. Efek dari komunikasi yaitu adanya
perubahan kognitif, afektif, dan behavorial. Dalam penelitian ini
peningkatan pengetahuan dan sikap merupakan suatu response.
G. Kerangka Teori
Unsur- unsur pada teori S-O-R ini adalah pesan (Stimulus), komunikan
(Organism), dan efek (Response). Dalam penelitian ini, pemberian materi
tentang Kepatuhan Protokol Kesehatan Covid-19 di Era Adaptasi Kebiasaan
Baru dengan menggunakan metode Webinarmerupakan pesan (Stimulus),
mahasiswa Universitas Jenderal Soedirman sebagai komunikan (Organism),
sedangkan efek yang dihasilkan (Response) adalah perubahan tingkat
pengetahuan dan sikap.
Organisme
Stimulus
Pengetahuan
Webinar
Sikap
Reaksi
Peningkatan
pengetahuan dan
sikap
(Effendy, 2003)
xxx
BAB III
METODE PELAKSANAAN
A. Kerangka Konsep
Intervensi
Metode Webinar terkait Kepatuhan
Protokol Kesehatan COVID-19
B. Sasaran
1. Populasi
Populasi penelitian adalah sekelompok subjek atau data dengan
karakteristik tertentu (Zamzam, 2018). Populasi terbatas atau populasi
terhingga, yakni populasi yang memiliki batas kuantitatif secara jelas karena
memiliki karakteristik yang terbatas (Margono, 2010). Populasi dalam
penelitian ini menggunakan populasi terbatas yakni seluruh mahasiswa aktif
Unsoed sebanyak 22.486 orang.
2. Sampel
Menurut Zamzam (2018), sampel adalah bagian populasi yang diteliti.
Sedangkan menurut Hendrayadi (2015), sampel penelitian adalah sebagian
xxxi
dari keseluruhan objek untuk diteliti dan hasil penelitiannya digunakan
sebagai representasi dari populasi secara keseluruhan.Apa yang dipelajari dari
sampel itu, kesimpulannya akan diberlakukan untuk populasi. Untuk itu
sampel yang diambil dari populasi harus betul-betul representative
(Sugiyono, 2014).
Pengambilan sampel dilakukan dengan probability sampling yaitu
teknik Simple Random Sampling. Simple Random Samplingadalah
pengambilan anggota sampel dari populasi yang dilakukan secara acak tanpa
memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu (Sugiyono, 2017). Adapun
kriteria pemilihan sampel penelitian ini adalah bagian dari populasi yang
memiliki kriteria inklusi dan eksklusi sebagai berikut:
a. Kriteria Inklusi
1) Mahasiswa aktif Universitas Jenderal Soedirman.
2) Mahasiswa yang bersedia menjadi responden.
b. Kriteria Ekslusi
1) Mahasiswa tidak aktif Universitas Jenderal Soedirman
2) Mahasiswa aktif di luar Universitas Jenderal Soedirman
3) Mahasiswa yang tidak bersedia menjadi responden.
C. Materi
Materi yang akan disampaikan pada kegiatan ini adalah sebagai berikut:
1. Pengertian COVID-19
2. Kebijakan protokol kesehatan COVID-19 di tempat dan fasilitas umum
3. Pengertianprotokol kesehatan COVID-19 di tempat dan fasilitas umum
4. Manfaat mematuhi protokol kesehatan COVID-19 perlindungan kesehatan
individu di tempat dan fasilitas umum
5. Empat tindakan perlindungan kesehatan individu pada protokol kesehatan
COVID-19
6. Dampak dari tidak mematuhi protokol kesehatan COVID-19 perlindungan
kesehatan individu di tempat dan fasilitas umum
xxxii
7. Adaptasi kebiasaan baru
8. Urgensi mematuhi protokol kesehatan COVID-19 perlindungan kesehatan
individu di tempat dan fasilitas umum pada Adaptasi Kebiasaan Baru
D. Metode
Kegiatan ini menggunakan metode webinar sebagai sarana pemberian
informasi kepada responden. Webinar adalah suatu seminar, presentasi,
pengajaran ataupun workshop yang dilakukan secara online yang disampaikan
atau menggunakan wadah internet yang dapat di hadiri oleh banyak orang dengan
lokasi yang berbeda-beda (Haryanto dan Durahman, 2019). Menurut Izza et al
(2019) webinar memiliki kelebihan dan kekurangan sebagai berikut:
1. Kelebihan
a. Menghemat biaya akomodasi kegiatan
b. Dapat dilakukan dengan fleksibel
c. Sebagai alternatif tatap muka saat pandemi
2. Kekurangan
a. Keberlangsungan webinar sangat bergantung pada ketersediaan
listrik dan koneksi internet yang memadai
b. Kurang terjalinnya hubungan antar peserta
E. Media
Media yang digunakan dalam kegiatan ini adalah platform Google Meet,
dengan media penyampaian materi berupa slide Powerpoint.
F. Lokasi Kegiatan
Lokasi kegiatan adalah Universitas Jenderal Soedirman yang berlokasi di
Purwokerto, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah dan dilakukan secara daring.
G. Desain Evaluasi
Desain evaluasi pada penelitian ini adalah penelitian kuantitatif
menggunakan eksperimen semu (quasi eksperimental) yaitu penelitian
xxxiii
eksperimen yang dilaksanakan pada satu kelompok saja yang dinamakan
kelompok eksperimen tanpa ada kelompok pembanding atau kelompok kontrol
(Arikunto, 2006).Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu one
group pre test-post test design, yaitu penelitian eksperimen yang dilaksanakan
pada satu kelompok saja dan menggunakan seluruh sampel yang telah ditentukan.
