Anda di halaman 1dari 6

Jurnal “ ruang “ VOLUME 2 NOMOR 2 September 2010

PROSES BERARSITEKTUR DALAM TELAAH ANTROPOLOGI:


Revolusi Gaya Arsitektur dalam Evolusi Kebudayaan

Mashuri
Staf Pengajar Fakultas Teknik, Jurusan Teknik Arsitektur- Universitas Tadulako

Abstrak
Salah satu wujud kebudayaan adalah benda fisik atau artifak. Karya arsitektur sebagai artefak merupakan
wujud akhir yang timbul akibat adanya gagasan dan tindakan dalam suatu kebudayaan. Gambaran
hubungan antara kebudayaan dengan arsitektur adalah perkembangan gaya dalam dunia arsitektur itu
sendiri. Perbedaan gaya dalam karya arsitektur yang terjadi antar daerah dan waktu disebabkan karena
adanya perbedaan rumusan bentuk estetika masing-masing. Perbedaan dalam rumusan bentuk estetika,
sekaligus akan menggambarkan kondisi pengalaman yang diterima oleh masyarakat.Perkembangan
arsitektur yang ada di dunia saat ini merupakan manifetasi dari evolusi kebudayaan itu sendiri.

Kata Kunci: gaya arsitektur, evolusi kebudayaan, wujud kebudayaan

PENDAHULUAN sistem gagasan; kebudayaan sebagai sistem


Melakukan telaah antropologis terhadap tingkah laku dan tindakan yang berpola; dan
arsitektur akan membawa kita kepada sebuah kebudayaan sebagai benda fisik (artifak)
dunia yang baru dan cukup mengasyikkan. (Koentjaraningrat, 2005).
Baru dan mengasyikkan bagi mereka yang
sedang berusaha memahami dunia arsitektur.
Maupun bagi mereka yang telah banyak
berbicara konsep, teknik dan aplikasi ilmunya,
namun lupa melihat konsep di belakang
istilah arsitektur itu sendiri.
Membicarakan arsitektur dari jendela
antropologi hanya salah satu cara untuk
melihat arsitektur dari orbit luarnya. Dengan
meminjam jendela antropologi kita akan
melihat arsitektur sebagai sebuah proses
kebudayaan yang utuh. Gejala dan wujud
kebudayaan dalam arsitektur merupakan
indikasi yang semakin mendekatkan Gambar 1. Kerangka Konsentris Kebudayaan
Sumber: Koentjaraningrat (2005: 92)
arsitektur dengan proses terciptanya
kebudayaan. Dari empat wujud yang ditawarkan dalam
lingkaran kerangka kebudayaan di atas,
GEJALA DAN WUJUD KEBUDAYAAN masing-masing memiliki kecenderungan
bentuk yang berbeda satu dengan lainnya.
Menurut J.J. Honingmann terdapat tiga
Berikut penjelasan dari keempat wujud
gejala kebudayaan, yaitu ideas, activities dan
kebudayaan tersebut.
artifacts (dalam Koentjaraningrat, 2005 hal
1. Nilai-nilai budaya merupakan tahap
74). Koentjaraningrat sendiri menawarkan
filosofis atau ideologis yang terbentuk
empat wujud kebudayaan, yaitu: kebudayaan
karena pengalaman manusia, tahap ini
sebagai nilai ideologis; kebudayaan sebagai
53
Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Tadulako
Jurnal “ ruang “ VOLUME 2 NOMOR 2 September 2010

