Anda di halaman 1dari 7

Learning Object

1. (106)
Apa yang dimaksud Kurikulum Berbasis Kompetensi?
Jawaban: KBK adalah suatu konsep kurikulum yang menekankan pada
aspek pengembangan kemampuan kompetensi tuga-tugas dengan standar
tertentu sehingga hasilnya dapat dirasakan oleh peserta didik berupa
penguasaan terhadap seperangkat kompetensi antara lain sperangkat
pengetahuan, kemampuan, sikap dan minat peserta didik agar dapat
melakukan sesuatu dalam bentuk kemahiran dalam belajar dengan penuh
tanggung jawab.
(sumber: Model-model pembelajaran dalam kurikulum berbasis kompetensi
KKNI di perguruan tinggi_2017)
2. (047)
Apa yang harus disiapkan atau dikuasai mahasiswa untuk melaksanakan
Kurikulum Berbasis Kompetensi?
Jawaban: Hal-hal yang harus disiapkan mahasiswa untuk melaksanakan
Kurikulum Berbasis Kompetensi yaitu, pencapaian suatu penguasaan
ilmu,merancang pembelajaran yang disusun dan ditata berdasarkan urutan
logika, Kemampuan dan Ketrampilan SDM akademik dan non akademik
yang handal dan profesional dan proses pembelajaran yang baik.
(sumber: Model-model pembelajaran dalam kurikulum berbasis kompetensi KKNI
diperguruan tinggi_2017)
3. (042)
Apa manfaat yang didapatkan dari kurikulum berbasis kompetensi bagi
mahasiswa?
Jawaban:
1. Dalam proses pembelajaran, mahasiswa memiliki tanggung jawab mulai dari
perencanaan, monitoring, dan evaluasi proses belajar mereka sendiri
2. Dalam diskusi tutorial, mahasiswa didorong untuk berinteraksi satu sama lain,
melalui interaksi dengan sesama anggota kelompok, mahasiswa akan mampu
membentuk suatu pemahaman baru tentang suatu permasalahan.
3. Proses pembelajaran dengan sistem PBL akan memfasilitasi mahasiswa untuk dapat
belajar dengan permasalahan yang bersifat nyata, masalah yang nantinya akan sering
mereka jumpai pada saat pendidikan klinik dan pada saat mereka menjadi dokter.

