Anda di halaman 1dari 11

LABORATORIUM TEKNIK LINGKUNGAN

METODE SAMPLING

Dosen Mata Kuliah:


Dr. Nopi Stiyati P. S.Si, M.T.

Disusun Oleh:
Titis Sofi Hanifa H1E114229

KEMENTRIAN PENDIDIKAN NASIONAL


UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI S-1 TEKNIK LINGKUNGAN
BANJARBARU
2016
SOAL LABORATORIUM TEKNIK LINGKUNGAN

1. Apa tujuan sampling?


2. Bagaimana cara mengambil sampel air permukaan?
3. Bagaimana cara mengambil sampel air limbah?
4. Bagaimana cara mengawetkan sampel?
5. Apa saja gangguan yang mungkin terjadi ketika pengambilan dan
menyimpanan sampel?
6. Bagaimana urutan langkah - langkah yang tepat untuk penanganan
sampel?
7. Bagaimana prosedur kerja standart pada sampel untuk pengukuran
temperatur?
8. Bagaimana prosedur kerja standart pada sampel untuk pengukuran pH?
9. Bagaimana prosedur kerja standart pada sampel untuk pengukuran
transparansi?
10. Bagaimana prosedur kerja standart pada sampel untuk pengukuran
konduktivitas?
11. Apa yang diperlukan agar data hasil pengukuran dapat dikatakan valid?
12. Jelaskan bagaimana cara menentukan lokasi pengambilan sampel ?
13. Jelaskan parameter kunci dalam penentuan kualitas air ?
14. Sebutkan peraturan-peraturan di daerah kita yang terkait dengan
pemantauan kualitas air?

JAWAB :

1. Tujuan pengambilan sampel adalah untuk memperoleh data yang akurat dan
ada kaitannya dengan populasi yang menjadi sasaran penelitian, mampu
memberikan informasi yang terkait dengan populasi yang ingin diteliti, dan
informasi yang diperoleh akan menjadi bahan baku dalam mengambil keputusan.
Dan tujuan pengambilan sampling itu dikarenakan adanya :
a. Percobaan yang bersifat merusak. Percobaain seperti ini membutuhkan sebuah
sampel dan diambil seminimal mungkin agar dapat menekan resiko selama
percobaan dilaksanakan
b. Masalah Teknis Penelitian. Semakin banyak sampel yang digunakan semakin
baik namun ada beberapa pertimbangan yang harus dilakukan peneliti untuk
mengakhiri jumlah sampel yang digunakan. Hal ini terkait masalah teknis
penelitian yakni terkait masalah dana, waktu dan keakuratan data. Peneliti harus
pandai melihat kondisi data yang diambil, pada saat data sudah jenuh atau tidak
menunjukkan perubahan sama sekali sebaiknya pengumpulan data dihentikan
karena hanya akan menghabiskan waktu, dan biaya.

2. Ada tahapan cara-cara pengambilan sample air permukaan

a. Menentukan lokasi pengambilan sampel. Lokasi pengambilan sampel air


permukaan dapat berasal dari daerah pengaliran sungai dan danau/ waduk

b. Pemantauan kualitas air pada suatu daerah pengaliran sungai ( Permukaan air )
berdasarkan pada :
1. Sumber air alamiah :
Yaitu lokasi pada tempat yang belum terjadi atau masih sedikit pencemaran.
2. Sumber air tercemar :
Yaitu lokasi pada tempat yang telah mengalami perubahan atau dihilir
sumber pencemar.
3. Sumber air yang dimanfaatkan
Yaitu lokasi pada tempat penyadapan pemanfaatan sumber air tersebut.
c. Pemantauan kualitas air pada danau/ waduk.
1. Tempat masuknya sungai ke danau/ waduk
2. Ditengah danau/ waduk
3. Lokasi penyadapan air untuk pemanfaatan
4. Tempat keluarnya air danau/ waduk.
d. Setelah tahapan tersebut selesai, lalu dilanjutkan untuk persiapkan botol steril
tempat sample

e. Buka botol steril.


f. Isi sampel air permukaan ke dalam botol sampai penuh.
g. Angkat botol,kemudian buang sedikit isi botol sehingga terdapat rongga udara
Catatan : Pada pengambilan air permukaan, pengisian air didalam botol
sebaikanya di rendamkan kira-kira 20 cm dari permukaan air.

