Anda di halaman 1dari 6

PROSES PENELITIAN DAN PENETAPAN NILAI PABEAN

Perhitungan Bea Masuk dan Pajak Dalam Rangka Impor


Kewajiban importir memberitahukan barang yang diimpor secara benar dan lengkap berdasarkan
dokumen pelengkap pabean yang dimilikinya. Pemberitahuan hingga berapa pungutan impor yaitu bea
masuk dan pajak dalam rangka impor yang harus dibayar. Berkaitan dengan nilai pabean, dokumen
pelengkap yang digunakan dalam pemberitahuan itu diantaranya meliputi Invoice, Packing List, Bill of
Lading atau Airway Bill, dan Polis Asuransi.
Contoh :
PT Singpenting Fit mengimpor barang dari Saudara Serumpun Inc di Kuala Lumpur. Invoice nomor SSI1603
tanggal 16 Maret 2020. Barang dikirim menggunakan kapal laut dengan Bill of Lading nomor MJW01
tanggal 18 Maret 2020.
Berdasarkan dokumen tersebut diketahui informasi sebagai berikut :
Jenis barang : 2.000 pcs sport training barbell x fitness

Harga : CIF MYR 20,- per piece, total CIF MYR 40.000,-

Tarif : masuk pos tarif 9506.91.00 bea masuk 15%, PPN 10%, PPh Pasal 22 sebesar 7,5%.

Kurs : 1 MYR = Rp. 3.736,40

Bagaimana meng hitung bea masuk dan pajak dalam rangka impor?
Bea Masuk dihitung dari Nilai Pabean (CIF x kurs)

Nilai Pabean : MYR 40.000 x 3.736,40 = Rp. 149.456.000,-

Bea Masuk : 15% x 149.456.000 = Rp. 22.419.000,- (pembulatan dalam ribuan)

PPN dan PPh dihitung dari Nilai Impor (Nilai Pabean + Bea Masuk)

Nilai Impor : 149.456.000 + 22.419.000 = Rp. 171.875.000,-

PPN : 10% x 171.875.000 = Rp. 17.188.000,- (pembulatan dalam ribuan)

PPh Pasal 22 : 7,5% x 171.875.000 = Rp. 12.891.000,- (pembulatan dalam ribuan)

Total : BM + PPN + PPh = Rp. 52.498.000,-


Pada Pemberitahuan Impor Barang (PIB), perhitungan pungutan impor tampak seperti gambar di bawah
ini …
Flow Chart Penelitian dan penetapan
Setelah PIB disampaikan ke Bea dan Cukai secara elektronik maka atas PIB tersebut dilakukan penelitian oleh pejabat. Berkaitan dengan kebenaran pemberitahuan
pungutan impor yang harus dibayar, penelitian dilakukan untuk menguji kebenaran tarif dan nilai pabean yang diberitahukan. Sesuai dengan tema pembelajaran,
pada tayangan kali ini penelitian difokuskan pada penelitian nilai pabean. Berikut ini flow chartnya …
Alur penelitian dan penetapan nilai pabean dimulai dari penyerahan Pemberitahuan Impor Barang (PIB)
oleh importir hingga dibuatnya LPPNP (Lembar Penelitian dan Penetapan Nilai Pabean) dan
diterbitkannya SPTNP (Surat Penetapan Tarif dan Nilai Pabean) oleh pejabat.

Penyampaian PIB
Pada prinsipnya setiap pemberitahuan pabean impor untuk dipakai (umumnya menggunakan PIB)
dilakukan penelitan nilai pabeannya oleh pejabat. Penelitian ini merupakan aplikasi dari pasal 16 Undang-
undang Kepabeanan dimana pejabat bea dan cukai dapat menetapkan tarif dan nilai pabean dalam waktu
30 hari sejak tanggal pemberitahuan pabean diserahkan. Pejabat yang meneliti PIB ini biasa dikenal dengan
Pejabat Fungsional Peneliti Dokumen (PFPD) atau dikenal juga dengan Peneliti Dokumen Tingkat Ahli
(PDTA) untuk kantor pabean yang tidak ada PFPD/PDTA penelitian dilakukan oleh Kepala Seksi
Kepabeanan. Penelitian dan penetapan oleh PFPD/PDTA ini dikecualikan jika pemberitahuan itu
diserahkan oleh importir Mitra Utama (MITA) atau importir kategori Authorized Economic Operator (AEO)
atau importir produsen kategori low risk atau importir penerima fasilitas BKPM atau importir penerima
fasilitas KITE pembebasan atau importir penerima fasilitas pembebasan dari Dirjen Bea dan Cukai atau
importir merupakan Instansi Pemerintah.

