Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH TOKSIKOLOGI

KERACUNAN LOGAM BERAT ARSEN (As)

Disusun Oleh :
Putri Wulansari (201310410311083)
Achmad Hadi Latif
(2013104103110) Refany

JURUSAN FARMASI
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2015

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) merupakan bahan yang karena sifat atau
konsentrasi, jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak langsung, dapat
mencemari atau merusak lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan hidup manusia
serta mahluk hidup lain. Menurut data dari Environmental Protection Agency (EPA)
tahun 1997, yang menyusun ”top-20” B3 antara lain: Arsenic, Lead, Mercury, Vinyl
chloride, Benzene, Polychlorinated Biphenyls (PCBs), Kadmium, Benzo(a)pyrene,
Benzo(b)fluoranthene, Polycyclic Aromatic Hydrocarbons, Chloroform, Aroclor
1254, DDT, Aroclor 1260, Trichloroethylene, Chromium (hexa valent),
Dibenz[a,h]anthracene, Dieldrin, Hexachlorobutadiene, Chlordane. Beberapa
diantaranya merupakan logam berat, antara lain Arsenic (As), Lead (Pb), Mercury
(Hg), Kadmium (Cd) dan Chromium (Cr) (Sudarmaji, 2006). Logam-logam berat
tersebut dalam konsentrasi tinggi akan berbahaya bagi kesehatan manusia bila
ditemukan di dalam lingkungan, baik di dalam air, tanah maupun udara.
Arsen (As) adalah salah satu logam toksik yang sering diklasifikasikan sebagai
logam, Tetapi lebih bersifat nonlogam. Tidak seperti logam lain yang membentuk
kation, Arsen (As) dialam berbentuk anion, seperti H2AsO4 (Ismunandar, 2004).
Arsen (As) tidak rusak oleh lingkungan, hanya berpindah menuju air atau tanah yang
dibawa oleh debu, hujan, atau awan. Beberapa senyawa Arsen (As) tidak bisa larut di
perairan dan akhirnya akan mengendap di sedimen. Senyawa arsen pada awalnya
digunakan sebagai pestisida dan hibrisida, sebelum senyawa organic ditemukan, dan
sebagai pengawet kayu (Copper Chromated Arsenic (CCA)).
Arsen (As) dialam ditemukan berupa mineral, antara lain arsenopirit, nikolit,
orpiment, enargit, dan lain-lain. Demi keperluan industry mineral, Arsen (As)
dipanaskan terlebih dahulu sehingga As berkondensasi menjadi bentuk padat. Arsen
(As) berasal dari kerak bumi yang bila dilepaskan ke udara sebagai hasil sampingan
dari aktivitas peleburuan bijih baruan, Arsen (As) dalam tanah berupa bijih, yaitu
arsenopirit dan orpiment, yang pada akhirnya bisa mencemari air tanah. Arsen (As)
merupakan unsur kerak bumi yang berjumlah besar, yaitu menempati urutan kedua
puluh dari unsur kerak bumi, sehingga sangat besar kemungkinannya mencemari air
tanah dan air minum. Jutaan manusia bisa terpapar Arsen (As), seperti yang pernah
terjadi di Bangladesh, India, Cina. Semua batuan mengandung Arsen (As) 1-5 ppm.
Kosentrasi yang lebih tinggi ditemukan pada batuan beku dan sedimen. Tanah hasil
pelapukan batuan biasanya mengandung Arsen (As) sebesar 0,1–40 ppm dengan rata-
rata 5-6 ppm.

2
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa itu arsen?
2. Bagaimana Mekanisme kerja dari arsen yang menimbulkan efek toksik?
3. Bagaimana penatalaksanaan pada pesien keracunan arsen ?
4. Bagaimana efek-efek yang ditimbulkan oleh arsen?
5. Apa antidotum pada pasien keracunan Tetrahydrogestrinone (THG) ?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian arsen.
2. Untuk mengetahui mekanisme kerja dari arsen
3. Untuk mengetahui penatalaksaan terhadap pasien keracunan arsen
4. Untuk mengetahui efek-efek yang ditimbulkan arsen beserta dengan mekanismenya
5. Untuk mengetahui antidotum pada pasien keracunan arsen?

