Anda di halaman 1dari 12

RESUME BUSINESS ETHICS 

CHAPTER 2 & 6

Disusun oleh :
Bella Sabilla Yusup (201880103)

JURUSAN MANAJEMEN
TRISAKTI SCHOOL OF MANAGEMENT
BEKASI
2019
CHAPTER 2
UTILITARIANISME TRADISIONAL

Suatu tindakan dianggap benar dari sudut pandang etis jika jumlah total utilitas yang
dihasilkan dari tindakan tersebut lebih besar dari jumlah utilitas total yang dihasilkan oleh
tindakan lain yang dapat dilakukan.
Prinsip utilitarianisme mengatakan bahwa tindakan yang benar dalam suatu situasi adalah
tindakan yang menghasilkan utilitas lebih besar dibandingkan kemungkinan tindakan
lainnya, namun hal ini tidak berarti tindakan yang benar adalah tindakan menghasilkan
utilitas paling besar bagi orang yang melakukan tindakan.

Masalah Pengukuran
Satu rangkaian masalah dalam kaitannya dengan utilitarian terfokus pada hambatan –
hambatan yang dihadapi saat menilai atau mengukur utilitas, “salah satunya adalah
bagaimana nilai utilitas dari berbagai tindakan yang berbeda pada orang – orang yang
berbeda dapat diukur dan dibandingkan seperti yang dinyatakan dalam utilitarianisme.
Misalnya saya dan anda sama-sama menikmati pekerja; para kritikus berpendapat bahwa
penilain komparatif atas nilai dari segala segala sesuatu bagi orang-orang yang berbeda
tidak dapat diperoleh, jadi kita ada acara sama sekali untuk mengetahui apakah utilitas
dapat dimaksimalkan dengan memberikan suatu pekerja tertentu pada anda atau saya.

Tanggapan Utilitarian Terhadap Masalah Penilaian


Kaum utilitarian menyatakan bahwa, meskipun utilitarianisme idealnya mensyaratkan
penilain-penilain yang akurat dan dapat dikuantifikasikan atas biaya dan keuntungan,
namun persyataran ini dapat diperlonggar jika penilain seperti itu tidak dapat dilakukan.

Masalah Hak dan Kewajiban


Hambatan utama utilitarianisme, menurut beberapa kritikus, adalah prinsip tersebut tidak
mampu menghadapai dua jenis permaslahn moral; masalah yang berkaitan dengan hak dan
yang berkaitan dengan keadilan.”dengan kata lain, prinsip utilitarian mengimplikasikan
bahwa ada tindakan tertentu yang secara moral dibenarkan meskipun pada kenyataanya
tidak adil dan melanggar hak-hak orang lain.

Tanggapan Utilitarian Terhadap Pertimbangan Hak dan Keadilan


Untuk menangapi keberatan alam contoh – contoh yang dijelaskan oleh para ahli kritikus
utilitarianisme tradisioanl, kaum utilitarian mengajukan satu versi utilitarianisme alternative
yang cukup penting dan berpengaruh, yang disebut rule-utilistarianisme (peraturan
utilitarianisme). Startegi dasar dari rule-utilistarianisme adalah membatasi analisis utilitarian
hanya pada evaluasi atas peraturan-peraturan moral.
RIGHTS AND DUTIES

 The Concept of Right

Sifat HAM adalah umum dan universal. HAM pada dasarnya adalah fitrah/anugrah yang
memang sudah ada sejak manusia itu lahir/eksis di dunia.

 The Basis for Moral Rights: Kant

Teori Kant didasarkan pada prinsip moral yang ia sebut imperative kategoris dan yang
mensyaratkan bahwa setiap orang harus diperlakukan sebagai orang bebas yang setara
dengan orang lain.

 The First Formulation of Kant’s Categorical Imperative

“Saya seharusnya tidak pernah bertindak kecuali sedemikian rupa sehingga saya juga akan
dapat bahwa pepatah saya harus menjadi hukum universal.”

