Anda di halaman 1dari 24

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Virus corona baru atau COVID-19 menurut WHO adalah krisis dunia publik.
Saat ini, COVID-19 dengan cepat menyebar dari asalnya di Kota Wuhan, Cina
ke seluruh dunia. Menurut WHO hingga 09 Mei 2020, sekitar 3.855.788 kasus
telah di konfirmasi COVID-19 dengan 265.862 kematian (CFR 6,9%) di 214
negara terjangkit. COVID-19 adalah RNA beta-coronavirus yang diselimuti
novel dan dikenal sebagai sindrom pernapasan akut yang parah coronavirus-2
(SARS-CoV-2) (Guan et al, 2020).
Gejala umum COVID-19 adalah demam dan batuk dimana kebanyakan yang
mengalami demam sebanyak 43,8% dan batuk yang terjadi pada sekitar 67,8%.
Gejala lain termasuk kelelahan, mialgia, dan dispnea (Guan et al, 2020). COVID-
19 adalah infeksi yang dapat sembuh sendiri, dimana kekuatan imun berperan
penting. Vitamin D memiliki efek imunomodulator yang bisa memperbaiki
sistem imun/ kekebalan tubuh.
Vitamin D atau vitamin matahari yang bisa diperoleh dari makanan atau
diproduksi dari kulit manusia yang terkena sinar matahari, merupakan senjata
yang memainkan peranan penting dalam meningkatkan sistem kekebalan tubuh.
Secara khusus, vitamin D ini menjadi senjata sel-sel T tubuh, yaitu sel-sel yang
menyerang dan menghancurkan bakteri dan virus dalam tubuh. Ilmuwan di
University of Copenhagen telah menemukan bahwa vitamin D sangat penting
untuk mengaktifkan sistem kekebalan tubuh kita. Tanpa asupan vitamin D yang
cukup, sel-sel pembunuh dari sistem kekebalan (sel T) tidak akan mampu
bereaksi dan melawan infeksi serius dalam tubuh. Agar sel T dapat mendeteksi
dan membunuh patogen asing seperti bakteri dan virus, sel-sel harus dipicu
terlebih dahulu dan kemudian ditransformasikan dari sel yang tidak aktif dan
berbahaya menjadi sel-sel pembunuh yang siap untuk mencari dan
menghancurkan semua penyerang. Para peneliti menemukan bahwa sel T
bergantung pada vitamin D dalam proses pengaktifannya.Maka tubuh akan
rentan jika kekurangan vitamin D dalam darah.
Li et al (2020) telah menunjukkan bahwa respon imun sangat penting dalam
mengendalikan dan mengobati infeksi virus corona dan segala kerusakan dalam
sistem kekebalan tubuh dapat mengakibatkan imunopatologi dan gangguan
fungsi paru. Pengembangan obat untuk mengobati pasien dengan COVID-19
mungkin akan memakan waktu beberapa bulan, sehingga kebutuhan untuk
intervensi cepat dan aman adalah suatu keharusan untuk mengurangi penyebaran
dan tingkat kematiannya.
Dalam COVID-19, kekuatan sistem kekebalan adalah elemen penting.
Dengan demikian, tinjauan ini dilakukan untuk menunjukkan efek Vitamin D
pada peningkatan sistem kekebalan tubuh, terutama yang penting untuk
mengatasi infeksi COVID-19 dan gangguan terkait.

B. Rumusan Masalah (Pertanyaan Klinis) Menggunakan PICO


P (Problem/population) : Corona virus merupakan infeksi virus yang
menyerang saluran pernapasan dengan gejala umum
demam dan batuk yang mampu menurunkan sistem
kekebalan tubuh dan menyerang sistem pernapasan
sehingga mengakibatkan sindrom pernapasan akut dan
bahkan dapat berujung kematian
I (Intervention) : Terapi Vitamin D
C (Comparison) : Tidak ada pembanding dalam jurnal
O (Outcome) : Terapi Vitamin D direkomendasikan karena
berpotensi meningkatkan fungsi kekebalan tubuh yang
akan membantu dalam pemulihan pasien COVID-19
C. Tujuan
Untuk mengetahui Terapi Vitamin D dapat digunakan untuk meningkatkan
sistem kekebalan tubuh yang dapat digunakan sebagai pencegahan dan
pengobatan/perawatan pada orang yang terinfeksi COVID-19.

D. Manfaat
Agar menjadi sebuah rujukan dalam meningkatkan sistem kekebalan tubuh
dalam pencegahan dan penanganan COVID-19
BAB II
TELAAH JURNAL

A. Deskripsi Jurnal

Jurnal Pertama : Sunlight exposure increased Covid-19 recovery rates: A


study in the central pandemic area of Indonesia

Asyary, Meita Veruswati


Departemen Kesehatan Lingkungan, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia,
Depok, Indonesia Dan Departemen Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Ilmu Kesehatan,
Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. HAMKA (UHAMKA), Jakarta, Indonesia

ITEM PERTANYAAN DALAM TELAAH JURNAL

Apa masalah penelitian?


Covid-19 disebabkan oleh jenis virus influenza yang menekan sistem kekebalan
tubuh sehingga virus dapat tumbuh di jaringan pernapasan dan organ. Dalam situasi
ini, individu yang berusia lanjut atau dengan komorbiditas sebelumnya lebih rentan
terhadap efek parah Covid-19 karena sistem kekebalan tubuh yang tidak memadai.
Selain itu, manajemen layanan kesehatan yang tidak memadai, seperti kegagalan
untuk memberikan diagnosis dini dan perawatan yang cepat, akan menurunkan
tingkat pemulihan di antara pasien Covid-19
Seberapa besar masalah tersebut?
Indonesia memiliki salah satu proporsi kematian tertinggi terkait dengan kasus
Covid-19 di antara negara-negara di dunia, dengan episentrum penyakit ini adalah
ibukotanya, Jakarta
Dampak masalah jika tidak diatasi?
Dampak yang akan timbul adalah terjadinya penambahan kasus Covid-19 dan
meningkatkan angka mortalitas penderita Covid-19
Bagaimana kesenjangan yang terjadi? Bandingkan antara masalah yang
ada/kenyataan dengan harapan/target?
Corona virus mampu menurunkan sistem kekebalan tubuh. Terapi sinar matahari
dapat meningkatkan kekebalan tubuh dan meningkatkan pemulihan pasien Covid-19.
Pada saat yang sama, pemerintah telah secara kuat mempromosikan program Perilaku
Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dan Gerakan Gaya Hidup Sehat Rakyat (Germas)
untuk mendorong masyarakat agar memasukkan latihan rutin luar / dalam ruangan
untuk mengurangi penyebaran Koviden. Namun dengan hasil bertambahnya pasien
yang terinfeksi Covid menandakan tidak semua masyarakat mengambil penting
himbauan tersebut

Berdasarkan masalah penelitian, apa tujuan dan hipotesis yang ditetapkan oleh
peneliti ?
Tujuan : Untuk mengetahui korelasi antara paparan sinar matahari dan status
pemulihan pasien Covid-19 di Jakarta, Indonesia
Hipotesis : Tidak dijelaskan didalam jurnal

Desain penelitian apa yang digunakan?