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian
Arsen merupakan logam berat dengan valensi 3 atau 5, dan berwarna metal
(steel-grey). Senyawa arsen didalam alam berada dalam 3 bentuk: Arsen trichlorida
(AsCl3) berupa cairan berminyak, Arsen trioksida (As2O3, arsen putih) berupa kristal
putih dan berupa gas arsine (AsH3). Lewisite, yang sering disebut sebagai gas perang,
merupakan salah satu turunan gas arsine. Pada umumnya arsen tidak berbau, tetapi
beberapa senyawanya dapat mengeluarkan bau bawang putih. Racun arsen pada
umumnya mudah larut dalam air, khususnya dalam air panas .
Arsen merupakan unsur dari komponen obat sejak dahulu kala. Senyawa arsen
trioksida misalnya pernah digunakan sebagai tonikum, yaitu dengan dosis 3 x 1-2 mg.
Dalam jangka panjang, penggunaan tonikum ini ternyata telah menyebabkan timbulnya
gejala intoksikasi arsen kronis. Arsen juga pernah digunakan sebagai obat untuk berbagai
infeksi parasit, seperti protozoa, cacing, amoeba, spirocheta dan tripanosoma, tetapi
kemudian tidak lagi digunakan karena ditemukannya obat lain yang lebih aman. Arsen
dalam dosis kecil sampai saat ini juga masih digunakan sebagai obat pada resep
homeopathi .
Bermacam-macam bentuk senyawa kimia dari arsen ini yaitu sebagai berikut ;
1. Arsen triokasida (As2O3), ialah bentuk garam inorganic dan bentuk trivial dari
asam arsenat (H4AsO4) berwarna putih dan padat seperti gula.
2. Arsen pentaoksida (As2O5)
3. Arsenat (misalnya : PbHAsO4), ialah bentuk garam dari asam arsenat,
merupakan senyawa arsen yang banyak dijumpai di alam dan bersifat kurang
toksik.
4. Arsen organic, arsen berikatan kovalen dengan rantai karbon alifatik atau
struktur cincin, dimana arsen terikat dalam bentuk trivalent ataupun
pentavalen. Bentuk senyawa arsen ini kurang toksin dibandingkan dengan
bentuk senyawa arsen inorganic trivalent.

Bentuk senyawa arsen yang paling beracun ialah gas arsin (AsH3), yang
terbentuk bila asam bereaksi dengan arsenat yang mengandung logam lain.
Selain dapat ditemukan di udara, air maupun makanan, arsen juga dapat
ditemukan di industri seperti industri pestisida, proses pengecoran logam maupun pusat
tenaga geotermal. Elemen yang mengandung arsen dalam jumlah sedikit atau komponen
arsen organik (biasanya ditemukan pada produk laut seperti ikan laut) biasanya tidak
beracun (tidak toksik). Arsen dapat dalam bentuk inorganik bervalensi tiga dan
bervalensi lima. Bentuk inorganik arsen bervalensi tiga adalah arsenik trioksid, sodium
arsenik, dan arsenik triklorida. Sedangkan bentuk inorganik arsen bervalensi lima adalah
arsenik pentosida, asam arsenik, dan arsenat (Pb arsenat, Ca arsenat). Arsen bervalensi
tiga (trioksid) merupakan bahan kimia yang cukup potensial untuk menimbulkan
terjadinya keracunan akut.

Karakteristik Arsen
Arsen berwarna abu-abu, namun bentuk ini jarang ada di lingkungan. Arsen di air
di temukan dalam bentuk senyawa dengan satu atau lebih elemen lain (Wijanto, 2005).
Arsen secara kimiawi memiliki karakteristik yang serupa dengan fosfor, dan
sering dapat digunakan sebagai pengganti dalam berbagai reaksi biokimia dan juga
beracun. Ketika dipanaskan, arsen akan cepat teroksidasi menjadi oksida arsen, yang
berbau seperti bau bawang putih. Arsen dan beberapa senyawa arsen juga dapat langsung
tersublimasi, berubah dari padat menjadi gas tanpa menjadi cairan terlebih dahulu. Zat
dasar arsen ditemukan dalam dua bentuk padat yang berwarna kuning dan metalik,
dengan berat jenis 1,97 dan 5,73.