Mekanisme penelitian dan penetapan atas PIB dari para importir tersebut menggunakan mekanisme
penelitan ulang atau audit sebagaimana diatur pada pasal 17 Undang-undang Kepabeanan. Waktu untuk
penelitan ulang atau audit dapat dilakukan hingga 2 tahun sejak tanggal pemberitahuan pabean impor
diserahkan.

Meskipun pada prinsipnya tidak dilakukan dilakukan penelitian dan penetapan di front line namun jika
pada saat PIB diserahkan terdapat kesalahan nilai pabean (misalnya kedapatan salah jumlah dan jenis
barang), pejabat memiliki wewenang untuk meneliti dan menetapkan nilai pabean tanpa menunggu proses
penelitian ulang atau audit.

Penelitian persyaratan Nilai Transaksi


Sekarang mari kita bagaimana pejabat melakukan tugas penelitian nilai pabean atas PIB yang disampaikan
oleh importir.

Tahap pertama yang dilakukan pejabat adalah meneliti apakah persyaratan nilai transaksi terpenuhi.

• Dalam hal barang impor tidak memenuhi persyaratan nilai transaksi, misalnya barang bukan dalam
kondisi jual beli (contoh hadiah) maka nilai pabean tidak dapat menggunakan metode 1 (nilai transaksi
barang bersangkutan), selanjutnya akan digunakan metode 2 hingga metode 6 secara hierarkhi
(berurutan)
• Dalam hal terdapat biaya-biaya yang harus ditambahkan namun tidak ditambahkan dan tidak terdapat
data penambahannya maka nilai pabean tidak dapat menggunakan metode 1 selanjutnya akan
digunakan metode 2 hingga metode 6 secara berurutan.
• Dalam hal barang dikenakan pemeriksaan fisik ternyata kedapatan salah jumlah dan/atau jenis dengan
yang diberitahukan maka nilai pabean yang diberitahukan tidak dapat menggunakan metode 1,
selanjutnya akan digunakan metode 2 hingga metode 6 secara berurutan
• Dalam hal tidak terdapat kondisi sebagaimana tersebut sebelumnya, maka nilai pabean yang
diberitahukan akan dinilai risikonya dalam rangka menentukan apakah nilai pabean yag diberitahukan
perlu penelitian lebih lanjut.

Uji kewajaran Nilai Pabean

Tahap selanjutnya adalah tahap penilaian risiko (risk assessment) atau dikenal juga dengan uji kewajaran.

Pada tahap ini nilai pabean yang diberitahukan akan dinilai risikonya menggunakan DBNP 1 atau DBNP 2.
DBNP adalah Database Nilai Pabean, DBNP 1 dibuat Kantor Pusat DJBC dan berlaku secara nasional
sedangkan DBNP 2 dibuat oleh Kantor Wilayah atau KPU BC dan berlaku di Wilayah kerja kantor
besangkutan. Tujuan dari assessment ini adalah untuk mendapatkan informasi wajar atau tidaknya suatu
pemberitahuan nilai pabean yang disampaikan. Nilai pabean yang berdasarkan assessment hasilnya
kurang wajar maka nilai pabean ini dianggap berisiko sehingga perlu penelitian lebih lanjut, sedangkan jika
wajar nilai pabean yang diberitahukan langsung dapat diterima.

Penelitian lebih lanjut atas pemberitahuan nilai pabean yang dianggap berisiko diawali dengan
diterbitkannya Informasi Nilai Pabean (INP) oleh pejabat kepada importir. Semua importir dengan profil
apapun baik profilnya very high risk (sangat tinggi risiko) hingga profilnya low risk (risiko rendah) dapat
diberikan INP.

Deklarasi Nilai Pabean

Berikutnya adalah tahap Deklarasi Nilai Pabean (DNP). DNP dibuat oleh importir sebagai tindak lanjut dari
diterbitkannya INP oleh pejabat.

