Anda di halaman 1dari 46

Pengelolaan Air

Pada Pertambangan Batubara


PT Adaro Indonesia
Oleh Patmo Nugroho

WEBINAR Hidrologi dan Hidrogeology Tambang Pada Perencanaan Operasi Hingga Pasca Tambang
Prodi S1 Teknik Pertambangan Universitas Mulawarman
17 September 2020
Outline

Profile dan Proses Penambangan PT Adaro Indonesia


Latar Belakang
Keberadaan Air
Inventarisasi Data
Pengelolaan Air Tanah
Pengelolaan Air Permukaan
Inovasi

2
Profile PT Adaro Indonesia 85 km Coal Haul
Road

Kelanis

PKP2B Generasi I dgn luasan 31.200,00 Ha.


Ditetapkan Tgl. 16 Nov 1982.
Batubara Jenis Sub-Bituminus.
Kalori 4.300 – 5.800 kcal/kg.

envirocoal ;
Kandungan Belerang 0,1%.
Kadar Abu berkisar 1%.

Kalimantan Selatan & Tengah

Pelabuhan
IBT – Pulau Laut
Tabuneo

3
Proses Penambangan

4
Latar Belakang

Wara

Tutupan

Bukaan Tambang dengan;


1. Kedalaman tambang yang
terdalam mencapai 300m
dan panjang tambang
mencapai 16km Tambang
Tutupan
Paringin 2. Tangkapan air (catchment
area) 17.190 Ha dengan
menghasilkan air + 450 Juta
m3.
5
Latar Belakang

• Dasar Hukum Baku Mutu Air:


– UU No.32 Tahun 2009 tentang Lingkungan Hidup,
– Kepmen LH No. 113 tahun 2003,
– PerGub KalSel No.36 Tahun 2008 (khusus Kalsel).

Standart Baku
Mutu Air yang
keluar ke perairan
umum (TSS)

6
Keberadaan Air

Keberadaan Air Pada


Pertambangan

Air Bawah Permukaan Air Permukaan


(Hidrogeologi) (Hidrologi)

Dampak jika tidak dikelola dengan baik: Dampak jika tidak dikelola dengan baik:

1. Potensi lereng tambang longsor, sehingga 1. Potensi tambang tenggelam/banjir, sehingga


sumber daya Mineral atau Batubara tidak bisa sumber daya Mineral atau Batubara tidak bisa
diambil dan juga resiko keselamatan manusia diambil.
dan alat yang ada didalamnya, karena Airtanah 2. Terjadinya pencemaran terhadap lingkungan
yang relatif tinggi atau yang bertekanan tinggi perairan akibat aktivitas penambangan
akan sangat mempengaruhi kestabilan
dinding/lereng tambang”

Jadi pengelolaan air tambang yang baik dan benar wajib dilakukan untuk
keberhasilan operasional penambangan
7
Inventarisasi Data

Inventarisasi Data

Air Bawah Permukaan Air Permukaan


(Hidrogeologi) (Hidrologi)

1. Data struktur geologi 1. Data curah hujan (BMKG & Pengukuran diarea
2. Data litologi pemboran dan Pemetaan tambang)
3. Karakteristik hidrogeologi & Parameter fisik 2. Daerah aliran sungai (DAS)
lapisan batuan 3. Topografi dan rencana desain tambang (5y,
4. Karakteristik litologi batupasir kuarsa LOM)
5. Target MAT pada lereng yang stabil

8
Pengelolaan
Airtanah
Inventarisasi Data

1. Identifikasi Struktur Geologi (Geologi Regional & Local)

Kondisi struktur geologi dapat di gunakan


untuk menginterpretasikan :

Potesi pelamparan airtanah yang akan


terganggu, khususnya airtanah dalam.
Jenis akifer, apakah akuifer bebas
atau akifer tertekan.

Dampak positif dan negatif dari kondisi


geologi:

Dampak positif, potensi tidak


terganggunya airtanah dalam, yang
berada di luar aktivitas penambangan.