Studi Kohort

UNTUK DESAIN EKSPERIMEN :


Apakah menggunakan kelompok kontrol untuk menentukan efektifitas suatu
intervensi ?
Tidak

Apakah peneliti melakukan random alokasi (randomisasi)?


Tidak

Jika peneliti melakukan randomisasi, bagaimana prosedurnya, apakah dilakukan


randomisasi sederhana, blok, stratifikasi? Siapa yang melakukan randomisasi?
Tidak dilakukan randomisasi

Jika ternyata pada data dasar (base line) terdapat perbedaan karakteristik/variable
perancu pada kedua kelompok, apakah peneliti melakukan pengendalian pada uji
statistic dengan stratifikasi atau uji multivariate?
Tidak
Apakah peneliti melakukan masking atau penyamaran dalam memberikan perlakuan
pada responden (responden tidak menyadari apakah sedang mendapatkan intervensi
yang diuji cobakan?
Tidak

Untuk menjamin kualitas pengukuran, apakah peneliti melakukan blinding saat


mengukur outcome? Blinding merupakan upaya agar sampel atau peneliti tidak
mengetahui kedalam kelompok mana sampel dimasukkan (eksperiment atau control .
Hal ini menunjukkan upaya peneliti meningkatkan validitas informasi.
Tidak

POPULASI DAN SAMPEL


Siapa populasi target dan populasi terjangkau?
Populasi target adalah pasien terinfeksi COVID-19 di Jakarta

Siapa sampel penelitian? Apa kriteria inklusi dan eksklusi sampel?


Pasien terinfeksi COVID-19

Bagaimana metode sampling yang digunakan untuk memilih sampel dari populasi
target?
Tidak ada metode sampling yang digunakan untuk memilih sampel karena
menggunakan studi kohort

Berapa jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian? Metode atau rumus apa
yang digunakan untuk menentukan jumlah sampel?
Didalam jurnal tidak disebutkan berapa banyak sampel, data sampel didapatkan
dari Kementerian Kesehatan Indonesia serta Tim Gugus Tugas Nasional
Indonesia untuk Covid-19

PENGUKURAN ATAU PENGUMPULAN DATA


Variable apa saja yang diukur dalam penelitian?
Variabel dependen : Pemulihan pasien Covid-19
Variabel independen : Sinar matahari

Metode apa yang digunakan untuk mengumpulkan data?


Melalui literatur dan ulasan sistematis
Alat ukur apa yang digunakan untuk mengumpulkan data?
Alat ukur tidak disebutkan dalam jurnal. Namun data durasi pararan sinar
matahari di jakarta didapat dari badan Meteorologi, Iklim, dan Geofisika
Indonesia dan data pasien covid-19 dari Kementerian Kesehatan Indonesia serta
Tim Gugus Tugas Nasional Indonesia
Bagaimana validitas dan rehabilitas alat ukur/instrument yang digunakan? Apakah
peneliti menguji validitas dan rehabilitas alat ukur? Jika dilakukan apa metode yang
digunakan untuk menguji validitas dan rehabilitas alat ukur dan bagaimana hasilnya?
Tidak ada alat ukur yang digunakan
Siapa yang melakukan pengukuran atau pengumpulan data? Apakah dilakukan
pelatihan khusus untuk observer atau yang melakukan pengukuran?
Sistem pengumpulan data dimana dua penulis meninjau semua penelitian,
literatur, dan ulasan sistematis kemudian dirangkum menjadi satu.

ANALISIS DATA
Uji Statistik apa yang digunakan untuk menguji hipotesis atau menganalisis data?
Korelasi Spearman
Untuk penelitian eksperimen apakah peneliti menggunakan metode intention to treat
atau on treatment analysis?
Jurnal ini bukan merupakan penelitian eksperimen

Intention to treat adalah menganalisis semua sampel yang megikuti penelitian, baik
yang drop out, loss follow up atau berhenti sebelum penelitian selesai. Sampel yang
drop out dianggap hasil intervensi yang gagal.
On treatment analysis hanya menganalisis sampel yang mengikuti penelitian sampai
selesai saja, sedangkan sampel drop out dianggap tidak mengikuti penelitian dan
tidak diikutkan dalam analisis.

Program atau software statistic apa yang digunakan peneliti untuk menganalisis data?
Tidak disebutkan didalam jurnal

HASIL PENELITIAN
Bagaimana alur (flow) penelitian yang menggambarkan responden yang mengikuti
penelitian sampai selesai, drop out dan loss follow up?
Alur penelitian tidak disebutkan didalam jurnal
Bagaimana karakteristik responden dan baseline data?
Tidak ada karakteristik responden, hanya pasien yang terinfeksi COVID-19
Pada penelitian eksperiment apakah variable perancu (counfounding variable) dalam
data base line tersebar seimbang pada setiap kelompok? Jika tidak seimbang apa
dilakukan peneliti untuk membuat penelitian bebas dari pengaruh variable perancu?
Jurnal ini bukan merupakan penelitian eksperimen

Apa hasil utama dari penelitian? Jika peneliti melakukan uji hipotesis, apakah
hipotesis penelitian terbukti atau tidak terbukti (bermakna atau tidak secara statistic )?
Apakah hasil penelitian juga bermakna secara klinis?
Hasil utama dari penelitian adalah menunjukkan bahwa paparan sinar matahari
berkorelasi secara signifikan dengan pemulihan dari Covid-19 di antara pasien di
Jakarta Indonesia (nilai-p = 0,025; r = 0,350). Namun, paparan sinar matahari
tidak berkorelasi secara signifikan dengan kejadian dan kematian dari Covid-19.
Untuk penelitian eksperimen dengan variable dependen kategorik apakah peneliti
menjelaskan tentang nilai kepentingan klinis dari hasil penelitian seperti number need
to treat (NTT), relative risk reduction (RRR) atau absolute risk reduction (ARR).
Jurnal ini bukan merupakan penelitian eksperimen
DISKUSI
Bagaimana interpretasi peneliti terhadap hasil penelitian? Apakah peneliti membuat
interpretasi yang rasional dan ilmiah tentang hal-hal yang ditemukan dalam penelitian
berdasarkan teori terkini? Catatan: meskipun hasil penelitian tidak sesuai dengan
hipotesis, namun suatu penelitian tetap berkualitas jika peneliti mampu menjelaskan
rasional secara ilmiah mengapa hipotesisnya tidak terbukti.
Peneliti membuat interpretasi yang rasional dan ilmiah tentang hal-hal yang
ditemukan dalam penelitian berdasarkan teori terkini.

