Anda di halaman 1dari 6

KLASIFIKASI

ILMU
PENGETAHUAN
Kelompok 4 :
Fitria Julianti(2030801089)
Karina Yuliana(2030801073)
Ridwan Alif (2030801070)
Ilmu Pengetahuan Menurut
Ilmuwan Islam dan Barat
Ilmu Barat bermula dari penalaran murni (pure reason) tanpa asas wahyu atau keyakinan kepada
Tuhan, sehingga disebut juga unaided reason, sedangkan ilmu dalam Islam bermula dari pemahaman
terhadap wahyu dibantu oleh penalaran, atau kombinasi dari wahyu dan akal (revelation and reason).
Maka dapat dikatakan bahwa di Barat ilmu lahir dari keraguan sedangkan dalam Islam ilmu muncul
dan berkembang dari keyakinan. Jadi, bermula dari keyakinan terhadap firman Allah, al-Quran
dipahami, dijelaskan, dibuktikan dan diamalkan sehingga menghasilkan ilmu. Fiqih dalam pengertian
awal juga bukan nama sebuah disiplin ilmu tapi gabungan dari berbagai wacana tentang kandungan
al-Quran.
Semua ilmu itu bersumber dari al-Quran dan dari kajian. Objek Ilmu, Klasifikasi Ilmu, dan Hirarki
Ilmu Pembahasan ini harus diketengahkan untuk membedakan antara dua sistem epistemologi yang
sangat fundamental yaitu pandangan epistemologi Islam dan Barat. Seperti yang diketahui dalam
pandangan epistemologi Barat, objek ilmu hanya terbatas pada unsur-unsur yang bersifat fisik semata.
Di luar unsur fisik tidak menjadi objek ilmu. Setelah melalui proses yang cukup panjang (terutama
pasca Renaissace), epistemologi Barat akhirnya cenderung menolak status ontologi objek-objek
metafisika, dan lebih memusatkan perhatiannya pada objek-objek fisik, atau yang disebut sebagai
“positivistic”.
“Sementara itu epistemologi Islam masih (dan akan terus)
mempertahankan status ontologis tidak hanya objek-objek fisik, tetapi
juga objek-objek metafisika. Perbedaan cara pandang serta
keyakinan inilah yang menimbulkan perbedaan yang cukup signifikan
antara kedua sistem epistemologi tersebut dalam masalah-masalah
yang menyangkut soal klasifikasi ilmu. Ilmuan Islam masa lampau
telah menunjukkan objek ilmu tidak hanya hal- hal yang bersifat fisik
atau indrawi saja. Bahkan mereka telah menyusun hirarki Wujud
(martabah al-maujuudat) justru dimulai dari unsur-unsur yang
metafisik menuju unsur fisik.
Menurut Osman Bakar
Al- Farabi membahas hirarki wujud (maujud) dalam karya besarnya, yaitu as-Siasat al- Madiniyah dan al-Madinat al
Fadhilah. Al-Farabi menyusun skema wujud secara hirarkis dengan derajat kesempurnaan yang menurun seperti
berikut:
• Tuhan yang merupakan sebab keberadaan wujud yang lain.
• Para malaikat yang merupakan wujud yang sama sekali immaterial.
• Benda-benda langit atau benda-benda angkasa (celestial)
• Benda-benda bumi (terrestrial).
Dalam pandangan Islam, objek metafisika dipandang lebih penting dengan urutan mulai nomor 1 ke nomor 4. Hal ini
sangat bertolak belakang dengan pandangan ilmiah modern. ilmu adalah datangnya (husul) makna sesuatu atau objek
ilmu ke dalam jiwa pencari ilmu; dan kedua, sebagai sesuatu yang diterima oleh jiwa yang aktif dan kreatif, ilmu bisa
diartikan sebagai datangnya jiwa (wusul) pada makna sesuatu atau objek ilmu. Ini bermakna ilmu itu mencakup semua
hal. Al-Attas juga menjelaskan bahwa kedatangan yang dimaksud adalah proses yang di satu pihak memerlukan mental
yang aktif dan persiapan spiritual di pihak pencari ilmu, dan di pihak lain keridaan serta kasih sayang Allah SWT sebagai
Zat yang memberikan ilmu.
KESIMPULAN

Dapat dikatakan bahwa salah satu yang menjadi penyebab kemunduran peradaban Islam hari ini adalah
karena krisisnya ilmu dalam tubuh umat Islam. Bahaya yang saat ini sedang menimpa kaum Muslim in
adalah karena rusaknya hati dan rapuhnya iman akibat kesesatan yang berasal dari filsafat dan ilmu
pengetahuan. Satu-satunya solusi untuk memperbaiki hati dan menyelamatkan iman adalah dengan adanya
cahaya dan bagaimana memperlihatkan cahaya itu. Cahaya yang dimaksud ialah jalan dakwah yang
membangki tkan keimanan dan beribadah dibawah naungan Allah SWT. Dalam upaya menegakkan dan
mengembalikan peradaban Islam, maka bangunan ilmu harus ditegakkan. Bisa jadi, rasa ingin tahu juga
muncul berdasarkan pengamatan, kemudian dilanjutkan dengan renungan, seperti pengalaman Nabi Ibrahim
as dalam menemukan kebenaran akan keesaan Allah yang Maha Kuasa.
THANKS

Anda mungkin juga menyukai