Desain penelitian one group pre test and post test design ini diukur dengan
menggunakan pre test yangdilakukan sebelum diberi intervensi dan post test yang
dilakukan setelah diberikan intervensi.Perubahan yang terjadi sebelum dan
sesudah diberikan intervensi merupakan hasil dari penerapan intervensi. Hasil
post-test ini dibandingkan dengan hasil pre-test yang telah dilakukan sehingga
akan diketahui seberapa jauh efek atau pengaruh dari pengajaran yang telah
dilakukan, disamping sekaligus dapat diketahui bagian bagian mana dari bahan
pengajaran yang masih belum dipahami oleh sebagian besar peserta. (Lestari, dkk.
2020).Langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu dilakukan pre
test kemudian intervensi berupa penyampaian materi yang meliputi pengertian
gizi seimbang, dll kemudian dilakukan post test. Skema one group pre test-post
test design dapat ditunjukkan sebagai berikut:
T1 X T2
Keterangan:
Adapun definisi operasional dari variabel yang akan dihitung saat pre test
dan post test adalah sebagai berikut:
Tabel 3. 2 Definisi Operasional
xxxiv
Nama Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Hasil Ukur Skala
Data
Pengetahuan Tingkat pemahaman Angket 1. Baik, Jika menjawab Ordinal
mahasiswa tentang pengertian, 76% - 100 % benar
cara penularan, gejala tanda, dari total pernyataan.
pencegahan, pengobatan, 2. Cukup, Jika
kebijakan penanggulangan menjawab 56% - 75 %
COVID-19, adaptasikebiasaan benar dari total
baru, dan kepatuhan protokol pernyataan
kesehatan COVID-19. 3. Kurang, Jika
menjawab <56%
benar dari total
pernyataan
(Arikunto, 2013)
Sikap Tanggapan mahasiswa Angket 1. Positif : skor T ≥ nilai Ordinal
terhadap kebijakan mean
penanggulangan COVID-19 2. Negatif : skor T
berdasarkan Keputusan <nilai mean (Azwar,
Menteri Kesehatan No. 2011)
HK.01.07/MENKES/382/ Dengan cara hitung skor:
2020. ( X −x̄ )
T =50+10
sd
Keterangan:
x: jumlah skor responden
x̄: mean skor
sd: standar deviasi
xxxv
1 : sangat setuju
2 : setuju
3 : tidak setuju
4 : sangat tidak setuju
(Sugiyono, 2009).
H. Instrumen Evaluasi
Instrumen penelitian yang digunakan dalam kegiatan ini adalah
angket (pre-test dan post-test).
2. Data sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh peneliti dari “tangan
kedua atau ketiga” atau data yang diperoleh secara tidak langsung oleh
peneliti dari responden atau subjek penelitian. Data sekunder berfungsi
untuk mendukung data primer (Tohardi, 2019). Data sekunder yang
diperlukan untuk penelitian ini adalah jumlah seluruh mahasiswa aktif di
Universitas Jenderal Soedirman di tahun 2020.
Data primer dan data sekunder yang telah diperoleh akan dianalisis dengan
menggunakan statistik deskriptif menggunakan program komputer yaitu SPSS.
Penelitian yang dilakukan adalah penelitian kuantitatif. Adapun analisis data yang
digunakan adalah analisis univariat dan bivariat.
a. Analisis Univariat
xxxvi
Analisis univariat adalah analisis yang dilakukan pada satu variabel
secara tunggal yang merupakan langkah pertama dalam menganalisis data.
Analisis univariat dilakukan dengan melakukan perhitungan pada satu
variabel untuk melihat besar masalah kesehatan melalui distribusi variabel
tersebut menggunakan statistik deskriptif. Hasil dari analisis ini digunakan
sebagai dasar untuk penentuan analisis bivariat dan multivariat yang tepat
(Hasnidar dkk, 2020).Analisis univariat dilakukan pada masing-masing
variabel yaitu karakteristik responden yang terdiri dari umur, jenis
kelamin, pengetahuan, dan sikap.
b. Analisis Bivariat
Analisis bivariat adalah analisis yang dilakukan pada 2 variabel
secara langsung, dimana analisis dilakukan dengan mengaitkan data
variabel pertama dengan variabel kedua. Hasil analisisnya dapat berupa
statistik deskriptif (keluaran berupa tabel ganda) maupun statistik
inferensial (dilakukan uji hipotesis) (Hasnidar dkk, 2020). Analisis
bivariat dalam penelitian ini dilakukan untuk mengetahui perbedaan
variabel pengetahuan dan sikap responden sebelum dan sesudah dilakukan
intervensi. Analisis data kemudian dilakukan dengan menggunakan
program komputer yaitu SPSS.
J. Tim Pelaksana
1. Ketua : Asti Nadia Anindita
2. Sekretaris : Nurul Hafidzah
3. Bendahara : Virgita Dradjanti
4. Acara : Fadel Raditya Bagus P.
Ferdyan Adham Anggoro
Zahrania Berlianti
5. Logistik : Shaffira Indah Paramesti
Nida Salma Mardiyyah
6. Humas : Rizqika Puspa Anggie R.
Rizkya Nur Inayah
7. Dokumentasi : Yulianti Wijayati
xxxvii
K. Jadwal Kegiatan
Tabel 3. 3 Jadwal Kegiatan
No. Jenis Kegiatan September Oktober November Desember
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1. Asistensi
2. Penyusunan Proposal
3. Pengumpulan
Proposal
4. Pelaksanaan
Intervensi
5. Penyusunan Laporan
6. Pengumpulan Laporan
7. Presentasi Hasil
xxxviii
BAB IV
A. Hasil
xxxix
Berdasarkan website resmi Unsoed, diperoleh data jumlah
mahasiswa aktif Unsoed tahun akademik 2020/2021 adalah
sebanyak 22.486 mahasiswa (per 30 September 2020). Berkaitan
dengan keadaan pandemi saat ini, terhitung sejak 16 Maret 2020
mahasiswa Unsoed mengikuti kegiatan perkuliahan secara daring
dengan dikeluarkannya Surat Edaran Rektor No:
184/UN23.1/HM.01.10/2020.