Bagaimana peneliti membandingkan hasil penelitiannya dengan penelitian-penelitian


terdahulu serta teori yang ada saat ini untuk menunjukkan adanya relevansi?
Peneliti mampu membandingkan hasil penelitiannya dengan penelitian lain dan
hasilnya saling berkaitan.

Bagaimana peneliti menjelaskan makna dan relevansi hasil penelitiannya dengan


perkembangan ilmu keperawatan/kesehatan serta terhadap pemecahan masalah?
Dalam penelitian ini durasi paparan sinar matahari yang lebih tinggi terkait
dengan lebih banyak kasus pemulihan dari Covid-19 di antara pasien. Korelasi
ini sejalan dengan bukti sebelumnya bahwa sinar matahari tidak menghentikan
virus Covid-19 sehingga tidak dapat mencegah infeksi. Sebaliknya, sinar
matahari dapat menjaga kondisi kesehatan pasien Covid-19 sehingga mereka
memiliki kesempatan untuk pulih dari penyakit ini. Sunlight meningkatkan
sistem kekebalan tubuh, yang memperlambat pengembangan influenza dan agen
SARS dalam tubuh manusia. Dalam kasus ini, pasien Covid-19 yang mengalami
paparan sinar matahari ketika mereka menerima perawatan baik di rumah sakit
atau di rumah lebih mungkin sembuh dari penyakit ini.
Sinar matahari memicu produksi vitamin D, yang berfungsi untuk meningkatkan
sistem kekebalan tubuh.

Bagaimana nilai kepentingan (importancy) hasil penelitian?


Nilai kepentingan yang didapatkan adalah bahwa dengan sinar matahari dapat
menjaga kondisi kesehatan pasien Covid-19 sehingga mereka memiliki
kesempatan untuk pulih dari penyakit ini. Sunlight meningkatkan sistem
kekebalan tubuh, yang memperlambat pengembangan influenza dan agen SARS
dalam tubuh manusia

Bagaimana applicability hasil penelitan menurut peneliti ? Apakah hasil penelitian


dapat diterapkan pada tatanan praktik keperawatan ditinjau dari aspek fasilitas,
pembiayaan, sumber daya manusia, dan aspek legal?
Ya, hasil penelitian dapat diterapkan pada tatanan praktik keperawatan ditinjau
dari aspek fasilitas, pembiayaan, sumber daya manusia, dan aspek legal.
Apakah mungkin penelitian ini direplikasi pada setting pratik klinik lainnya?
Ya, penelitian mungkin dapat direplikasi pada setting praktik klinik lainnya.
Apakah peneliti menjelaskan kekuatan dan kelemahan penelitian? Apakah kelemahan
ini tidak menurunkan validitas hasil penelitian?
Peneliti menjelaskan keterbatasan dalam penelitian ini bahwa terdapat faktor lain
yang dapat mempengaruhi pemulihan pasien Covid-19 yaitu pengobatan / terapi
yang cepat, PHBS dan Germas, dan kemampuan fisik dan data yang tersedia
yang disediakan oleh pihak berwenang tidak mencatat paparan setiap pasien
Covid-19 terhadap sinar matahari.

Jurnal Kedua: Patterns of COVID-19 Mortality and vitamin D: An Indonesian

Purwanto
Universitas Negeri Semarang

ITEM PERTANYAAN DALAM TELAAH JURNAL

Apa masalah penelitian?


Pandemi Coronavirus-2019 (COVID-19) tetap menjadi masalah mendesak di
dunia dan akan terus muncul ke permukaan sebagai lebih dari sekadar 30
mutasi berbeda dari strain penyakit, coronavirus syndrome pernafasan akut
yang parah (SARS-CoV-2), terdeteksi dari studi terbaru di China. Dengan
meningkatnya jumlah strain baru, para peneliti di seluruh dunia terdorong
untuk melakukan uji klinis untuk potensi perawatan anti-virus. Namun,
kemungkinan vaksin potensial untuk penyakit turun, karena lebih banyak
bukti yang memulai klaim sebelumnya tentang kemanjuran obat yang diuji.
Para ilmuwan terus mencari perawatan yang efektif, dengan upaya yang
difokuskan pada beberapa obat yang ada. Vitamin D dapat meningkatkan gen
yang terkait dengan oksidasi terkait, memodulasi kekebalan adaptif, dan
meningkatkan imunitas seluler. Dengan potensi luar biasa dari Vitamin D,
beberapa peneliti mengusulkan suplemen Vitamin D mungkin bisa mengobati
COVID-19 atau mengurangi keparahan, setidaknya.

Seberapa besar masalah tersebut?


Literatur yang ada memberikan bukti bahwa pra-rawat inap serum 25 (OH) D
terkait dengan hasil penyakit pernapasan. Menggunakan data cross-sectional dari
6789 peserta di kohort kelahiran Inggris 1958 nasional yang memiliki
pengukuran 25 (OH) D, Berry et al.13 melaporkan bahwa status vitamin D
memiliki hubungan linier dengan infeksi pernapasan dan fungsi paru-paru.
Kekurangan pra-masuk 25 (OH) D juga merupakan prediksi untuk mortalitas
jangka pendek dan jangka panjang

Dampak masalah jika tidak diatasi?


Kekurangan kadar serum vitamin D pada pasien Covid-19 dapat meningkatkan
tingkat mortalitas
Bagaimana kesenjangan yang terjadi? Bandingkan antara masalah yang
ada/kenyataan dengan harapan/target?
Dengan meningkatnya jumlah strain baru, para peneliti di seluruh dunia
terdorong untuk melakukan uji klinis untuk potensi perawatan anti-virus. Namun,
kemungkinan vaksin potensial untuk penyakit turun, karena lebih banyak bukti
yang memulai klaim sebelumnya tentang kemanjuran obat yang diuji. Para
ilmuwan terus mencari perawatan yang efektif, dengan upaya yang difokuskan
pada beberapa obat yang ada.

Berdasarkan masalah penelitian, apa tujuan dan hipotesis yang ditetapkan oleh
peneliti ?
Tujuan : Untuk menentukan pola kematian dan faktor-faktor terkait, dengan
fokus khusus pada status Vitamin D
Hipotesis :penurunan kadar serum 25 (OH) D dalam tubuh dapat memperburuk
hasil klinis pasien COVID-19 & peningkatan kadar serum 25 (OH) D dalam
tubuh dapat mengurangi hasil terburuk atau meningkatkan hasil klinis.