3. Cara pengambilan sampel untuk air limbah :


1. Memilih lokasi dan jenis air limbah yang akan diambil sampelnya
2. Menyiapkan alat dan bahan
3. Menggunakan masker dan sarung tangan karet.
4. Mengisi jeringen sampai penuh dengan limbah cair dari inlet dengan
bantuan gayung dan corong  (hindari terjadinya aerasi atau masuknya
udara di dalam jerigen).
5. Setelah penuh, jerigen ditutup rapat dan diberi label (lokasi sampling,
waktu sampling, jenis  pemeriksaan, pengambil sampel).
6. Kemudian mengambil sampel untuk pemeriksaan BOD dengan
menggunakan botol oksigen di inlet dan outlet.
7. Kemudian mengambil sampel untuk pemeriksaan COD dan TSS dengan
menggunakan jerigen kecil di inlet dan outlet.
8. Mengirim sampel ke laboratorium dasar untuk diperiksa dan laboratorium
rekayasa untuk diolah secara sederhana.

4. Cara pengawetan sampel dari salah satu sumber literatur :


Catatan:

a. Dingin berarti suhu sekitar 4oC


b. Botol (terbuat dari gelas) harus dibilas dahulu dengan asam 1 + 1
HNO3
c. Botol (gelas atau plastik jenis polietilen) harus dibilas dahulu dengan
asam 1 +1 HNO3
d. Botol BOD atau Winkler, terbuat dari kaca.

5. Gangguan yang dapat ditimbulkan selama penyimpanan dan pengangkutan


sampel sehingga dapat berubah sifat dari keadaan asli sampel adalah sebagai
berikut:
a) Gas seperti O2 dan CO2 dapat diserap air sampel atau dapat lenyap dri air
sampel ke udara.
b) Zat tersuspensi seperti koloidal dapat membentuk flok-flok sendiri dan
mengendap.
c) Beberapa zat terlarut dpat dioksidsikan oleh oksigen terlarut sehingga
senyawa berubah, misalnya Mn2+ terlarut dapat teroksidasi oleh okigen
sehingga terbentuk Mn02 (s).
d) Beberapa zat terlarut dapat bereaksi, misalnya Ca2+ dan CO32- dapat
membentuk CaCO3 yang mengendap. Hal tersebut terjadi bila pH
berubah.
e) Lumut ganggang dan jamur dapat tumbuh dalam sampel yang tidak
disimpan pada tempat gelap dan dingin atau bila pH nya rendah ; zat
organis (seperti BOD dan COD) akan terus dicerna oleh bakteri yang aktif.

6. Urutan langkah - langkah untuk penanganan sampel yaitu:


1. Pengambilan dan pemilihan sampel
Sampel harus memenuhi syarat :
b. Jumlahnya cukup banyak
 Untuk pemeriksaan kimia:
2. Sampel padat sekurang kurangnya 25 gram
3. Sampel cair sekurang kurangnya 40 – 50 ml
4. Sampel air sekurang kurangnya 1 liter.
 Untuk pemeriksaan Mikrobiologi :
1. Sampel padat sekurang kurangnya 200 gram
2. cair sekurang kurangnya 200 ml
3. Sampel cair sekurang kurangnya 100 ml
4. Sampel ini harus tidak mengalami perubahan ketika sampai di
laboratorium dan tutup botol harus betul-betul rapat/tidak bocor
5. Sebaiknya tiap tiap jenis barang bukti ditaruh pada tempat tempat
tersendiri dan jangan dicampur dengan barang barang yang lain.
2. Pendinginan Sampel
Gunakan media khusus ”holding media”. Temperatur ideal untuk penyimpanan
sampel 4° – 10° C, sehingga wadah pengiriman dikemas dengan material
pendingin yang diletakkan di sekitar sampel.
3. Pengawetan Sampel
Apabila jarak tempuh pengiriman lebih dari 3 jam, maka sampel air perlu
diawetkan dengan penambahan bahan pengawet (H2SO4 atau HCl). Tujuannya
untuk mengawetkan logam-logam, minyak dan lemak, zat-zat organik fenol
serta menghambat aktivitas biologis. Harus pula dikirim contoh bahan pengawet
untuk pembanding. Apabila perlu, konsul dengan dokter untuk penggunaan
bahan pengawet yang tepat )
4. Pengadministrasian dan pengiriman ke laboratorium.
Sampel yang akan di kirim harus dibungkus dengan bungkus tempat yang
kedap air dan disegel dengan lak, sehingga isi bungkusan tidak dapat dicapai
tanpa merusak segel ataupun merusak pembungkusnya dengan tidak
meninggalkan cacat atau bekas.
Pada label tersebut harus ditulis :
a. Isi bungkusan
b. Jenis sampel
c. Tanda tangan pengirim
d. Tanggal pengambilan sampel
e. Jenis bahan pengawet