merupakan hasil pemikiran yang biasanya 2. Gagasan dalam Konsep Karya


memiliki bentuk tekstual tersurat maupun Unsur yang akan selalu ada dalam proses
tersirat dalam norma, aturan adat, cerita penciptaan “karya arsitektur” adalah
rakyat atau karya seni. “keindahan”. Keindahan selalu menjadi latar
2. Sistem budaya berupa gagasan dan belakang atau tuntutandalam sebuah “karya
konsep juga merupakan manifestasi hasil arsitektur”. Keindahan merupakan gagasan
pemikiran. Tahap wujud ini juga memiliki mengenai bentuk estetika yang pada akhirnya
bentuk tertulis tersurat dan beberapa akan diwujudkan menjadi sebuah karya fisik
dapat berbentuk gambar atau konfigurasi. melalui teknik dan metode dalam arsitektur.
3. Sistem sosial sebagai tahap wujud Dalam hal ini bentuk estetika merupakan
selanjutnya merupakan tindakan dalam sebuah gagasan yang muncul dalam sebuah
rangka “mewujudkan” konsep. Tahap kebudayaan. Estetika merupakan wujud
wujud ini dapat berbentuk tulisan, kedua dari kebudayaan atau merupakan
gambar, konfigurasi maupun kegiatan. wujud gagasan.
4. Kebudayaan fisik merupakan wujud hasil
dalam sebuah kebudayaan. Sehingga pada 3. Tindakan dalam Proses Menuju Karya
wujud terakhir ini kebudayaan memiliki Dalam proses ber-arsitektur terdapat
bentuk paling nyata diantara bentuk yang tahapan hingga terciptanya sebuah “karya
lain. Pada wujud inilah kebudayaan arsitektur”. Proses hingga terwujudnya “karya
seringkali sudah memiliki bentuk benda, arsitektur” ini memerlukan teknik dan
sehingga dapat dilihat, disentuh dan metode yang dikuasai oleh para pelaku
dirasakan. arsitek. Teknik-teknik atau metode-metode
Untuk membantu memahami Arsitektur yang digunakan untuk mencapai tahap
sebagai sebuah wujud kebudayaan dapat realisasi fisik ini dapat difahami sebagai
dilakukan telaah melalui kacamata di atas. sebuah sistem perilaku atau tindakan
Untuk itu kegiatan ber-arsitektur perlu tertentu. Aktifitas dalam bentuk teknik-teknik
dipahami sebagai sebuah proses, dari ideologi tertentu yang sudah terbentuk menjadi
yang melandasi, konsep, metode dan teknik struktur sistem baku dalam dunia arsitektur
yang digunakan, hingga hasil karya. merupakan wujud ketiga arsitektur sebagai
sebuah kebudayaan atau merupakan wujud
1. Ideologi dan Nilai Budaya tindakan.
Arsitektur sebagai sebuah ilmu terapan
merupakan muara bertemunya berbagai ilmu 4. Artefak dalam Karya Arsitektur
dan seringkali juga menjadi muara “Karya arsitektur” sebagai produk
manifestasi berbagai nilai budaya yang ada di arsitektur merupakan wujud fisik yang secara
masyarakat. Nilai budaya ini seringkali nyata dapat dilihat, disentuh dan dirasakan
muncul sebagai landasan ideologis karya- kehadirannya dalam masyarakat. Wujud fisik
karya arsitektur. Munculnya “isme” pada ini, baik dalam skala bangunan tunggal
tataran ideologi lebih tepat disebut sebagai maupun sebuah lingkungan buatan, dapat
“era dalam arsitektur” bukan “gaya dalam difahami sebagai sebuah artefak. Sebuah
arsitektur”. Munculnya era arsitektur klasik, “karya arsitektur” mengkomunikasikan
modern dan post-modern menandakan kondisi masyarakat di mana artefak tersebut
adanya evolusi perbedaan rumusan berada. Artefak merupakan wujud akhir yang
mengenai keindahan secara ideologis. timbul akibat adanya gagasan dan tindakan
dalam suatu kebudayaan, wujud fisik.
54
Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Tadulako
Jurnal “ ruang “ VOLUME 2 NOMOR 2 September 2010

Kebudayaan dalam wujud fisik merupakan gagasan yang abstrak selalu dipengaruhi oleh
bagian terluar dari lingkaran konsentris pengalaman masing-masing individunya
kerangka kebudayaan (Koentjaraningrat, maupun pengalaman kolektif yang dialami
2005). kelompok masyarakat tertentu. Pengalaman
ini meliputi: pengembangan kepercayaan
terhadap kekuasaan dan kekuatan yang lebih
PERKEMBANGAN ARSITEKTUR DALAM
tinggi; hubungan sosial dengan orang atau
SISTEM NILAI KEBUDAYAAN
kelompok lain; ekspresi kepribadian
Apabila dilihat dari proses yang terjadi,
individual kepada lingkungan masyarakat di
maka tahap gagasan merupakan awal
sekitarnya; mengupas makna-makna yang
terjadinya proses ber-arsitektur tersebut.
dapat diterima oleh lingkungan (Mulder,
Proses diawali oleh gagasan melalui tindakan
1975, dalam Koentjaraningrat, 2005).
hingga akhirnya terbentuk hasil karya fisik.
Manifestasi dari pengalaman ini adalah
Sehingga sedikit perubahan yang terjadi pada
“rumusan ideologi estetika masyarakat”.
tahap gagasan berarti akan terjadi perubahan
pula pada karya akhirnya. Namun demikian,
keberadaan konsep estetika sebagai wujud

Gambar 2. Diagram Hubungan Pengalaman, Kerangka Kebudayaan dan Perkembangan Arsitektur


