Tugas Makalah Mikrobiologi Dan Parasitologi Kelompok 1-Dikonversi

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 9

“MAKALAH MIKROBIOLOGI DAN

PARASITOLOGI”
“PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGBIAKAN
BAKTERI”

DOSEN : ANGGI, SKM.,Mkes

NAMA KELOMPOK :
➢ HESTY ANGRAENI (20483020014)
➢ NURAINI RIZKI HASTUTI (20483020019)
➢ RINI ANDRAYANI (20480320021)
➢ WIKA FEBRIYATIKA (20480320022)
➢ WIWIN WULANDARI (20480320023)

PROGRAM STUDI D3 FARMASI


POLITEKNIK KESEHATAN GENESIS MEDICARE
DEPOK
2021
BAB I
1.Rumusan Masalah
- Bagaimana bakteri dapat hidup, tumbuh dan berkembangbiak dilingkungan hidup
- Bagaimana cara mengatasi atau menghambat pertumbuhan bakteri

2.Tujuan
Tujuan dari makalah ini adalah kita :
- Dapat mengetahui sumber sumber bakteri tersebut berasal
-Dapat mengetahui efek bahaya bakteri terhadap tubuh
-Dapat mengetahui factor penting penyebab bakteri dapat tumbuh dan berkembang

3.Kesimpulan
Kesimpulan yang didapat dari makalah ini adalah bakteri bakteri dapat tumbuh dan
berkembangbiak tidak dapat terlihat oleh mata,dan salah faktror terbanyak dari pertumbuhan
dan perkembangbiakan bakteri disebabkan oleh ruangan yang lembab.
BAB II
PENDAHULUAN
1.Latar Belakang
Bakteri berasal dari kata "bakterion" (bahasa Yunani) yang berarti tongkat atau batang, bakteri adalah
organisme prokariota uniseluler yang hanya dapat dilihat dengan menggunakan mikroskop. Bakteri
ditemukan pertama kali oleh ilmuwan Belanda bernama Anthony van Leewenhoek. Leeuwenhoek
kemudian menerbitkan aneka ragam gambar bentuk bakteri pada tahun 1684. Sejak saat itu, ilmu yang
mempelajari bakteri mulai berkembang. Ilmu yang mempelajari bakteri disebut bakteriologi.
Bakteri adalah organisme yang paling banyak jumlahnya dan tersebar luas dibandingkan makhluk
hidup lainnya. Bakteri memiliki ratusan ribu spesies yang hidup di gurun pasir, salju atau es, hingga
lautan (Sri Maryati, 2007). Bagi manusia, bakteri ada yang menguntungkan dan ada yang merugikan.
Bakteri memiliki ciri yang membedakannya dengan makhluk hidup lainnya. Bakteri adalah organisme
uniseluler, prokariot, dan umumnya tidak memiliki klorofil.
2. Pembahasan
2.1 Pertumbuhan Bakteri
Pertumbuhan adalah meningkatnya jumlah kuantitas massa sel dengan cara terbentuknya sel-sel baru.
Terjadinya proses pertumbuhan tergantung dari sek dalam membentuk protoplasma baru dari nutrient
yang tersedia di lingkungan. Pada bakteri, pertumbuhan secara aseksual dan disebut dengan pembelahan
biner. Pembelahan biner berlangsung dengan interval yang teratur dengan penambahan atau kelipatan
secara eksponensial ( Riadi, 2016).