Dampak negatif, mempunyai resiko


tinggi terhadap longsor

10
Inventarisasi Data

2. Data Pemboran & Pemetaan geologi (Penampang Pemodelan geologi)

Keterangan :
LW HW
Batulempung Batupasir Batubara

Kemiringan perlapisan yang relative terjal pada,


- Tambang tutupan sekitar 20 – 70 degree,
- Tambang Wara sekitar 25 – 30 degree dan
Tambang Tutupan - Tambang Paringin sekitar 20 – 65 degree.

Terdiri atas 3 litologi utama :


LW HW
- Batupasir kuarsa (sandstone) mendominasi di
sisi Lowwal (LW) pada tambang Tutupan &
Wara, dengan tebal tiap lapisan:
- Tutupan 0.9 – 59.9m,
- Wara 0.67 – 20.2 dan
- Paringin 0.3 – 4.8m
- Batulempung / Batulumpur (mudstone),
Tambang Wara mendominasi di area Highwall (HW) dan sisi
Lowwal (LW) jauh dari lereng.
- Batubara (coal), material product.
LW HW

Tambang Paringin
11
Inventarisasi Data

3. Karakteristik Hidrogeologi
Karakteristik hidrologi lapisan pembentuk lereng tambang:
- Batupasir kuarsa (sandstone), sebagai lapisan akifer,
- Batulempung / Batulumpur (mudstone), sebagai lapisan impermiable
- Batubara (coal), juga sebagai lapisan akifer.

Dan jenis akifer pada lapisan batupasir adalah akifer dalam tertekan.
Sedangkan untuk dangkalnya tersebar di seluruh permukaan dengan kedalaman 3m – 25m pada lapisan batuan yang
mengalami pelapukan (SOIL) berdasarkan kajian hidrogeologi.

Parameter fisika lapisan batuan hasil pengujian pemompaan & infiltrometer :

12
Inventarisasi Data

4. Karakteristik lithologi batupasir kuarsa (akifer)

Karakteristik lapisan batupasir yang berfungsi sebagai akifer,


sementasi sangat rendah sampai tanpa sementasi (mudah
dipecah dengan tangan) dan mudah tererosi oleh air

Ukuran butir, pasir halus dengan ukuran 0.6 -1.18 mm (54,43%)

Hasil Sieve analisis

13
Inventarisasi Data

5. Target MAT pada lereng tambang stabil (Hasil simulasi analisa kestabilan lereng)
1). Kondisi Bedding Dip < 45° pada area Low Wall
Acuan target MAT yang dipersyaratkan pada
lereng tambang pada sisi LW yang mempunyai
lapisan akifer (batupasir kuarsa) yang
dominan, yaitu: LW Tambang Tutupan dan
Tambang Wara

Perhitungan target dewatering airtanah adalah


perbedaan antara MAT actual terhadap target
MAT pada lereng tambang stabil.

Contoh : Profile MAT aktual


2). Kondisi Bedding Dip > 45° pada area Low Wall

14
Pengelolaan Airtanah

Upaya Penstabilan Lereng Tambang dengan Proses Penyaliran (Dewatering)


A. Perencanaan target kedalaman bor & jumlah titik dewatering
Untuk antisipasi kegagalan saat instalasi alat dewatering, yang disebabkan :
1. Lapisan akifer yang cukup tebal 200 – 240m dan sifat batupasir yang lepas (loose),
2. Tekanan airtanah yang sangat tinggi (Artesis).
Maka perlu dilakukan pembagian target kedalaman akifer dalam pemboran (Gambar).
Jumlah titik dewatering tegantung target MAT dan debit airtanah yang akan dikeluarkan → base on pemodelan hidrogeologi

Pembagian target kedalaman bor

Tebal Horizontal 270 – 330m

3. >150m
2). 150m
1). 75m

Tebal sebenarnya 200 – 240m

15
Pengelolaan Airtanah

B. Metode dewatering ada 2 (Adaro):


1. Incline drainhole (bor miring), dilakukan pada lantai tambang yang paling dalam (bottom pit).

Kriteria & Dimensi lubang bor :