Sumber: Analisis (2010)

Pengalaman yang berbeda-beda antar Oleh karena itu, “karya arsitektur” dalam
individu akan menghasilkan perbedaan dalam sebuah masyarakat dapat menjadi alat untuk
rumusan bentuk estetika masing-masing. membaca kondisi pengalaman dan sistem
Dalam sebuah kelompok masyarakat, nilai kebudayaan dalam masyarakat tersebut.
perbedaan rumusan bentuk estetika Sebaliknya, gagasan mengenai setting
tercermin dalam sistem nilai kebudayaannya. perilaku dalam masyarakat merupakan hasil
Hal ini yang akan menentukan munculnya dialog dari perilaku sebagai tindakan dan
berbagai gaya dalam arsitektur. Perbedaan desain sebagai artifak kebudayaan. Sebagai
gaya dalam karya arsitektur yang terjadi antar contoh gambaran hubungan antara
daerah dan waktu disebabkan karena adanya kebudayaan dengan arsitektur adalah
perbedaan rumusan bentuk estetika masing- perkembangan gaya dalam dunia arsitektur
masing. Perbedaan dalam rumusan bentuk itu sendiri.
estetika, sekaligus akan menggambarkan
kondisi pengalaman yang diterima oleh
masyarakat.
55
Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Tadulako
Jurnal “ ruang “ VOLUME 2 NOMOR 2 September 2010

CONTOH KASUS: REVOLUSI GAYA ARSITEKTUR Abad pertengahan ditandai oleh


DALAM EVOLUSI KEBUDAYAAN menguatnya pengaruh agama dalam
Secara singkat di bawah ini akan masyarakat. Arsitektur gothic berkembang
dicontohkan terjadinya perkembangan sebagai simbol cahaya dan pencerahan
berbagai gaya dalam dunia Arsitektur dalam terhadap manusia. Wahyu Tuhan melalui
kaitannya dengan perkembangan kebudayaan ajaran gereja merupakan landasan ideologis
yang melingkupinya. mutlak. Manusia dan kehidupan duniawi
Arsitektur pra-Yunani kuno sangat terkait cenderung terbelenggu sehingga semua ilmu
dengan kondisi bangsa Yunani yang kaya diarahkan untuk kepentingan pengembangan
dengan mitologi dan seni. Hal ini nampak dari gereja (Fletcher, 2004). Filsafat berkembang
fungsi dan bentuk bangunan utama sebagai seputar manusia sebagai makhluk penuh dosa
bagian dari ritual pemujaan. Ideologi yang dilahirkan untuk mengabdi kepada Tuhan.
kebudayaan masyarakat pra-Yunani kuno Satu-satunya yang dapat menolong manusia
tersebut menjadi dasar terbentuknya konsep dari kegelapan adalah cahaya Tuhan melalui
nilai ke-estetika-an pada saat itu terfokus pada ajaran gereja yang direpresentasikan oleh
terciptanya bangunan-bangunan megah dan adanya keindahan permainan cahaya dalam
besar sebagai upaya mendekatkan manusia bangunan-bangunan bergaya gothic.
terhadap mitos dewa-dewi alam semesta
(Fletcher, 2004).

Gambar 3. Kuil Parthenon, Athena Yunani. Gaya


arsitektur Yunani (Sumber: Fletcher, 2004)

Pada perkembangannya Arsitektur Yunani Gambar 4. Katedral Lichfield, Inggris. Gaya arsitektur
kuno mulai meninggalkan tahapan mitologi dan Gothic.. (Sumber: Fletcher, 2004)
menuju tahap filsafat ilmu. Pada masa ini ilmu
ukur menjadi penting dalam menentukan Era Renaissance merupakan masa peralihan
bentuk dan proporsi bangunan. Rumus dari zaman pertengahan ke zaman modern.
matematis berperan penting dalam Arsitektur Renaissance menggambarkan
menentukan nilai estetika sebuah bangunan. perjuangan lepas dari doktrin gereja. Ornamen-
Keindahan pada era ini tersirat dalam ornamen organis muncul sebagai bagian dari
penggunaan proporsi golden section dan keindahan bangunan. Cahaya masih menjadi
pemanfaatan efek distorsi mata untuk bagian dari keindahan bangunan, namun unsur-
menciptakan kemegahan dan keindahan unsur duniawi juga muncul dalam bentuk
bangunan-bangunan utamanya. detail-detail yang indah. Detail yang bersifat
56
Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Tadulako
Jurnal “ ruang “ VOLUME 2 NOMOR 2 September 2010

duniawi pada era pertengahan sangat dibatasi. makna tunggal. Pada era post-modern ini
Kemunculan detail ini dilandasi oleh ideologi filsafat strukturalisme hingga post-
untuk melepaskan diri dari doktrin gereja strukturalisme menjadi landasan ideologis nilai-
(Moffet, 2003). nilai budaya masyarakatnya (Ikhwanuddin,
2005).