Fase pertumbuhan bakteri merupakan fase pembelahan sel bakteri yang melalui beberapa
fase yaitu, Fase lag, Fase Logaritma/Exponensial, Fase Stasioner dan Fase Kematian.
a. Fase Lag (Fase Penyesuaian )
Fase Lag merupakan fase penyesuaian bakteri dengan lingkungan yang baru. Lama fase lag pada bakteri
sangat bervariasi, tergantung pada komposisi media, pH, suhu, aerasi, jumlah sel pada inokulum awal dan
sifat fisiologis mikro organisme pada media sebelumnya ( Riadi, 2016)
b. Fase Logaritma / Exponensial
Fase Logaritma / eksponensial ditandai dengan terjadinya periode pertumbuhan yang cepat. Setiap sel
dalam populasi membelah menjadi dua sel. Variasi derajat pertumbuhan bakteri pada fase eksponensial
ini sangat dipengaruhi oleh sifat genetik yang diturunkannya ( Riadi, 2016).
c. Fase Stasioner
Fase stasioner terjadi pada saat laju pertumbuhan bakteri sama dengan laju kematiannya. Sehingga
jumlah bakteri keseluruhan bakteri akan tetap. Keseimbangan jumlah keseluruhan bakteri ini terjadi
karena adanya pengurangan derajat pembelahan sel. Hal ini disebabkan oleh kadar nutrisi yang berkurang
dan terjadi akumulasi produk toksik sehingga mengganggu pembelahan sel. Fase stasioner ini dilanjutkan
dengan fase kematian yang ditandai dengan peningkatan laju kematian yang melampaui laju
pertumbuhan, sehingga secara keseluruhan terjadi penurunan populasi bakteri ( Riadi, 2016).
d. Fase Kematian
Fase Kematian merupakan fase dimana laju kematian lebih besar ( Riadi,2016). Kemampuan
mikroorganisme untuk tumbuh dan tetap hidup merupakan suatu hal yang penting untuk diketahui.
Pengetahuan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan bakteri sangat penting didalam
mengendalikan bakteri.
Berikut ini factor-faktor penting yang mempengaruhi pertumbuhan bakteri :
➢ Zat Makanan
Sebagian besar bakteri yang hidup bebas dapat tumbuh baik pada ekstrak ragi, bakteri parasit
membutuhkan zat-zat khusus yang hanya terdapat dalam darah atau dalam ekstrak jaringan hewan.
Banyak organisme, satu senyawa seperti asam amino dapat menjadi sumber energi, sumber karbon dan
sumber nitrogen. Zat makanan yang digunakan untuk pertumbuhan bakteri harus mengandung sumber
karbon, sumber nitrogen, mineral dan faktor pertumbuhan yang meliputi asam amino, purin, pirimidin
dan vitamin. (Jawetz,et al, 2008).
➢ Derajad Keasaman Lingkungan (pH)
pH pembenihan juga mempengaruhi pertumbuhan kuman dalam membantu metabolisme bakteri. Bakteri
tumbuh subur pada kisaran pH 6,5 – 7,5 (Rodwell, 2009). Sedangkan sistem yang mencerminkan luas
rentang pH ditunjukkan oleh berbagai bakteri, diantaranya:

• Asidofil memiliki nilai rentang pH 6,5 – 7,0.


• Mesofil memiliki nilai rentang pH 7,5 – 8,0.
• Alkalofil memiliki nilai rentang pH 8,4 – 9,0
Hal ini terutama dijumpai pada bakteri yang bersifat fermentative yang menghasilkan sejumlah besar
asam-asam organic yang bersifat menghambat ( Suharto dkk, 2010).
➢ Suhu
Suhu merupakan faktor penting dalam pertumbuhan bakteri. Apabila suhu tidak sesuai dengan kebutuhan
bakteri, maka akan menyebabkan kerusakan sel (Waluyo, 2009). Spesies bakteri yang berbeda
membutuhkan suhu optimal yang amat beragam untuk pertumbuhannya. Menurut Umar (2008) bakteri
diklasifikasikan berdasarkan suhu pertumbuhannya menjadi tiga kelompok, Suhu Pertumbuhan Suhu
Optimum

• Psikofilik
• Mesofilik
• Termofilik
Hal ini terutama dijumpai pada bakteri yang bersifat fermentative yang menghasilkan sejumlah besar
asam-asam organic yang bersifat menghambat ( Suharto dkk, 2010).
➢ Kelembaban
Ruangan dengan kelembaban diatas 75%, akan menyebabkan berkembangnya bakteri sedangkan udara
yang sangat kering dapat membunuh bakteri atau menyebabkan pemberhentian kegiatan metabolisme
bakteri( Fitria,dkk, 2008). Rekomendasi American Society of Heating, Refrigerating, and Air
Conditioning Engineers (ASHRAE) kelembaban yang berpengaruh pada ruangan di rumah sakit berkisar
antara 30% - 60%. Jika kondisi kelembaban udara tinggi, diperlukan lampu UV dengan radiasi yang lebih
tinggi dari biasanya (NIOSH, 2009).
➢ Oksigen
Oksigen dibutuhkan untuk proses respirasi bakteri. Bakteri diklaasifikasikan menjadi tiga kelompok
berdasarkan kebutuhan oksigennya, yaitu :

• Aerob yaitu bakteri yang memerlukan oksigen untuk hidupnya.