Sifat Kimia Arsen


Arsen, Sb, dan Bi, terutama terdapat sebagai mineral sulfide seperti mispickel,
FeAsS, atau stibnite, Sb2S3. Arsen, Sb, dan Bi, diperoleh sebagai logamnya. Semuanya
membentuk kristal yang strukturnya mirip dengan fosfor hitam. Namun ketiga unsur
tersebut tampak mengkilat dan seperti logam, serta mempunyai tahanan masing-masing
30, 40, dan 105 µΩ cm, yang bias dibandingkan dengan logam-logam seperti Ti dan Mn
(berturut-turut 42 dan 185 µΩ cm). Melalui reduksi oksidasinya dengan karbon dan
hydrogen. Logamnya terbakar pada pemanasan dalam oksigen menghasilkan oksida.
Arsen trihalida mirip dengan trihalida fosfor. SbCl3 berbeda karena ia larut dalam
sejumlah air yang terbatas menghasilkan larutan jernih, yang dalam pengenceran
menghasilkan okso klorida yang tidak terlarut seperti SbOCl dan Sb4O5Cl2. Tidak ada
ion Sb3+ sederhana dalam larutan BiCl3, suatu padatan kristal putih, terhidrolisis oleh air
menjadi BiOCl namun reaksi ini di bolak=balik :
BiCl3 + H2O ↔ BiOCl + 2 HCl
Arsen membentuk As4S3, As4S4, As2S3, dan As2S5 dengan interaksi langsung.
Dua yang terakhir juga dapat mengendap dari larutan asam hidroklorida dan dengan S.
As2S3 tidak larut dalam air dan asam, namun larut sebagai asam dalam larutan alkalin
sulfide menghasilkan anionlhio. As2S5 berperilaku sama. As4S4 yang terdapat sebagai
mineral realgar, mempunyai struktur dengan tetrahedron As4.

Sumber Pencemaran Oleh Arsen


Keberadaan arsen di alam (meliputi keberadaan di batuan (tanah) dan sedimen,
udara, air dan biota), produksi arsen di dalam industri, penggunaan dan sumber
pencemaran arsen di lingkungan.
1. Keberadaan Arsen di Alam
a. Batuan (Tanah) dan Sedimen
Di batuan atau tanah, arsen (As) terdistribusi sebagai mineral. Kadar As tertinggi
dalam bentuk arsenida dari amalgam tembaga, timah hitam, perak dan bentuk sulfida dari
emas. Mineral lain yang mengandung arsen adalah arsenopyrite (FeAsS), realgar
(As4S4) dan orpiment (As2S3). Secara kasar kandungan arsen di bumi antara 1,5-2
mglkg (NAS, 1977). Bentuk oksida arsen banyak ditemukan pada deposit/sedimen dan
akan stabil bila berada di lingkungan.
Tanah yang tidak terkontaminasi arsen ditemukan mengandung kadar As antara
0,240 mg/kg, sedang yang terkontaminasi mengandung kadar As rata-rata lebih dari 550
mg/kg (Walsh & Keeney, 1975).
Secara alami kandungan arsen dalam sedimen biasanya di bawah 10 mg/kg
berat kering. Sedimen bagian bawah dapat terjadi karena kontaminasi yang berasal dari
sumber buatan kering ditemukan pada sedimen bagian bawah yang dekat dengan
buangan pelelehan tembaga.
b. Udara
Zat padat di udara (total suspended particulate = TSP) mengandung senyawa
arsen dalam bentuk anorganik dan organik (Johnson & Braman, 1975). Crecelius (1974)
menunjukkan bahwa hanya 35% arsen anorganik terlarut dalam air hujan. Di lokasi
tercemar, kadar As di udara ambien kurang dari satu gram per meter kubik (Peirson, et al
1974; Johnson & Braman, 1975).
c. Air
Beberapa tempat di bumi mengandung arsen yang cukup tinggi sehingga dapat
merembes ke air tanah. Kebanyakan wilayah dengan kandungan arsen tertinggi adalah
daerah aluvial yang merupakan endapan lumpur sungai dan tanah dengan kaya bahan
organik. Arsenik dalam air tanah bersifat alami dan dilepaskan dari sedimen ke dalam air
tanah karena tidak adanya oksigen pada lapisan di bawah permukaan tanah.
Arsen terlarut dalam air dalam bentuk organik dan anorganik (Braman, 1973;
Crecelius, 1974). Jenis arsen bentuk organik adalah methylarsenic acid dan
methylarsenic acid, sedang anorganik dalam bentuk arsenit dan arsenat. Arsen dapat
ditemukan pada air permukaan, air sungai, air danau, air sumur dalam, air mengalir, serta
pada air di lokasi di mana terdapat aktivitas panas bumi (geothermal).
d. Biota
Penyerapan ion arsenat dalam tanah oleh komponen besi dan aluminium,
sebagian besar merupakan kebalikan dari penyerapan arsen pada tanaman (WaIlsh,
1977). Kandungan arsen dalam tanaman yang tumbuh pada tanah yang tidak tercemari
pestisida bervariasi antara 0,01-5 mg/kg berat kering (NAS, 1977).
Tanaman yang tumbuh pada tanah yang terkontaminasi arsen selayaknya
mengandung kadar arsen tinggi, khususnya di bagian akar (Walsh & Keene, 1975; Grant
& Dobbs, 1977).
Beberapa rerumputan yang mengandung kadar arsen tinggi merupakan
petunjuk/indikator kandungan arsen dalam tanah (Porter & Peterson, 1975). Selain itu,
ganggang laut dan rumput laut juga umumnya mengandung sejumlah kecil arsen.
e. Produksi dalam Industri
Berdasarkan data yang digunakan dari Biro Pertambangan Amerika Serikat
(Nelson, 1977), dapat diperkirakan bahwa total produksi senyawa arsen di dunia mulai
tahun 1975 sekitar 600.000 ton. Negara-negara produser utama adalah: China, Peru,
Swedia, USA dan USSR. Negara-negara tersebut mampu mencukupi sampai 90%
produk dunia. Arsen trivalen adalah basis utama industri kimia arsen dan merupakan
produk samping dalam pelelehan bijih tembaga dan timah hitam.

