Anda di halaman 1dari 3

AKSI DEMONSTRASI MAHASISWA SAAT MASA PANDEMIC

kekhawatiran tentang penyebaran Covid-19 pada saat aksi demonstrasi mahasisiwa berlangsung akhirnya
terungkap. Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) Nizam
menyebutkan, ada 123 mahasiswa yang terkonfirmasi positif Covid-19 setelah melakukan unjuk rasa penolakan
Undang-undang Cipta Kerja.Data tersebut diketahui dari laporan Satuan Tugas Penanganan Covid-19.Terdeteksi di
Jakarta ada 34, di Medan ada 21, di Surabaya ada 24 dan di Bandung ada 13.Sebab itu, Kemendikbud melalui Dirjen
Dikti mengeluarkan imbauan agar mahasiswa tidak melakukan aksi unjuk rasa, sebab Indonesia sedang menghadapi
pandemi Covid-19.

Sebaiknya mahasiswa melakukan kajian dan memberikan masukan-masukan dari hal-hal yang dinilai menjadi
keberatan terkait UU Cipta Kerja. Fakta ini membuktikan bahwa yang diperingatkan Tim Gugus Tugas Penanganan
Covid-19 maraknya aksi demo benar adanya, bukan untuk menakut-nakuti masyarakat yang akan berdemo
menolak UU Cipta Kerja. Artinya tidak ada unsur politis dalam imbauan itu.

Karena banyak anggapan masyarakat yang beredar di medsos, bahwa penyebaran Covid menjadi alat politik untuk
menakuti berbagai pihak, khususnya mahasiswa dan buruh yang akan berdemo. Bahkan DPR dan pemerintah
dituding sengaja buru-buru mengesahkan undang-undang di saat pandemi, agar ada alasan untuk melarang
masyarakat supaya tidak demo.

Sebagai masyarakat yang memiliki intelektual lebih dari warga biasa, seharusnya mahasiswa mengedepankan
pola pikir yang bijak, bukan mengedepankan emosional. Karena kondisi teknologi informasi canggih saat ini, sangat
banyak cara yang memungkinkan mahasiswa untuk menyampaikan pendapat.

Mahasiswa bisa memberi contoh yang baik kepada masyarakat dengan berbuat lewat kajian akademis. Karena bila
mahasiswa bertindak dengan tidak memanfaatkan intelektualnya, berarti tak ada bedanya dengan masyarakat
biasa yang belum berkesempatan mengecap jenjang pendidikan tinggi . Seharusnya mahasiswa memiliki strategi
yang baik, agar tidak menimbulkan kerugian bagi masyarakat dan pendemo sendiri. Apalagi di saat kasus positif
pandemi Covid-19 masih sangat tinggi, tentu mengancam nyawa banyak manusia.

Mereka tak menyadari, sikap gegabah melakukan aksi demo bukan hanya merugikan diri sendiri, tetapi juga sudah
mengancam jiwa banyak orang. Karena kita sudah tahu, penyebaran virus ini sangat cepat dan bisa menularkan
kepada siapa saja tanpa pandang bulu.Lebih baik melakukan aksi demo dengan cara-cara lebih aman. Misalnya
menyampaikan pendapatnya dengan mengadakan konferensi pers secara virtual. Atau menyampaikan secara
langsung kepada lembaga terkait lewat surat terbuka dan lain sebagainya. Tentu akan lebih efekti.

Dengan kebijakan” yang baik ,terarah dan terencana ,mahasiswa dapat berpikir jernih dalam menyikapi
permasalahan ini. Apalagi bila demo disertai tindakan anarkis, mahasiswa seharusnya bisa berpikir lebih jernih
dan tidak mudah terpengaruh. Sebagai generasi muda, mahasiswa yang pintar dan baik tentu bisa cepat
memahami kondisi sebenarnya.
 PENGENALAN ISU ( TESIS )

kekhawatiran tentang penyebaran Covid-19 pada saat aksi demonstrasi mahasisiwa berlangsung akhirnya
terungkap. Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) Nizam
menyebutkan, ada 123 mahasiswa yang terkonfirmasi positif Covid-19 setelah melakukan unjuk rasa penolakan
Undang-undang Cipta Kerja.Data tersebut diketahui dari laporan Satuan Tugas Penanganan Covid-19.Terdeteksi di
Jakarta ada 34, di Medan ada 21, di Surabaya ada 24 dan di Bandung ada 13.Sebab itu, Kemendikbud melalui Dirjen
Dikti mengeluarkan imbauan agar mahasiswa tidak melakukan aksi unjuk rasa, sebab Indonesia sedang menghadapi
pandemi Covid-19.

 PENYAMPAIAN PENDAPAT ( ARGUMEN )

Sebaiknya mahasiswa melakukan kajian dan memberikan masukan-masukan dari hal-hal yang dinilai menjadi
keberatan terkait UU Cipta Kerja. Fakta ini membuktikan bahwa yang diperingatkan Tim Gugus Tugas Penanganan
Covid-19 maraknya aksi demo benar adanya, bukan untuk menakut-nakuti masyarakat yang akan berdemo
menolak UU Cipta Kerja. Artinya tidak ada unsur politis dalam imbauan itu.

Karena banyak anggapan masyarakat yang beredar di medsos, bahwa penyebaran Covid menjadi alat politik untuk
menakuti berbagai pihak, khususnya mahasiswa dan buruh yang akan berdemo. Bahkan DPR dan pemerintah
dituding sengaja buru-buru mengesahkan undang-undang di saat pandemi, agar ada alasan untuk melarang
masyarakat supaya tidak demo.

Sebagai masyarakat yang memiliki intelektual lebih dari warga biasa, seharusnya mahasiswa mengedepankan
pola pikir yang bijak, bukan mengedepankan emosional. Karena kondisi teknologi informasi canggih saat ini, sangat
banyak cara yang memungkinkan mahasiswa untuk menyampaikan pendapat.

Mahasiswa bisa memberi contoh yang baik kepada masyarakat dengan berbuat lewat kajian akademis. Karena bila
mahasiswa bertindak dengan tidak memanfaatkan intelektualnya, berarti tak ada bedanya dengan masyarakat
biasa yang belum berkesempatan mengecap jenjang pendidikan tinggi . Seharusnya mahasiswa memiliki strategi
yang baik, agar tidak menimbulkan kerugian bagi masyarakat dan pendemo sendiri. Apalagi di saat kasus positif
pandemi Covid-19 masih sangat tinggi, tentu mengancam nyawa banyak manusia.

Mereka tak menyadari, sikap gegabah melakukan aksi demo bukan hanya merugikan diri sendiri, tetapi juga sudah
mengancam jiwa banyak orang. Karena kita sudah tahu, penyebaran virus ini sangat cepat dan bisa menularkan
kepada siapa saja tanpa pandang bulu.Lebih baik melakukan aksi demo dengan cara-cara lebih aman. Misalnya
menyampaikan pendapatnya dengan mengadakan konferensi pers secara virtual. Atau menyampaikan secara
langsung kepada lembaga terkait lewat surat terbuka dan lain sebagainya. Tentu akan lebih efekti.
 PENEGASAN ULANG

Dengan kebijakan” yang baik ,terarah dan terencana ,mahasiswa dapat berpikir jernih dalam menyikapi
permasalahan ini. Apalagi bila demo disertai tindakan anarkis, mahasiswa seharusnya bisa berpikir lebih jernih
dan tidak mudah terpengaruh. Sebagai generasi muda, mahasiswa yang pintar dan baik tentu bisa cepat
memahami kondisi sebenarnya.

Anda mungkin juga menyukai