• Anaerob yaitu bakteri yang tidak dapat hidup apabila ada oksigen.
• Anaerob Fakultatif yaitu bakteri yang mampu tumbuh dalam lingkungan dengan atau tanpa
oksigen
➢ Pencahayaan
Cahaya dalam ruangan dapat menghambat pertumbuhan bakteri (Misnadiarly dan Husjain, 2014). Sinar
yang nampak oleh manusia yaitu dengan panjang gelombang antara 390 nm – 760 nm, akan tetapi sinar
ini tidak berbahaya bagi bakteri ( Waluyo, 2007). Paparan cahaya dengan intensitas sinar ultraviolet
dengan panjang gelombang 240 nm – 300 nm yang dapat berakibat fatal bagi bakteri (Pommerville,
2007). Bakteri akan mengalami radiasi yang berdampak pada kelainan dan kematian sel (Sherieve, 2011).
Fotoreaktivasi adalah proses dimana cahaya tampak mengaktifkan enzim yang memotong dimer-dimer
timin, sedangkan enzim lain, DNA polimerasi mengganti dimer timin dengan molekul timin individual,
jadi memugar DNA asli. Karena enzim ini diaktifkan oleh cahaya biasa, sel-sel yang telah mati oleh sinar
ultraviolet dapat di fotoreaktivasi atau dihidupkan kembali dengan menghadapkannya pada cahaya biasa (
Volk dan Wheeler, 2003). Cahaya dari luar ruangan baik itu cahaya lampu maupun cahaya matahari tidak
dapat dikendalikan pada saat pengambilan sampel udara. Oleh karena itu cahaya tampak dianggap sebagai
variabel pengganggu tak terkendali.
➢ Tekanan Osmotik
Tekanan osmotic akan sangat mempengaruhi bakteri jika tekanan osmotic lingkungan lebih besar
(hiportonis) sel akan mengalami plasmosis. Sebaliknya jika tekanan osmotik lingkungan yang hipotonis
akan menyebabkan sel membengkak dan juga mengakibatkan rusaknya sel. Oleh karna itu dalam
mempertahankan hidupnya, sel bakteri harus berada pada tingkat tekanan osmotic yang sesuai, walaupun
sel bakteri memiliki daya adaptasi, perbedaan tekanan osmotik dengan lingkungannya tidak boleh terlalu
besar (Jawetz, 2008).
2.2 PERKEMBANGBIAKAN BAKTERI
Bakteri dapat melakukan reproduksi dengan dua cara yakni reproduksi secara aseksual danreproduksi
secara seksual. Reproduksi bakteri secara seksual dibagi menjadi tiga jenis yaitu,reproduksi dengan
transformasi, reproduksi dengan transduksi, dan reproduksi dengan konjugasi.Berikut uraian lengkap
mengenai macam-macam reproduksi bakteri.
A. Reproduksi aseksual
Yang termasuk di dalam reproduksi secara aseksual ini adalah pembelahan, pembentukan tunas/cabang,
dan pembentukan filamen.

• Pembelahan
Pada umumnya bakteri berkembang biak dengan pembelahan biner artinya pembelahan terjadisecara
langsung, dari satu sel membelah menjadi dua sel anakan. Masing-masing sel anakan akanmembentuk
dua sel anakan lagi, demikian seterusnya.Proses pembelahan biner diawali dengan proses replikasi DNA
menjadi dua DNA identik, diikuti pembelahan sitoplasma dan akhirnya terbentuk dinding pemisah di
antara kedua sel anak bakteri.Perhatikan gambar skematik pembelahan biner sel bakteri.
Proses pembelahan secara langsung disebut juga pembelahan ami-tosis atau pembelahan biner.
Pembelahan biner merupakan proses pembelahan dari 1 sel menjadi 2 sel tanpa melaluifase-fase atau
tahap-tahap pembelahan sel. Pembelahan biner banyak dilakukan organisme uniseluler (bersel satu),
seperti bakteri, protozoa, dan mikroalga (alga bersel satu yang bersifatmikroskopis). Setiap terjadi
pembelahan biner, satu sel akan membelah menjadi dua sel yangidentik (sama satu sama lain). Dua sel ini
akan membelah lagi menjadi empat, begitu seterus-nya.

