PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Virus corona baru atau COVID-19 menurut WHO adalah krisis dunia publik.
Saat ini, COVID-19 dengan cepat menyebar dari asalnya di Kota Wuhan, Cina
ke seluruh dunia. Menurut WHO hingga 09 Mei 2020, sekitar 3.855.788 kasus
telah di konfirmasi COVID-19 dengan 265.862 kematian (CFR 6,9%) di 214
negara terjangkit. COVID-19 adalah RNA beta-coronavirus yang diselimuti
novel dan dikenal sebagai sindrom pernapasan akut yang parah coronavirus-2
(SARS-CoV-2) (Guan et al, 2020).
Gejala umum COVID-19 adalah demam dan batuk dimana kebanyakan yang
mengalami demam sebanyak 43,8% dan batuk yang terjadi pada sekitar 67,8%.
Gejala lain termasuk kelelahan, mialgia, dan dispnea (Guan et al, 2020). COVID-
19 adalah infeksi yang dapat sembuh sendiri, dimana kekuatan imun berperan
penting. Vitamin D memiliki efek imunomodulator yang bisa memperbaiki
sistem imun/ kekebalan tubuh.
Vitamin D atau vitamin matahari yang bisa diperoleh dari makanan atau
diproduksi dari kulit manusia yang terkena sinar matahari, merupakan senjata
yang memainkan peranan penting dalam meningkatkan sistem kekebalan tubuh.
Secara khusus, vitamin D ini menjadi senjata sel-sel T tubuh, yaitu sel-sel yang
menyerang dan menghancurkan bakteri dan virus dalam tubuh. Ilmuwan di
University of Copenhagen telah menemukan bahwa vitamin D sangat penting
untuk mengaktifkan sistem kekebalan tubuh kita. Tanpa asupan vitamin D yang
cukup, sel-sel pembunuh dari sistem kekebalan (sel T) tidak akan mampu
bereaksi dan melawan infeksi serius dalam tubuh. Agar sel T dapat mendeteksi
dan membunuh patogen asing seperti bakteri dan virus, sel-sel harus dipicu
terlebih dahulu dan kemudian ditransformasikan dari sel yang tidak aktif dan
berbahaya menjadi sel-sel pembunuh yang siap untuk mencari dan
menghancurkan semua penyerang. Para peneliti menemukan bahwa sel T
bergantung pada vitamin D dalam proses pengaktifannya.Maka tubuh akan
rentan jika kekurangan vitamin D dalam darah.
Li et al (2020) telah menunjukkan bahwa respon imun sangat penting dalam
mengendalikan dan mengobati infeksi virus corona dan segala kerusakan dalam
sistem kekebalan tubuh dapat mengakibatkan imunopatologi dan gangguan
fungsi paru. Pengembangan obat untuk mengobati pasien dengan COVID-19
mungkin akan memakan waktu beberapa bulan, sehingga kebutuhan untuk
intervensi cepat dan aman adalah suatu keharusan untuk mengurangi penyebaran
dan tingkat kematiannya.
Dalam COVID-19, kekuatan sistem kekebalan adalah elemen penting.
Dengan demikian, tinjauan ini dilakukan untuk menunjukkan efek Vitamin D
pada peningkatan sistem kekebalan tubuh, terutama yang penting untuk
mengatasi infeksi COVID-19 dan gangguan terkait.
D. Manfaat
Agar menjadi sebuah rujukan dalam meningkatkan sistem kekebalan tubuh
dalam pencegahan dan penanganan COVID-19
BAB II
TELAAH JURNAL
A. Deskripsi Jurnal
Berdasarkan masalah penelitian, apa tujuan dan hipotesis yang ditetapkan oleh
peneliti ?
Tujuan : Untuk mengetahui korelasi antara paparan sinar matahari dan status
pemulihan pasien Covid-19 di Jakarta, Indonesia
Hipotesis : Tidak dijelaskan didalam jurnal
Jika ternyata pada data dasar (base line) terdapat perbedaan karakteristik/variable
perancu pada kedua kelompok, apakah peneliti melakukan pengendalian pada uji
statistic dengan stratifikasi atau uji multivariate?
Tidak
Apakah peneliti melakukan masking atau penyamaran dalam memberikan perlakuan
pada responden (responden tidak menyadari apakah sedang mendapatkan intervensi
yang diuji cobakan?
Tidak
Bagaimana metode sampling yang digunakan untuk memilih sampel dari populasi
target?
