Isu Etik Dan Legal Kep Maternitas FIXXX
Isu Etik Dan Legal Kep Maternitas FIXXX
PENDAHULUAN
1
keluarganya berhak menentukan perawatan yang sesuai untuk dirinya.
Kegiatan yang dilakukan meliputi kegiatan advokasi dan mendidik wanita
usia subur dan melakukan tindakan keperawatan dalam mengatasi masalah
kehamilan persalinan dan nifas, membantu dan mendeteksi penyimpangan-
penyimpangan secara dini dari keadaan normal selama kehamilan sampai
persalinan dan masa diantara dua kehamilan, memberikan konsultasi tentang
perawatan kehamilan, pengaturan kehamilan, membantu dalam proses
persalinan dan menolong persalinan normal, merawat wanita masa nifas dan
bayi baru lahir sampai umur 40 hari menuju kemandirian, merujuk kepada
tim kesehatan lain untuk kondisi-kondisi yang membutuhkan penanganan
lebih lanjut. Para perawat juga harus tahu berbagai konsep hukum yang
berkaitan dengan praktik keperawatan karena mereka mempunyai
akuntabilitas terhadap keputusan dan tindakan profesional yang mereka
lakukan, terutama untuk ruang lingkup asuhan keperawatan maternitas yang
mencakup ibu dan bayinya. Oleh karena itu penulis menyusun suatu
makalah tentang “Isu Etik dan Legal terkait Keperawatan Maternitas” agar
bisa dipahami oleh para mahasiswa yang nantinya akan berguna ketika
bekerja untuk memberikan asuhan keperawatan secara optimal kepada ibu
dan bayi baik di klinik atau institusi lain.
1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui dan memahami legal etik dan isu keperawatan maternitas ?
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
para teolog umunya setuju bahwa IVF/ET tidak bermasalah selama
pedoman EAB (Ethics Advisory Board) diikuti. Akan tetapi, teolog
yang konservatif, meyakini bahwa setiap usaha yang merusak proses
reproduksi adalah tidak alami dan tidak boleh dilakukan. Akibatnya,
penggunaan embrio manusia dalam penelitian tetap menjadi sebuah
masalah.
b. Keamaanan dan efektifitas. Selama akhir tahun 1970’an hanya ada
pemahaman terbatas mengenai risiko yang terdapat dalam prosedur ini.
Sesuai dengan data yang telah dikumpulkan, terdapat sebuah indikasi
baik (tetapi tidak meyakinkan) bahwa tidak terdapat pola abnormalitas
atau risiko jangka pendek pada penelitian laboratorium dengan hewan
atau pada percobaan klinis dengan manusia.
c. Lereng licin (The Slippery Slote.) persoalan ini berhubungan dengan
rasa takut bahwa prosedur penelitian yang dilakukan pada spesies
mamalia non manusia akan dilakukan pada embrio manusia dengan
hasil yang mungkin menyebabkan aplikasi klinis yang tidak diinginkan.
Sebagian spesialis menaruh perhatian pada perluasan prosedur kepada
individu yang belum menikah, seperti ibu pengganti (surrogate mother)
dan donor selaku pihak ketiga. Mereka memandang bahwa hubungan
mendasar antara suami dan istri serta institusi pernikahan dalam
keadaan terancam. Ini merupakan persoalan yang sama seperti yang
ditimbulkan oleh inseminasi beberapa decade yang lalu.
d. Pendanaan dan biaya. Secara umum diketahui bahwa prosedur ini
mahal. Walaupun sebagian orang meyakini bahwa proyek penelitian
yang berhubungan dengan IVF ini layak dibiayai oleh pemerintah
federal, proyek tersebut tidak menjadi nasional karena masih banyak
masalah kesehatan nasional lainnya yang jauh lebih mendesak. Mereka
yang menentang prosedur mengatakan bahwa lebih baik berupaya untuk
menemukan dan mencegah penyebab infertilitas dan obstruksi tuba.
4
Legalitas Fertilisasi In Vitro dan Transfer Embrio dalam Kondisi
Khusus menurut Undang-Undang
Pengaturan hukum terkait dengan bayi tabung ini dapat kita temui dalam
Pasal 127 ayat (1) UU No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan. Dalam pasal
tersebut diatur bahwa upaya kehamilan di luar cara alamiah hanya dapat
dilakukan oleh pasangan suami istri yang sah dengan ketentuan:
1) Hasil pembuahan sperma dan ovum dari suami istri yang bersangkutan
ditanamkan dalam rahim istri dari mana ovum berasal;
2) Dilakukan oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan
kewenangan untuk itu
3) Pada fasilitas pelayanan kesehatan tertentu.