f. Penggunaan Senyawa Arsen


Arsen banyak digunakan dalam berbagai bidang, yaitu salah satunya dalam
bidang pertanian. Di dalam pertanian, senyawa timah arsenat, tembaga acetoarsenit,
natrium arsenit, kalsium arsenat dan senyawa arsen organik digunakan sebagai pestisida.
Sebagian tembakau yang tumbuh di Amerika Serikat, perlu diberi pestisida yang
mengandung arsen untuk mengendalikan serangga yang menjadi hama tanaman tersebut
selama masa pertumbuhannya. Tembakau ini akan digunakan sebagai bahan baku
pembuatan rokok.

2.2 Mekanisme Terjadinya Toksisitas


Mekanisme masuknya Arsen dalam tubuh manusia umumnya melalui oral, dari
makanan/minuman. Arsen yang tertelan secara cepat akan diserap lambung dan usus
halus kemudian masuk ke peredaran darah (Wijanto, 2005).
Arsen adalah racun yang bekerja dalam sel secara umum. Hal tersebut terjadi
apabila arsen terikat dengan gugus sulfhidril (-SH), terutama yang berada dalam enzim.
Salah satu system enzim tersebut ialah kompleks piruvat dehidrogenase yang berfungsi
untuk oksidasi dekarboksilasi piruvat menjadi Co-A dan CO2 sebelum masuk dalam
siklus TOA (tricarbocyclic acid). Dimana enzim tersebut terdiri dari beberapa enzim dan
kofaktor. Reaksi tersebut melibatkan transasetilasi yang mengikat koenzim A (CoA-SH)
untuk membentuk asetil CoA dan dihidrolipoil-enzim, yang mengandung dua gugus
sulfhidril. Kelompok sulfhidril sangat berperan mengikat arsen trivial yang membentuk
kelat. Kelat dari dihidrofil-arsenat dapat menghambat reoksidasi dari kelompok
akibatnya bila arsen terikat dengan system enzim, akan terjadi akumulasi asam piruvat
dalam darah.
Arsenat juga memisahkan oksigen dan fosfolirasi pada fase kedua dari glikolisis
dengan jalan berkompetisi dengan fosfat dalam reaksi gliseraldehid dehidrogenase.
Dengan adanya pengikatan arsenat reaksi gliseraldehid-3-fosfat, akibatnya tidak terjadi
proses enzimatik hidrolisis menjadi 3-fosfogliserat dan tidak memproduksi ATP. Selama
Arsen bergabung dengan gugus –SH, maupun gugus –SH yang terdapat dalam enzim,
maka akan banyak ikatan As dalam hati yang terikat sebagai enzim metabolic. Karena
adanya protein yang juga mengandung gugus –SH terikat dengan As, maka hal inilah
yang menyebakan As juga ditemukan dalam rambut, kuku dan tulang. Karena eratnya As
bergabung dengan gugus –SH, maka arsen masih dapat terdeteksi dalam rambut dan
tulang beberapa tahun kemudian.