Tidak ada metode sampling yang digunakan untuk memilih sampel karena
menggunakan studi kohort
Berapa jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian? Metode atau rumus apa
yang digunakan untuk menentukan jumlah sampel?
Didalam jurnal tidak disebutkan berapa banyak sampel, data sampel didapatkan
dari Kementerian Kesehatan Indonesia serta Tim Gugus Tugas Nasional
Indonesia untuk Covid-19
ANALISIS DATA
Uji Statistik apa yang digunakan untuk menguji hipotesis atau menganalisis data?
Korelasi Spearman
Untuk penelitian eksperimen apakah peneliti menggunakan metode intention to treat
atau on treatment analysis?
Jurnal ini bukan merupakan penelitian eksperimen
Intention to treat adalah menganalisis semua sampel yang megikuti penelitian, baik
yang drop out, loss follow up atau berhenti sebelum penelitian selesai. Sampel yang
drop out dianggap hasil intervensi yang gagal.
On treatment analysis hanya menganalisis sampel yang mengikuti penelitian sampai
selesai saja, sedangkan sampel drop out dianggap tidak mengikuti penelitian dan
tidak diikutkan dalam analisis.
Program atau software statistic apa yang digunakan peneliti untuk menganalisis data?
Tidak disebutkan didalam jurnal
HASIL PENELITIAN
Bagaimana alur (flow) penelitian yang menggambarkan responden yang mengikuti
penelitian sampai selesai, drop out dan loss follow up?
Alur penelitian tidak disebutkan didalam jurnal
Bagaimana karakteristik responden dan baseline data?
Tidak ada karakteristik responden, hanya pasien yang terinfeksi COVID-19
Pada penelitian eksperiment apakah variable perancu (counfounding variable) dalam
data base line tersebar seimbang pada setiap kelompok? Jika tidak seimbang apa
dilakukan peneliti untuk membuat penelitian bebas dari pengaruh variable perancu?
Jurnal ini bukan merupakan penelitian eksperimen
Apa hasil utama dari penelitian? Jika peneliti melakukan uji hipotesis, apakah
hipotesis penelitian terbukti atau tidak terbukti (bermakna atau tidak secara statistic )?
Apakah hasil penelitian juga bermakna secara klinis?
Hasil utama dari penelitian adalah menunjukkan bahwa paparan sinar matahari
berkorelasi secara signifikan dengan pemulihan dari Covid-19 di antara pasien di
Jakarta Indonesia (nilai-p = 0,025; r = 0,350). Namun, paparan sinar matahari
tidak berkorelasi secara signifikan dengan kejadian dan kematian dari Covid-19.
Untuk penelitian eksperimen dengan variable dependen kategorik apakah peneliti
menjelaskan tentang nilai kepentingan klinis dari hasil penelitian seperti number need
to treat (NTT), relative risk reduction (RRR) atau absolute risk reduction (ARR).
Jurnal ini bukan merupakan penelitian eksperimen
DISKUSI
Bagaimana interpretasi peneliti terhadap hasil penelitian? Apakah peneliti membuat
interpretasi yang rasional dan ilmiah tentang hal-hal yang ditemukan dalam penelitian
berdasarkan teori terkini? Catatan: meskipun hasil penelitian tidak sesuai dengan
hipotesis, namun suatu penelitian tetap berkualitas jika peneliti mampu menjelaskan
rasional secara ilmiah mengapa hipotesisnya tidak terbukti.
Peneliti membuat interpretasi yang rasional dan ilmiah tentang hal-hal yang
ditemukan dalam penelitian berdasarkan teori terkini.
Purwanto
Universitas Negeri Semarang
Berdasarkan masalah penelitian, apa tujuan dan hipotesis yang ditetapkan oleh
peneliti ?
Tujuan : Untuk menentukan pola kematian dan faktor-faktor terkait, dengan
fokus khusus pada status Vitamin D
Hipotesis :penurunan kadar serum 25 (OH) D dalam tubuh dapat memperburuk
hasil klinis pasien COVID-19 & peningkatan kadar serum 25 (OH) D dalam
tubuh dapat mengurangi hasil terburuk atau meningkatkan hasil klinis.
Jika ternyata pada data dasar (base line) terdapat perbedaan karakteristik/variable
perancu pada kedua kelompok, apakah peneliti melakukan pengendalian pada uji
statistic dengan stratifikasi atau uji multivariate?
