Anda di halaman 1dari 3

TUGAS KE-3

MANAJEMEN STRATEGI

Dosen Pengampu: Dr. Sunu Priyawan,M.S.Ak

Disusun oleh:

Sinta Nuria (1221900068)

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945

SURABAYA

2021/2022

3
PERTANYAAN

1. Mengapa para CEO lebih memperhatikan strategi yang kuat ketimbang laba yang
tinggi? Apa yang menjadi pertimbangan rasionalnya?
2. Apa yang menyebabkan PointCast dan Levi Strauss (kasus Fokus Strategi: Hitt.buku
1, hal. 10-11.) gagal menghasilkan laba yang diharapkan oleh para investornya? Apa
solusinya?
3. Apakah perusahaan yang mengabaikan etika bisnis dapat mencapai keunggulan
kompetitif dan daya saing strategis? Berikan argumentasi Anda.

JAWABAN

1. Strategi merupakan sejumlah tindakan yang terintegrasi dan terkoordinasi yang


diambil untuk mendayagunakan kompetisi inti serta memperoleh keunggulan
bersaing. Perusahaan perlu menerapkan suatu strategi dalam menjalankan
bisnisnya agar dapat mencapai daya saing strategis dan memperoleh laba tinggi. .
Dimana hal itu dapat kita lihat dari besarnya peranan manajemen strategi semakin
diakui pada masa sekarang dibandingkan dengan masa sebelumnya. Dalam
perekonomian global pergerakan barang dan jasa beredar secara bebas di berbagai
negara, sehingga perusahaan terus ditantang untuk semakin kompetitif.
Laba yang tinggi adalah pertanda bahwa konsumen menginginkan output yang lebih
dari industry/perusahaan.
Karena alasan itulah maka penting bagi ceo untuk menerapkan suatu strategi bisnis
dibandingkan dengan laba yang tinggi.
Yang menjadi pertimbangan rasionalnya adalah Keunggulan Daya Saing strategis
yaitu:
Adalah suatu keunggulan yang muncul ketika perusahaan menerapkan strategi
penciptaan nilai yang tidak dapat ditiru manfaatnya oleh perusahaan lain, atau terlalu
mahal biayanya untuk menirunya.
Keunggulan Daya Saing Strategis dapat dicapai ketika suatu perusahaan berhasil:
( Memformulasikan dan menerapkan strategi penciptaan nilai (a valuee-creating
strategy), ( Mengimplementasikan strategi yang tidak dapat ditiru oleh perusahaan
lain, atau bagi perusahaan terlalu mahal biayanya untuk meniru.

2. Berdasarkan (kasus Fokus Strategi: Hitt.buku 1, hal. 10-11.) Beberapa kesalahan


strategis telah membawa PointCast pada kejatuhan. Pertama perusahaan tersebut
telah membangun seluruh bisnisnya diseputar kepemilihan perangkat lunak. Selain

3
itu, dewan direktur perusahaan memutuskan bahwa perusahaan itu harus dipimpin
oleh seorang CEO yang berpengalaman lebih luas dan lebih dalam dari pada pendiri
pointcast sendiri, Christo pher R Hasset. Sementara itu, pihak manajemen berada
dalam kekacauan dan kehilanngan kontrol, selain itu sebagian besar pelanggan
PointCast beralih ke pesaing-pesaing dengan basis-Web seperti Yahoo! dan Excite.
Ditambah lagi dengan situasi bahwa perusahaan-perusahaan khawatir bahwa
perangkat lunak PointCast akan menghambat sistem internet mereka dengan terlalu
banyak informasi yang tidak berguna. Akhirnya PointCast tidak mampu mendapatkan
modal melalui IPO dan harus merekonfigurasi bisnisnya.
Mulai pada 1997, Levi Strauss mengumumkan rencana untuk menutup 29 pabrik di
Amerika Utara dan Eropa, yang berarti menghapus 16.310 pekerjaan. Penjualan
1998-nya menurun 13% dari tahun sebelumnya, tepatnya dibawah $6 juta. Pada
1996, Levi Strauss menjalani leveraged buyout (lbo). Sahamnya telah tumbuh dari
$2,53 per lembar pada 1985 menjadi lebih dari $265 per lembar pada 1996, Robert
Haasdan pemegang saham keluarga lainnya memutuskan untuk memiliki
perusahaan secara privat untuk memastikan bahwa perusahaan akan digerakkan
terutama oleh nilai-nilai sosial dan bahwa perusahaan tidak akan digerakkan oleh
laba semata. Bukti menunjukan bahwa Levi Strauss tidak memuaskan sasaran
labanya maupun tujuan sosialnya. Kenyataanya, banyak klaim telah salah ditangani
oleh merek Levi sejak 1990.
Adapun solusi dari permasalahan tersebut yaitu PointCast dan Levi Strauss harus
mampu menggunakan manajemen strategi dengan efektif.

3. Etika bisnis dalam perusahaan memiliki peran yang sangat penting, yaitu untuk
membentuk suatu perusahaan yang kokoh dan memiliki daya saing yang tinggi
(keunggulan kompetitif) serta mempunyai kemampuan menciptakan nilai yang tinggi
diperlukan suatu landasan yang kokoh. Etika bisnis di perusahaan menyangkut
hubungan perusahaan dan karyawan sebagai satu kesatuan dengan saling percaya
antara perusahaan dengan stakeholders, yang memungkinkan perusahaan
meningkatkan keuntungan jangka panjang. Berdasarkan keterangan di atas dapat
disimpulkan bahwa perusahaan yang mengabaikan etika bisnis tidak akan
mendapatkan keunggulan kompetitif dan daya saing strategi.

Anda mungkin juga menyukai