Pembelahan biner dimulai dengan pembelahan inti sel menjadi dua, kemudian diikuti pembelahan
sitoplasma. Akhirnya, sel terbelah menjadi dua sel anakan.Pembelahan biner pada organisme prokariotik
terjadi pada bakteri. DNA bakteri terdapat pada daerah yang disebut nukleoid. DNA pada bakteri relatif
lebih kecil dibandingkan denganDNA pada sel eukariotik. DNA pada bakteri berbentuk tunggal, panjang
dan sirkuler sehinggatidak perlu dikemas menjadi kromosom sebelum pembelahan.Sel prokariot, sel
tanpa membran inti, mampu membelah diri secara sederhana. Setelahsel tumbuh dan mampu melakukan
pembelahan, serta telah menduplikasi molekul DNA-nya,terjadi pelekukan pada membran sel. Molekul
DNA prokariot menempel pada beberapa titikmembran sel. Dengan demikian, molekul DNA tersebut
dapat terpisah dengan arah yang berlawanan ketika pelekukan membran sel semakin dalam. Ketika
molekul DNA terpisah,membran sel dan dinding sel semakin melekuk ke dalam hingga mulai terlihat
pemisahan dua sel baru.

• Pembentukan tunas atau cabang


Bakteri membentuk tunas yang akan melepaskan diri dan membentuk bakteri baru. Reproduksidengan
pembentukan cabang didahului dengan pembentukan tunas yang tumbuh menjadi cabangdan akhirnya
melepaskan diri. Dapat dijumpai pada bakteri family Streptomycetaceae

• Pembentukan Filamen
Pada pembentukan filament, sel mengeluarkan serabut panjang sebagai filament yang tidak bercabang.
Bahan kromosom kemudian masuk ke dalam filament, kemudian filament terputus- putus menjadi
beberapa bagian. Tiap bagian membentuk bakteri baru. Dijumpai terutama dalamkeadaan abnormal,
misalnya bila bakteri Haemophilus influenza dibiakan pada pembenihan yang basah

B. Reproduksi seksual
Bakteri berbeda dengan eukariota dalam hal cara penggabungan DNA yang datang dari duaindividu
ke dalam satu sel. Pada eukariota, proses seksual secara meiosis dan fertilisasimengkombinasi DNA dari
dua individu ke dalam satu zigot. Akan tetapi, jenis kelamin yang ada pada ekuariota tidak terdapat pada
prokariota. Meiosis dan fertilisasi tidak terjadi, sebaliknya ada proses lain yang akan mengumpulkan
DNA bakteri yang datang dari individu-individu yang berbeda.Proses-proses ini adalah pembelahan
transformasi, transduksi dan konjugasi

• Transformasi
Dalam konteks genetika bakteri, transformasi merupakan perubahan suatu genotipe sel bakteri dengan
cara mengambil DNA asing dari lingkungan sekitarnya. Misalnya, pada bakteri Streptococcus pneumonia
yang tidak berbahaya dapat ditransformasi menjadi sel-sel penyebab pneumonia dengan cara mengambil
DNA dari medium yang mengandung sel-sel strain patogenik yang mati. Transformasi ini terjadi ketika
sel nonpatogenik hidup mengambil potongan DNA yang kebetulan mengandung alel untuk patogenisitas
(gen untuk suatu lapisan selyang melindungi bakteri dari sistem imun inang) alel asing tersebut kemudian
dimasukkan kedalam kromosom bakteri menggantikan alel aslinya untuk kondisi tanpa pelapis. Proses
inimerupakan rekombinasi genetic perputaran segmen DNA dengan cara pindah silang (crossingover ).
Sel yang ditransformasi ini sekarang memiliki satu kromosom yang mengandung DNA,yang berasal dari
dua sel yang berbeda.
Reproduksi bakteri dengan jalan transformasiBertahun-tahun setelah transformasi ditemukan pada
kultur laboratorium, sebagian besar ahli biologi percaya bahwa proses tersebut terlalu jarang dan terlalu
kebetulan, sehingga tidakmungkin memainkan peranan penting pada populasi bakteri di alam. Tetapi,
para saintis sejaksaat itu telah mempelajari bahwa banyak spesies bakteri dipermukaannya memiliki
protein yangterspesialisasi untuk mengambil DNA dari larutan sekitarnya. Protein-protein ini secara
spesifikhanya mengenali dan mentransfer DNA dari spesies bakteri yang masih dekat kekerabatannya.
Tidak semua bakteri memiliki protein membran seperti ini. Seperti contohnya, E. Coli sepertinyasama
sekali tidak memiliki mekanisme yang tersepesialisasi untuk menelan DNA asing. Walaupun demikian,
menempatkan E. Coli di dalam medium kultur yang mengandungkonsentrasi ion kalsium yang relatif
tinggi secara artifisial akan merangsang sel-sel untukmenelan sebagian kecil DNA. Dalam bioteknologi
teknik ini diaplikasikan untuk memasukkangen gen asing ke dalam E. Coli, gen-gen yang mengkode
protein yang bermanfaat, seperti insulinmanusia dan hormon pertumbuhan.