Ya peneliti melakuka uji multivariate
Berapa jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian? Metode atau rumus apa
yang digunakan untuk menentukan jumlah sampel?
Jumlah sampel 780 orang.
Intention to treat adalah menganalisis semua sampel yang mengikuti penelitian, baik
yang drop out, loss follow up atau berhenti sebelum penelitian selesai. Sampel yang
drop out dianggap hasil intervensi yang gagal.
On treatment analysis hanya menganalisis sampel yang mengikuti penelitian sampai
selesai saja, sedangkan sampel drop out dianggap tidak mengikuti penelitian dan
tidak diikutkan dalam analisis.
Program atau software statistic apa yang digunakan peneliti untuk menganalisis data?
Program atau software statistic yang digunakan peneliti untuk menganalisis data
ialah SPSS
HASIL PENELITIAN
Bagaimana alur (flow) penelitian yang menggambarkan responden yang mengikuti
penelitian sampai selesai, drop out dan loss follow up?
Alur penelitian tidak dijelaskan didalam jurnal
Bagaimana karakteristik responden dan baseline data?
Tidak ada karakteristik responden, hanya pasien yang terinfeksi COVID-19
Pada penelitian eksperiment apakah variable perancu (counfounding variable) dalam
data base line tersebar seimbang pada setiap kelompok? Jika tidak seimbang apa
dilakukan peneliti untuk membuat penelitian bebas dari pengaruh variable perancu?
Jurnal ini bukan merupakan penelitian eksperimen
Apa hasil utama dari penelitian? Jika peneliti melakukan uji hipotesis, apakah
hipotesis penelitian terbukti atau tidak terbukti (bermakna atau tidak secara statistic )?
Apakah hasil penelitian juga bermakna secara klinis?
Hasil utama dari penelitian yaitu terdapat hubungan yang signifikan antara status
vitamin D dan kematian. Secara khusus, peluang kematian lebih tinggi dalam
kasus-kasus dengan status Vitamin D yang tidak mencukupi (OR = 7,63; p
<0,001). Ketika dibandingkan dengan kasus dengan status Vitamin D normal,
kematian sekitar 10,12 kali lebih mungkin untuk kasus kekurangan vitamin D
(OR = 10,12; p <0,001).
DISKUSI
Bagaimana interpretasi peneliti terhadap hasil penelitian? Apakah peneliti membuat
interpretasi yang rasional dan ilmiah tentang hal-hal yang ditemukan dalam penelitian
berdasarkan teori terkini? Catatan: meskipun hasil penelitian tidak sesuai dengan
hipotesis, namun suatu penelitian tetap berkualitas jika peneliti mampu menjelaskan
rasional secara ilmiah mengapa hipotesisnya tidak terbukti.
Peneliti membuat interpretasi yang rasional dan ilmiah tentang hal-hal yang
ditemukan dalam penelitian berdasarkan teori terkini
Bagaimana peneliti membandingkan hasil penelitiannya dengan penelitian-penelitian
terdahulu serta teori yang ada saat ini untuk menunjukkan adanya relevansi?
Tidak ada jurnal pembanding
Apakah mungkin penelitian ini direplikasi pada setting pratik klinik lainnya?
Ya, penelitian mungkin dapat direplikasi pada setting praktik klinik lainnya.
Apakah peneliti menjelaskan kekuatan dan kelemahan penelitian? Apakah kelemahan
ini tidak menurunkan validitas hasil penelitian?