 The Second Formulation of Kant’s Categorical Imperative

“Bertindak/berperilaku dengan hati-hati dan manusiawi, entah kepada dirimu sendiri atau
orang lain, tidak pernah sebagai sarana tetapi (selalu pada saat yang sama) sebagai tujuan.”

Jangan pernah menggunakan orang sebagai sarana untuk mencapai tujuan Anda, karena
mereka secara bebas dan tidak terpaksa, menyetujui untuk membantu. Sekaligus, membantu
mereka untuk mengejar tujuan yang bebas dan rasional. Berdasarkan gagasan, bahwa
manusia memiliki martabat yang membuat mereka berbeda dari objek belaka.

 Kantian Rights

Teori Kant menyiratkan bahwa individu pada umumnya harus dibiarkan bebas secara setara
Suatu minat cukup penting untuk menjadi hak jika: kita tidak mau semua orang dirampas
kebebasannya untuk mengejar minat itu.

PROBLEM WITH KANT

Teori Kant tidak cukup tepat untuk selalu bermanfaat. Salah satu hambatannya adalah saat
menentukan apakah seseorang bersedia jika semua orang mengikuti suatu kebijakan tertentu.
Meskipun arti penting dari persyaratan ini biasanya cukup jelas, namun kadang mengarah ke
sejumlah masalah. Juga kadang sulit menentukan apakah seseorang memanfaatkan orang lain
hanya sebagai sarana. Para kritikus mengeluh bahwa mereka tidak dapat menjawab
pertanyaan-pertanyaan serupa karna teori ini terlalu samar.

 The Libertarian Objection: Nozick

Filsuf Amerika, Robert Nozick mengklaim bahwa satu-satunya hak asasi yang dimiliki semua
orangadalah hak negatif untuk tidak mendapat paksaan atau tekanan dari orang lain.
Menurutnya, melarang orang-orang untuk tidak saling memaksa merupakan sebuah perintah
moral yang sah dengan berdasarkan pada prinsip kant bahwa individu adalah tujuan, bukan
hanya sarana, mereka tidak boleh dikorbankan atau dimanfaatkan untuk mencapai tujuan lain
tanpa persetujuan mereka.

 Justice and Fairness

Pertentangan antar individu dalam bisnis seringkali dikaitkan dengan masalah keadilan dan
kewajaran/kesamaan. Hal ini terjadi misalnya saat seseorang menuduh orang lain melakukan
diskriminasi terhadapnya, menunjukan sikap berat sebelah, atau tidak memperoleh bagian
yang wajar/sama dari beban yang ditanggungnya dalam suatu perjanjian kerja.

 Distributive Justice

Keadilan distributive merupakankategorri pertama dan paling mendasar, berkaitan dengan


distribusi yang adil atas keuntungan dan beban dalam masyarakat. Keadilan retributif
membutuhkan keadilan saat menyalahkan atau menghukum orang karena melakukan
kesalahan. Keadilan kompensasi membutuhkan pengalaman kepada seseorang apa yang
hilang dari orang tersebut ketika dia ditanyai oleh seseorang.

 Justice as Equalitarianism : Egalitarianism


Kaum egalitarian meyakini bahwa tidak ada peredaan yang relevan diantara semua orang,
yang bisa dipakai sebagai pembenaran atas perlakuan yang tidak adil. Menurut pandangan
egalitarianism, semua keuntungan dan beban haruslah dan didistribusikan menurut rumusan
berikut: “Semua orang harus memperoleh bagian keuntungan dan beban masyarakat atau
kelompok dalam jumlah yang sama.”
 Justice Based on Contribution: Capitalist Juice
“Keuntungan haruslah didistribusikan sesuai dengan nilai sumbangan individu yang
diberikan pada masyarakat, tugas, kelompok, atau peraturan”

Prinsip kontribusi ini mungkin merupakan prinsip yang paling banyak digunakan dalam
menentukan gaji dan upah di perusahaan-perusahaan Amerika. Para pekerja di negara-negara
yang dikarakteristikan memiliki budaya yang lebih individualistik, seperti Amerika, lebih
memilih prinsip kontribusi ini dibandingkan para pekerja di negara budaya kolektivis seperti
Jepang.