Desain penelitian apa yang digunakan?


kohort retrospektif

UNTUK DESAIN EKSPERIMEN :


Apakah menggunakan kelompok kontrol untuk menentukan efektifitas suatu
intervensi ?
Tidak
Apakah peneliti melakukan random alokasi (randomisasi)?
Tidak
Jika peneliti melakukan randomisasi, bagaimana prosedurnya, apakah dilakukan
randomisasi sederhana, blok, stratifikasi? Siapa yang melakukan randomisasi?
Peneliti tidak melakukan randomisasi

Jika ternyata pada data dasar (base line) terdapat perbedaan karakteristik/variable
perancu pada kedua kelompok, apakah peneliti melakukan pengendalian pada uji
statistic dengan stratifikasi atau uji multivariate?
Ya peneliti melakuka uji multivariate

Apakah peneliti melakukan masking atau penyamaran dalam memberikan perlakuan


pada responden (responden tidak menyadari apakah sedang mendapatkan intervensi
yang diuji cobakan?
Peneliti tidak melakukan masking/penyamaran.
Untuk menjamin kualitas pengukuran, apakah peneliti melakukan blinding saat
mengukur outcome? Blinding merupakan upaya agar sampel atau peneliti tidak
mengetahui kedalam kelompok mana sampel dimasukkan (eksperiment atau control .
Hal ini menunjukkan upaya peneliti meningkatkan validitas informasi.
Tidak

POPULASI DAN SAMPEL


Siapa populasi target dan populasi terjangkau?
Populasi penelitian ini yaitu 780 kasus dengan infeksi SARS-CoV-2 yang dikonfirmasi
laboratorium
Siapa sampel penelitian? Apa kriteria inklusi dan eksklusi sampel?
Sampel penelitian yaitu 780 kasus pasien infeksi SARS-CoV-2 yang dikonfirmasi
laboratorium
Bagaimana metode sampling yang digunakan untuk memilih sampel dari populasi
target?
Tidak ada metode sampling

Berapa jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian? Metode atau rumus apa
yang digunakan untuk menentukan jumlah sampel?
Jumlah sampel 780 orang.

PENGUKURAN ATAU PENGUMPULAN DATA


Variable apa saja yang diukur dalam penelitian?
Variabel dependen : Hasil Kematian
Variabel independen :Kadar serum Vit D
Metode apa yang digunakan untuk mengumpulkan data?
Data dikumpulkan dari rekam medis rumah sakit pemerintah Indonesia
Alat ukur apa yang digunakan untuk mengumpulkan data?
Tidak ada alat ukur.
Bagaimana validitas dan reliabilitas alat ukur/instrument yang digunakan? Apakah
peneliti menguji validitas dan reliabilitas alat ukur? Jika dilakukan apa metode yang
digunakan untuk menguji validitas dan rehabilitas alat ukur dan bagaimana hasilnya?
Tidak ada alat ukur yang digunakan

Siapa yang melakukan pengukuran atau pengumpulan data? Apakah dilakukan


pelatihan khusus untuk observer atau yang melakukan pengukuran?
Tidak ada alat ukur
ANALISIS DATA
Uji Statistik apa yang digunakan untuk menguji hipotesis atau menganalisis data?
Statistik yang digunakan untuk menguji hipotesis atau menganalisis data adalah
analisi Mann Whitney U Test

Untuk penelitian eksperimen apakah peneliti menggunakan metode intention to treat


atau on treatment analysis?
Metode penelitian eksperimen tidak dijelaskan didalam jurnal

Intention to treat adalah menganalisis semua sampel yang mengikuti penelitian, baik
yang drop out, loss follow up atau berhenti sebelum penelitian selesai. Sampel yang
drop out dianggap hasil intervensi yang gagal.
On treatment analysis hanya menganalisis sampel yang mengikuti penelitian sampai
selesai saja, sedangkan sampel drop out dianggap tidak mengikuti penelitian dan
tidak diikutkan dalam analisis.
Program atau software statistic apa yang digunakan peneliti untuk menganalisis data?
Program atau software statistic yang digunakan peneliti untuk menganalisis data
ialah SPSS
HASIL PENELITIAN
Bagaimana alur (flow) penelitian yang menggambarkan responden yang mengikuti
penelitian sampai selesai, drop out dan loss follow up?
Alur penelitian tidak dijelaskan didalam jurnal
Bagaimana karakteristik responden dan baseline data?
Tidak ada karakteristik responden, hanya pasien yang terinfeksi COVID-19
Pada penelitian eksperiment apakah variable perancu (counfounding variable) dalam
data base line tersebar seimbang pada setiap kelompok? Jika tidak seimbang apa
dilakukan peneliti untuk membuat penelitian bebas dari pengaruh variable perancu?
Jurnal ini bukan merupakan penelitian eksperimen
Apa hasil utama dari penelitian? Jika peneliti melakukan uji hipotesis, apakah
hipotesis penelitian terbukti atau tidak terbukti (bermakna atau tidak secara statistic )?
Apakah hasil penelitian juga bermakna secara klinis?
Hasil utama dari penelitian yaitu terdapat hubungan yang signifikan antara status
vitamin D dan kematian. Secara khusus, peluang kematian lebih tinggi dalam
kasus-kasus dengan status Vitamin D yang tidak mencukupi (OR = 7,63; p
<0,001). Ketika dibandingkan dengan kasus dengan status Vitamin D normal,
kematian sekitar 10,12 kali lebih mungkin untuk kasus kekurangan vitamin D
(OR = 10,12; p <0,001).

DISKUSI
Bagaimana interpretasi peneliti terhadap hasil penelitian? Apakah peneliti membuat
interpretasi yang rasional dan ilmiah tentang hal-hal yang ditemukan dalam penelitian
berdasarkan teori terkini? Catatan: meskipun hasil penelitian tidak sesuai dengan
hipotesis, namun suatu penelitian tetap berkualitas jika peneliti mampu menjelaskan
rasional secara ilmiah mengapa hipotesisnya tidak terbukti.
Peneliti membuat interpretasi yang rasional dan ilmiah tentang hal-hal yang
ditemukan dalam penelitian berdasarkan teori terkini
Bagaimana peneliti membandingkan hasil penelitiannya dengan penelitian-penelitian
terdahulu serta teori yang ada saat ini untuk menunjukkan adanya relevansi?
Tidak ada jurnal pembanding

Bagaimana peneliti menjelaskan makna dan relevansi hasil penelitiannya dengan


perkembangan ilmu keperawatan/kesehatan serta terhadap pemecahan masalah?
Vitamin D dapat meningkatkan gen yang terkait dengan oksidasi terkait,
memodulasi kekebalan adaptif, dan meningkatkan imunitas seluler.