Peneliti tidak menjelaskan kekuatan dan kelemahan dalam penelitian
Mark M. Alipio
Departemen Teknologi Radiologi Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Allied Davao College
Jenderal Malvar St., Kota Davao 8000 Davao del Sur, Filipina
NO Penelitian Sampel (karakteristik, Desain/Seleksi Intervensi Hasil temuan/Kesimpulan Level Penelitian Komentar reviewer
(Peneliti & ukuran, setting) responden peneliti (kekuatan dan keterbatasan
Waktu) penelitian)
1 Asyary, Populasi penelitian adalah Studi Kohort Intervensi dalam Hasil penelitian ini (IIa) Kekuatan :
Meita seluruh pasien COVID 19 penelitian ini yaitu menunjukkan bahwa
Veruswati di Jakarta dengan paparan sinar matahari Evidence based dari Penelitian ini merupakan
(2020) pemantauan/obser berkorelasi secara signifikan paling sedikit satu uji penelitian terbaru
vasi paparan sinar dengan pemulihan pasien klinik dengan mengenai bagaimana cara
Sunlight
matahari di Jakarta Covid-19 di Jakarta pembanding, tanpa meningkatkan sistem
exposure
increased selama 39 hari dan Indonesia (nilai-p = 0,025; r RCT kekebalan tubuh pada
Covid-19 mengidentifikasi = 0,350). pasien COVID-19 dengan
recovery jumlah pemulihan paparan sinar matahri
rates: A pasien Covid-19 di Insiden Covid-19 di Jakarta
study in the Jakarta telah meningkat. Sejak Kelemahan :
central beberapa kasus Covid-19
pandemic
pertama dilaporkan pada 3 Penelitian ini memiliki
area of
Indonesia Maret 2020, Jakarta telah kelemahan yaituterdapat
melihat rata-rata 45,25 kasus faktor lain yang dapat
Covid-19 baru yang mempengaruhi pemulihan
dikonfirmasi setiap hari. pasien Covid-19 yaitu
Jumlah rata-rata harian pengobatan / terapi yang
pasien yang dipulihkan cepat, PHBS dan Germas,
adalah 1,50, yang lebih dan kemampuan fisik dan
rendah dari kematian rata- data yang tersedia yang
rata harian pada 3,80 kasus. disediakan oleh pihak
Oleh karena itu, proporsi berwenang tidak mencatat
kematian kasus Covid-19 di paparan setiap pasien
Jakarta adalah 8,4% lebih Covid-19 terhadap sinar
tinggi dari proporsi yang matahari.
dipulihkan sebesar 3,3%.
Durasi paparan sinar
matahari untuk pasien
Covid-19 di Jakarta
berfluktuasi setiap hari.
Durasi terpapar sinar
matahari harian terpendek
adalah 0 menit, sedangkan
durasi terpanjang adalah 480
menit di Jakarta. Durasi rata-
rata paparan sinar matahari
harian adalah 217,95 menit
atau 3,6 jam.
Kesimpulan menunjukkan
bahwa paparan sinar
matahari tidak berkorelasi
secara signifikan dengan
kasus insiden dan kematian
pasien Covid-19. Sinar
matahari terkait secara
signifikan dengan kasus-
kasus pemulihan dari Covid-
19.
2 Prabowo Populasi dan sampel Studi Kohort Intervensi dalam Hasil utama dari penelitian (IIa) Kekuatan :
Raharusuna *, penelitian yaitu 780 kasus penelitian ini yaitu yaitu terdapat hubungan
Sadiah pasien infeksi SARS-CoV- dengan yang signifikan antara status Evidence based dari Kekuatan penelitian ini
Priambada, 2 yang dikonfirmasi mengklasifikasika vitamin D dan kematian.
paling sedikit satu uji yaitu peneliti mengontrol
Cahni laboratorium n hasil serum Secara khusus, peluang
Budiarti, Erdie Vitamin D dari kematian lebih tinggi dalam klinik dengan beberapa faktor predektor
Agung data pasien kasus-kasus dengan status pembanding, tanpa kematian yang dapat
(2020) terinfeksi Sars- Vitamin D yang tidak RCT mempengaruhi hasil
Patterns of CoV-2 yang sudah mencukupi (OR = 7,63; p kematian dan peneliti
COVID-19 didapat dari <0,001). Ketika membuat OR hasil
Mortality and laboratorium dibandingkan dengan kasus
vitamin D: An rumah sakit dengan status Vitamin D kematian
Indonesian diindonesia. normal, kematian sekitar
Study Diklasifikasikan 10,12 kali lebih mungkin
Kelemahan :
kadar 25 (OH) D untuk kasus kekurangan
dalam serum: vitamin D (OR = 10,12; p
(1) normal - <0,001). Kelemahan dalam
serum 25 (OH) D> penelitian ini yaitu
30 ng / ml, pengambilan data status
(2) tidak cukup - Vitamin D setiap sampel
serum 25 (OH) D tidak dijelaskan hari
21 -29 ng / ml, dan
keberapa setiap sampel
(3) kurang
- serum 25 (OH) D diambil labnya.
<20 ng / ml .
Kemudian setelah
itu dianalisis dan
dihubungan
dengan hasil
kematian.