 Justice Based on Needs & Fasibilities: Socialism

Prinsip sosialis menyatakan: "Beban kerja haruslah didistribusikan sesuai dengan


kemampuan orang- orang, dan keuntungan harus didistribusikan sesuai dengan kebutuhan
mereka."

Prinsip ini didasarkan pada gagasan bahwa orang-orang menyadari potensi mereka dengan
menunjukkan kemampuan dalam bekerja yang produktif. Karena perwujudan dari
potensialitas yang dimiliki seseorang merupakan suatu nilai, maka hal ini mengimplikasikan
bentuk distribusi pekerjaan sesuai dengan kemampuan yang dia miliki. Kebutuhan dan
kemampuan memang harus dipertimbangkan dalam menentukan distribusi keuntungan dan
beban diantara anggota suatu kelompok atau masyarakat.

 Justice as Fairness: John Rawls

Teori John Rawl didasarkan pada asumsi bahwa konflik yang melibatkan masalah keadilan
pertama-pertama haruslah ditangani dengan membuat sebuah metode yang tepat dalam
memilih prinsip-prinsip untuk menanganinya.

a. Prinsip 1 disebutkan prinsi kebebasan sederajat.


b. Prinsip 2a disebut prinsip perbedaan.
c. Prinsip 2b disebut prinsip kesetaraan kesempatan yang adil.

Keuntungan-keuntungan teori ini lebih besar dibandingkan kekurangannya.

1. Salah satunya kata mereka teori ini mempertahankan nilai-nilai dasar yang ada di
dalam keyakinan-moral kita
2. Teori ini cocok dengan lembaga-lembaga ekonomi masyarakat Barat
3. Teori ini mencakup tidak-tidak komunitarian dan individualistik yang berkaitan
dengan budaya barat
4. Teori rawls juga mempertimbangkan kriteria kebutuhan, kemampuan usaha, dan
menyetujui.
5. Para pendukung teori mentah menyetujui pembenaran moral yang diberikan oleh
posisi awal.
 Retributive Justice

Keadilan retribusi berkaitan dengan keadilan dalam menyalahkan atau menghukum orang
yang melakukan kesalahan.Bab pertama membahas kondisi di mana seseorang
mempertimbangkan tidak dapat dimintai pertanggungjawaban atas apa yang dia lakukan.
Kondisi kedua dari hukuman yang adil adalah kepastian bahwa orang yang menolak benar-
benar melakukan apa yang dituduhkan. Syarat dari hukuman yang adil dan harus
proporsional dengan kesalahan.

 Compensantory Justice

Keadilan kompensasif terkait dengan keadilan dalam memperbaiki kerugian Kaum


tradisionalis menyatakan bahwa seseorang memiliki kewajiban moral untuk memberikan
kompensasi pada pihak yang dirugikan jika tiga persyaratan berikut terpenuhi:

1. Tindakan yang menyangkut kerugian karena kesalahan atau kelalaian.


2. Tindakan tersebut mrupakan penyebab kerugian nyata.
3. Pelaku menangguhkan kerugian secara sengaja.

THE ETHICS OF CARE

 Partiality and Care

Dalam hal ini etika perhatian menekankan pada dua syarat moral, yaitu :

1. Kita hidup dalam suatu rangkaian hubungan dan wajib mempertahankan serta
menyetarakan hubungan yang konkret dan bernilai dengan orang lain.
2. Kita memberikan perhatian khusus pada orang-orang yang menjalin hubungan
baik dengan kita.
 Objection to Care

Pendekatan etika perhatian memperoleh sejumlah kritik berdasarkan beberapa alasan.

1. Pertama, dikatakan bahwa etika perhatian bisa berubah menjadi favoritisme


yang tidak adil atau bersikap parsial (berat sebelah).
2. Kritik kedua mengklaim bahwa persyaratan etika perhatian bisa menyebabkan
kebosanan. Etika perhatian tampak mengharuskan semua orang mengorbankan
kebutuhan dan keinginan mereka demi kesejahteraan orang lain.