1) Visi
UNSOED dalam pengembangannya akan mewujudkan visi
yang telah dirumuskan untuk diwujudkan pada tahun 2034
yaitu “Diakui dunia sebagai pusat pengembangan
sumberdaya perdesaan dan kearifan lokal”.
2) Misi
a) Menyelenggarakan pembelajaran berkualitas tinggi untuk
menghasilkan lulusan yang berkarakter, berkualitas, dan
berdaya saing tinggi.
b) Mengembangkan penelitian dan inovasi unggul untuk
pengembangan ilmu dan peningkatan daya saing bangsa.
c) Mengembangkan program pemberdayaan masyarakat
dan transfer teknologi berkualitas tinggi untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
d) Meningkatkan kualitas kerjasama dengan mitra untuk
meningkatkan kemandirian dan partisipasi institusi pada
pengembangan masyarakat.
e) Mengembangkan tatapamong universitas yang baik.
xl
2. Analisis Univariat
a. Pengetahuan
Tabel 4. 1 Distribusi Frekuensi Kategori Pengetahuan Pre-Test dan
Post-Test
Pre test Post test
PENGETAHUAN
N % N %
Baik 16 53,3 17 43,3
Kurang Baik 14 47,7 13 56,7
Total 30 100 30 100
xli
5 P5 27 90 3 10 27 90 3 10
7 P7 12 40 18 60 22 73,3 8 26,7
8 P8 27 90 3 10 30 100 0 0
10 P10 9 30 21 70 30 100 0 0
16 P16 6 20 24 80 27 90 3 10
xlii
salah tertinggi pada saat post test yaitu pertanyaan P3, yaitu
sebanyak 14 responden (46,7%).
b. Sikap
Tabel 4. 3 Distribusi Frekuensi Kategori Sikap Pre-test dan Post-test
Pre test Post test
SIKAP
N % N %
xliii
2 Saya menggunakan 23 76,7 1 3,3 2 6,7 4 13,3
masker jika keluar
rumah,
meski tidak ada
gejala pilek/flu
3 Saya tidak suka 2 6,7 6 20 8 26,7 14 46,7
memakai masker
karena membuat
saya sulit bernapas
4 Saya mengerti 12 40 13 43 3 10 2 6,7
bahwa degan
menggunakan
masker dan
membawa
handsanitizer
membuat saya
terhindar dari infeksi
COVID-19
5 Saat batuk didalam 18 60 8 26,7 2 6,7 2 6,7
maupun diluar
ruangan, lalu
menutup dengan
siku, tissue atau
masker merupakan
cara batuk yang
dianjurkan
6 Saya selalu melepas 0 0 5 16,7 11 36,7 14 46,7
masker saat
berbicara dengan
orang lain karena
mengganggu
kesopanan
7 Memakai satu lapis 0 0 9 30 6 20 15 50
masker medis sudah
xliv
cukup untuk
terhindar dari virus
8 Jika sudah berada di 0 0 6 20 7 23,3 17 56,7
dalam rumah saya
tidak perlu memakai
masker
9 Saya tidak perlu cuci 11 36,7 11 36,7 4 13,3 4 13,3
tangan setelah
beraktivitas karena
sudah memakai
handsanitizer
10 Saya selalu mencuci 21 70 4 13,3 3 10 2 6,7
tangan pakai sabun
saat sebelum dan
sesudah beraktivitas
di luar rumah
11 Memegang dan 1 3,3 3 10 7 23,3 19 63,3
menyentuh benda
apapun tidak akan
tertular virus karena
saya rajin mencuci
tangan dengan air
saja
12 Saya lebih memilih 17 56,7 9 30 3 10 1 3,3
untuk tetap di rumah
daripada berkunjung
ke tempat keramaian
yang kemungkinan
berisiko tertular
COVID-19
13 Saya selalu menjaga 23 76,7 4 13,3 2 6,7 1 3,3
jarak dengan orang
lain jika sedang
berada di kerumunan
xlv
adalah salah satu
bentuk mematuhi
protokol kesehatan
14 Saya tidak menjaga 0 0 4 13,3 10 33,3 16 63,3
jarak saat melakukan
percakapan karena
mengurangi
intensitas suara yang
didengar oleh lawan
bicara saya
15 Saya melakukan 7 23,3 12 40 8 26,7 3 10
olahraga rutin
sebagai penerapan
PHBS dalam upaya
menjaga kesehatan
individu yang sesuai
dengan protokol
kesehatan COVID-
19
16 Saya mengonsumsi 8 28,7 13 43,3 7 23,3 2 6,7
vitamin untuk
menjaga daya tahan
tubuh
17 Saya selalu 17 56,7 8 26,7 3 10 2 6,7
membawa
handsanitizer
kemanapun saya
pergi, sebagai upaya
menjaga kebersihan
diri saya
18 Saya tidak memiliki 3 10 4 13,3 9 30 14 46,7
penyakit penyerta
seperti hipertensi,
gangguan paru, dan
xlvi
jantung sehingga
saya mudah tertular
virus
19 Saya menggunakan 0 0 5 16,7 5 16,7 20 66,7
fasilitas umum atau
pergi ke tempat
umum dalam
keseharian tanpa
mencuci tangan
dengan sabun
20 Saya selalu mandi 19 63,3 3 10 6 20 2 6,7
dan mengganti
pakaian pulang dari
bepergian
(Sumber : Data Primer Terolah, 2020)
xlvii
1 Saya tidak mengetahui 1 3,3 0 0 2 6,7 27 90
adanya protokol
kesehatan di Indonesia
2 Saya menggunakan 23 76,7 1 3,3 1 3,3 5 16,
masker jika keluar 7