Bagaimana nilai kepentingan (importancy) hasil penelitian?


Nilai kepentingan yang didapatkan ialah status Vitamin D yang rendah dalam
tubuh dapat memperburuk hasil klinis pasien COVID-19 & peningkatan kadar
vitamin D dalam tubuh dapat mengurangi hasil terburuk atau meningkatkan hasil
klins.
Bagaimana applicability hasil penelitan menurut peneliti ? Apakah hasil penelitian
dapat diterapkan pada tatanan praktik keperawatan ditinjau dari aspek fasilitas,
pembiayaan, sumber daya manusia, dan aspek legal?
Ya, hasil penelitian dapat diterapkan pada tatanan praktik keperawatan ditinjau
dari aspek fasilitas, pembiayaan, sumber daya manusia, dan aspek legal.

Apakah mungkin penelitian ini direplikasi pada setting pratik klinik lainnya?
Ya, penelitian mungkin dapat direplikasi pada setting praktik klinik lainnya.
Apakah peneliti menjelaskan kekuatan dan kelemahan penelitian? Apakah kelemahan
ini tidak menurunkan validitas hasil penelitian?
Peneliti tidak menjelaskan kekuatan dan kelemahan dalam penelitian

Jurnal Ketiga :Vitamin D supplementation could possibly improve clinical


outcomes of patients infected with Coronavirus-2019
(COVID-2019)

Mark M. Alipio
Departemen Teknologi Radiologi Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Allied Davao College
Jenderal Malvar St., Kota Davao 8000 Davao del Sur, Filipina

ITEM PERTANYAAN DALAM TELAAH JURNAL

Apa masalah penelitian?