2.3 Cara Mengatasi Keracunan Arsenik


Pertolongan pertama (standart treatment) bila kulit kita terpapar arsenik: cuci
permukaan kulit dengan air mengalir secara kontinu kurang lebih 10 menit, atau sampai
tidak ada kandungan bahan kimia di atas kulit. Bila perlu, gunakan sabun. Baju yang
terkontaminasi harus dilepaskan. Kemudian segera ke dokter untuk mendapat
pertolongan medis. Sementara bila racun masuk ke pencernaan, masukkan air dalam
jumlah yang cukup besar ke dalam mulut untuk mencuci. Tetapi, air jangan tertelan.
Kalau bahan kimianya sudah tertelan, minum kurang lebih 250 ml air dan jangan
memaksakan muntah. Segera cari pertolongan medis.
Cara mengatasi keracunan arsenik berbeda antara keracunan akut dan kronik.
Untuk keracunan akut yang belum berlangsung 4 jam, korban diberi ipekak untuk
merangsangnya muntah. Dapat juga dilakukan bilas lambung apabila ia tidak dapat
minum. Pemberian katartik atau karboaktif dapat bermanfaat. Sedangkan untuk
keracunan yang sudah berlangsung lebih lama (termasuk juga keracunan kronik),
sebaiknya diberi antidotumnya, yaitu suntikan intramuskuler dimerkaprol 3-5 mg/kgBB
4-6 kali sehari selama 2 hari. Pengobatan dilanjutkan 2-3 kali sehari selama 8 hari.
Metode kimia dan sintetik saat ini digunakan untuk mengobati keracunan arsenik.
Dimercaprol dan asam dimercaptosuccinic adalah agen chelating yang mengambil
arsenik dari protein darah dan digunakan untuk mengobati keracunan arsenik akut.
Dimercaprol jauh lebih beracun dari pada succimer.
2.4 Efek-efek yang ditimbulkan oleh arsen
Ketika suatu zat berbahaya/beracun telah mencemari permukaan air, tanah, maka
ia dapat menguap, tersapu air hujan dan atau masuk ke dalam tanah. Pencemaran yang
masuk ke dalam tanah kemudian terendap sebagai zat kimia beracun di tanah. Zat
beracun di tanah tersebut dapat berdampak langsung kepada manusia ketika bersentuhan
atau dapat mencemari air tanah dan udara di atasnya.

WHO menetapkan ambang aman tertinggi arsen dalam air tanah sebesar 50 ppb.
Air tanah biasa digunakan sebagai sumber air minum bagi kelangsungan hidup manusia.
Salah satu akibat yang merugikan dari arsen adalah apabila dalam air minum
mengandung unsur arsen melebihi nilai ambang batas, yaitu bila kadarnya melebihi 10
ppb dalam air minum. Gejala keracunan kronis yang ditimbulkannya pada tubuh
manusia berupa iritasi usus, kerusakan syaraf dan sel, kelainan kulit atau melanoma serta
kanker usus.
Arsen inorganik telah dikenal sebagai racun manusia sejak lama, yang dapat
mengakibatkan kematian. Dosis rendah akan mengakibatkan kerusakan jaringan. Bila
melalui mulut, pada umumnya efek yang timbul adalah iritasi saluran makanan, nyeri,
mual, muntah dan diare. Selain itu mengakibatkan penurunan pembentukan sel darah
merah dan putih, gangguan fungsi jantung, kerusakan pembuluh darah, luka di hati dan
ginjal (Wijanto, 2005). Berikut ini adalah implikasi klinik akibat tercemar oleh arsen :
1. Mata
Efek Arsenic terhadap mata adalah gangguan penglihatan dan kontraksi mata
pada bagian perifer sehingga mengganggu daya pandang (visual fields) mata.
2. Kulit
Adanya kulit yang berwarna gelap (hiperpigmentasi), penebalan kulit
(hiperkeratosis), timbul seperti bubul (clavus), infeksi kulit (dermatitis) dan mempunyai
efek pencetus kanker (carcinogenic).
3. Darah
Efeknya menyebabkan kegagalan fungsi sum-sum tulang dan terjadinya
pancytopenia (yaitu menurunnya jumlah sel darah perifer).
4. Liver
Paparan arsen yang cukup lama (paparan kronis) pada liver akan menyebabkan
efek yang signifikan, berupa meningkatnya aktifitas enzim pada liver (enzim SGOT,
SGPT, gamma GT), ichterus (penyakit kuning), liver cirrhosis (jaringan hati berubah
menjadi jaringan ikat dan ascites (tertimbunnya cairan dalam ruang perut).
5. Ginjal
Arsen akan menyebabkan kerusakan ginjal berupa renal damage (terjadi ichemia
dan kerusakan jaringan).
6. Saluran pernapasan
Paparan arsen pada saluran pernafasan akan menyebabkan timbulnya laryngitis
(infeksi laryng), bronchitis (infeksi bronchus) dan dapat pula menyebabkan kanker
paru.
7. Pembuluh darah
Logam berat Arsen dapat menganggu fungsi pembuluh darah, sehingga dapat
mengakibatkan penyakit arteriosclerosis (rusaknya pembuluh darah), portal
hypertention (hipertensi oleh karena faktor pembuluh darah potal), oedema paru dan
penyakit pembuluh darah perifer (varises, penyakit bu rger).
8. Sistem Reproduksi
Efek arsen terhadap fungsi reproduksi biasanya fatal dan dapat pula berupa cacat
bayi waktu dilahirkan, lazim disebut efek malformasi.
9. Sistem Immunologi
Efek pada sistem immunologi, terjadi penurunan daya tahan tubuh/ penurunan
kekebalan, akibatnya peka terhadap bahan karsinogen (pencetus kanker) dan infeksi
virus.
10. Sistem Sel
Efek terhadap sel mengakibatkan rusaknya mitokondria dalam inti sel sehingga
menyebabkan turunnya energi sel dan sel dapat mati.
11. Gastrointestinal (Saluran Pencernaan)
Arsen akan menyebabkan perasaan mual dan muntah, serta nyeri perut, mual
(nausea) dan muntah (vomiting).