(sumber: Penerapan problem based learning (PBL) dalam kurikulum berbasis


kompetensi_ JMJ, Volume 4, Nomor 1, Mei 2016, Hal: 95 –100)
4. (106)
Apa yang menjadi tantangan bagi IPDG dalam melaksanakan Kurikulum
Berbasis Kompetensi?
Jawaban: Sekarang ini banyak permintaan dari pemangku kepentingan bagi istitusi
pendidikan tinggi untuk mempersiapkan individu untuk menghadapi tantangan yang
dihadapi di tempat kerja saat ini dan di masa depan. Institusi pendidikan sekarang
semakin ditantang untuk meyakinkan para pemangku kepentingan tentang penambahan
nilai yang mereka berikan pada pengetahuan, keterampilan, dan sikap siswa. Permintaan
dari para pemangku kepentingan inilah yang mengarahkan penekanan pada pendidikan
berbasis kompetensi
(sumber: Profil alumni fakultas kedokteran universitas lampung dengan kurikulum
berbasis kompetensi: sebuah tracer study_hlm.32_2018)
5. (043)
Standar kompetensi apa saja yang harus dimiliki Institusi Pendidikan dokter
gigi dalam melaksanakan Kurikulum Berbasis Komptensi?
Jawaban: Standar kompetensi yang harus dimiliki Institusi Pendidikan Dokter Gigi
dalam melaksanakn Kurikulum Berbasis Kompetensi adalah berbagai kriteria yang harus
dicapai oleh setiap lulusan Institusi Pendidikan Dokter Gigi di Indonesia agar para
lulusannya dapat memberikan pelayanan kepada masyarakat dengan mutu yang hampir
sama. Kompetensi tersebut merupakan Kompetensi Dokter Gigi Indonesia yang teridiri
dari Domain, Kompetensi Utama dan Kompetensi Penunjang dengan rincian:
- Domain I : Profesionalisme
Melakukan praktik di bidang kedokteran gigi sesuai dengan keahlian, tanggung
jawab kesejawatan, etika dan hukum yang relevan.
- Domain II : Penguasaan Ilmu Pengetahuan Kedokteran dan Kedokteran Gigi
Memahami ilmu kedokteran dasar dan klinik, kedokteran gigi dasar dan klinik
yang relevan sebagai dasar profesionalisme serta pengembangan ilmu
kedokteran gigi
- Domain III : Pemeriksaan Fisik Secara Umum dan Sistem Stogmatonatik
Melakukan pemeriksaan, mendiagnosis, dan menyusun rencana perawatan untuk
mencapai kesehatan gigi dan mulut yang rpima melalui tindakan promotive,
preventif, kuratif dan rehabilitatif.
- Domain IV : Pemulihan Fungsi Sistem Stogmatonatik
Melakukan pemulihan fungsi system stogmatonatik melalui penatalaksaan
klinik.
- Domain V : Kesehatan Gigi dan Mulut Masyarakat
Menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat menuju kesehatan gigi dan
mulut yang prima.
- Domain VI : Manajemen Praktik Kedokteran Gigi
Menerapkan fungsi manajemen dalam menjalankan praktik Kedokteran Gigi.
(sumber: Standar Kompetensi Dokter Gigi (www.kki.go.id))
6. (044)
Apa saja prinsip-prinsp yang diterapkan dalam KBK itu sendiri?
Jawaban:
1. Prinsip relevansi
Secara internal, kurikulum memiliki relevansi antara komponen kurikulum (tujuan,
bahan, strategi, organisasi, dan evaluasi). Sedangkan secara eksternal komponen itu
memiliki relevansi dengan tuntutan sains dan teknologi (relevansi epistemologis),
tuntutan dan potensi siswa (relevansi psikologis), serta tuntutan dan kebutuhan
pengembangan masyarakat (relevansi sosiologis), Maka dalam membuat kurikulum harus
memperhatikan kebutuhan lingkungan masyarakat dan siswa di sekitarnya, sehingga
nantinya akan bermanfaat bagi siswa untuk berkompetisi di dunia kerja yang akan datang.
Dalm realitanya prinsip diatas memang harus betul betul di perhatikan karena akan
berpengaruh terhadap mutu pendidikan. Dan yang tidak kalah penting harus sesuai
dengan perkembangan teknologi sehingga mereka selaras dalam upaya membangun
negara (Asmariani 2014, p. 60).
2. Prinsip fleksibilitas
Pengembangan kurikulum berupaya agar hasilnya fleksibel, fleksibel, dan fleksibel dalam
implementasinya, memungkinkan penyesuaian berdasarkan situasi dan kondisi tempat
dan waktu yang selalu berkembang, serta kemampuan dan latar belakang siswa, peran
kurikulum disini sangat penting terhadap perkembangan siswa untuk itu prinsip fleksibel
ini harus benar benar diperhatikan sebagai penunjang untuk peningkatan mutu
pendidikan.
Dalam prinsip fleksibilitas ini dimaksudkan bahwa, kurikulum harus memiliki
fleksibilitas. Kurikulum yang baik adalah kurikulum yang berisi hal-hal yang solid, tetapi
dalam implementasinya dimungkinkan untuk menyesuaikan penyesuaian berdasarkan
kondisi regional. Waktu dan kemampuan serta latar belakang anak. Kurikulum ini
mempersiapkan anak- anak untuk saat ini dan masa depan. Kurikulum tetap fleksibel di
mana saja, bahkan untuk anak-anak yang memiliki latar belakang dan kemampuan yang
berbeda, pengembangan kurikulum masih bisa dilakukan. Kurikulum harus menyediakan
ruang untuk memberikan kebebasan bagi pendidik untuk mengembangkan program
pembelajaran. Pendidik dalam hal ini memiliki kewenangan dalam mengembangkan
kurikulum yang sesuai dengan minat, kebutuhan siswa dan kebutuhan bidang lingkungan
mereka (Mansur 2016, p. 3).
3. Prinsip kontinuitas
Yakni adanya kesinambungan dalam kurikulum, baik secara vertikal, maupun secara
horizontal. Pengalaman belajar yang disediakan kurikulum harus memperhatikan
kesinambungan, baik yang di dalam tingkat kelas, antarjenjang pendidikan, maupun
antara jenjang pendidikan dan jenis pekerjaan. Makna kontinuitas disini adalah
berhubungan, yaitu adanya nilai keterkaitan antara kurikulum dari berbagai tingkat
pendidikan. Sehingga tidak terjadi pengulangan atau disharmonisasi bahan pembelajaran
yang berakibat jenuh atau membosankan baik yang mengajarkan (guru) maupun yang
belajar (peserta didik). Selain berhubungan dengan tingkat pendidikan, kurikulum juga
diharuskan berhubungan dengan berbagai studi, agar antara satu studi dapat melengkapi
studi lainnya. Sedangkan fleksibilitas adalah kurikulum yang dikembangkan tidak kaku
dan memberikan kebebasan kepada guru maupun peserta didik dalam memilih program
atau bahan pembelajaran, sehingga tidak ada unsur paksaan dalam menempuh program
pembelajaran. pembelajaran (Zainab 2017, p. 366).
4. Prinsip efisiensi
Peran kurikulum dalam ranah pendidikan adalah sangat penting dan bahkan vital dalam
proses pembelajaran, ia mencakup segala hal dalam perencanaan pembelajaran agar lebih