- Pengeboran secara miring dan tegak lurus dengan kemiringan perlapisan
- Interval per 16 – 20m secara vertical dan 50m secara horizontal sampai flowrate optimal.
- Target lapisan akifer 1 dan 2
- Diameter lubang bor 5 inch dan casing untuk install drainhole 4 inch
- Diameter PVC drainhole 2 inch

PVC Screen
Model Incline Drainhole
16
Pengelolaan Airtanah

Pemboran Incline drainhole (bor miring)

Hal yang diperhatikan :


1. Spec bor mampu kedalaman 300m
diameter PQ (tergantung target
kedalaman yang akan di dewatering.
2. Sudut kemiringan bor tegak lurus dengan
kemiringan perlapisan

17
Pengelolaan Airtanah

B. Metode dewatering ada 2 (Adaro):


2. Well pumping (Vertikal drilling), dilakukan pada akifer yang tidak terjangkau oleh incline drainhole dan juga untuk
mempercepat proses
penurunan muka airtanah.

Kriteria & Dimensi lubang bor :


- Pengeboran secara vertical
- Target lapisan akifer 3 atau yang tidak tejangkau oleh incline drainhole
- Diameter lubang bor 17 inch dan casing untuk install well pump 8 inch
- Diameter PVC drainhole 2 inch

Dewatering well (Submersible)


18
Photo Pumping Well
Pengelolaan Airtanah

C. Pemantauan Muka Airtanah (Adaro):


1. Standpipe Piezometer, alat untuk memonitoring elevasi airtanah

Kriteria & Dimensi lubang bor :


- Pengeboran secara vertical
- Interval per 400 - 500m secara horizontal – longstraike
- Target lapisan akifer dan bukan akifer
- Diameter lubang bor 4 inch
- Diameter PVC standpipe piezometer 1 1/4 inch

Spoil
Water Level
Sealing

Gravel

Screen

Model Standpipe Piezometer Photo Pengukuran Standpipe Piezometer 19


Pengelolaan Airtanah

C. Pemantauan Muka Airtanah (Adaro):


2. Vibrating Wire Piezometer (VWP), alat untuk memonitoring elevasi airtanah dan tekanan pori airtanah.

Kriteria & Dimensi lubang bor :


- Pengeboran secara vertical
- Interval per 400 - 500m secara horizontal – longstraike dan down dip beberapa menunjukkan terkorelasi
- Target lapisan akifer dan bukan akifer, dalam 1 hole dapat diinstal 1 – 3 VWP untuk lapisan yang berbeda
- Diameter lubang bor 4 inch
- Diameter PVC untuk penempatan sensor 1 inch

Read out Logger

Cable sensor

Water
Level

Grouting
material
Vibrating sensor
Sensor VWP

Model Vibrating Wire Piezomter Photo Pengukuran Vibrating 20


Pengelolaan Airtanah

Contoh Data pengukuran muka airtanah VWP328 - 329 :

Data pengukuran muka air


tanah VWP328 – 329 selama 6
tahun (1 hole dipasang 2
sensor) titik permukaan elevasi
-88.12

Posisi sensor VWP328 di


elevasi -151.12 dan data
pengukuran muka airtanah
di elevasi -151.53 (finished)

Posisi sensor VWP329 di


RL-198.12 dan data
pengukuran muka airtanah
terakhir sebelum rusak oleh
sekuen penambangan di
RL-153.17

21
Pengelolaan Airtanah

D. Peta sebaran alat pantau Muka Airtanah (Adaro):

Jumlah total (aktif dan


rusak) alat monitoring air
tanah yang sudah
terpasang;

Pit Tutupan 745 alat


Pit Wara 98 alat
Pit Paringin 20 alat

22
Pengelolaan Airtanah

E. Evaluasi target penurunan muka air tanah dan debit penyaliran air tanah (Tutupan)

Beda tinggi antara muka airtanah terhadap


Aktif Tambang
lantai tambang pada area active tambang
28.97 m – 45,65m.

Aktif Tambang
Dewatering air tanah mulai berkurang
IPD menjadi 25 – 20 lt/detik, karena sudah mulai
IPD dilakukan IPD dan sekuen tambang meluas
ke arah HW.