Keuntungan etika perhatian adalah mendorong untuk fokus pada nilai moral dari sikap parsial
terhadap orang dekat dan arti penting moral dalam memberikan tanggapan pada mereka
secara khusus yang tidak kita berikan pada orang lain.

 Integrating Utility, Right, Justice and Caring

Standar utilirian wajib digunakan saat kita tidak memiliki sumber daya yang mampu
memenuhi tujuan atau kebutuhan semua orang. Dengan mempertimbangkan keuntungan dan
biaya sosial, mempertimbangkan masalah kesejahteraan secara sosial dan keseluruhan.

 An Alternative to Moral Principles: Virtue Ethics

1. The Nature of Virtue (Sifat Kebajikan)


Misalnya berkata jujur.
a. The Moral Virtues (Kebajikan Moral)
Kebajikan moral yaitu, kecenderungan yang diperoleh untuk berperilaku dengan
cara tertentu yang dinilai sebagai bagian dari karakter manusia yang baik secara
moral dan yang ditunjukkan dalam perilaku kebiasaan seseorang.
b. Virtues, Actions, and Institutions (Kebajikan, Tindakan, dan Lembaga)
Suatu tindakan secara moral benar jika dalam melakukan tindakan seseorang
menunjukkan atau mengembangkan karakter yang bermoral baik, dan secara
moral salah jika dengan melakukan tindakan seseorang menunjukkan, atau
mengembangkan karakter yang jahat secara moral.
c. Virtues and Principles (Kebajikan dan Prinsip)
 Beberapa kebajikan memungkinkan orang untuk melakukan apa yang
disyaratkan prinsip-prinsip moral.
 Beberapa kebajikan terdiri dari kesiapan untuk bertindak berdasarkan
prinsip-prinsip moral.
 Beberapa kebajikan adalah watak yang diminta oleh prinsip moral kita
untuk dikembangkan.
 Unconsious Moral Decisions
1. Unconscious Moral Decision-Making (Pengambilan Keputusan Moral yang Tidak
Sadar)
2. The Legitimacy of Unconscious Moral Decision-Making (Legitimasi Pengambilan
Keputusan Moral yang Tidak Sadar)
3. Cultural Influences and Intuition (Pengaruh dan Intuisi Budaya)

CHAPTER 6
TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN

Pengertian CSR (Corporate Social Responsibility)


Tanggung jawab sosial perusahaan atau Corporate Social Responsibility adalah memiliki
berbagai bentuk tanggung jawab terhadap seluruh pemangku kepentingannya, yang di
antaranya adalah konsumen, karyawan, pemegang saham, komunitas dan lingkungan dalam
segala aspek operasional perusahaan yang mencakup aspek ekonomi, sosial, dan
lingkungan.