optimal dan efektif. Dewasa ini, dunia revolusi industri menawarkan berbagai macam
perkembangan kurikulum yang dilahirkan oleh para ahli dari dunia barat. Salah satu
pengembangan kurikulum yang dipakai oleh pemerintah Indonesia untuk mecapai sebuah
cita-cita bangsa yaitu mengoptimalkan kecerdasan anak-anak generasi penerus bangsa
untuk memilki akhlaq mulia dan berbudi pekerti yang luhur. Efisiensi adalah salah satu
prinsip yang perlu diperhatikan dalam mengembangkan kurikulum, sehingga apa yang
telah direncanakan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Jika sebuah program
pembelajaran dapat diadakan satu bulan pada satu waktu dan memenuhi semua tujuan
yang ditetapkan, itu bukan halangan. Sehingga siswa dapat mengimplementasikan
program pembelajaran lain karena upaya itu diperlukan agar dalam pengembangan
kurikulum dapat memanfaatkan sumber daya pendidikan yang ada secara optimal,
cermat, dan tepat sehingga hasilnya memadai.
5. Prinsip efektivitas
Mengembangkan kurikulum pendidikan perlu mempertimbangkan prinsip efektivitas,
yang dimaksud dengan efektivitas di sini adalah sejauh mana rencana program
pembelajaran dicapai atau diimplementasikan. Dalam prinsip ini ada dua aspek yang
perlu diperhatikan, yaitu: efektivitas mengajar guru dan efektivitas belajar siswa. Dalam
aspek mengajar guru, jika masih kurang efektif dalam mengajar bahan ajar atau program,
maka itu menjadi bahan dalam mengembangkan kurikulum di masa depan, yaitu dengan
mengadakan pelatihan, workshop dan lain-lain. Sedangkan pada aspek efektivitas belajar
siswa, perlu dikembangkan kurikulum yang terkait dengan metodologi pembelajaran
sehingga apa yang sudah direncanakan dapat tercapai dengan metode yang relevan
dengan materi atau materi pembelajaran. Oleh karena itu ada upaya dalam upaya
membuat kegiatan pengembangan kurikulum mencapai tujuan tanpa kegiatan yang
berlebihan, baik secara kualitas maupun kuantitas. Dalam implementasinya dalam proses
pembelajaran adalah bagaimana tujuan pengembangan kurikulum ini dapat meningkatkan
kualitas pembelajaran yang diharapkan oleh semua pihak, terutama efektivitas
pembelajaran di kelas.
(sumber: Prinsip-prinsip pengembangan kurikulum dalam upaya meningkatkan kualitas
pembelajaran_2018)
7. (044)
Apa impact atau pengaruh pembelajaran Kurikulum Berbasis Kompetensi
yang diterapkan oleh Institusi terhadap aspek kehidupan kita sehari-hari?
Jawaban: Impactnya adalah adanya keseimbangan antara pengetahuan, keterampilan dan
sikap. Karena pada system KBK mahasiswa dituntut pro aktif dan mandiri. Sehingga
akan membentuk karaktek mahasiswa yang kritis, mampu menganalisa suatu
permasalahan, mampu menyatakan suatu argument, mempunyai public speaking yang
baik dan mampu menyelesaikan sautu permasalahan dengan baik.
(sumber: Kurikulum berbasis kompetensi (konsep dasar dan implementasi)_2016)
8. Mengapa mahasiswa harus mengikuti kegiatan pembelajaran berupa diskusi
kelompok tutorial?
Jawaban: Tutorial merupakan bagian utama dari PBL. Kemandirian mahasiswa menjadi
prinsip kegiatan tutorial. Tutorial adalah proses belajar dengan bimbingan tutor kepada
mahasiswa, yang bertujuan meningkatkan belajar mandiri mahasiswa. Tutorial tidak akan
berjalan maksimal bila mahasiswa tidak aktif dalam suatu kelompok. Untuk itu tujuan
tutor mendorong setiap mahasiswa mengambil peran selama diskusi. Efektivitas
kelompok tutorial harus dipastikan karena menentukan kesuksesan pembelajaran dalam
PBL. Efektivitas tutorial PBL dipengaruhi oleh tiga aspek dasar yaitu, mahasiswa, tutor,
dan scenario.
(sumber: Pioh, V. E., Mewo, Y., & Berhimpon, S. (2016). Efektivitas kelompok diskusi
tutorial problem based learning di Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi.
eBiomedik, 4(1), 1-9)
9. Apa saja kriteria dapat dilakukannya diskusi tutorial?
Jawaban:
- Diskusi dilaksanakan oleh kelompok tutorial yang terdiri dari 8-10 orang
- Diskusi dipandu oleh seorang tutor yang memfasilitasi mahasiswa
- Terdapat skenario untuk menjadi bahan diskusi
- Diskusi dilakukan oleh ketua, scriber, dan anggota
- Diskusi dilakukan dengan metode 7 jump
(sumber: Modul Mahasiswa Blok I FKG UMS)
10.Apa yang dimaksud diskusi dengan metode seven jump? Jelaskan Langkah-
langkahnya!
Jawaban: Diskusi dengan metode seven jumps adalah sebuah metode PBL (Programme
Based Learning) untuk menganalisa dan memecahkan sebuah kasus menggunakan
metode seven jumps yang di mana terdiri dari tujuh langkah yang disusun sistematis
sehingga diskusi mahasiswa tentang suatu masalah dapat berjalan dengan optimal dan
mencapai tujuan baik sesuai karakteristik PBL
Langkah-langkah Seven Jumps :
1. Klarifikasi istilah (Clarifyng unfamiliar terms)
Mahasiswa bekerja dalam kelompok, mengidentifikasi dan mengklarifikasi istilah- istilah
asing/ belum dikenal .
2. Mendefinisikan masalah (define the problem)
Setiap mahasiswa memperoleh kesempatan untuk mengajukan pertanyaan yang
berkaitan dengan permasalahan di dalam skenario yang perlu dibahas secara lebih
mendalam.
3. Curah pendapat (brainstorming)
mahasiswa memberikan jawaban sementara (hipotesis) terhadap pertanyaanpertanyaan
yang telah disepakati dalam langkah kedua.
4. Mahasiswa membuat kesimpulan secara terstruktur (review step 2 and 3)
Mahasiswa membuat tinjauan terhadap hasil pada langkah kedua dan ketiga, kemudian
membuat penjelasan sementara.
5. Mahasiswa membuat formulasi tujuan belajar (formulating learning objectives)
Kelompok mencapai konsensus tentang tujuan belajar mereka yang terfokus, tercapai,
bersifat komprehensif dan tepat.
6. Mahasiswa bekerja secara mandiri untuk mencapai tujuan pembelajaran (private
study)
Setiap mahasiswa belajar secara mandiri untuk mengumpulkan informasi yang berkaitan
dengan masing- masing tujuan belajar, mereka dapat menggunakan berbagai sumber
pembelajaran yang tersedia.
7. Pelaporan (reporting)
Mahasiswa kembali bertemu untuk mendiskusikan informasi yang telah didapat, lalu
membuat suatu kesimpulan atau sintesis berdasarkan kesepakatan bersama.
(sumber: Penerapan problem base learning (PBL) dalam kurikulum berbasis
kompetensi_2016)