IPD

23
Pengelolaan
Air Permukaan
Pengolahan Data Air Permukaan

1. Penentuan Curah Hujan Rencana


PERHITUNGAN CURAH HUJAN RENCANA
Jumlah Sample (n) : 16

No. Tahun
Curah Hujan Max -
(X - Xbar)^2 m P Yn Ynbar (Yn - Ynbar)^2
Metode analisis periode ulang hujan (PUH)
X (mm/hari)
dengan metode Gumble.
1 1998 92.00 632.05 5 0.294118 -0.20194 0.52 0.51
2 1999 65.00 2718.64 1 0.058824 -1.04141 0.52 2.42
3 2000 95.00 490.21 6 0.352941 -0.04062 0.52 0.31 Adaro;
4 2001 79.00 1454.71 2 0.117647 -0.76084 0.52 1.63 1. Perencanaan settling pond (SP) hujan
5 2002 173.00 3120.27 15 0.882353 2.078137 0.52 2.44
849.18
maksimum PUH 100 tahun
6 2003 88.00 4 0.235294 -0.36944 0.52 0.78
7 2004 95.50 468.32 7 0.411765 0.119569 0.52 0.16 2. Perencanaan Sump di Pit menggunakan
8 2005 123.00 34.33 11 0.647059 0.831678 0.52 0.10 hujan maksimum PUH 5 tahun.
9 2006 83.50 1131.69 3 0.176471 -0.55078 0.52 1.14
10 2007 157.00 1588.77 13 0.764706 1.315784 0.52 0.64
11 2008 115.00 4.58 9 0.529412 0.452574 0.52 0.00 Nilai curah hujan rencana untuk simulasi
97.21
12 2009 127.00 12 0.705882 1.054672 0.52 0.29 kejadian extrim yang digunakan Adaro;
13 2010 114.50 6.97 8 0.470588 0.282666 0.52 0.05
14 2011 165.00 2290.52 14 0.823529 1.639093 0.52 1.26
1.Inpit 140mm/day
15 2012 121.75 21.25 10 0.588235 0.633694 0.52 0.01 2.Outpit 223mm/day
16 2013 180.00 3951.30 16 0.941176 2.803054 0.52 5.23
Jumlah 1874.25 18860.00 8.25 16.99
Dan nilai hujan rencana untuk perhitungan
Rata-Rata 117.14
pengelolaan air tambang 2900 mm/year
Reduced Standar Deviasi (Sn) : 1.03
Standar Deviasi (S) : 35.46
Reduced Mean (Yn) : 0.52

Periode Ulang (Tahun) 2 3 4 5 6 7 8 9 10


Reduced Variate (Yt) 0.37 0.90 1.25 1.50 1.70 1.87 2.01 2.14 2.25
Reduced Variate Factor (k) -0.13 0.40 0.75 1.00 1.20 1.37 1.51 1.64 1.75
Curah Hujan Rencana (Xt) 112.41 131.42 143.59 152.60 159.76 165.71 170.80 175.25 179.20

Periode Ulang : 5 tahun 25


Hujan Rencana : 152.60 mm/hari
Pengolahan Data Air Permukaan

2. Penentuan Catchment Area

Pembuatan catchment area dapat


dengan:
1. Digitasi manual atau
2. Dengan deleniasi menggunakan
software:
WMS & ArcGis

Perhitungan Catchment Area (Ha)


WARA 968.39
Inpit Tutupan 4007.5 5523.91
Paringin 548.02
17190.91
WARA 2536
Out Pit Tutupan 8171 11667
Paringin 960

26
Pengolahan Data Air Permukaan

3. Penentuan Koefisien Run off

Penentuan run off digenerate dengan model


Arc Gis berdasarkan input data Jenis
batuan/tanah, kemiringan lahan, tataguna
lahan.
Dan berdasarkan tabel koefisien run off Rudy
Sayoga, 1993

27
Pengolahan Data Air Permukaan

4. Perhitungan Kapasitas Badan Sungai Penerima

“Agar debit keluaran Settling Pond (SP) tidak menimbulkan banjir pada sungai penerima outlet Settling Pond (SP)
tersebut”
Perhitungan kapasitas badan air penerima dapat dilakukan dengan cara:
Perhitungan hidrolika manual dengan pengukuran laju aliran dan luas penampang saluran atau
Modelling dengan software Hec Ras