SYARAT BAGI TANGGUNG JAWAB MORAL


Terdapat 3 syarat yang penting bagi tanggung jawab moral, yaitu:
1. Tanggung jawab mengandalikan bahwa suatu tindakan dilakukan dengan sadar dan
tahu. Artinya, tindakan itu dijalankan oleh pribadi yang rasional. Pribadi yang
kemampuan akal budinya sudah matang dan dapat berfungsi secara normal. Pribadi
itu paham betul akan apa yang dilakukannya.
2. Tanggung jawab juga mengandalikan adanya kebebasan pada tempat pertama.
Artinya, tanggung jawab hanya mungkin relevan dan dituntut dari seseorang atas
tindakannya, kalau tindakan itu dilakukannya secara bebas. Jadi, kalau seseorang
terpaksa atau dipaksa melakukan suatu tindakan, secara moral ia tidak bisa dituntut
bertanggung jawab atas tindakan itu. Karena itu, tidak relevan bagi kita untuk
menuntut pertanggung jawaban moral atas tindakannya itu. Tindakan tersebut
berada diluar tanggung jawabnya. Hanya orang bebas dalam melakukan sesuatu bias
bertanggung jawab atas tindakannya.
3. Tanggung jawab juga mensyaratkan bahwa orang yang melakukan tindakan
tertentu memang mau melakukan tindakan itu. Situasi ini terutama terjadi ketika
seseorang dihadapkan pada hanya satu pilihan. Hanya satu alternative.
The Principle of Alternate Possibilities
Menurut prinsip ini, seseorang bertanggung jawab secara moral atas tindakannya yang telah
dilakukannya hanya kalau ia bisa bertindak secara lain. Artinya hanya kalau masih ada
alternative baginya untuk bertindak secara lain, yang tidak lain berarti ia tidak dalam
keadaan terpaksa melakukan tindakan itu.
Menurut Harry Frankfurt, prinsip ini tidak sepenuhnya benar. Sebabnya sseorang masih bias
bertanggung jawab atas tindakannya kalaupun ia tidak punya kemungkinan lain untuk
bertindak secara lain. Artinya, kalaupun tindakan itu dilakukan dibawah ancaman sekalipun,
misalnya, tapi kalau ia sendiri memang mau melakukan tindakan itu, ia tetap bertanggung
jawab atas tindakannya. Dengan demikian, tindakan yang dilakukan dalam situasi yang
kelihatan seakan-akan terpaksa belum tentu membenarkan tidak adanya tanggung jawab
moral.

STATUS PERUSAHAAN
Perusahaan adalah sebuah badan hukum. Artinya, perusahaan dibentuk berdasarkan hukum
tertentu dan disahkan dengan hukum atau aturan legal tertentu. Karena itu, keberadaannya
dijamin dan sah menurut hukum tertentu. Itu berarti perusahaan adalah bentukan manusia,
yang eksistensinya diikat berdasarkan aturan hukum yang sah.
Sebagai badan hukum, perusahaan mempunyai hak – hak legal tertentu sebagaimana
dimiliki oleh manusia. Misalnya, hak milik pribadi, hak paten, hak atas merek tertentu, dan
sebagainya. Sejalan dengan itu, perusahaan juga mempunyai kewajiban legal untuk
menghormati hak legal perusahaan lain, tidak boleh merampas hak milik orang lain.
De George secara khusus membedakan dua macam pandangan mengenai status
perusahaan, yaitu:
1. Pandangan Legal Creator
Menurut pandangan ini, perusahaan diciptakan oleh Negara dan tidak mungkin ada
tanpa Negara. Negara dan hukum sendiri adalah ciptaan masyarakat, maka
perusahaan juga adalah ciptaan masyarakat. Perusahaan diciptakan oleh masyarakat
demi kepentingan masyarakat. Maka, kalau perusahaan tidak lagi berguna bagi
masyarakat, masyarakat bisa saja mengubah atau meniadakannya.
2. Pandangan Legal Recognition
Menurut pandangan ini, perusahaan terbentuk oleh orang atau oleh kelompok orang
tertentu untuk melakukan kegiataan tertentu dengan cara tertentu bebas demi
kepentingan orang atau orang – orang tadi. Dalam hal ini, perusahaan tidak dibentuk
oleh Negara. Negara hanya mendaftarkan, mengakui, dan mensahkan perusahaan
itu berdasarkan hukum tertentu. Ini sekaligus juga berarti perusahaan bukan
organisasi bentukan masyarakat.
Karena, menurut pandangan kedua, perusahaan bukan bentukan negara atau masyarakat,
maka perusahaan menetapkan sendiri tujuannya dan beroperasi sedemikian rupa untuk
mencapai tujuannya itu. Ini berarti, karena perusahaan dibentuk untuk mencapai
kepentingan para pendirinya, maka dalam aktivitasnya perusahaan memang melayani
masyarakat, tapi bukan itu tujuan utamanya.
Bagaimanapun perusahaan tetap punya tanggung jawab moral dan social. Pada tingkat
operasional, tanggung jawab social dan moral ini diwakili secara formal oleh staf
manajemen. Karena seluruh keputusan dan kegiatan bisnis perusahaan ada di tangan para
manajer, maka pada tempatnya tanggung jawab social dan moral perusahaan juga dipikul
oleh mereka. Ini bukan soal melemparkan tanggung jawab, justru sebaliknya adalah
konsekuensi logis dari pelimpahan seluruh keputusan dan kegiatan bisnis perusahaan pada
para manajer. Karena mereka telah menerima kepercayaan untuk menjalankan perusahaan
itu, maka mereka jugalah yang memikul tanggung jawab social dan moral perusahaan itu.