2.5 Antidotum pada pasien keracunan arsen


1. Dimercaprol
Dimercaprol (INN) atau British anti-Lewisite, merupakan senyawa yang
dikembangkan oleh ahli biokimia Inggris di Oxford University selama Perang Dunia II.
Ini dikembangkan diam-diam sebagai penangkal untuk lewisite, yang berbasis arsenik
sekarang-usang senjata kimia agent. Sekarang, digunakan medis dalam pengobatan
arsenik, merkuri, emas, timah, dan keracunan logam beracun lainnya. Selain itu, di masa
lalu telah digunakan untuk pengobatan penyakit Wilson, kelainan genetik di mana tubuh
cenderung mempertahankan tembaga.
Arsenik dan beberapa logam berat lainnya bereaksi dengan residu thiol yang
berdekatan pada enzim metabolik, menciptakan sebuah kompleks kelat yang menghambat
aktivitas enzim yang terkena. Dimercaprol bersaing dengan kelompok thiol untuk
mengikat ion logam, yang kemudian diekskresikan dalam urin.
Dimercaprol sendiri beracun, dengan kisaran terapeutik yang sempit dan
kecenderungan untuk mengkonsentrasikan arsenik dalam beberapa organ. Kelemahan
lainnya termasuk kebutuhan untuk mengelola dengan injeksi intramuskular menyakitkan.
Efek samping yang serius termasuk nefrotoksisitas dan hipertensi.
Dimercaprol telah ditemukan untuk membentuk kelat stabil in vivo dengan
banyak logam beracun lainnya termasuk anorganik merkuri, bismut, kadmium, kromium,
kobalt, emas, dan nikel. Namun, bukan pengobatan pilihan untuk toksisitas logam ini.
Dimercaprol telah digunakan sebagai tambahan dalam pengobatan ensefalopati akut
keracunan timbal. Obat ini berpotensi beracun, dan penggunaannya bisa disertai dengan
beberapa efek samping. Meskipun pengobatan dengan dimercaprol akan meningkatkan
ekskresi kadmium, seiring bertambahnya konsentrasi kadmium ginjal, sehingga
penggunaannya dalam kasus keracunan kadmium harus dihindari. Memang,
bagaimanapun menghilangkan merkuri anorganik dari ginjal; tapi tidak berguna dalam
pengobatan alkylmercury atau fenil toksisitas merkuri. Dimercaprol juga meningkatkan
toksisitas selenium dan telurium, sehingga tidak dapat digunakan untuk menghilangkan
unsur-unsur dari tubuh.
2. Asam Dimercaptosuccinic (DMSA)
Asam Dimercaptosuccinic (DMSA), adalah senyawa organosulfur dengan
rumus HO2CCH (SH) CH (SH) CO2H. Ini tidak berwarna padat berisi dua asam
karboksilat dan dua kelompok tiol, yang terakhir yang bertanggung jawab untuk bau
agak tidak menyenangkan. Hal ini terjadi dalam dua diastereomer, meso dan bentuk dl
kiral. Meso isomer ini digunakan sebagai agen chelating. Asam ini paling sering
digunakan sebagai pengobatan untuk keracunan logam berat, dan zat larut dan tidak
beracun air.
Asam Dimercaptosuccinic (Chemet) diindikasikan untuk pengobatan keracunan
timbal pada anak-anak dengan tingkat darah diukur di atas 45 mg / dL. Penggunaan
DMSA tidak disetujui untuk profilaksis/ pencegahan keracunan timbal dalam
mengantisipasi paparan dalam memimpin terkontaminasi lingkungan yang diketahui.
Eliminasi paruh adalah 2.5-3.5 h. DMSA dapat melintasi penghalang darah-otak tikus,
tetapi tidak manusia, membatasi penggunaannya untuk mengekstrak logam berat dari
bagian tubuh selain sistem saraf pusat.
Aplikasi lain untuk DMSA adalah untuk provokasi jaringan logam berat dalam
mengantisipasi tes urine. Hal ini kadang-kadang disebut "tantangan" atau tes
"memprovokasi" logam berat. DMSA digunakan untuk membantu memobilisasi logam
berat yang disimpan dalam jaringan tubuh (dan karena itu tidak biasanya hadir dalam
sirkulasi) dan meningkatkan ekskresi logam berat dalam urin.
Kegiatan relatif serangkaian ester monoalkil novel meso-2,3-dimercaptosuccinic
acid (MiADMSA) telah diperiksa sebagai agen untuk mobilisasi kadmium, timah dan
arsenik karena kemampuan monoesters ini untuk menyeberang membran sel. Mono
esters ditemukan lebih efektif dari pada senyawa induk DMSA. Kompleks (monoesters
dari DMSA) tampaknya menembus sel (tidak mungkin dalam kasus DMSA), yang
membantu dalam menargetkan situs intraseluler dalam tubuh dan membantu dalam
penghapusan ion logam beracun dalam sitosol dan organel dalam sel.