rumah,
meski tidak ada gejala
pilek/flu
3 Saya tidak suka memakai 1 3,3 1 3,3 7 23, 21 70
masker karena membuat 3
saya sulit bernapas
4 Saya mengerti bahwa 18 60 7 23 3 10 2 6,7
degan menggunakan
masker dan membawa
handsanitizer membuat
saya terhindar dari
infeksi COVID-19
5 Saat batuk didalam 25 83 4 13, 0 0 1 3,3
maupun diluar ruangan, 3
lalu menutup dengan
siku, tissue atau masker
merupakan cara batuk
yang dianjurkan
6 Saya selalu melepas 0 0 3 10 12 40 15 50
masker saat berbicara
dengan orang lain karena
mengganggu kesopanan
7 Memakai satu lapis 1 3,3 5 16, 3 10 21 70
masker medis sudah 7
cukup untuk terhindar
dari virus
8 Jika sudah berada di 1 3,3 2 6,7 9 30 18 60
dalam rumah saya tidak
perlu memakai masker
xlviii
9 Saya tidak perlu cuci 1 3,3 1 3,3 2 6,7 26 86,
tangan setelah 7
beraktivitas karena sudah
memakai handsanitizer
10 Saya selalu mencuci 25 83,3 4 13, 0 0 1 3,3
tangan pakai sabun saat 3
sebelum dan sesudah
beraktivitas di luar rumah
11 Memegang dan 0 0 0 0 2 6,7 28 93,
menyentuh benda apapun 3
tidak akan tertular virus
karena saya rajin
mencuci tangan dengan
air saja
12 Saya lebih memilih untuk 18 60 10 33, 2 6,7 0 0
tetap di rumah daripada 3
berkunjung ke tempat
keramaian yang
kemungkinan berisiko
tertular COVID-19
13 Saya selalu menjaga 25 83,3 4 13, 0 0 1 3,3
jarak dengan orang lain 3
jika sedang berada di
kerumunan adalah salah
satu bentuk mematuhi
protokol kesehatan
14 Saya tidak menjaga jarak 1 3,3 2 6,7 6 20 21 70
saat melakukan
percakapan karena
mengurangi intensitas
suara yang didengar oleh
lawan bicara saya
15 Saya melakukan olahraga 11 36,7 13 43, 3 10 3 10
rutin sebagai penerapan 3
xlix
PHBS dalam upaya
menjaga kesehatan
individu yang sesuai
dengan protokol
kesehatan COVID-19
16 Saya mengonsumsi 13 43,3 14 46, 2 6,7 1 3,3
vitamin untuk menjaga 7
daya tahan tubuh
17 Saya selalu membawa 24 80 5 16, 0 0 1 3,3
handsanitizer kemanapun 7
saya pergi, sebagai upaya
menjaga kebersihan diri
saya
18 Saya tidak memiliki 8 26,7 7 23, 3 10 12 40
penyakit penyerta seperti 3
hipertensi, gangguan
paru, dan jantung
sehingga saya mudah
tertular virus
19 Saya menggunakan 0 0 0 0 2 6,7 28 93,
fasilitas umum atau pergi 3
ke tempat umum dalam
keseharian tanpa
mencuci tangan dengan
sabun
20 Saya selalu mandi dan 22 73,3 6 20 2 6,7 0 0
mengganti pakaian
pulang dari bepergian
(Sumber : Data Primer Terolah, 2020)
l
dan sesudah beraktivitas di luar rumah' dan pernyataan ‘Saya selalu
menjaga jarak dengan orang lain jika sedang berada di kerumunan
adalah salah satu bentuk mematuhi protokol kesehatan’, yang
masing-masing sebanyak 25 responden (83,3%) sedangkan
pernyataan dengan jawaban sangat tidak setuju tertinggi yaitu
pernyataan ‘Memegang dan menyentuh benda apapun tidak akan
tertular virus karena saya rajin mencuci tangan dengan air saja’ dan
pernyataan ‘Saya menggunakan fasilitas umum atau pergi ke
tempat umum dalam keseharian tanpa mencuci tangan dengan
sabun’, yaitu masing-masing sebanyak 28 responden (93,3%).
3. Analisis Bivariat
a. Perbedaan Pengetahuan Pre-Test dan Post test
Tingkat
Nilai Rata-Rata p-value
Pengetahuan
Pre-test 14,63 0,000 0.05
Post-test 17,33 0,000
(Sumber: Data Primer Terolah, 2020)
li
intervensi berupa pemberian materi tentang Kepatuhan Protokol
Kesehatan COVID-19 di era Adaptasi Kebiasaan Baru. Hasil
perhitungan menunjukan peningkatan pengetahuan responden sebesar
18,4 % setelah pre-test.
B. Pembahasan
a. Analisis Univariat
1. Pengetahuan
lii
Berdasarkan Tabel 4.1 diketahui jumlah responden dengan
pengetahuan ketika pre-test yang termasuk kedalam kategori baik
sebanyak 16 responden (53,3%) dan yang termasuk kedalam
kategori kurang baik sebanyak 14 responden (47,7%). Sedangkan
jumlah responden dengan pengetahuan ketika post-test yang
termasuk kedalam kategori baik sebanyak 17 responden (43,2%)
dan yang termasuk ke dalam kategori kurang baik sebanyak 13
(56,7%). Artinya terjadi peningkatan nilai dari pre-test
pengetahuan terhadap post-test pengetahuan.