LINGKUP TANGGUNG JAWAB SOSIAL


Konsep tanggung jawab sosial perusahaan sesungguhnya mengacu pada kenyataan,
sebagaimana telah dikatakan diatas, bahwa perusahaan adalah badan hukum yang dibentuk
oleh manusia dan terdiri manusia. Ini menunjukkan bahwa sebagaimana halnya manusia
tidak bisa hidup tanpa orang lain, demikian pula perusahaan (sebagai lembaga yang terdiri
dari manusia-manusia) tidak bisa hidup, beroperasi, dan memperoleh keuntungan bisnis
tanpa pihak lain.
4 bidang yang dianggap dan diterima sebagai termasuk dalam apa yang disebut sebagai
tanggung jawab sosial perusahaan:
1. Keterlibatan perusahaan dalam kegiatan-kegiatan sosial yang berguna bagi
kepentingan masyarakat luas.
2. Perusahaan telah diuntungkan dengan mendapat hak untuk mengelola sumber daya
alam yang ada dalam masyarakat tersebut dengan mendapatkan keuntungan bagi
perusahaan tersebut.
3. Dengan tanggung jawab sosial melalui berbagai kegiatan sosial, perusahaan
memperlihatkan komitmen moralnya untuk tidak melakukan kegiatan-kegiatan
bisnis tertentu yang dapat merugikan kepentingan masyarakat luas.
4. Dengan keterlibatan sosial, perusahaan tersebut menjalin hubungan sosial yang
lebih baik dengan masyarakat dan dengan demikian perusahaan tersebut.

ARGUMEN YANG MENENTANG PERLUNYA KETERLIBATAN SOSIAL


PERUSAHAAN
 Tujuan Utama Bisnis adalah Mengejar Keuntungan Sebesar-besarnya.
Yang menjadi perhatian utama perusahaan adalah bagaimana mendatangkan
keuntungan sebesar-besarnya seefisien mungkin. Itu berarti sumber daya yang ada
harus dipakai sehemat dan seefisien mungkin untuk memperoleh keuntungan
sebesar mungkin.
Fungsi bisnis adalah fungsi ekonomis, bukan fungsi sosial. Artinya, bisnis adalah
kegiatan ekonomi dan bukan kegiatan sosial. Karena lainkan berdasarkan kinerja
ekonomisnya, dengan terutama memperhatikan factor efisiensi ekonomis tadi.

 Tujuan yang Terbagi-bagi dan Harapan yang Membingungkan


Dikatakan disini adalah bahwa keterlibatan sosial sebagai wujud tanggung jawab
sosial perusahaan akan menimbulkan minat dan perhatian para pimpinan
perusahaan.

 Biaya Keterlibatan Sosial


Keterlibatan sosial sebagai wujud dari tanggung jawab sosial perusahaan malah
dianggap memberatkan masyarakat. Alasannya, biaya yang digunakan untuk
keterlibatan sosial perusahaan itu bukan biaya yang disediakan oleh disediakan oleh
perusahaan itu, melainkan merupakan biaya yang telah diperhitungkan sebagai salah
satu komponen dalam harga barang dan jasa yang ditawarkan dalam pasar.

 Kurangnya Tenaga Terampil di Bidang Kegiatan Sosial


Dengan argumen ini mau dikatakan bahwa para pimpinan perusahaan tidak
profesional dalam membuat pilihan dan keputusan moral. Asumsinya adalah
keterlibatan perusahaan dalam berbagai kegiatan sosial adalah kegiatan yang lebih
bernuansa moral, karitatif, dan sosial.