1. Prosedur kerja standart pada sampel untuk pengukuran temperatur berdasarkan


Badan Standarisasi Nasional. 2005.SNI 06-6989.23.ICS No. 13.060.1. Dengan
dilakukannya analisa temperature, metode ini digunakan untuk menetapkan suhu air dan air
limbah dengan termometer air raksa. Air raksa dalam termometer akan memuai atau
menyusut sesuai dengan panas air yang diperiksaa, sehingga suhu air dapat dibaca pada
skalathermometer (oc)
a. Peralatan yang digunakan

Termometer air raksa yang mempunyai skala sampai 110°C.

b. Penetapan contoh uji air permukaan


1. Termometer langsung diceluplan ke dalam contoh uji dan biarkan 2 menit
sampai dengan 5 menit sampai thermometer menunjukkan nilai stabil.
2. Catat pembacaan skala thermometer tanpa mengangkat lebih dahulu
thermometer dari air.
c. Penetapan contoh uji air pada kedalaman tertentu.
1. Pasang thermometer pada alat pengambil contoh uji.
2. Masukkan alat pengambil contoh uji kedalam air pada kedalaman tertentu
untuk mengambilcontoh uji.
3. Tarik alat pengambil contoh uji sampai keperukaan
4. Catat skala yang ditunjukkan thermometer sebelum contoh air
dikeluarkan dari alat pengambil contoh.

8. Prosuder kerja standart pada sampel untuk pengukuran pH menurut Badan


Standardisasi Nasional. 2004. Cara uji derajat keasaman dengan alat pH meter.
SNI 06-6989.11. ICS No 13.060.50. Melakukan Analisa Derajat Keasaman
Menggunakan Alat pH Meter. Pada suhu tertentu sifat asam atau basa air
ditunjukkan oleh nilai pH-nya atau aktivitas ion hidrogennya. Alkalinitas
maupun keasaman adalah kemampuan untuk menetralkan asam atau basa air.
Sedangkan kapasitas penyangga dinyatakan dalam molal per liter. pH adalah –
log[H+] yang ditetapkan dengan metode pengukuran secara potentiometri
dengan menggunakan pH meter.
 Prosedurnya yaitu :
 Persiapan pengujian
a. Lakukan kalibrasi alat pH-meter dengan larutan penyangga sesuai
instruksi kerja alat setiap kali akan melakukan pengukuran.
b. Untuk contoh uji yang mempunyai suhu tinggi, kondisikan contoh uji
sampai suhu kamar.
 Prosedur Analisa
a. Keringkan dengan kertas tissue selanjutnya bilas elektroda dengan air
suling.
b. Bilas elektroda dengan larutan uji.
c. Celupkan elektroda ke dalam contoh uji sampai pH meter
menunjukkan pembacaan yang tetap.
d. Catat hasil pembacaan skala atau angka pada tampilan dari pH meter.

2. Parameter kecerahan (transparansi) adalah parameter ;isik untuk menyatakan


kemampuan sinar matahari menembus ke dalam air. Semakin tinggi
kekeruhan dalam air maka kecerahannya semakin kecil. Kecerahan suatu
badanair dapat diukur dengan piringan secchi = arak antara piringan secchi
dengan permukaan air adalah nilai transparansi atau kecerahan air, sehingga
semakin jauh jarak pengukuran, maka semakin tinggi pula nilai
transparansinya. Pada bagian ba:ah piringan secchi terdapat pemberat yang
tujuannya adalah untuk menjagakestabilan agar jika pada perairan yang
memiliki arus yang deras, maka piringantidak bergerak dan nilai transparansi
yang didapat menjadi akurat.
 Caranya piringan diturunkan ke dalam air secara perlahan menggunakan
pengikat tali sampai pengamat tidak melihat bayangan Secchi saat
bayangan piringan sudah tidak tampak, tali ditahan-tahan berhenti
diturunkan. Selanjutnya secara perlahan piring diangkat kembali sampai
bayangan tampak kembali . Kedalam air dimana piringan tidak tampak
dan tampak oleh penglihatan sampai banyangan tampak kembali .