Penyebaran Covid-19 yang cepat di banyak wilayah di dunia membutuhkan
tindakan kesehatan preventif. Meskipun pedoman dasar tentang pengendalian
infeksi direkomendasikan, pengobatan tetap menjadi pilihan terbaik untuk
mencegah kematian. Namun, untuk saat ini, tidak ada vaksin yang diketahui
untuk penyakit ini. Dalam penelitian ini, dilakukan untuk memprediksi hasil
klinis pasien yang terinfeksi Covid-19 berdasarkan 25-hydroxyvitamin D [25
(OH) D] level, barometer untuk status Vitamin D.
Seberapa besar masalah tersebut?
Penyebaran COVID-19 yang cepat di banyak wilayah di dunia. Namun, untuk
saat ini, tidak ada vaksin yang diketahui untuk penyakit ini dan juga uji klinis
untuk vaksin ini dapat memakan waktu lebih lama, oleh karena itu, obat paliatif
telah dikembangkan untuk mengurangi keparahan penyakit.
Dampak masalah jika tidak diatasi?
Dampak yang akan timbul adalah terjadinya penambahan kasus Covid 19 dan
memperburuk hasil klinis pasien Covid 19.
Bagaimana kesenjangan yang terjadi? Bandingkan antara masalah yang
ada/kenyataan dengan harapan/target?
Vitamin D telah terbukti mengurangi risiko masuk angin biasa.Vitamin D juga
meningkatkan imunitas seluler, memodulasi imunitas adaptif, dan meningkatkan
ekspresi gen terkait antioksidan. Oleh karena itu, beberapa peneliti mengusulkan
suplemen Vitamin D untuk mencegah dan mengobati Covid-19. Sejauh yang
peneliti ketahui, belum ada uji klinis yang dilakukan untuk menentukan potensi
Vitamin D dalam menekan galur SARS-CoV-2. Analisis statistik hubungan
antara kadar Vitamin D dan hasil klinis pasien Covid-2019 belum dijelaskan.
Dalam penelitian ini, dilakukan untuk memprediksi hasil klinis pasien yang
terinfeksi Covid-2019 berdasarkan 25-hydroxyvitamin D [25 (OH) D] level,
barometer untuk status Vitamin D.
Berdasarkan masalah penelitian, apa tujuan dan hipotesis yang ditetapkan oleh
peneliti ?
Tujuan : Untuk memprediksi hasil klinis pasien yang terinfeksi Covid-2019
berdasarkan 25-hydroxyvitamin D [25 (OH) D] level, barometer untuk status
Vitamin D.
Hipotesis : Tidak dijelaskan di dalam jurnal
Desain penelitian apa yang digunakan?
Desain studi Multisenter retrospektif (Kohort)
UNTUK DESAIN EKSPERIMEN :
Apakah menggunakan kelompok kontrol untuk menentukan efektifitas suatu
intervensi ?
Tidak digunakan di dalam jurnal
Apakah peneliti melakukan random alokasi (randomisasi)?
Tidak dilakukan randomisasi
Jika peneliti melakukan randomisasi, bagaimana prosedurnya, apakah dilakukan
randomisasi sederhana, blok, stratifikasi? Siapa yang melakukan randomisasi?
Tidak dilakukan randomisasi
Jika ternyata pada data dasar (base line) terdapat perbedaan karakteristik/variable
perancu pada kedua kelompok, apakah peneliti melakukan pengendalian pada uji
statistic dengan stratifikasi atau uji multivariate?
Tidak dijelaskan di dalam jurnal
Apakah peneliti melakukan masking atau penyamaran dalam memberikan perlakuan
pada responden (responden tidak menyadari apakah sedang mendapatkan intervensi
yang diuji cobakan?
Tidak dilakukan
Untuk menjamin kualitas pengukuran, apakah peneliti melakukan blinding saat
mengukur outcome? Blinding merupakan upaya agar sampel atau peneliti tidak
mengetahui kedalam kelompok mana sampel dimasukkan (eksperiment atau control).
Hal ini menunjukkan upaya peneliti meningkatkan validitas informasi.
Tidak dijelaskan di dalam jurnal
POPULASI DAN SAMPEL
Siapa populasi target dan populasi terjangkau?
212 pasien dengan kasus Covid-19 dari tiga rumah sakit di negara-negara Asia
Selatan
Siapa sampel penelitian? Apa kriteria inklusi dan eksklusi sampel?
Pasien terinfeksi COVID-19 yang dikonfirmasi laboratorium.
Klasifikasi kasus-kasus pasien :
1. gambaran klinis ringan-ringan tanpa diagnosis pneumonia,
2. neumonia biasa-dikonfirmasi dalam tomografi komputer dada dengan demam dan
gejala pernapasan lainnya
3. hipoksia berat (paling banyak saturasi oksigen 93% ) dan gangguan pernapasan
atau hasil analisis gas darah abnormal (PaCO2> 50 mm Hg atau PaO2 <0 mm
Hg), dan (4) kritis - gagal napas yang membutuhkan pemantauan kasus intensif.
Status vitamin D dari kasus-kasus juga diklasifikasikan berdasarkan tingkat serum 25
(OH) D :
1. normal
- 25 (OH) D> 30 ng / ml
2. tidak mencukupi
- 25 (OH) D 21-29 ng / ml
3. kurang
- 25 (OH) D <20 ng / ml.
Bagaimana metode sampling yang digunakan untuk memilih sampel dari populasi
target?
Tidak ada metode sampling yang digunakan untuk memilih sampel karena
menggunakan studi kohort (Multisenter retrospektif). Di dalam jurnal ini
dijelaskan bahwa menggunakan database dari tiga rumah sakit di negara-negara
Asia Selatan, dengan kasus infeksi SARS-CoV-2 yang dikonfirmasi laboratorium.
Berapa jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian? Metode atau rumus apa
yang digunakan untuk menentukan jumlah sampel?
Di dalam jurnal dijelaskan menggunakan database dari tiga rumah sakit di
negara-negara Asia Selatan, dengan 212 kasus dengan infeksi SARS-CoV-2 yang
dikonfirmasi laboratorium. Data yang berkaitan dengan gambaran klinis dan
kadar serum 25 (OH) D diekstraksi dari rekam medis.
PENGUKURAN ATAU PENGUMPULAN DATA
Variable apa saja yang diukur dalam penelitian?
Variabel dependen : Peningkatan hasil klinis pasien yang terinfeksi Covid-19
Variabel independen : Suplementasi vitamin D
Metode apa yang digunakan untuk mengumpulkan data?
Melalui pengumpulan database dari tiga rumah sakit di negara-negara Asia
Selatan dengan 212 kasus infeksi SARS-CoV-2 yang dikonfirmasi laboratorium.
Data yang berkaitan dengan gambaran klinis dan kadar serum 25 (OH) D
diekstraksi dari rekam medis.
Alat ukur apa yang digunakan untuk mengumpulkan data?
Di dalam jurnal dijelaskan dilakukan analisis varians ukuran berulang (ANOVA)
untuk mengetahui tidak ada perbedaan yang signifikan dalam tingkat serum 25
(OH) D dari 212 (95%) kasus. Hanya sebagian kecil dari kasus yang melaporkan
perbedaan signifikan terutama selama perawatan di rumah sakit. 212 kasus
digunakan untuk analisis akhir dan kadar serum 25 (OH) D yang diambil selama
onset gejala dipertimbangkan.
Bagaimana validitas dan rehabilitas alat ukur/instrument yang digunakan? Apakah
peneliti menguji validitas dan rehabilitas alat ukur? Jika dilakukan apa metode yang
digunakan untuk menguji validitas dan rehabilitas alat ukur dan bagaimana hasilnya?
Tidak ada alat ukur yang digunakan
Siapa yang melakukan pengukuran atau pengumpulan data? Apakah dilakukan
pelatihan khusus untuk observer atau yang melakukan pengukuran?
Peneliti sendiri yang melakukan pengumpulan data, literatur, dan menganalisis
statistik hubungan antara kadar Vitamin D dan hasil klinis pasien Covid-19.
ANALISIS DATA
Uji Statistik apa yang digunakan untuk menguji hipotesis atau menganalisis data?
Untuk analisis statistik, uji Mann-Whitney Ud igunakan untuk membandingkan
perbedaan dalam hasil klinis. Regresi logistik multinomial digunakan untuk
menjelaskan hubungan antara tingkat serum 25 (OH) D dan hasil klinis dari
kasus. Frekuensi dan persentase digunakan untuk variabel kategori. Mean ± SD
digunakan untuk melaporkan level serum 25 (OH) D dari kasus-kasus.
Untuk penelitian eksperimen apakah peneliti menggunakan metode intention to treat
atau on treatment analysis?
Penelitian dalam jurnal ini bukan penelitian eksperimen
Intention to treat adalah menganalisis semua sampel yang megikuti penelitian, baik
yang drop out, loss follow up atau berhenti sebelum penelitian selesai. Sampel yang
drop out dianggap hasil intervensi yang gagal.
On treatment analysis hanya menganalisis sampel yang mengikuti penelitian sampai
selesai saja, sedangkan sampel drop out dianggap tidak mengikuti penelitian dan tidak
diikutkan dalam analisis.
Program atau software statistic apa yang digunakan peneliti untuk menganalisis data?
Tidak disebutkan di dalam jurnal
HASIL PENELITIAN
Bagaimana alur (flow) penelitian yang menggambarkan responden yang mengikuti
penelitian sampai selesai, drop out dan loss follow up?
Alur penelitian tidak disebutkan/dijelaskan di dalam jurnal
Bagaimana karakteristik responden dan baseline data?
Tidak ada karakteristik responden. Di dalam jurnal hanya dijelaskan dari 212
kasus dengan infeksi SARS-CoV-2 yang dikonfirmasi laboratorium. Data yang
berkaitan dengan gambaran klinis dan kadar serum 25 (OH) D diekstraksi dari
rekam medis.
Pada penelitian eksperiment apakah variable perancu (counfounding variable) dalam
data base line tersebar seimbang pada setiap kelompok? Jika tidak seimbang apa
dilakukan peneliti untuk membuat penelitian bebas dari pengaruh variable perancu?
Penelitian dalam jurnal ini bukan penelitian eksperimen
Apa hasil utama dari penelitian? Jika peneliti melakukan uji hipotesis, apakah
hipotesis penelitian terbukti atau tidak terbukti (bermakna atau tidak secara statistic )?
Apakah hasil penelitian juga bermakna secara klinis?
Hasil utama dari penelitian ini adalah bahwa kadar serum 25 (OH) D dalam tubuh
dapat menjelaskan hasil klinis pasien yang terinfeksi Covid-2019. Peningkatan
kadar serum 25 (OH) D dalam tubuh dapat meningkatkan hasil klinis atau
mengurangi hasil terburuk (berat hingga kritis). Di sisi lain, penurunan kadar
serum 25 (OH) D dalam tubuh dapat memperburuk hasil klinis pasien Covid-
2019. Dalam hal ini, suplemen Vitamin D mungkin memainkan peran penting
untuk meningkatkan 1,25-dihydroxyvitamin D [1,25 (OH) 2D], bentuk aktif
Vitamin D dalam darah.
Untuk penelitian eksperimen dengan variable dependen kategorik apakah peneliti
menjelaskan tentang nilai kepentingan klinis dari hasil penelitian seperti number need
to treat (NTT), relative risk reduction (RRR) atau absolute risk reduction (ARR).
Penelitian dalam jurnal ini bukan penelitian eksperimen
DISKUSI
Bagaimana interpretasi peneliti terhadap hasil penelitian? Apakah peneliti membuat
interpretasi yang rasional dan ilmiah tentang hal-hal yang ditemukan dalam penelitian
berdasarkan teori terkini? Catatan: meskipun hasil penelitian tidak sesuai dengan
hipotesis, namun suatu penelitian tetap berkualitas jika peneliti mampu menjelaskan
rasional secara ilmiah mengapa hipotesisnya tidak terbukti.
Peneliti membuat interpretasi yang rasional dan ilmiah tentang hal-hal yang
ditemukan dalam penelitian berdasarkan teori terkini.
Bagaimana peneliti membandingkan hasil penelitiannya dengan penelitian-penelitian
terdahulu serta teori yang ada saat ini untuk menunjukkan adanya relevansi?
Di dalam jurnal ini tidak terdapat pembanding. Namun, peneliti mengatakan
sejauh yang peneliti ketahui, belum ada uji klinis yang dilakukan untuk
menentukan potensi Vitamin D dalam menekan galur SARS-CoV-2. Analisis
statistik hubungan antara kadar Vitamin D dan hasil klinis pasien Covid-2019
belum dijelaskan. Oleh karena itu, dalam penelitian ini, regresi logistik
multinomial digunakan untuk memprediksi hasil klinis pasien yang terinfeksi
Covid-2019 berdasarkan 25-hydroxyvitamin D [25 (OH) D] level, barometer
untuk status Vitamin D.
Bagaimana peneliti menjelaskan makna dan relevansi hasil penelitiannya dengan
perkembangan ilmu keperawatan/kesehatan serta terhadap pemecahan masalah?
Peneliti menjelaskan bahwa berdasarkan hasil analisis statistik kadar serum 25
(OH) D dalam tubuh dapat menjelaskan hasil klinis pasien yang terinfeksi Covid-
2019. Peningkatan kadar serum 25 (OH) D dalam tubuh dapat meningkatkan hasil
klinis atau mengurangi hasil terburuk (berat hingga kritis). Di sisi lain, penurunan
kadar serum 25 (OH) D dalam tubuh dapat memperburuk hasil klinis pasien
Covid-19. Dalam hal ini, suplemen Vitamin D mungkin memainkan peran
penting untuk meningkatkan 1,25-dihydroxyvitamin D [1,25 (OH) 2D], bentuk
aktif Vitamin D dalam darah.
Bagaimana nilai kepentingan (importancy) hasil penelitian?
Nilai kepentingan yang didapatkan adalah bahwa suplementasi vitamin D
mungkin dapat meningkatkan hasil klinis pasien yang terinfeksi Covid-2019
berdasarkan peningkatan rasio odds memiliki hasil yang ringan ketika tingkat
serum 25 (OH) D meningkat. Penelitian ini memberikan informasi penting
kepada dokter dan pembuat kebijakan kesehatan. Supaya dapat dilakukan
penelitian lebih lanjut secara acak dan studi populasi besar.
Bagaimana applicability hasil penelitan menurut peneliti ? Apakah hasil penelitian
dapat diterapkan pada tatanan praktik keperawatan ditinjau dari aspek fasilitas,
pembiayaan, sumber daya manusia, dan aspek legal?
Ya, hasil penelitian dapat diterapkan pada tatanan praktik keperawatan/kesehatan
ditinjau dari aspek fasilitas, pembiayaan, sumber daya manusia, dan aspek legal.
Apakah mungkin penelitian ini direplikasi pada setting pratik klinik lainnya?
Ya, penelitian mungkin dapat direplikasi pada setting praktik klinik lainnya.
Apakah peneliti menjelaskan kekuatan dan kelemahan penelitian? Apakah kelemahan
ini tidak menurunkan validitas hasil penelitian?
Peneliti tidak menjelaskan kekuatan dan kelemahan penelitian
B. Ekstraksi Data Jurnal dan Critical Appraisal