Pemetaan DAS terpengaruh:

Sungai Tutupan
Sungai Dahai
Sungai Kanio
Sungai Belerang
Sungai Paran

28
Pengolahan Data Air Permukaan

5. Perhitungan debit limpasan (run off)

Pendekatan Perhitungan Debit limpasan dengan Metode Rasional:


Q = C.I.A
Q = debit limpasan (m3/detik)
C = koefisien limpasan
I = intensitas hujan maksimum (mm/jam)
A = area tangkapan hujan (Ha)

Perhitungan Debit Limpasan


Lokasi Area Tangkapan Hujan (A) Curah Hujan (I) Koefisien Debit Limpasan (Q)
Ha mm/year Limpasan (C) m3/year
WARA 968.39 2900 0.9 2,527,498
Inpit Tutupan 4007.5 2900 0.9 10,459,575
Paringin 548.02 2900 0.9 1,430,332
WARA 2536 2900 0.9 6,618,960
Out Pit Tutupan 8171 2900 0.9 21,326,310
Paringin 960 2900 0.9 2,505,600
Total Debit Limpasan 44,868,275.10

29
Rekomendasi Teknis Pengelolaan Air Tambang

1. Dimensi Fasilitas Penampungan dan Pengelolaan Air Tambang (Sump Tambang)

(2) Pumping system with intermediate sump


Dimensi
Tinggi 8 - 18m, slope 30 – 40 degree
Kapasitas tampung berdasarkan luasan run
off, curah hujan puncak PUH 5 th, dan jumlah
sedimentasi sampai masa periode
maintenance.
Posisi sump terdapat pada pit terdalam dan
beberapa di intermediate sump.
(1) Direct Pumping system Sistem pemompaan yang digunakan di AI:
1. Direct Pumping
2. Multi stage pumping dengan intermediate
(3) Multi stage pumping system sump
3. Multi stage pumping

Dan jumlah pompa untuk mengelola air 14.4 jt m3:


1. South Tutupan 43 pompa
2. North Tutupan 26 pompa
3. Wara 2 pompa
4. Paringin 8 pompa
Kapasitas pompa 700 m3/jam

30
Rekomendasi Teknis Pengelolaan Air Tambang

2. Dimensi & Jenis Saluran Penyaliran

Dimensi saluran penyaliran


Control Box : dibuat per box panjang 100 – 200 dengan jumlah 4
– 5 box secara seri atau parallel tinggi 2 – 4 m yang digunakan
untuk mengendapkan solid dari out let pompa tambang.

Ditch/ Open Channel : dibuat berjenjang dengan tinggi 4m, lebar


bench 4m slope 20 – 35 degree dan lebar dasar menyesuikan
luasan run off, dengan grade 1 – 2 %. diarea tambang biasanya
diaplikasikan dalam bentuk:
▪ Pit Outer Drainage

▪ Drainase disposal

▪ Drainase utama menuju settling pond

▪ Drainase jalan hauling, dll.

31
Rekomendasi Teknis Pengelolaan Air Tambang

2. Dimensi & Jenis Saluran Penyaliran

Dimensi saluran penyaliran


Culvert: diameter menyesuaikan luasan run off dan digunakan
untuk menyeberangkan aliran air melewati jalan, tanggul dsb.
Bahan-bahan yang digunakan untuk culvert/ gorong-gorong:
▪ Pipa Besi

▪ Silinder beton

▪ Box culvert beton

▪ Pipa Corrugated, dll.