Gambar 5. Katedral St. Paul, Inggris. Gaya arsitektur


Renaissance. (Sumber: Moffet, 2003)

Secara umum zaman modern sendiri


merupakan masa di mana seluruh cabang ilmu
berkembang dengan sangat pesat. Penemuan
mesin, revolusi Industri dan penemuan
material baru menimbulkan berbagai
perubahan dalam masyarakat secara cepat. Gambar 6. Gedung Seagram, Kota New York. Gaya
Sehingga perkembangan ilmu-ilmu tersebut arsitektur Modern (Sumber: Moffet, 2003)
juga memunculkan berbagai gaya dan aliran
dalam dunia arsitektur sendiri. Minimalisme,
fungsionalisme, industrialisme, konstruktifisme
dan rasionalisme merupakan gambaran adanya
berbagai gaya arsitektur yang muncul pada
zaman modern ini. Meski terdapat berbagai
macam gaya arsitektur, kondisi kebudayaan
masyarakatnya yang terbentuk tetap dalam
koridor ideologi yang cenderung humanis,
monoton dan rasionalis akibat perkembangan
ilmu itu sendiri.
Zaman post-modern secara garis besar
berusaha lepas dari batasan-batasan ketat yang
ada pada zaman modern. Dekonstruksi,
simbiosisme, eklektisisme, feminisme dan
hibridisme memberi gagasan pada kebebasan
dan kemajemukan. Meski diwarnai oleh
Gambar 7. Gedung Portland. Gaya arsitektur Post-
berbagai nama gaya atau aliran, ternyata
Modern (Sumber: Moffet , 2003)
semua tetap merujuk pada pembebasan
manusia yang pada era modern terbelenggu Arsitektur Barat dan Timur berkembang
ketat oleh struktur-struktur konsensus dan berbeda karena pengalaman dan
57
Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Tadulako
Jurnal “ ruang “ VOLUME 2 NOMOR 2 September 2010

perkembangan filsafat ilmu, filsafat agama dan 4. Moffet, M., Fazio, M., and Wodehouse,L.,
filsafat alam masing-masing wilayah ini 2003, A World History of Architecture,
memang berbeda. Dalam kasus era modern Laurence King Publishing Ltd, London
5. Sumalyo, Yulianto., 2003. Arsitektur
dan post-modern meski ditemukan berbagai
Modern Akhir Abad IX dan Abad XX,
macam gaya arsitektur yang muncul, namun Gadjahmada University Press, Yogyakarta
memiliki landasan ideologis yang sama.
Sehingga kemunculan berbagai gaya ini dalam
telaah antropologi budaya hanya merupakan
perubahan pada dua wujud lingkaran terluar
pada kerangka kebudayaan Koentjaraningrat,
sehingga tidak menyentuh perubahan pada
taraf ideologi dan konsepnya.

KESIMPULAN
1. Telaah Arsitektur sebagai sebuah wujud
kebudayaan dapat dilakukan melalui
keempat wujud kebudayaan, yakni: nilai-
nilai budaya, sistem budaya, sistem sosial,
dan kebudayaan fisik.
2. Karya arsitektur sebagai sebuah wujud
kebudayaan yang secara nyata dapat
dilihat, disentuh, dan dirasakan dapat
dipahami sebagai sebuah artefak. Artefak
merupakan wujud akhir yang timbul akibat
adanya gagasan dan tindakan dalam suatu
kebudayaan (wujud fisiknya).
3. Perbedaan gaya dalam karya arsitektur
yang terjadi antar daerah dan waktu
disebabkan karena adanya perbedaan
rumusan bentuk estetika masing-masing.
Perbedaan dalam rumusan bentuk estetika,
sekaligus akan menggambarkan kondisi
pengalaman yang diterima oleh
masyarakat.

DAFTAR PUSTAKA
1. Fletcher, B.S., 2004. A History of
Architecture, 20th edition, Architectural
Press, London
2. Ikhwanuddin, 2005. Menggali Pemikiran
Posmodernisme dalam Arsitektur,
Gadjahmada University Press, Yogyakarta
3. Koentjaranigrat, 2005. Pengantar Ilmu
Antropologi, Rineka Cipta, Jakarta.

58
Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Tadulako

Anda mungkin juga menyukai