Dalam hal ini kelompok kami melakukan intervensi secara
daring dengan melakukan penyampaian materi dalam bentuk
power point (PPT) berisi informasi yang mudah dimengerti dan
ringkas. Menurut hasil penelitian Zulfa dan Kusuma (2020) tentang
Upaya Program Balai Edukasi Corona Berbasis Media Komunikasi
Dalam Pencegahan Penyebaran Covid-19, edukasi berbasis media
komunikasi daring cukup efektif, dilihat dari peningkatan jawaban
benar dari pre-edukasi sebanyak 5 orang (35%) menjadi 9 orang
(64%) pada post-edukasi.
2. Sikap
Berdasarkan tabel 4.3 diketahui bahwa jumlah responden
dengan sikap pada termasuk dalam kategori positif saat pre-test
yang sebanyak 20 responden (66,7%) dan yang termasuk dalam
kategori negatif pada saat pre-test sebanyak 10 responden (33,3%)
dari total 30 responden. Sedangkan, jumlah responden dengan
sikap yang termasuk dalam kategori positif pada saat post-test
sebanyak 26 responden (86,7%) dan yang termasuk dalam kategori
negatif pada saat post-test sebanyak 4 responden (13,3%). Artinya,
terjadi peningkatan dari pre-test sikap terhadap post-test sikap.
Kelompok kami melakukan intervensi menggunakan
metode webinar yaitu kegiatan seminar atau presentasi secara
daring. Menurut Purnama (2013) metode yang digunakan dalam
pendidikan/penyuluhan kesehatan dapat mempengaruhi
liii
kemampuan perubahan sikap. Sikap dapat dirubah apabila
menggunakan kombinasi dari berbagai metode yaitu diskusi
kelompok, tanya jawab, role play, film/video, tape recorder dan
juga dengan menggunakan simulasi.
Berdasar tabel 4.3 terdapat 4 responden (13,3%) yang
memiliki kategori sikap negatif. Hal ini dapat disebabkan karena
beberapa faktor, seperti yang dijelaskan oleh Wawan & Dewi
(2011) bahwa faktor yang dapat mempengaruhi sikap adalah
pengalaman pribadi, pengaruh orang lain yang dianggap penting,
pengaruh kebudayaan, media massa, lembaga pendidikan dan
lembaga agama serta faktor emosional.
b. Analisis Bivariat
1. Hubungan Perbedaan Pengetahuan Antara Pre-Test dan Post-
Test
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, dapat
diketahui bahwa dari 30 responden yang telah diteliti diperoleh
hasil analisis yang menggunakan Uji T Dependen menunjukan
nilai p value sebesar 0,000 sehingga nilai p < 0,05 yang berarti Ho
ditolak. Hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan
sikap antara sebelum dan sesudah dilakukan intervensi. Persentase
peningkatan pengetahuan antara sebelum dan sesudah intervensi
sebesar 18,4%.
Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Ngadiran, et al
(2020) bahwa didapatkan hasil adanya peningkatan pengetahuan
pada masyarakat dan berharap adanya perubahan perilaku sehat
setelah mengikuti penyuluhan kesehatan melalui live streaming
ataupun webinar. Melalui webinar diharapkan memiliki
pengetahuan yang baik serta diikuti oleh perubahan perilaku dalam
menghadapi adaptasi kebiasaan baru di era pandemi seperti ini.
Penelitian Mulyani, et al (2020) juga mengatakan bahwa terjadi
peningkatan pengetahuan tentang mekanisme COVID-19 dalam
upaya pencegahan penularan melalui edukasi online.
liv
Dalam penelitian Ibrahim, et al (2020) dikatakan bahwa
memberikan intervensi sosialisasi yang berkaitan dengan COVID-
19 menghasilkan manfaat yang besar yaitu dapat menimbulkan
kesadaran dalam pencegahan dari organisme berbahaya. Hasil
penelitian ini sejalan dengan beberapa penelitian sebelumnya yang
menyatakan bahwa pemanfaatan teknologi dimasa pandemi
COVID-19 sangat diperlukan terutama pada mahasiswa dimana
mahasiswa dapat membawa agen perubahan pada dirinya sendiri
dan orang lain. Edukasi online merupakan salah satu metode untuk
memberikan edukasi tanpa harus melakukan perkumpulan orang.
Edukasi online menjadi alternatif yang efektif untuk digunakan
khususnya di lingkungan pendidikan tinggi.
lv
Intervensi pendidikan kesehatan merupakan salah satu
tindakan yang dapat meningkatkan pengetahuan dan perilaku
individu, kelompok ataupun masyarakat. Pendidikan kesehatan
sebagai sekumpulan pengalaman yang mendukung kebiasaan,
sikap dan pengetahuan yang berhubungan dengan kesehatan
individu, masyarakat dan ras (Wulandari et al., 2020). Hal itu juga
didukung dalam teori Notoatmodjo (2014) bahwa pendidikan
kesehatan dapat mengubah pengetahuan seseorang, masyarakat
dalam pengambilan tindakan yang berhubungan dengan kesehatan.
Pendidikan kesehatan secara umum merupakan segala upaya yang
direncanakan untuk mempengaruhi orang lain baik individu,
kelompok atau masyarakat dan pendidik atau pelaku pendidikan.