2.6 Gejala Toksisitas Arsen


a) Toksisitas Akut
Toksisitas akut arsen biasanya memperlihatkan gejala sakit perut, gejala
tersebut disebabkan oleh adanya vasodilatasi (pelebaran pembuluh darah) yang akan
mengakibatkan terbentuknya vesikel (lepuh) pada lapisan submukose lambung dan usus.
Gangguan tersebut mengakibatkan rasa mual, muntah, diare (kadang bercampur darah)
dan sakit perut yang sangat. Bau napas seperti bawang putih, diare profus menyebabkan
banyak cairan tubuh keluar sehingga menyebabkan gejala hipotensi.
Terjadinya diare profus menyebabkan banyak larutan protein terbuang keluar
tubuh, sehingga mengakibatkan usus tidak berfungsi normal (enteropati). Arsen juga
dapat menyebabkan peningkatan aktivitas mitotik pada sel hati. Gas arsenik dapat
mengakibatkan hemolisis dalam waktu 3-4 jam dan mengakibatkan nekrosis tubulus
ginjal akut sehingga terjadi kegagalan ginjal.
Tanda-tanda toksisitas As yang akut juga terlihat jelas ialah dengan
ditemukannya gejala rambut rontok kebotakan (alopesia) , tidak berfungsinya saraf tepi
yang ditandai dengan kelumpukan anggota gerak bagian bawah,kaki lemas,persendian
tangan lumpuh, dan daya reflex menurun
b) Toksisitas kronis
Terjadinya toksisitas kronis biasanya melibatkan sejumlah populasi penduduk
yang tinggal dalam suatu kawasan pencemarn lingkungan oleh arsen dari limbah
industri pestisida, pabrik kertas, bubur pulp dan sebagainya. Epidemiologi penyakit
toksisitas arsen kronis terjadi pada sebuah populasi penduduk di Bangladesh yang
mengonsumsi air tanah yang mengandung arsen.
Konsentrasi arsen dalam air tanah pada daerah tersebut dapat mencapai 10
sampai 1820 mg/l. Gejala akan timbul dalm waktu 2 sampai 8 minggu sejak penderita
mulai mengonsumsi air yang terkontaminasi tersebut. Gejala yang jelas terlihat adalah
adanya kelainan pada kulit dan kuku, terciri dengan adanya hyperkeratosis,
hiperpigmentasi, dermatitis dengan terkelupasnya kulit dan adanya warna putih pada
persambungan kulit dan kuku.
Toksisitas As kronik juga dapat meningkatkan penyebab risiko terjadinya
kanker pada kulit, paru-paru, hati (liver-angiosarkoma), kantung kencing, ginjal, dan
kolon. Beberapa kelompok peneliti menyatakan bahwa keracunan kronis A dapat
menyebabkan hepatotoksik hidroarsenicisme (karena mengonsumsi air minum yang
terkontaminasi As), hal tersebut terjadi setelah 1-15 tahun sejak mengonsumsi air
tersebut. Hepatomegali (pembesaran hati) terjadi pada 76,7% dari 248 pasien yang
dirawat karena kasus toksisitas kronis As ini.
Pada pemeriksaan laboratorium ditemukan gejala kerusakan hati ditandai
dengan kolestasis, hiperbilirubinemia dan peningkatan aktivitas enzim alkaline fosfatase
yang disertai dengan tingginya konsentrasi arsenik dalam urine.
Gangguan saraf perifer akan mulai terlihat pada fase lanjut. Saraf kaki akan
lebih parah dari pada saraf tangan, menyebabkan kulumpuhan pada saraf motorik dan
sensorik. Terlihat kecenderungan terjadinya ulcer (borok) dalam saluran pencernaan,
hepatitis kronis, dan sirosis.
Pada pemeriksaan darah tepi terlihat adanya pansitopeni (sel darah berkurang),
terutama neutropeni (sel darah putih menurun). Produksi sel darah merah berhenti dan
adanya gambaran basophilic stippling.Anemia yang ada hubungannya dengan defisiensi
asam folat juga terlihat.
Pada penelitian epidemiologi, nyata hubungan antara toksisitas kronis dari
arsen trivial dan arsen pentavalen dengan ditemukannya kasus kanker paru,kanker limfa,
dan kanker kulit.