ARGUMEN YANG MENDUKUNG PERLUNYA KETERLIBATAN SOSIAL


PERUSAHAAN
 Kebutuhan dan Harapan Masyarakat yang Semakin Berubah
Setiap kegiatan bisnis dimaksudkan untuk mendatangkan keuntungan. Namun dalam
masyarakat yang semakin berubah, kebutuhan dan harapan masyarakat terhadap
bisnis pun ikut berubah. Karena itu, untuk bisa bertahan dan berhasil dalam
persaingan bisnis modern yang ketat ini, para pelaku bisnis semakin menyadari
bahwa mereka tidak bisa begitu saja hanya memusatkan perhatian pada upaya
mendatangkan keuntungan sebesar-besarnya.

 Terbatasnya Sumber Daya Alam


Keterlibatan sosial sebagai wujud tanggung jawab sosial perusahaan dapat
melemahkan efisiensi, namun tidak sepenuhnya benar demikian. Justru keterlibatan
dan kepedulian perusahaan tersebut, khususnya pada kelestarian sumber daya alam
yang ada, akan mendorong penggunaan sumber daya alam yang terbatas itu secara
efisien.

 Lingkungan Sosial yang Lebih Baik


Bisnis berlangsung dalam suatu lingkungan sosial yang mendukung kelangsungan
dan keberhasilan bisnis itu masa yang panjang. Ini punya impilikasi etis bahwa bisnis
mempunya kewajiban dan tanggung jawab moral dan sosial untuk memperbaiki
lingkungan sosialnya kea rah yang lebih baik. Semakin baiknya lingkungan sosial
dengan sendirinya akan ikut memperbaiki iklim bisnis yang ada.
 Perimbangan Tanggung Jawab dan Kekuasaan
Keterlibatan sosial khususnya, maupun tanggung jawab sosial perusahaan secara
keseluruhan, juga dilihat sebagai suatu pengimbang bagi kekuasaan bisnis modern.
Alasannya, bisnis mempunyai kekuasaan sosial yang sangat besar. Bisnis
mempengaruhi lingkungan, konsumen, kondisi masyarakat, bahkan kehidupan
budaya dan moral masyarakat, serta banyak bidang kehidupan lainnya.
Tanggung jawab sosial dan moral dapat berfungsi pula untuk mencegah campur
tangan pemerintah dalam kegiatan bisnis suatu perusahaan.

 Bisnis Mempunyai Sumber-sumber Daya yang Berguna


Argumen ini mengatakan bahwa bisnis atau perusahaan sesungguhnya mempunyai
sumber daya yang sangat potensial dan berguna bagi masyarakat. Perusahaan tidak
hanya bisa punya dana, melainkan juga tenaga profesional dalam segala bidang yang
dapat dimanfaatkan atau dapat disumbangkan bagi kepentingan kemajuan
masyarakat.
 Keuntungan Jangka Panjang
Argumen ini mau menunjukkan bahwa bagi perusahaan, tanggung jawab
sosialsecara keseluruhan, termasuk keterlibatan perusahaan dalam berbagai
kegiatan sosial, merupakan suatu nilai yang sangat positif bagi perkembangan dan
kelangsungan perusahaan itu dalam jangka panjang.

IMPLEMENTASI TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN


Asumsi agar tanggung jawab sosial dan moral itu benar-benar terlaksana, dibutuhkan
kondisi internal tertentu dalam perusahaan yang memungkinkan terwujudnya tanggung
jawab sosial dan moral itu.
Prinsip utama dalam suatu organisasi profesional, termasuk perusahaan adalah bahwa
struktru mengikuti strategi.Tetapi strategi didasarkan pada tujuan serta misi yang diemban
oleh suati perusahaan.
Strategi yang diwujudkan melalui struktur organisasi demi mencapai tujuan dan misi
perubahan kemudian dievaluasi secara periodic. Salah satu bentuk evaluasi yang mencakup
nilai-nilai sosial dan moral, termasuk mengenai tanggung jawab sosial perusahaan adalah
apa yang dikenal sebagai social audits.

Anda mungkin juga menyukai