Berikut ini ketentuan tentang DNP :

• DNP harus diserahkan dalam jangka waktu paling lama 3 (tiga) hari kerja setelah diterbitkannya INP
bilamana kantor menggunakan sistem PDE atau 5 (lima) hari kerja bilamana kantor belum PDE,
• importir harus menyerahkan semua informasi, dokumen, dan/atau pernyataan yang diperlukan dalam
rangka penentuan nilai pabean,
• importir harus memberikan penjelasan baik secara lisan maupun tertulis tentang bagaimana pembeli
atau kuasanya menghitung nilai pabean, unsur-unsur pembentuk nilai pabean, dan hal-hal lain
berkaitan dengan transaksi yang bersangkutan
• DNP dan dokumen pelengkapnya yang telah diserahkan akan diteliti pejabat untuk ditentukan apakah
DNP meyakinkan, tidak meyakinkan atau perlu pendalaman lebih lanjut. DNP yang meyakinkan nilai
pabean yang diberitahukan diterima, DNP yang tidak meyakinkan nilai pabean tidak diterima,
sedangkan DNP yang perlu pendalaman akan diproses melalui mekanisme konsultasi nilai pabean.

Konsultasi Nilai Pabean

Selanjutnya adalah tahap Konsultasi Nilai Pabean.

Konsultasi nilai pabean dilakukan jika DNP yang diteliti menunjukkan terdapat nilai transaksi yang belum
dapat diyakini kebenarannya dan keakuratannya.

Berikut ini ketentuan tentang konsultasi nilai pabean:

• Diterbitkan Surat Pemberitahuan Konsultasi Nilai Pabean (SPKNP) kepada importir atau kuasanya
yang disampaikan melalui media elektronik atau media lainnya.
• Konsultasi harus telah dilakukan dalam jangka waktu paling lama 2 (dua) hari kerja setelah
diterbitkannya SPKNP bilamana kantor menggunakan sistem PDE atau 5 (lima) hari kerja bilamana
kantor belum PDE.
• Dalam SPKNP dicantumkan data, informasi dan/atau dokumen yang perlu penjelasan lebih lanjut.
• Dalam hal konsultasi dihadiri oleh kuasa importir harus dilengkapi surat kuasa. Pelaksanaan konsultasi
dilakukan di Kantor Pabean dan harus disaksikan oleh minimal 1 (satu) orang Pejabat bea dan cukai
lainnya yang ditunjuk oleh Kepala Kantor Pabean.
• Dalam hal pada saat konsultasi importir mampu memberikan bukti yang meyakinkan atas nilai
transaksi yang diberitahukan maka nilai pabean yang diberitahukan diterima oleh pejabat.
Penetapan Nilai Pabean

Tahap akhir dari proses penelitian adalah penetapan nilai pabean.


Berikut ini hal-hal yang berkaitan dengan penetapan nilai pabean:

• Dalam setiap tahap penelitian nilai pabean, jika nilai pabean yang diberitahukan diterima pejabat,
berarti nilai pabean ditetapkan menggunakan metode 1 yaitu nilai pabean berdasarkan nilai transaksi
barang impor bersangkutan.

• Dalam hal pejabat tidak menerima nilai pabean yang diberitahukan maka digunakan metode selain
metode 1 yaitu metode 2 hingga metode 6 yang diterapkan secara berurutan.

• Penetapan nilai pabean menggunakan metode 2 hingga keenam dilakukan dengan terlebih dahulu
membuat kertas kerja yang disebut dengan Lembar Penelitian dan Penetapan Nilai Pabean (LPPNP).

• LPPNP bersifat internal dan digunakan untuk membuat Surat Penetapan Tarif dan Nilai Pabean
(SPTNP). SPTNP disampaikan kepada importir dan wajib dibayar paling lama 60 hari sejak tanggal
SPTNP diterbitkan. Importir yang keberatan dengan SPTNP dapat mengajukan keberatan ke Dirjen Bea
dan Cukai dalam waktu 60 hari sejak tanggal SPTNP dengan cara menyerahkan jaminan sebesar tagihan
yang mesti dibayar.

Anda mungkin juga menyukai