NO Penelitian Sampel (karakteristik, Desain/Seleksi Intervensi Hasil temuan/Kesimpulan Level Penelitian Komentar reviewer
(Peneliti & ukuran, setting) responden peneliti (kekuatan dan keterbatasan
Waktu) penelitian)

1 Asyary, Populasi penelitian adalah Studi Kohort Intervensi dalam Hasil penelitian ini (IIa) Kekuatan :
Meita seluruh pasien COVID 19 penelitian ini yaitu menunjukkan bahwa
Veruswati di Jakarta dengan paparan sinar matahari Evidence based dari Penelitian ini merupakan
(2020) pemantauan/obser berkorelasi secara signifikan paling sedikit satu uji penelitian terbaru
vasi paparan sinar dengan pemulihan pasien klinik dengan mengenai bagaimana cara
Sunlight
matahari di Jakarta Covid-19 di Jakarta pembanding, tanpa meningkatkan sistem
exposure
increased selama 39 hari dan Indonesia (nilai-p = 0,025; r RCT kekebalan tubuh pada
Covid-19 mengidentifikasi = 0,350). pasien COVID-19 dengan
recovery jumlah pemulihan paparan sinar matahri
rates: A pasien Covid-19 di Insiden Covid-19 di Jakarta
study in the Jakarta telah meningkat. Sejak Kelemahan :
central beberapa kasus Covid-19
pandemic
pertama dilaporkan pada 3 Penelitian ini memiliki
area of
Indonesia Maret 2020, Jakarta telah kelemahan yaituterdapat
melihat rata-rata 45,25 kasus faktor lain yang dapat
Covid-19 baru yang mempengaruhi pemulihan
dikonfirmasi setiap hari. pasien Covid-19 yaitu
Jumlah rata-rata harian pengobatan / terapi yang
pasien yang dipulihkan cepat, PHBS dan Germas,
adalah 1,50, yang lebih dan kemampuan fisik dan
rendah dari kematian rata- data yang tersedia yang
rata harian pada 3,80 kasus. disediakan oleh pihak
Oleh karena itu, proporsi berwenang tidak mencatat
kematian kasus Covid-19 di paparan setiap pasien
Jakarta adalah 8,4% lebih Covid-19 terhadap sinar
tinggi dari proporsi yang matahari.
dipulihkan sebesar 3,3%.
Durasi paparan sinar
matahari untuk pasien
Covid-19 di Jakarta
berfluktuasi setiap hari.
Durasi terpapar sinar
matahari harian terpendek
adalah 0 menit, sedangkan
durasi terpanjang adalah 480
menit di Jakarta. Durasi rata-
rata paparan sinar matahari
harian adalah 217,95 menit
atau 3,6 jam.

