Dosen: Muhammad Syaroni Rofii, S.H.I., M.Si., Ph.D.
Kebudayaan Nasional, Antropologi dan Integrasi Nasional
A MEMBANGUN KEBUDAYAAN NASIONAL
Menumbuhkan Mutualitas: Membelokan
1 Manifesto Politik 3 Identitas Nasional 5 Gerak Divergensi ke Gerak Konvergensi ❑ Perhimpunan Indonesia (1925): 1) Pemerintahan ❑ Identitas nasional adalah keseluruhan dari identitas-identitas ❑ Otonomi daerah menambah intensitas pluralisme dan tidak dipegang dan dipilih oleh Bangsa Indonesia; 2) lokal (suku-suku bangsa). Bahasa Indonesia dan Bendera Merah nampak akan membentuknya suatu proses konvergensi nasional Perjuangan kemerdekaan tidak memerlukan Putih menjadi unsur awal identitas nasional. ❑ Pembangunan Nasional harus mampu membentuk suatu sistem bantuan dari luar; 3) Persatuan dan kesatuan keterkaitan antar teritorial, lokal dan regional menjadi suatu ❑ Negara menjadi wadah utama identitas nasional. dibutuhkan untuk mencapai tujuan negara. kesatuan nasional Kewarganegaraan Indonesia menjadi identitas ke-Indonesiaan. ❑ Kerjasama antar daerah harus merupakan prinsip dan sekaligus ❑ Bentuk rill dari manifesto politik Indonesia yaitu: ❑ Dilema Ancaman bagi Identitas Nasional adalah Identitas Politik. merupakan mekanisme pembangunan, tanpa terhambat oleh 1) Kedaulatan rakyat; 2) Kemandirian dan Otonomi daerah menjadikan sentralisme berpindah ke daerah. batas-batas fisik teritori dan harus merupakan tujuan Persatuan. menumbuhkan mutualitas (kebersamaan nasional). ❑ Faktor operatif dalam membentuk Identitas Nasional yaitu Sistem ❑ Sumpah Pemuda (1928) sebagai bentuk ❑ Mind-set baru bahwa kita saling membutuhkan, saling Nasional seperti: 1) TNI, 2) PNS, 3) Sistem Pendidikan Nasional, 4) pemersatu pluralism di Indonesia. menyayangi dan menghormati, saling memiliki, saling Sistem Pemerintahan Departemental. mempunyai kepentingan bersama
Manifesto Budaya dan Misi Strategi dan Kebijaksanaan Budaya:
Kesadaran Nasional: Nasionalisme, 2 Budaya 4 Mendorong dan menciptakan 6 Patriotisme, dan Harga Diri Bangsa Mutualitas ❑ Manifesto Budaya “Bhinneka Tunggal Ika” ❑ Strategi dan kebijaksanaan budaya ❑ Nasionalisme dan patriotisme merupakan sukma dari identitas 1. Alamiah nasional merupakan kesadaran nasional dalam puncaknya ❑ Misi Nasional merealisasikan persatuan Indonesia 2. Terencana ❑ Makin. tinggi kesadaran nasional, makin mudah terbentuk proses (das Sollen) berdasarkan kenyataan pluralism kepadatan identitas nasional, dan makin padat identitas nasional, sebagai das Sein. Misi Nasional mendesign ❑ penguatan identitas nasional dalam rangka memperkokoh makin tinggi pula kesadaran nasional. strategi budaya untuk menciptakan atau persatuan nasional antara unsur-unsur pluralisme dapat ❑ Kesadaran nasional, lebih dari identitas nasional, menjadi dasar membangun suatu kebudayaan Nasional. diciptakan gugus-gugus mutualisme. dari keyakiIian akan perlunya memelihara dan mengembangkan ❑ Wujud manifesto budaya yaitu: 1) Identitas ❑ program-program pembangunan nasional hendaknya diarahkan harga diri bangsa, harkat dan martabat bangsa sebagai Nasional; 2) Kesadaran Nasional secara langsung untuk menumbuhkan mutualisme nasional perjuangan peradaban ❑ Unsur-unsur pluralism dapat menciptakan gugus- gugus mutualisme. B ANTROPOLOGI DAN INTEGRASI NASIONAL