3 Mark M. 212 pasien dengan kasus Studi Kohort Suplementasi Hasil penelitian adalah kadar Evidence based dari Kekuatan :
Alipio Covid-19 yang vitamin D untuk serum 25 (OH) D dalam paling sedikit satu uji
dikonfirmasi laboratorium, (Multisenter meningkatkan tubuh dapat menjelaskan klinik dengan Penelitian ini merupakan
(2020) dari tiga rumah sakit di retrospektif) hasil klinis pasien hasil klinis pasien yang pembanding, tanpa penelitian terbaru dengan
yang terinfeksi terinfeksi Covid-19. regresi logistik
negara-negara Asia RCT
Vitamin D Covid-2019 Peningkatan kadar serum 25 multinomial yang
Selatan. Data yang (OH) D dalam tubuh dapat digunakan untuk
supplementat
berkaitan dengan meningkatkan hasil klinis memprediksi hasil klinis
ion could
gambaran klinis dan kadar atau mengurangi hasil pasien yang terinfeksi
possibly
serum 25 (OH) D terburuk (berat hingga Covid-2019 berdasarkan
improve kritis). Penurunan kadar 25-hydroxyvitamin D [25
diekstraksi dari rekam
clinical serum 25 (OH) D dalam (OH) D] level, barometer
medis.
outcomes of tubuh dapat memperburuk untuk status Vitamin D.
patients Klasifikasi kasus-kasus hasil klinis pasien Covid-19.
infected with pasien : Peneliti menyimpulkan Kelemahan :
Coronavirus 1. gambaran klinis bahwa suplementasi vitamin Penelitian ini belum
-2019 ringan-ringan tanpa D mungkin dapat melakukan uji coba
(COVID- diagnosis pneumonia, meningkatkan hasil klinis terkontrol secara acak dan
2019) 2. pneumonia biasa- pasien yang terinfeksi studi populasi besar. Oleh
dikonfirmasi dalam Covid-2019 berdasarkan karena itu peneliti
tomografi komputer peningkatan rasio odds merekomendasikan hal ini.
dada dengan demam memiliki hasil yang ringan
dan gejala pernapasan ketika tingkat serum 25
lainnya (OH) D meningkat.
3. hipoksia berat (paling
banyak saturasi
oksigen 93% ) dan
gangguan pernapasan
atau hasil analisis gas
darah abnormal
(PaCO2> 50 mm Hg
atau PaO2 <0 mm Hg),
dan (4) kritis - gagal
napas yang
membutuhkan
pemantauan kasus
intensif.
Status vitamin D dari
kasus-kasus juga
diklasifikasikan
berdasarkan tingkat serum
25 (OH) D :
1. normal
- 25 (OH) D> 30 ng / ml
2. tidak mencukupi
- 25 (OH) D 21-29 ng / ml
3. kurang
- 25 (OH) D <20 ng /
ml.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Insufisensi dan defisiensi vitamin D, ternyata memiliki hubungan yang erat dengan
risiko berbagai penyakit respiratori. Vitamin D memiliki peran sebagai imunomodulator
pada sistem imunitas alamiah dan adaptif sehingga dapat menjadi alternatif sebagai
suplemen terapi baik pada pencegahan maupun terapi penyakit respirologi. Dari jurnal
penelitian pertama di atas,sinar matahari yang mengandung Vitamin D mempunyai
hubungan yang signifikan terhadap pemulihan pasien Covid-19. Jurnal penelitian kedua
menyimpulkan bahwa peningkatan kadar Vitamin D dapat mengurangi tingkat mortalitas
dan penurunan kadar vitamin D dapat mempertinggi tingat mortalitas. Kemudian jurnal
ketiga menyimpulkan bahwa suplementasi vitamin D mungkin dapat meningkatkan hasil
klinis pasien yang terinfeksi Covid-2019 berdasarkan peningkatan rasio odds memiliki hasil
yang ringan ketika tingkat serum 25 (OH) D meningkat. Oleh sebab itu, vitamin D yang
memiliki manfaat meningkatkan imunitas tubuh dan dapat membantu pemulihan pasien
Covid-19 dan menurunkan tingkat mortalitas.
B. Saran
1. Uji coba terkontrol secara acak diperlukan untuk menyelidiki peran suplemen
vitamin D pada hasil COVID-19 dan untuk menetapkan mekanisme yang
mendasarinya.
2. Panduan Terapi Vitamin D dapat dibuat oleh kemeterian kesehatan untuk terapi
pasien Covid-19