Anda di halaman 1dari 4

LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI TUMBUHAN DASAR (BIO241)

Nama : Sri Weni Kelompok :1

NIM : A24190073 Program Studi : Agronomi dan Hortikultura

Asisten : 1. Anora Tri Bahi (A24170069)

2. Yoppi Budiyanto (A24180166)

PENGARUH INTENSITAS CAHAYA DAN SUHU TERHADAP LAJU FOTOSINTESIS

Pendahuluan

Tumbuhan merupakan makhluk hidup autotrof. Artinya tumbuhan bisa


memproduksi sumber makanannya sendiri atau yang sering disebut dengan fotosintesis.
Fotosintesis adalah proses sintesis karbohidrat dari bahan-bahan anorganik (CO2 dan H2O)
pada tumbuhan berpigmen dengan bantuan energi cahaya matahari. Fotosintesis terdiri
atas 2 fase, yaitu fase  yang berlangsung pada grana dan menghasilkan ATP dan NADPH 2
serta fase  yang berlangsung pada stroma dan menghasilkan karbohidrat (Ai 2012). Secara
umum persamaan reaksi kimia dari proses fotosintesis sebagai berikut.

6 CO2 + 6 H2O  C6H12O6 + 6 O2

Berdasarkan reaksi fotosintesis tersebut, karbondioksida dan air merupakan substrat dalam
fotosintesis. Namun proses tersebut tidak bisa terjadi tanpa adanya pengaruh dari cahaya.
Menurut Setyanti et.al (2013), bahwa fotosintesis dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor
genetik dan faktor lingkungan. Faktor genetik meliputi perbedaan antara spesies, pengaruh
umur daun, dan pengaruh laju translokasi fotosintat. Faktor lingkungan meliputi
ketersediaan air, ketersediaan CO2, pengaruh cahaya, serta pengaruh suhu.

Cahaya menjadi faktor pembatas fotosintesis pada intensitas yang rendah. Pada
keadaan ini laju keseluruhan proses ditentukan oleh suplai energi cahaya. Selain itu, laju
difusi CO2 dalam sel dapat mengontrol laju fotosintesis secara keseluruhan. Sebagaimana
pada proses fotosintesis, karbondioksida merupakan substrat dalam reaksi tersebut. Hal
tersebut yang membuat konsentrasi karbondioksida amat penting dalam proses
fotosintesis. Jika cahaya dan konsentrasi CO2 menjadi faktor pembatas fotosintesis, maka
suhu tidak akan mempengaruhi fotosintesis atau sangat kecil pengaruhnya. Hal tersebut
disebabkan karena reaksi-reaksi fotokimia tidak peka terhadap suhu (Q10=0.1) dan difusi
mempunyai Q10=1.5.

Tujuan

Mempelajari pengaruh intensitas cahaya terhadap laju fotosintesis dengan


mengukur banyaknya O2 yang dikeluarkan.

Hasil dan Analisis Data

Pengamatan dilakukan pada tanaman Hydrilla sp. pada 20C, dan lampu LED 18
dipasang pada jarak yang berbeda yaitu percobaan 1,2,3,4,5 dan 6 dengan jarak 120cm,
90cm, 60cm, 30cm, 15cm, dan 8cm. Masing-masing percobaan dilakukan sebanyak 5
ulangan.

Tabel 1 panjang kolom udara pada mikro buret setelah 5 menit pengamatan (mm)

Percobaan Percobaan Percobaan Percobaan Percobaan Percobaan


Ulangan
1 2 3 4 5 6
1 1,2 3,8 5,6 6,4 6,5 6,7
2 1,1 3,9 5,7 6,3 6,7 6,5
3 1,2 4 5,6 6,2 6,4 6,6
4 1,2 3,7 5,7 6,3 6,4 6,7
5 1,3 3,7 5,8 6,2 6,5 6,7
Rataan 1,2 3,82 5,68 6,28 6,5 6,64
Gambar 1 Kurva pengaruh intensitas cahaya terhadap jumlah O2 yang dihasilkan

Pengaruh Intensitas Cahaya terhadap


Jumlah O2 yang Dihasilkan
7
Panjang kolom udara pada mikro buret

6
5
4
3
(mm)