1 Bagian I 2 Bagian II 4 Bagian IV
❑ Meyakini antropologi dapat memegang peranan ❑ Melihat Persatuan dan kesatuan bangsa menjadi kian ❑ Indonesia menganut paham kebersamaan berdasarkan asas kekeluargaan penting untuk membangun Indonesia. rapuh, integrasi sosial terancam, pengkotakan makin (ukhuwah) yang merupakan sumber bagi tumbuhnya modal sosial. meningkat, kesetaraan dan keadilan masih lebih banyak ❑ Antropologi, sebagai suatu ilmu yang mempelajari ❑ Unsur-unsur penting sebagai modal utama untuk memperkokoh integrasi berada di tingkat gagasan daripada di tingkat tentang asal-mula manusia, perkembangan fisik dan nasional: implementasi. mentalnya, serta adat-istiadatnya. 1. Bahasa Indonesia dan Sang Saka Merah Putih yang merupakan pusaka ❑ Sikap eksklusivisme kelompok menyeruak di era bangsa. ❑ Fokus dari antropologi sebagai salah satu cabang reformasi. 2. Pemerintah nasional Indonesia menjadi kekuatan yang sah dan paling ilmu-ilmu sosial adalah mengenai sistem gagasannya ampuh untuk melaksanakan tugas-tugas integrasi nasional. dan peranannya terhadap perilaku dan perwujudan ❑ Prinsip “pembangunan dari, oleh dan untuk rakyat” harus 3. Kewarganegaraan yang menjadi identitas dan sekaligus unsur integratif kreativitas manusia dalam mengatur hubungan tetap menjadi arah pembangunan yang dituju. bangsa. antara sesama mereka. 4. Pemerintah negara yang berpusat pada pemerintah pusat menjadi ❑ Antropologi melahirkan berbagai kajian, konsep dan simbol identitas dan keserumpunan politik bagi masing-masing teori tentang hubungan sosial, mengenai terbentuk warganegara. dan berkembangnya keluarga, masyarakat, 5. Adanya sistem dan institusi nasional yang merupakan wahana operatif sukubangsa dan bangsa. untuk memperkokoh integrasi nasional. ❑ Etnografi selalu merupakan alat utama antropologi dalam mengkaji masyarakat dan kebudayaannya 3 Bagian III 5 Bagian V ❑ Etnografi telah memberikan gambaran tentang adat- istiadat, simbol dan makna dalam pandangan hidup ❑ Adanya lima masalah pembangunan sebagai pokok ❑ Negara memerlukan warganegaranya yang mampu menyumbangkan pikiran suatu bangsa, sukubangsa dan subsukubangsa, juga pembahasan dalam ilmu antropologi, meliputi: dan tenaga untuk memecahkan masalah-masalah sosial budaya dalam memberikan jawaban terhadap permasalahan sosial- masyarakat. budaya tertentu. 1. Masalah penduduk; ❑ Perlu menyadari bahwa sebagai bangsa Indonesia, kita yang mengenyam ❑ Metode etnografi juga berkembang dan kini 2. Masalah masalah struktur masyarakat desa; pendidikan di perguruan tinggi harus menggunakan pengetahuan ilmiah digunakan untuk mengkaji kehidupan berbagai 3. Masalah migrasi, transmigrasi dan urbanisasi; yang kita peroleh untuk ikut membangun Negara, dari rakyat hingga Tanah kelompok khusus dan eksklusif, baik oleh ahliahli Air. antropologi maupun oleh ahli-ahli ilmu sosial lainnya 4. Masalah integrasi nasional; 5. Masalah pendidikan dan modernisasi