Pendidkan kesehatan yang diperoleh seseorang dapat
mempengaruhi seseorang dalam membentuk kepatuhan seseorang
terhadap protokol kesehatan pada masa pandemi Covid-19.
lvi
sabun dan antiseptik, menghindari kontak langsung dengan orang,
menggunakan masker, menerapkan etika batuk atau bersin dan
lainnya. Dalam penelitian ini juga terjadi peningkatan sikap yang
signifikan dalam pemahaman mengenai protokol kesehatan melalui
metode webinar. Namun manifestasi sikap tidak dapat langsung
dilihat, tetapi hanya dapat langsung ditafsirkan terlebih dahulu dari
perilaku yang tertutup (Sukesih 2019).
lvii
BAB V
A. Kesimpulan
1. Responden pada penelitian tentang kepatuhan protocol kesehatan
covid-19 mahasiswa Unsoed di era adaptasi kebiasaan baru adalah
mahasiswa Universitas Jendral Soedirman sebanyak 30 responden.
2. Sebanyak 16 responden (53,3%) memiliki tingkat pengetahuan baik
saat pre test. Sedangkan pada post test bertambah menjadi 17
responden ( 56,7%) dengan kategori baik.
3. Sebanyak 20 responden (66,7%) dikategorikan positif pada pre test
dan pada post test sebanyak 26 responden (86,7%) dengan kategori
positif atau baik.
4. Metode webinar efektif terhadap pengetahuan responden mengenai
kepatuhan protokol kesehatan covid-19 pada mahasiswa Unsoed
karena hasil Uji T dependen diperoleh p < 0,05 yaitu 0,000 yang
berarti Ho di tolak. Dengan demikian, dari hasil analisis dapat di
ketahui bahwa ada perbedaan pengetahuan antar sebelum dan sesudah
interversi.
5. Metode webinar efektif terhadapat sikap responden tentang kepatuhan
protokol kesehatan covid-19 pada mahasiswa Unsoed karena pada
hasil Uji T dependen dengan nilai p < 0,003 sehinggan Ho di tolak.
Dengan demikuan diketahui bahwa adanya perbedaan sikap antara
sebelum dan sesudah interversi
B. Saran
1. Bagi Universitas
Meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam melakukan analisis
masalah kesehatan
2. Bagi Peneliti lain
a. Menjadi salah satu referensi baru untuk penelitian terkait
permasalahan kesehatan di masyarakat terutama instansi
Pendidikan.
lviii
b. Penelitian selanjutnya memperhatikan kualitas webinar dengan
memberika kekurangan dan kelebihan dari webinar
3. Bagi Mahasiswa Universitas Jendral Soedirman
a. Meningkatkan pengetahuan dan wawasan mahasiswa mengenai
protokol kesehatan covid-19
b. Meningkatkan kewaspaan terhadap mahasiswa untuk tetep
mematuhi protokol kesehatan yang sudah di tetapkan.
lix
DAFTAR PUSTAKA
Agustino, M. R., et al. 2020. Adaptasi dan Kebiasaan Baru Human Resource
Department di Masa Pandemik Covid-19. Business Innovation and
Entrepreneurship Journal. Vol. 2(3): 201-204.
Effendi, Onong Uchjana. 2003. Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi. Bandung:
Citra Aditya Bakti.
lx
Ibrahim., et al. 2020. Bencana Virus Corona Melalui Sosialisasi Pada Anak Usia
Dini Pada Desa Rempe Kecamatan Seteluk Sumbawa Barat. Jurnal
Pengabdian Masyarakat Berkemajuan. 3(2): 191-195.
Lauer, S.A., Grantz, K.H., Bi, Q., Jones, F.K., Zheng, Q., Meredith, H.R., Azman,
A.S., Reich, N.G. and Lessler, J., 2020. The Incubation Period of
Coronavirus Disease.
Lestari. A.W , Sri. S dan Yummianti. A. 2020. Pelatihan Perpajakan Bagi Entitas
Mikro, Kecil dan Menegah Bidan Usaha Dagang pada UMKM Binaan
Pusat Inkubasi Bisnis Syariah Majelis Ulama Indonesia (PINBAS
MUI). Jurnal Pengabdian Masyarakat, Vol.2, No.1 : April-September
2020.
lxi
Li Y, Chen Q, Liang M. 2020. Mental Health Care For Medical Staff In China
During The COVID-19. Lancet.Vol;7:15-6.
Mahardhani, A. J. 2020. Menjadi Warga Negara yang Baik pada Masa Pandemi
Covid-19: Persprektif Kenormalan Baru. JPK (Jurnal Pancasila dan
Kewarganegaraan). Vo. 5(2): 65-76.
lxii
Pemerintah Kabupaten Banyumas. 2020. Banyumas Tanggap COVID-19. Diakses
pada 23 Oktober 2020, https://COVID-19.banyumaskab.go.id/
Pneumatikos I and Papaioannou V. The New Berlin Definition: What Is, Finally,
the ARDS? Pneumon: Quarterly Medical Journal. 2012; 25: 365-8.
Ranieri VM, Rubenfeld GD, Thompson BT, et al. Acute Respiratory Distress
Syndrome: The Berlin Definition. JAMA. 2012; 307: 2526-33.
lxiii
Simanjuntak, D. dan Rina Fitriana. 2020. Culture Shock, Adaptation, and Self-
Concept in Welcoming the Adaptasi Kebiasaan Baru Era. Jurnal
Society. Vol. 8(2).