Drop Structure: dibuat dengan dimensi seperti open chennel,


dengan pemasangan drop structure pada setiap beda tinggi 2m,
digunakan untuk meminimalkan erosi.
Bahan-bahan yang digunakan:
▪ Bronjong

▪ Beton

▪ Ban-ban bekas

32
Rekomendasi Teknis Pengelolaan Air Tambang

3. Dimensi Fasilitas Penampungan dan Pengelolaan Air Tambang (Settling Pond - SP)

Dimensi
Tinggi 2.4 – 6m,
F Kapasitas tampung berdasarkan
luasan run off, curah hujan puncak
PUH 100 th, debit pompa dari
tambang dan jumlah sedimentasi
sampai masa periode maintenance.
B C D E Komponen setting pond (SP) terdiri
A
A. Sediment Pond
B. Safety Pond
C. Treatment facilities (Floating inlet,
flokulator, bak chemical, saluran
slow mixing)
D. Mud Pond
E. Titik Pentaatan
F. Drying Pond

33
Rekomendasi Teknis Pengelolaan Air Tambang

A). Sediment Pond

Sediment Pond berfungsi untuk A


mengendapkan material yang relatif berat /
besar dengan ukuran 0.01 mm s/d 1 mm
secara gravitasi tanpa penambahan bahan
kimia.

Type sediment: gravel, sand, sandy silt

Lokasi

• Berada di awal proses pengolahan (sebelum air ditambahkan bahan kimia)

Proses

• Pengendapan material kasar (Coarse Solid Reduction)


• Pengurangan Kecepatan Aliran (Velocity reduction)

Kriteria Desain

• Panjang jalur pengendapan sesuai target ukuran partikel yang akan diendapkan
• Kecepatan air optimal untuk menghindari terjadinya clogging (jika terlalu lambat) ataupun erosi
(jika terlalu cepat)
• Dimensi dan jumlah kolam menyesuaikan rencana metode dan skedul maintenance
34
Rekomendasi Teknis Pengelolaan Air Tambang

B). Sefety Pond

Safety Pond berfungsi untuk menampung B


sementara air limbah yang dihasilkan dari
curah hujan maksimum dalam jangka waktu
pendek.

Type sediment: silt, silty clay, clay

Lokasi

• Setelah sediment Pond, sebelum intake menuju mud pond

Proses

• Tampungan (Storage)
• Pengendali banjir
• Penyeragaman (Equalization)

Kriteria Desain

• Mampu menahan debit runoff dan pompa saat hujan tinggi berdasarkan
Periode Ulang Rencana
• Memungkinkan untuk mengalirkan air secara grafitasi ke mud pond
• Tersedia dead storage untuk tampungan lumpur sesuai dengan umur
rencana atau rencana maintenance 35
Rekomendasi Teknis Pengelolaan Air Tambang

C). Fasilitas Treatment


Fasilitas Treatment berfungsi sebagai fasilitas
C
pengaturan debit dan lokasi penambahan
bahan kimia (flokulan/koagulan/Ph adjuster)
yang memungkinkan terjadinya proses
pengadukan dengan air yang akan di olah
baik pengadukan cepat (rapid mixing)
maupun pengadukan lambat (slow mixing).

Lokasi

• Berada diantara safety pond dan mud pond

Proses

• Pengaturan debit
• Injeksi bahan kimia

Kriteria Desain

• Terapat pengaturan debit


• Tersedia flokulator (tempat injeksi bahan kimia)

36
Rekomendasi Teknis Pengelolaan Air Tambang

Fasilitas Treatment

Water balance di kontrol di treatment facility.


Perhitungan kapasitas treatment dengan mempertimbangkan:
1. Rencana debit outlet Settling Pond (SP)
2. Rencana jumlah dan dimensi mudpond
3. Rencana jumlah dan dimensi pipa underflow (pipa penghubung
safety pond ke slow mixing)

37
Rekomendasi Teknis Pengelolaan Air Tambang

D). Mud Pond


Mud Pond berfungsi memisahkan air dengan
D
endapan yang terbentuk dari proses
pencampuran bahan kimia berupa koagulan
dan flokulan dengan air limbah.

Lokasi

• Berada setelah fasilitas slow mixing dan sebelum titik pentaatan

Proses

• Pengendapan suspended solid


• Injeksi bahan kimia

Kriteria Desain

• Pengaturan debit
• Tersedia flokulator (tempat injeksi bahan kimia)

38
Rekomendasi Teknis Pengelolaan Air Tambang

E). Titik Pentaatan


Titik pentaatan berfungsi sebagai titik dimana
E
perusahaan harus taat terhadap baku mutu
air limbah sesuai peraturan yang berlaku
sekaligus sebagai tempat dilakukannya
monitoring dan sampling air dari hasil
pengolahan limbah.