• Transduksi
Pada proses transfer DNA yang disebut transduksi, faga membawa gen bakteri dari satu sel inangke sel
inang lainnya. Ada dua bentuk transduksi yaitu transduksi umum dan transduksi khusus.Keduanya
dihasilkan dari penyimpangan pada siklus reproduktif faga.
Reproduksi bakteri dengan jalan transduksiDiakhir siklus litik faga, molekul asam nukleat virus
dibungkus di dalam kapsid, dan fagalengkapnya dilepaskan ketika sel inang lisis. Kadangkala sebagian
kecil dari DNA sel inang yangterdegradasi menggantikan genom faga. Virus seperti ini cacat karena tidak
memiliki materigenetik sendiri. Walaupun demikian, setelah pelepasannya dari inang yang lisis, faga
dapatmenempel pada bakteri lain dan menginjeksikan bagian DNA bakteri yang didapatkan dari sel
pertama. Beberapa DNA ini kemudian dapat menggantikan daerah homolog dari kromosom selkedua.
Kromosom sel ini sekarang memiliki kombinasi DNA yang berasal dari dua sel sehinggarekombinasi
genetik telah terjadi. Jenis transduksi ini disebut dengan transduksi umum karenagen-gen bakteri
ditransfer secara acak. Untuk transduksi khusus memerlukan infeksi oleh fagatemperat, dalam siklus
lisogenik genom faga temperat terintegrasi sebagai profaga ke dalamkromosom bakteri inang, di suatu
tempat yang spesifik. Kemudian ketika genom faga dipisahkandari kromosom, genom faga ini membawa
serta bagian kecil dari DNA bakteri yang berdampingan dengan profaga. Ketika suatu virus yang
membawa DNA bakteri seperti inimenginfeksi sel inang lain, gen-gen bakteri ikut terinjeksi bersama-
sama dengan genom faga.
Transduksi khusus hanya mentransfer gen-gen tertentu saja, yaitu gen-gen yang berada di dekattempat
profaga pada kromosom tersebut. DNA, disebut sebagai “jantan”, menggunakan alat yang disebut pili
seks untuk menempel pada resipien (penerima) DNA dan disebut sebagai “betina”. Kemudian sebuah
jembatan sitoplasmik sementara akan terbentuk diantara kedua sel tersebut, menyediakan jalan untuk
transfer DNA.
Plasmid adalah molekul DNA kecil, sirkular dan dapat bereplikasi sendiri, yang terpisah darikromosom
bakteri. Plasmid-plasmid tertentu, seperti plasmid f, dapat melakukan penggabunganreversibel ke dalam
kromosom sel. Genom faga bereplikasi secara terpisah di dalam sitoplasmaselama siklus litik, dan sebagai
bagian integral dari kromosom inang selama siklus lisogenik.Plasmid hanya memiliki sedikit gen, dan
gen-gen ini tidak diperlukan untuk pertahanan hidupdan reproduksi bakteri pada kondisi normal.
Walaupun demikian, gen gen dari plasmid ini dapatmemberikan keuntungan bagi bakteri yang hidup di
lingkungan yang banyak tekanan.Contohnya, plasmid f mempermudah rekombinasi genetik, yang
mungkin akan menguntungkan bila perubahan lingkungan tidak lagi mendukung strain yang ada di dalam
populasi bakteri.Plasmid f , terdiri dari sekitar 25 gen, sebagian besar diperlukan untuk memproduksi
piliseks.Ahli-ahli genetika menggunakan simbol f+ (dapat diwariskan). Plasmid f bereplikasi
secarasinkron dengan DNA kromosom, dan pembelahan satu sel f+ biasanya menghasilkan duaketurunan
yang semuanya merupakan f+. Sel-sel yang tidak memiliki faktor f diberi simbol f-,dan mereka berfungsi
sebagai recipien DNA (“betina”) selama konjugasi. Kondisi f+ adalah kondisi yang “menular” dalam