Susanty, Desi. 2017. “Model Pembelajaran Webinar pada Mata Pelajaran Bahasa
Indonesia”. Prosiding Seminar Nasional Tahunan. Medan: Fakultas
Ilmu SosialUniversitas Medan.
lxiv
Wawan, A., & Dewi, M. 2011. Teori & Pengukuran Pengetahuan, Sikap dan
Perilaku Manusia. Yogyakarta: Nuha Medika
Wibisono, Dermawan. 2003. Riset Bisnis Panduan Bagi Praktisi & Akademisi.
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Wiranti, W., Sriatmi, A., dan Kusumastuti, W. 2020. Determinan Kepatuhan
Masyarakat Kota Depok terhadap Kebijakan Pembatasan Sosial Berskala
Besar dalam Pencegahan Covid-19. Jurnal Kebijakan Kesehatan
Indonesia: JKKI. Vol. 9(3): 117-124.
lxv
Yunus, N. R. dan Rezki, A. (2020) “Kebijakan Pemberlakuan Lock Down
Sebagai Antisipasi Penyebaran Corona Virus COVID-19,” Jurnal Sosial
dan Budaya Syar-i, 7(3), hal. 227–238.
lxvi
LAMPIRAN
Lampiran 1. Angket
1. INDENTITAS RESPONDEN
1. Nama :
2. Umur :
3. Program Studi :
4. Fakultas :
5. Angkatan :
6. Nomor Telepon :
2. PENGETAHUAN
Petunjuk Pengisian
Jawablah pertanyaan sesuai dengan yang Anda ketahui.
N
PERTANYAAN BENAR SALAH
O
1. COVID-19 merupakan penyakit menular yang
menyerang sistem pernafasan
2. COVID-19 disebabkan oleh bakteri jenis
coronavirus*
3. COVID-19 hanya menyerang manusia tidak pada
hewan
4. Penularan COVID-19 secara langsung adalah
melalui aerosol
5. Percikan dari mulut saat bersin, batuk dan kontak
dekat merupakan penularan COVID-19 secara
lxvii
langsung
6. Infeksi COVID-19 dapat menimbulkan gejala
ringan, sedang dan berat
7. Gejala klinis COVID-19 yang muncul salah satunya
yaitu demam < 38oC
8. Orang yang tidak bisa menularkan COVID-19
hanyalah yang memiliki gejala*
9. Mencuci tangan menggunakan sabun dapat
mencegah COVID-19
10. Menghindari tempat keramaian merupakan salah
satu pencegahan COVID-19
11. Pengobatan COVID-19 sebatas memberikan obat
antivirus seperti lopinavir/ritonavir
12. Kortikosteroid merupakan obat bagi pasien
COVID-19 yang menunjukkan bercak-bercak pada
area paru-paru
13. Karantina mandiri merupakan kebijakan pemerintah
dalam penanggulangan COVID-19
14. Isolasi mandiri pada orang yang terinfeksi COVID-
19 tidak diperlukan bagi yang tidak memiliki gejala
15. Isolasi di fasilitas pelayanan kesehatan hanya untuk
orang dengan gejala berat
16 Adaptasi Adaptasi Kebiasaan Baru merupakan
kehidupan yang sebelumnya dianggap tidak normal
menjadi umum untuk dilakukan
17. Adaptasi Adaptasi Kebiasaan Baru di suatu daerah
tidak dilaksanakan jika persebaran kasus COVID-
19 menurun*
18. Orang yang sehat tidak perlu memakai masker saat
keluar rumah*
19. Memakai masker tetapi tidak menjaga jarak sudah
termasuk dalam mematuhi protokol kesehatan*
20. Pembatasan sosial adalah salah satu kebijakan
pemerintah dalam menekan penyebaran COVID-19
3. SIKAP
Petunjuk Pengisian
lxviii
Jawablah pertanyaan sesuai dengan yang Anda ketahui.
N JAWABAN
PERTANYAAN
O SS S TS STS
1. Saya tidak mengetahui adanya protokol
kesehatan di Indonesia*
2. Saya menggunakan masker jika keluar rumah,
meski tidak ada gejala pilek/flu
3. Saya tidak suka memakai masker karena
membuat saya sulit bernapas*
4. Saya mengerti bahwa degan menggunakan
masker dan membawa handsanitizer membuat
saya terhindar dari infeksi COVID-19
5. Saat batuk didalam maupun diluar ruangan, lalu
menutup dengan siku, tissue atau masker
merupakan cara batuk yang dianjurkan
6. Saya selalu melepas masker saat berbicara
dengan orang lain karena mengganggu
kesopanan*
7. Memakai satu lapis masker medis sudah cukup
untuk terhindar dari virus*
8. Jika sudah berada didalam ruangan saya tidak
perlu memakai masker*
9. Saya tidak perlu cuci tangan setelah beraktivitas
karena sudah memakai handsanitizer
10. Saya selalu mencuci tangan pakai sabun saat
sebelum dan sesudah beraktivitas di luar rumah
11. Memegang dan menyentuh benda apapun tidak
akan tertular virus karena saya rajin mencuci
tangan dengan air saja*
12. Saya lebih memilih untuk tetap di rumah
daripada berkunjung ke tempat keramaian yang
kemungkinan berisiko tertular COVID-19
13. Selalu menjaga jarak dengan orang lain jika
sedang berada dikerumunan adalah salah satu
lxix
bentuk mematuhi protokol kesehatan
14. Saya tidak menjaga jarak saat melakukan
percakapan karena mengurangi intensitas suara
yang didengar oleh lawan bicara saya*
15. Saya melakukan olahraga rutin sebagai
penerapan PHBS dalam upaya menjaga
kesehatan individu yang sesuai dengan protokol
kesehatan COVID-19
16 Saya mengonsumsi vitamin untuk menjaga daya
tahan tubuh
17. Saya selalu membawa handsanitizer kemana pun
saya pergi, sebagai upaya menjaga kebersihan
diri saya
18. Saya tidak memiliki penyakit penyerta seperti
hipertensi, gangguan paru dan jantung sehingga
saya mudah tertular virus*
19. Saya menggunakan fasilitas umum atau pergi ke
tempat umum dalam keseharian tanpa mencuci
tangan dengan sabun*
20. Saya selalu mandi dan mengganti pakaian
setelah pulang dari berpergian
Keterangan :
a. SS : Sangat Setuju
b. S : Setuju
c. TS : Tidak Setuju
d. STS : Sangat Tidak Setuju
(*) = Pertanyaan Unfavourable
Skoring:
Pilihan Jawaban
Bentuk Pernyataan
SS S TS STS
Favourable 4 3 2 1
Unfavourable 1 2 3 4
lxx
Sumber: Sugiyono, 2009
lxxi
Case Processing Summary
Cases
Skor Pengetahuan
Responden Sebelum 30 100.0% 0 .0% 30 100.0%
Webinar
Skor Pengetahuan
30 100.0% 0 .0% 30 100.0%
Responden Setelah Webinar
Descriptives
Median 66.50
Variance 70.033
Minimum 48
Maximum 79
Range 31
Interquartile Range 13
lxxii
5% Trimmed Mean 71.39
Median 74.00
Variance 38.516
Minimum 57
Maximum 77
Range 20
Interquartile Range 11
Median 15.00
Variance 4.516
Minimum 8
Maximum 17
Range 9
Interquartile Range 2
Median 18.00
Variance 3.816
Minimum 13
Maximum 20
Range 7
lxxiii
Interquartile Range 3
2. Analisis Univariat
a. Pengetahuan
1. Pre-Test
Descriptives
lxxiv
95% Confidence Interval for Lower Bound 13.84
Mean
Upper Bound 15.43
Median 15.00
Variance 4.516
Minimum 8
Maximum 17
Range 9
Interquartile Range 2
Pengetahuan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
P1
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
lxxv
Benar 28 93.3 93.3 100.0
P2
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
P3
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
P4