4) Jadi, pada dasarnya sperma dan ovum dalam upaya kehamilan melalui
bayi tabung adalah milik suami istri yang sah yang pembuahannya
dilakukan di luar rahim. Hal ini dilakukan oleh para pasangan suami-
istri yang sperma dan ovumnya sulit melakukan pembuahan di dalam
rahim. Sehingga harus dilakukan pembuahan di luar rahim dengan
bantuan tenaga kesehatan dan teknologi yang ada. Kemudian hasil
pembuahan tersebut ditanamkan kembali ke rahim istri dari mana ovum
itu berasal. Jadi, anak atau bayi hasil pembuahan melalui bayi tabung
ini adalah anak kandung suami istri itu sendiri.
5
secara psikologis memiliki hubungan kasih sayang timbal balik yang
sempurna antara anak dan orang tua (ayah). Dari pada anak yang
dilahirkan dari sperma donor akan menimbulkan hubungan kasih
sayang semu antara anak dan orang tuanya.
2. Aborsi
Sedangkan menurut UU Kesehatan Nomor 23/1992 pasal 15,
disebutkan bahwa aborsi dalam keadaan darurat sebagai upaya untuk
menyelamatkan jiwa ibu hamil dan atau janinnya dapat dilakukan tindakan
medis tertentu. Maksud dari kalimat ‘tindakan medis tertentu’ salah
satunya adalah aborsi. Selain pengertian diatas disebutkan pula bahwa
aborsi atau pengguguran kandungan adalah terminasi (penghentian)
kehamilan yang disengaja (abortus provocatus). Yakni, kehamilan yang
diprovokasi dengan berbagai macam cara sehingga terjadi pengguguran.
Sedangkan keguguran adalah kehamilan berhebti karena factor-faktor
alamiah (abortus spontaneous).
6
parah yang dapat membahayakan baik calon ibu maupun janin yang
dikandungnya. Tetapi ini semua atas pertimbangan medis yang matang dan
tidak tergesa-gesa.
Pasal 76
Aborsi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 75 hanya dapat dilakukan:
a. sebelum kehamilan berumur 6 (enam) minggu dihitung dari hari
pertama haid terakhir, kecuali dalam hal kedaruratan medis;
b. oleh tenaga kesehatan yang memiliki keterampilan dan
kewenangan yang memiliki sertifikat yang ditetapkan oleh
menteri;
7
c. dengan persetujuan ibu hamil yang bersangkutan;
d. dengan izin suami, kecuali korban perkosaan; dan
e. penyedia layanan kesehatan yang memenuhi syarat yang
ditetapkan oleh Menteri.
Pasal 77
Pemerintah wajib melindungi dan mencegah perempuan dari aborsi
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 75 ayat (2) dan ayat (3) yang tidak
bermutu, tidak aman, dan tidak bertanggung jawab serta bertentangan
dengan norma agama dan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pasal 194
Setiap orang yang dengan sengaja melakukan aborsi tidak sesuai dengan
ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 75 ayat (2) dipidana
dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan denda paling
banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).
Dalam KUHP Bab XIX Pasal 346 s/d 349 dinyatakan sebagai berikut:
Pasal 346
“Seorang wanita yang sengaja menggugurkan atau mematikan
kandungannya atau menyuruh orang lain untuk itu, diancam dengan
pidana penjara paling lama empat tahun”.
Pasal 347
(1) Barang siapa dengan sengaja menggugurkan atau mematikan
kandungan seorang wanita tanpa persetujuannya, diancam dengan
pidana penjara paling lama dua belas tahun.
(2) Jika perbuatan itu mengakibatkan matinya wanita tersebut, diancam
dengan pidana penjara paling lama lima belas tahun.
Pasal 348
8
(1) Barang siapa dengan sengaja menggunakan atau mematikan
kandungan seorang wanita dengan persetujuannya, diancam dengan
pidana penjara paling lama lima tahun enam bulan.
(2) Jika perbuatan itu mengakibatkan matinya wanita tersebut, diancam
dengan pidana penjara paling lama tujuh tahun.
Pasal 349
“Jika seorang dokter, bidan atau juru obat membantu melakukan
kejahatan berdasarkan pasal 346, ataupun membantu melakukan salah
satu kejahatan dalam pasal 347 dan 348, maka pidana yang ditentukan
dalam pasal itu dapat dditambah dengan sepertiga dan dapat dicabut hak
untuk menjalankan pencaharian dalam mana kejahatan dilakukan”.
