oleh
Luthfiyanatul Hasanah
181810401029
JURUSAN BIOLOGI
LABORATORIUM BOTANI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS JEMBER
2021
BAB 1. PENDAHULUAN
Darah merupakan salah satu jaringan tubuh berupa cairan berwarna merah
dengan berat jenis 1, 055 dan memiliki kekentalan dua kali lipat dari air. Darah
berfungsi sebagai alat transpor zat -zat yang diperlukan oleh tubuh dan sebagai
hemostatis (keseimbangan tubuh). Darah memiliki tiga jenis sel darah, yaitu sel
darah merah (eritrosit), sel darah putih (leukosit) dan trombosit. Sel darah merah
(eritrosit) merupakan sel darah yang paling banyak dan berfungsi untuk mengikat
oksigen untuk kemudian diedarkan keseluruh tubuh. Sel darah putih (leukosit)
adalah sel darah yang memiliki fungsi sebagai sistem pertahanan tubuh. Trombosit
merupakan keping darah (Bain, 2017).
Leukosit dibagi menjadi lima tipe sel, yaitu limfosit, monosit, neutrofil, basofil,
dan eosinofil. Limfosit memiliki peran dalam menjaga imunitas tubuh untuk
melawan infeksi baik disebabkan oleh virus maupun oleh bakteri. Monosit berperan
sebagai lapis pertahanan kedua dan bersifat fagositosis. Neutrofil berperan
melawan infeksi dan gangguan radang. Basofil berperan dalam melawan infeksi.
Eosinofil berperan dalam reaksi alergi dan infeksi parasit. Lima tipe sel leukosit
tersebut juga memiliki struktur yang berbeda. Struktur leukosit dapat dilihat
menggunakan preparat apus darah menggunakan metode Smear (Salnus & Dzikra,
2020).
Metode Smear atau metode oles merupakan suatu metode pembuatan preparat
sediaan sitologi dengan cara dioles diatas gelas benda untuk kemudian difiksasi dan
di warnai. Dalam hal ini metode Smear diterapkan untuk membuat preparat apusan
darah. Preparat sediaan apusan darah dapat digunakan untuk melihat struktur sel-
sel darah (leukosit) secara mikroskopis dengan bantuan larutan pewarna, sehingga
mempermudah dalam proses pembedaan struktur sel darah. Larutan pewarna yang
digunakan dalam praktikum ini ialah larutan pewarna giemsa (Nugraha, 2015).
BAB 3. METODE PRAKTIKUM
3.1.1 Alat
- kapas
- Lancet steril
- pen blood
- mikroskop
- botol spray
- bak air
- stanning gel
3.1.2 Bahan
- aquadest
- larutan giemsa
- larutan metanol
- enthellan
- alkohol 70 %
3.2 Langkah Kerja
3.2.1 Pembuatan Preparat Apusan Darah
Disiapkan dua buah kaca benda bersih
|
Diambil darah dari jari tangan ke-2 atau ke-3 dengan lancet steril
|
Tangan dibersihkan dengan alkohol 70%
|
Dihapus tetes pertama darah dengan kapas yang telah ditetesi alkohol
|
Tetesan kedua diteteskan di tepi kaca benda
|
Diletakkan kaca benda kedua disisi tetesan darah sehingga bersinggungan
|
Didorong dengan kecepatan sedang
|
Film dikering anginkan pada suhu kamar
4.1 Hasil
Lancet steril dan pen blood merupkan alat yang berfungsi untuk mengambil
sampel darah. Kaca benda dan penutup berfungsi sebagai alat preparat apusan darah.
Mikroskop berfungsi untuk mengamati sel darah merah secara mikroskopis. Aquades
berfungsi untuk membilas larutan warna. Enthellan digunakan sebagai perekat sebelum
apusan ditutup menggunakan gelas penutup. Alkohol 70% berfungsi untuk sterilisasi.
Stanning gel berfungsi sebagai wadah dalam proses fiksasi mengguakan metanol.
Hal yang harus diperhatikan dalam pembuatan preparat menggunakan metode
smear ialah ketebalan film yang harus stabil. Ketebalan film dapat mempengaruhi hasil
apusan, film difiksasi dengan benar agar struktur sel tidak rusak, pemberian warna pada
film dengan memperhatikan ukuran tetesan antara pewarna dan aquades agar tidak
terlalu pekat, dan penutup menggunakan cover glass harus secara hati-hati agar tidak
terdapat gelembung karena dapat mempengaruhi hasil apusan. Ciri-ciri preparat yang
baik yaitu darah tidak meleber sampai tepi kaca objek, tidak berlobus dan tidak
bergaris-garis, dan pada ekor tidak membentuk bendera sobek (Diarti et al., 2016).
Hasil gambar yang didapat terdapat perbedaan antara gambar preparat A dan
preparat B. Gambar preparat A merupakan preparat yang bagus, sedangkan preparat B
merupakan preparat yang kurang bagus. Apusan darah terlihat kurang bagus
kemungkinan dalam proses pengolesan atau pewarnaannya tidak merata, selain itu
proses fiksasi juga mempengaruhi warna apusan. Kemungkinan lain apusan darah
kurang bagus karena pengencer yang digunakan ialah NaCl. Selain diencerkan dengan
aquades, apusan darah biasa di encerkan dengan NaCl, namun kekurangan dari
pengenceran menggunakan NaCl ialah apusan tidak 100% berhasil. Hal ini
dikarenakan ph NaCl diatas 7. Ph merupakan salah satu faktor penting dalam
keberhasilan pembuatan apusan darah, jika ph tidak sesuai maka apusan akan kurang
baik (Bhakti, 2013).
Preparat A merupakan preparat yang baik, hal tersebut dapat dilihat dari hasil
gambar sel yang jelas. Keberhasilan dalam pembuatan preparat didukung oleh proses
pewarnaan, fiksasi, dan proses oles yang maksimal dan sesuai, sehingga meenghasilkan
preparat apusan yang baik. Faktor lain yang membuat apusan baik ialah pengencer
yang digunakan merupakan aquades. Aquade merupakan salah satu larutan netral yang
baik digunakan sebagai pengencer. Ph aquades yang netral menyebabkan zat warna
terserap secara sempurna sehingga sel-sel terwanai secara sempurna pula (Diarti et al.,
2016).
BAB 5. KESIMPULAN
Diarti, M. W., Tatontos, E. Y., & Turmuji, A. 2016. Larutan Pengencer Alternatif NaCl
0,9 % dalam Pengecatan Giemsa Pada Pemeriksaan Morfologi Spermatozoa.
Jurnal Kesehatan Prima. Vol.10(2) : 1709-1716.