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
P5
lxxvi
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
P6
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
P7
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
P8
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
lxxvii
Benar 27 90.0 90.0 100.0
P9
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
P10
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
P11
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
P12
lxxviii
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
P13
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
P14
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
P15
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
lxxix
Total 30 100.0 100.0
P16
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
P17
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
P18
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
P19
lxxx
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
P20
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
2. Post-Test
Descriptives
Median 18.00
Variance 3.816
Minimum 13
Maximum 20
Range 7
lxxxi
Interquartile Range 3
Pengetahuan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
P1
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
P2
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
P3
lxxxii
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
P4
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
P5
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
P6
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
P7
lxxxiii
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
P8
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
P9
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
P10
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
P11
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
lxxxiv
Valid Salah 12 40.0 40.0 40.0
P12
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
P13
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
P14
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
P15
lxxxv
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
P16
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
P17
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
P18
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
lxxxvi
Total 30 100.0 100.0
P19
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
P20
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
b. Sikap
1. Pre-Test
Descriptives
Statistic Std. Error
S_Pre Mean 64.97 1.528
95% Confidence Interval for Lower Bound 61.84
Mean Upper Bound 68.09
5% Trimmed Mean 65.17
Median 66.50
Variance 70.033
Std. Deviation 8.369
lxxxvii
Minimum 48
Maximum 79
Range 31
Interquartile Range 13
Skewness -.552 .427
Kurtosis -.687 .833
KategoriSikapPretest
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid positif 20 66.7 66.7 66.7
negatif 10 33.3 33.3 100.0
Total 30 100.0 100.0
S1
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
S2
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
lxxxviii
SS 23 76.7 76.7 100.0
S3
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
S4
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
S5
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
lxxxix
TS 2 6.7 6.7 13.3
S6
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
S7
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
S8
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
xc
TS 7 23.3 23.3 43.3
S9
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
S10
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
S11
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
xci
Valid SS 1 3.3 3.3 3.3
S12
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
S13
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
S14
xcii
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
S15
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
S16
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
xciii
S17
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
S18
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
S19
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
xciv
S20
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
2. Post-Test
Descriptives
Statistic Std. Error
S_Post Mean 70.97 1.133
95% Confidence Interval for Lower Bound 68.65
Mean Upper Bound 73.28
5% Trimmed Mean 71.39
Median 74.00
Variance 38.516
Std. Deviation 6.206
Minimum 57
Maximum 77
Range 20
Interquartile Range 11
Skewness -.840 .427
Kurtosis -.462 .833
KategoriSikapPostTest
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid positif 26 86.7 86.7 86.7
xcv
negatif 4 13.3 13.3 100.0
Total 30 100.0 100.0
S1
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
S2
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
S3
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
xcvi
TS 7 23.3 23.3 30.0
S4
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
S5
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
S6
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
xcvii
TS 12 40.0 40.0 50.0
S7
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
S8
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
S9
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
xcviii
Valid SS 1 3.3 3.3 3.3
S10
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
S11
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
S12
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
xcix
Valid TS 2 6.7 6.7 6.7
S13
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
S14
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
S15
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
c
Valid STS 3 10.0 10.0 10.0
S16
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
S17
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
S18
ci
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
S19
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
S20
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
3. Analisis Bivariat
a. Analisis Bivariat menggunakan Uji T Dependen (pengetahuan Pre-Test –
Post-Test)
cii
Paired Samples Statistics
Skor Pengetahuan
17.33 30 1.953 .357
Responden Setelah Webinar
N Correlation Sig.
N Correlation Sig.
ciii