9
sebuah pilihan, ia akan memilih kesehatan dan tidak akan mengalami
penderitaan. Lebih jauh, perdebatan berlanjut, manusia tidak memiliki hak
untuk membebankan oleh akibat tragis dari penyakit yang terdeteksi pada
janin. Dengan menggugurkan janin yang cacat, “ ketiadaan” terjadi, bukan
penderitaan karena hidup dengan abnormalitas. Janin yang rusak dapat
diganti dengan yang normal pada kehamilan berikutnya. Walaupun alasan
ini mendukung pengguguran janin yang rusak, alasan ini tidak membahas
tindakan etika aborsi pada hasil konsepsi yang sehat (atau tidak
direncanakan). Hal ini juga menimbulkan masalah tentang siapa yang
menetukan normal atau sehat.
Ibu memiliki tanggung jawab pokok dan kebebasan memilih atas
apa yang terjadi pada tubuhnya. Penggunaan aborsi hanya untuk sebagai
usaha terakhir. Kelompok pendukung kehidupan percaya bahwa janin
adalah manusia sejak konsepsi dan karena itu menghancurkan kehidupan
manusia adalah pembunuhan dan tidak dapat dipertahankan secara moral.
3. KB ( Keluarga Berencana )
Program KB adalah bagian yang terpadu dalam program
pembangunan nasional dan bertujuan untuk turut serta menciptakan
kesejahteraan ekonomi, spiritual, dan sosial penduduk Indonesia. Tujuan
program KB adalah memperkcil angka kelahiran, menjaga kesehatan ibu
dan anak, serta membatasi kehamilan jika jumlah anak sudah mencukupi.
Macam – macam program KB adalah
1. Kondom
Kondom adalah sarung karet tipis penutup alat kelamin laki-laki yang
menampung cairan sel mani saat pria ejakulasi.
2. Pil KB
Pil ini adalah hormon yang mengandung estrogen dan progesteron yang
diminum tiap hari. Keuntungannya yaitu tidak mengganggu hubungan
seksual, mengurangi rasa nyeri waktu haid, mudah menggunakannya.
Kerugiannya yaitu harus diminum tiap hari, tidak dianjurkan pada
10
wanita usia > 50 tahun dan perokok karena akan mempengaruhi
keseimbangan metabolisme tubuh.
3. Suntik KB
Adalah obat yang disuntikkan ke bokong ibu. Suntik KB ada 2 macam
yaitu : 3 bulan dan 1 bulan. Alat kontrasepsi suntikan mempunyai
keuntungan seperti klien tidak perlu menyimpan obat suntik dan jangka
pemakaiannya bisa dalam jangka panjang. Efek sampingnya yaitu haid
tidak teratur, mual dan sakit kepala, berat badan bertambah.
4. IUD / AKDR
Adalah alat kontrasepsi yang dimasukkan kedalam rahim, umumnya
berbentuk T. Keuntungan dari alat kontrasepsi ini adalah metode jangka
panjamg 5-10 tahun, tidak mempengaruhi ASI, kesuburan akan segera
kembali jika alat dikeluarkan. Sedangkan kerugiannya adalah terdapat
bercak darah, dapat terjadi infeksi. Efek sampingnya sangat kecil yaitu
nyeri/kram saat haid, keputihan.
11
investasi yang tidak kecil, bahkan dimulai sejak perkawinan. Oleh karena
itu, mengikuti gerakan keluarga berencana merupakan kebutuhan vital
12
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Etik adalah kesepakatan tentang praktik moral, keyakinan, sistem
nilai, standar perilaku individu dan atau kelompok tentang penilaian
terhadap apa yang benar dan apa yang salah, mana yang baik dan mana yang
buruk, apa yang merupakan kebajikan dan apa yang merupakan kejahatan,
apa yang dikendaki dan apa yang ditolak. Isu etik dan legal keperawatan
mencakup banyak hal, sesuai dengan kewenangan perawat, sesuai dengan
bidang kerjanya. Dalam bidang keperawatan maternitas beberapa isu etik
dan legal atau hukum yang muncul adalah pertimbangan etik dan hukum
sebelum konsepsi, inseminasi buatan, fertilisasi in vitro dan transfer embrio,
ibu pengganti, ibu pengganti melibatkan kontrak, amniosentesis, dan aborsi.
3.2 Saran
Diharapkan perawat dapat mengetahui atau mengenali isu etik dan
legal terkait keperawatan maternitas sehingga kelalaian atau malpraktik
dapat dihindari dalam hal pemberian asuhan keperawatan maternitas.
13
Daftar Pustaka
14