2.7 Pencegahan Terjadinya Paparan Arsen


Usaha pencegahan terjadinya paparan arsen secara umum adalah pemakaian
alat proteksi diri bagi semua individu yang mempunyai potensi terpapar oleh arsen.
Alat proteksi diri tersebut misalnya :
a) Masker yang memadai
b) Sarung tangan yang memadai
c) Tutup kepala
d) Kacamata khusus
Usaha pencegahan lain adalah melakukan surveilance medis, yaitu
pemeriksaan kesehatan dan laboratorium yang dilakukan secara rutin setiap tahun. Jika
keadaan dianggap luar biasa, dapat dilakukan biomonitoring arsen di dalam urine.
Usaha pencegahan agar lingkungan kerja terbebas dari kadar arsen yang
berlebihan adalah perlu dilakukan pemeriksaan kualitas udara (indoor), terutama kadar
arsen dalam patikel debu. Pemeriksaan kualitas udara tersebut setidaknya dilakukan
setiap tiga bulan. Ventilasi tempat kerja harus baik, agar sirkulasi udara dapat lancar.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Arsen merupakan logam berat dengan valensi 3 atau 5, dan berwarna metal (steel-
grey).
2. Toksisitas senyawa arsenik dan sangat bervariasi. Bentuk organik tampaknya
memiliki toksisitas yang lebih rendah daripada bentuk arsenik anorganik.
3. Cara pencegahan paparan arsen dengan menggunakan alat proteksi diri dan
melakukkan surveilance medis.
B. Saran
Untuk menghindari terjadinya keracunan akibat paparan arsen melalui udara, air,
tanah, biota dan kegiatan industry maka yang harus dilakukan adalah menggunakan alat
proteksi diri seperti memakai masker, sarung tangan, kacamata dll saat berada di
lingkungan kerja yang berhubungan dengan pertambangan. Selain itu melakukkan
surveilance medis setiap tahun secara rutin. Ini ditujukan agar tidak terjadinya keracunan
akibat paparan Arsen.
DAFTAR PUSTAKA

Cotton dan Wilkinson . 2009 . Kimia Anorganik Dasar . Jakarta : UI-Press


Darmono . 2006 . Lingkungan Hidup dan Pencemaran Hubungannya Dengan
Toksikologi Seyawa Logam . Jakarta . UI-Press
Adnan Agnesa. 2010. Makalah Toksikologi Industri ARSEN. http://kesmas-
unsoed.blogspot.com/2010/10/makalah-toksikologi-industri-arsen.html.30
Maret 2012
Fhazira. 2010. Logam Berat
Arsen. http://chitralestari.blogspot.com/2010/09/logam-berat-arsen.html.
30 Maret 2012
Darmono . 2009 . Farmasi Forensik dan Toksikologi . Jakarta : UI-Press
Diakses pada tanggal 25 Mei 2015 di http://service-with-
heart.blogspot.com/2012/10/makalah-arsen.html
http://tralalaikrima.blogspot.com/2012/04/makalah-toksikologi-arsen-
as.html
http://en.wikipedia.org/wiki/Dimercaptosuccinic_acid
http://en.wikipedia.org/wiki/Dimercaprol

Anda mungkin juga menyukai