artian sel f+ dapat memindah sel f - menjadi sel f+ ketika kedua sel tersebut berkonjugasi. Plasmid f
bereplikasi di dalam sel “jantan”, dan sebuah salinannyaditransfer ke sel “betina” melalui saluran
konjugasi yang menghubungkan sel-sel tersebut. Pada perkawinan f+ dengan f- seperti ini, hanya sebuah
plasmid f yang ditransfer. Gen-gen darikromosom bakteri tersebut ditransfer selama konjugasi ketika
faktor f dari donor sel tersebutterintegrasi ke dalam kromosomnya. Sel yang dilengkapi dengan faktor f
dalam kromosomnyadisebut sel Hfr (high frequency of recombination atau rekombinasi frekuensi tinggi).
Sel Hfrtetap berfungsi sebagai jantan selama konjugasi, mereplikasi DNA faktor f dan
mentransfersalinannya ke f- pasangannya. Tetapi sekarang, faktor f ini mengambil salinan dari
beberapaDNA kromosom bersamanya.Gerakan acak bakteri biasanya mengganggu konjugasi sebelum
salinan dari kromosom Hfrdapat seluruhnya dipindahkan ke sel f-. Untuk sementara waktu sel resipien
menjadi diploid parsial atau sebagian, mengandung kromosomnya sendiri ditambah dengan DNA yang
disalindari sebagian kromosom donor. Rekombinasi dapat terjadi jika sebagian DNA yang baru diperoleh
ini terletak berdampingan dengan daerah homolog dari kromosom F-, segmen DNAdapat dipertukarkan.
Pembelahan biner pada sel ini dapat menghasilkan sebuah koloni bakterirekombinan dengan gen-gen
yang berasal dari dua sel yang berbeda, dimana satu dari strain-strain bakteri tersebut sebenarnya
merupakan Hfr dan yang lainnya adalah F.Reproduksi bakteri dengan jalan konjugasiPada tahun 1950-an,
pakar-pakar kesehatan jepang mulai memperhatikan bahwa beberapa pasienrumah sakit yang menderita
akibat disentri bakteri, yang menyebabkan diare parah, tidakmemberikan respons terhadap antibiotik yang
biasanya efektif untuk pengobatan infeksi jenis ini.Tampaknya, resistensi terhadap antibiotik ini perlahan-
lahan telah berkembang pada strain-strainShigella sp. tertentu, suatu bakteri patogen. Akhirnya, peneliti
mulai mengidentifikasi gen-genspesifik yang menimbulkan resistensi antibiotik pada Shigell\a dan bakteri
patogenik lainnya.Beberapa gen gen tersebut, mengkode enzim yang secara spesifik menghancurkan
beberapaantibiotik tertentu, seperti tetrasiklin atau ampisilin. Gen gen yang memberikan resistensiternyata
di bawa oleh plasmid.Sekarang dikenal sebagai plasmid R (R untuk resistensi). Pemaparan suatu populasi
bakteridengan suatu antibiotik spesifik baik di dalam kultur laboratorium maupun di dalam
organismeinang akan membunuh bakteri yang sensitif terhadap antibiotik, tetapi hal itu tidak terjadi pada
bakteri yang memiliki plasmid R yang dapat mengatasi antibiotik. Teori seleksi alam memprediksi
bahwa, pada keadaan-keadaan seperti ini, akan semakin banyak bakteri yang akanmewarisi gen-gen yang
menyebabkan resistensi antibiotik. Konsekuensi medisnya pun terbaca,yaitu strain patogen yang resisten
semakin lama semakin banyak, membuat pengobatan infeksi bakteri tertentu menjadi semakin sulit.
Permasalahan tersebut diperparah oleh kenyataan bahwa plasmid R, seperti plasmid F, dapat berpindah
dari satu sel bakteri ke sel bakteri lainnya melalui konjugasi.

Anda mungkin juga menyukai