3. Prosedur kerja standart pada sampel untuk pengukuran konduktivitas

 Cara kalibrasi Conductivity Meter


1. Siapkan alat Conductivity Meter sesuai dengan buku petunjuk alat tersebut
2. Larutan standar KCl 0,0100 M disimpan dalam pemanas air sehingga
temperature larutanstandar tersebut mencapai 25°C.
3. Celupkan elektroda ke dalam larutan standart KCl 0,00100 M
4. Putar temperature alat sehingga menunjukkan temperature 25°C
5. Putar pengatur kalibrasi sehingga alat tersebut memberikan pembacaan 1413
µmhos/cm
6. Cuci elektroda dengan aquades dan keringkan
7. Kalibrasi dapat dilakukan terhadap larutan standar KCL pada berbagai
konsentrasi danakan memberikan pembacaan

4. Data hasil pengukuran dapat dikatakan valid jika :


a. mempunyai contoh air yang respresentatif
b. metode analisis dengan tingkat akurasi dan presisi yang dapat diterima
c. peralatan dan instrumentasi yang terkalibrasi,
d. sumber daya manusia (analisis atau laporan) yang dibekali dengan
pengetahuan dan keterampilan yang memadai.

5. Pemilihan lokasi pengambilan contoh sampel air merupakan salah satu


langkah penting dalam prosedur. Dimulai dari pengambilan contoh air, lokasi
pengambilan contoh dipilih agar contoh air yang diambil benar-benar
mewakili badan air tersebut, agar diperoleh hasil pengukuran yang
respresentatif. Dalam pemilihan lokasi harus mempertimbangkan tujuan dari
pengukuran /pemantauan dan pengetahuan tentang kondisi geografi dari
badan air yang akan diteliti.
a. Sampel air limbah harus diambil pada lokasi yang mewakili seluruh
karakteristik limbah dan kemungkinan pencemaran yang akan
ditimbulkannya.
b. Sampel air dari badan air harus diambil pada lokasi yang dapat
menggambarkan karakteristik keseluruhan badan air. Oleh karena itu, sampel
air perlu diambil dari beberapa lokasi dengan debit air yang harus diketahui.
c. Sumber pencemar yang mencemari badan air yang dipantau harus
diketahui.
d. Jenis bahan baku dan bahan kimia yang digunakan

6. Parameter yang dapat berubah dengan cepat dan tidak dapat diawetkan, maka
pemeriksaannya harus dikerjakan di lapangan. Parameter tersebut antara lain
adalah suhu, pH, alkaliniti, asiditi, oksigen terlarut, transparansi, warna dan
penetapan gas lainnya.
a. Warna air adalah sifat fisik air yang disebabkan oleh karakteristik zat-zat yang
terdapat di dalam air, bukan disebabkan oleh molekul air itu sendiri, karena air
murni yaitu air yang tidak mengandung zat-zat pengotor tidak berwarna.
b. Transparansi adalah parameter fisik untuk menyatakan kemampuan sinar
matahari menembus kedalaman air.
c. pH adalah derajat keasaman yang digunakan untuk menyatakan tingkat
keasaman atau tingkat kebasaan yang dimiliki oleh suatu larutan.
d. Suhu merupakan salah satu parameter air yang sering diukur, karena
kegunaannya dalam mempelajari proses fisika, kimia dan biologi. Suhu air
berubah-ubah terhadap keadaan ruang dan waktu.
e. Alkaliniti adalah kapasitas air untuk menetralkan tambahan asam tanpa
penurunan nilai pH larutan.
f. Asiditi adalah kapasitas air untuk menetralisir OH-, air asam biasanya tidak
diperhitungkan, kecuali untuk kasus polusi berat.
g. Oksigen  terlarut adalah jumlah oksigen terlarut dalam air yang berasal dari
fotosintesa dan absorbsi atmosfer/udara.
h. Penetapan gas lainnya.

14. Peraturan-peraturan di daerah kita yang terkait dengan pemantauan kualitas


air:
a. Peraturan Daerah Provinsi Kalimantan Selatan No.2 Tahun 2006 tentang
Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air.
b. Peraturan Daerah Kota Banjarmasin No.2 Tahun 2007 tentang Pengelolaan
Sungai.

Anda mungkin juga menyukai