Rataan
2
1
0
0 50 100 150
Jarak Lampu ke Tanaman

Berdasarkan tabel tersebut, percobaan 1 yaitu ketika tanaman dipasang pada jarak
120 cm memiliki panjang kolom udara pada mikro buret paling rendah yaitu 1,2 mm. Pada
jarak 90 cm panjangnya 3,82 mm. Jarak 60cm, 30cm, 15 cm, dan 8 cm masing-masing
panjangnya 5,68 mm, 6,28 mm, 6,5 mm dan 6,64 mm. Panjang kolom udara pada mikro
buret yang dihasilkan paling tinggi yaitu pada percobaan 6, tanaman terletak pada jarak
paling dekat yaitu 8 cm. Kurva pengaruh intensitas cahaya terhadap jumlah O2 yang
dihasilkan memperlihatkan bahwa semakin jauh jarak lampu ke tanaman, maka semakin
kecil panjang kolom udara pada mikro buret yang dihasilkan. Semakin dekat jarak tanaman
terhadap lampu maka semakin banyak pula cahaya yang diserap oleh tanaman sehingga
gelembung-gelembung berupa oksigen banyak dikeluarkan. Hal itu yang menjadikan ketika
tanaman semakin dekat dengan cahaya lampu, maka laju fotosintesisnya semakin cepat. Hal
tersebut dikarenakan semakin tinggi intensitas cahaya maka semakin banyak ATP yang
terbentuk, sehingga mempercepat fotosintesis (Lupitasari 2020). Menurut Rahmanda et.al
(2017), dalam penelitiannya menyatakan bahwa penurunan produksi pada naungan diatas
50% disebabkan oleh berkurangnya intensitas cahaya yang diterima tanaman sehingga
mempengaruhi hasil fotosintesis. Hal tersebut berarti bahwa intensitas cahaya berpengaruh
terhadap laju fotosintesis.

Laju fotosintesis dipengaruhi oleh intensitas cahaya karena proses fotosintesis hanya
akan terjadi jika adanya cahaya yang masuk melalui perantara pigmen hijau klorofil yang
terletak pada organel sitoplasma yaitu kloroplas (Rahmanda et.al 2017). Laju fotosintesis
akan berjalan maksimum ketika banyak cahaya yang masuk ke dalam lapisan daun. Cahaya
akan melewati lapisan epidermis tanpa warna dan yang transparan, menuju mesofil, tempat
terjadinya sebagian besar fotosintesis (Pertamawati 2010). Pada percobaan 1 sampai 3
tanaman berada pada jarak yang agak jauh dari cahaya lampu, sehingga tanaman kurang
mampu menyerap cahaya dan fotosintesis pun berjalan lambat. Berbeda dengan percobaan
4 sampai 6, tanaman berada pada jarak yang dekat dengan cahaya lampu sehingga tanaman
lebih mampu menyerap cahaya lampu tersebut. Hal tersebut menjadikan fotosintesis
berjalan cepat. Hal itu dibuktikan dengan tingginya panjang kolom udara pada mikro buret
yang dihasilkan. Selain cahaya, faktor lain yang mempengaruhi laju fotosintesis yaitu
konsentrasi karbon dioksida, persediaan air, kandungan klorofil, penimbunan hasil
fotosintesis, suhu, resistensi daun terhadap difusi gas bebas, dan faktor protoplasma
(Lupitasari 2020).

Kesimpulan

Intensitas cahaya berpengaruh terhadap laju fotosintesis. Semakin tinggi intensitas


cahaya yang diserap, maka semakin banyak pula gelembung O2 yang dikeluarkan sehingga
laju fotosintesis akan semakin cepat. Sebaliknya, semakin rendah intensitas cahaya yang
diserap, maka semakin lambat laju fotosintesis pada tanaman.

Daftar Pustaka

Ai NS. 2012. Evolusi fotosintesis pada tumbuhan. Jurnal Ilmiah Sains. 12(1): 28-34.

Lupitasari D, Melina M, Kusumaningtyas VA. 2020. Pengaruh cahaya dan suhu berdasarkan
karakter fotosintesis Ceratophyllum demersum sebagai agen fitoremediasi. Jurnal
Kartika Kimia. 3(1) :33-38.

Pertamawati. 2010. Pengaruh fotosintesis terhadap pertumbuhan tanaman kentang


(Solanum tuberosum L.) dalam lingkungan fotoautotrof secara invitro. Jurnal Sains
dan Teknologi Indonesia. 12(1): 31-37.

Rahmanda R, Sumarni T, Tyasmoro SY. Respon dua varietas kedelai (Glycine max (L.) Merr)
terhadap perbedaan intensitas cahaya pada sistem agroforestry berbasis sengon.
Jurnal Produksi Tanaman. 5(9): 1561-1569.

Setyani YH, Anwar S, Slamet W. 2013. Karakteristik fotosintetik dan serapan fosfor hijauan
alfafa (Medicago sativa) pada tinggi pemotongan dan pemupukan nitrogen yang
berbeda. Animal Agriculture Journal. 2(1): 86-96.

Anda mungkin juga menyukai