KepMen LH No Peraturan Gubernur


113 Tahun 2003 Kalsel No 36 Tahun
Parameter Satuan
2008
Kadar Maksimum
pH 6-9 6-9
Residu Tersuspensi mg/ L 400 200
Besi (Fe) Total mg/ L 7 7
Mangan (Mn) Total mg/ L 4 4
Kadmium (Cd) mg/ L 0.05

39
Rekomendasi Teknis Pengelolaan Air Tambang

F). Drying Pond F

Drying Pond berfungsi sebagai tempat untuk


penirisan lumpur buangan dari proses
maintenance settling pond hingga dapat di
lakukan proses trucking ke area disposal /
timbunan Overburden (OB).

Lokasi

• Berada disekitar area setlling pond yang akan dilakukan maintenance

Proses

• Penirisan slurry (lumpur cair)

Kriteria Desain

• Kapasitas mempertimbangkan volume lumpur yang akan dimaintenance untuk 6 bulan.


• Berada dalam area yang tidak terlalu jauh dari settling pond

40
Rekomendasi Teknis Pengelolaan Air Tambang

4. Peta Pengelolaan Air Tambang

SP 4 Wara Air Tambang + 450 Juta m3


2 Line (2
Water)
Jumlah tampungan di luar
tambang:
WDNWR

SP 3 Wara ▪ 14 Settling pond


4 Line (4 WDWR
WARA_NT
Water)
WARA_CT
SP N3 ▪ 2 void bekas tambang
SP 2 Wara 8 Line (7
Water, 1
Pit 1 Wara Pit 1 Wara 20 Line (20
Mud)
▪ 2 tampungan lumpur.
5 Line (5 4 Line (4 Water)
Water) WDNW
Water)
A S34_T Jumlah tampungan di dalam
I
S34_B tambang:
NORTH
Hill 11 Kolam RL-80
▪ 13 Sump di Tutupan
9 Line (5 SOUTH Lumpur ROM
IPD_ST
Junction
Water, 4
15 (3 Mud) ▪ 2 Sump di Wara
Mud) IPD_CT
SP 13B HW ▪ 3 Sump di Paringin
CENTRA
2 Line (2 HW4 L
Water) HW23
SP 10 HW ▪ Dengan 72 pompa air
HW1 10 Line (10
Water) HW6
dan 9 pompa lumpur
PARINGI
N SP 6C HW SP 3/4C HW SP 9 HW
8 Line (6 11 Line (8 10 Line (10
Water, 2 Water, 3 Water)
SP 2D ParinginMud) Mud)
8 Line (8
Water) 41
Inovasi
Pengelolaan Lumpur

Metode penangan lumpur dimana


sludge + polimer khusus dan
dipompa ke dalam wadah untuk
dipisahkan padatan dan air
jernihnya. Sg 1,2 – 1,3

Diadaro mulai tahun 2016

Efektivitasnya:
Tidak memerlukan tempat
yang luas.

Dapat dikerjakan di musim


kemarau

43
Pengolahan Air Permukaan Menjadi Air Bersih

WTP300
Uji laboratorium - Sucofindo

Debit produksi 20 lt/detik.

Sudah didistribusikan di 3 desa Ring I yang


terdampak oleh aktivitas penambangan.

44
Pemanfaatan Air Tambang

Bekas Pit Kolam ujicoba budidaya Hasil budidaya

▪ Uji coba budidaya ikan nila BEST (Bogor Enhanced Strain Tilapia)
memanfaatkan Air Bekas Galian tambang. Bekerjasama dengan
LIPI Limnologi Cibinong Bogor.
▪ Tujuan dari kerjasama ini adalah untuk memberikan sesuatu yang
terbaik kepada masyarakat sekitar tambang sebagai :
1. Salah satu program pengembangan masyarakat.
2. Sebagai salah satu program pasca tambang melalui usaha
perikanan.
Terimakasih…

Anda mungkin juga menyukai