Kesimpulan menunjukkan
bahwa paparan sinar
matahari tidak berkorelasi
secara signifikan dengan
kasus insiden dan kematian
pasien Covid-19. Sinar
matahari terkait secara
signifikan dengan kasus-
kasus pemulihan dari Covid-
19.

2 Prabowo Populasi dan sampel Studi Kohort Intervensi dalam Hasil utama dari penelitian (IIa) Kekuatan :
Raharusuna *, penelitian yaitu 780 kasus penelitian ini yaitu yaitu terdapat hubungan
Sadiah pasien infeksi SARS-CoV- dengan yang signifikan antara status Evidence based dari Kekuatan penelitian ini
Priambada, 2 yang dikonfirmasi mengklasifikasika vitamin D dan kematian.
paling sedikit satu uji yaitu peneliti mengontrol
Cahni laboratorium n hasil serum Secara khusus, peluang
Budiarti, Erdie Vitamin D dari kematian lebih tinggi dalam klinik dengan beberapa faktor predektor
Agung data pasien kasus-kasus dengan status pembanding, tanpa kematian yang dapat
(2020) terinfeksi Sars- Vitamin D yang tidak RCT mempengaruhi hasil
Patterns of CoV-2 yang sudah mencukupi (OR = 7,63; p kematian dan peneliti
COVID-19 didapat dari <0,001). Ketika membuat OR hasil
Mortality and laboratorium dibandingkan dengan kasus
vitamin D: An rumah sakit dengan status Vitamin D kematian
Indonesian diindonesia. normal, kematian sekitar
Study Diklasifikasikan 10,12 kali lebih mungkin
Kelemahan :
kadar 25 (OH) D untuk kasus kekurangan
dalam serum: vitamin D (OR = 10,12; p
(1) normal - <0,001). Kelemahan dalam
serum 25 (OH) D> penelitian ini yaitu
30 ng / ml, pengambilan data status
(2) tidak cukup - Vitamin D setiap sampel
serum 25 (OH) D tidak dijelaskan hari
21 -29 ng / ml, dan
keberapa setiap sampel
(3) kurang
- serum 25 (OH) D diambil labnya.
<20 ng / ml .
Kemudian setelah
itu dianalisis dan
dihubungan
dengan hasil
kematian.
3 Mark M. 212 pasien dengan kasus Studi Kohort Suplementasi Hasil penelitian adalah kadar Evidence based dari Kekuatan :
Alipio Covid-19 yang vitamin D untuk serum 25 (OH) D dalam paling sedikit satu uji
dikonfirmasi laboratorium, (Multisenter meningkatkan tubuh dapat menjelaskan klinik dengan Penelitian ini merupakan
(2020) dari tiga rumah sakit di retrospektif) hasil klinis pasien hasil klinis pasien yang pembanding, tanpa penelitian terbaru dengan
yang terinfeksi terinfeksi Covid-19. regresi logistik
negara-negara Asia RCT
Vitamin D Covid-2019 Peningkatan kadar serum 25 multinomial yang
Selatan. Data yang (OH) D dalam tubuh dapat digunakan untuk
supplementat
berkaitan dengan meningkatkan hasil klinis memprediksi hasil klinis
ion could
gambaran klinis dan kadar atau mengurangi hasil pasien yang terinfeksi
possibly
serum 25 (OH) D terburuk (berat hingga Covid-2019 berdasarkan
improve kritis). Penurunan kadar 25-hydroxyvitamin D [25
diekstraksi dari rekam
clinical serum 25 (OH) D dalam (OH) D] level, barometer
medis.
outcomes of tubuh dapat memperburuk untuk status Vitamin D.
patients Klasifikasi kasus-kasus hasil klinis pasien Covid-19.
infected with pasien : Peneliti menyimpulkan Kelemahan :
Coronavirus 1. gambaran klinis bahwa suplementasi vitamin Penelitian ini belum
-2019 ringan-ringan tanpa D mungkin dapat melakukan uji coba
(COVID- diagnosis pneumonia, meningkatkan hasil klinis terkontrol secara acak dan
2019) 2. pneumonia biasa- pasien yang terinfeksi studi populasi besar. Oleh
dikonfirmasi dalam Covid-2019 berdasarkan karena itu peneliti
tomografi komputer peningkatan rasio odds merekomendasikan hal ini.
dada dengan demam memiliki hasil yang ringan
dan gejala pernapasan ketika tingkat serum 25
lainnya (OH) D meningkat.
3. hipoksia berat (paling
banyak saturasi
oksigen 93% ) dan
gangguan pernapasan
atau hasil analisis gas
darah abnormal
(PaCO2> 50 mm Hg
atau PaO2 <0 mm Hg),
dan (4) kritis - gagal
napas yang
membutuhkan
pemantauan kasus
intensif.
Status vitamin D dari
kasus-kasus juga
diklasifikasikan
berdasarkan tingkat serum
25 (OH) D :
1. normal
- 25 (OH) D> 30 ng / ml
2. tidak mencukupi
- 25 (OH) D 21-29 ng / ml
3. kurang
- 25 (OH) D <20 ng /
ml.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Insufisensi dan defisiensi vitamin D, ternyata memiliki hubungan yang erat dengan
risiko berbagai penyakit respiratori. Vitamin D memiliki peran sebagai imunomodulator
pada sistem imunitas alamiah dan adaptif sehingga dapat menjadi alternatif sebagai
suplemen terapi baik pada pencegahan maupun terapi penyakit respirologi. Dari jurnal
penelitian pertama di atas,sinar matahari yang mengandung Vitamin D mempunyai
hubungan yang signifikan terhadap pemulihan pasien Covid-19. Jurnal penelitian kedua
menyimpulkan bahwa peningkatan kadar Vitamin D dapat mengurangi tingkat mortalitas
dan penurunan kadar vitamin D dapat mempertinggi tingat mortalitas. Kemudian jurnal
ketiga menyimpulkan bahwa suplementasi vitamin D mungkin dapat meningkatkan hasil
klinis pasien yang terinfeksi Covid-2019 berdasarkan peningkatan rasio odds memiliki hasil
yang ringan ketika tingkat serum 25 (OH) D meningkat. Oleh sebab itu, vitamin D yang
memiliki manfaat meningkatkan imunitas tubuh dan dapat membantu pemulihan pasien
Covid-19 dan menurunkan tingkat mortalitas.

B. Saran
1. Uji coba terkontrol secara acak diperlukan untuk menyelidiki peran suplemen
vitamin D pada hasil COVID-19 dan untuk menetapkan mekanisme yang
mendasarinya.
2. Panduan Terapi Vitamin D dapat dibuat oleh kemeterian kesehatan untuk terapi
pasien Covid-19

Anda mungkin juga menyukai