11.Mengapa mahasiswa disuruh mencari jawaban atas permasalahan dari


referensi sumber-sumber?
Jawaban:

Sumber buku : Agar mampu mengakses dan memanfaatkan secara benar sejumlah
informasi yang tersedia baik di dalam perpustakaan maupun yang berada di luar gedung
perpustakaan.Dan menggunakan setiap koleksi bahan pustaka referensi dengan tepat
guna.

Sumber internet :Media sosial merupakan media yang paling efektif dalam
menyebarkan informasi dan edukasi. Selain cara penggunaannya yang mudah, media
sosial juga merupakan salah satu media paling favorit di kalangan pengguna teknologi
dan meningkatkan serta meluaskan layanan referensi.

(sumber: Peran Perpustakaan Dan Pustakawan Dalam Memenuhi Kebutuhan Informasi


Mahasiswa Di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Anjali, M. E. C., &
Mudawamah, N. S. (2017) )
12.Apa saja yang menjadi penilaian dalam tutorial?
Jawaban: Penilaian proses tutorial dilakukan disetiap pertemuan tutorial dan setiap tutor
difasilitasi dengan sebuah lembar penilaian, yang berisi 5 aspek yang penilaian yaitu 1)
sikap dan tanggung jawab, 2) peran aktif dan komunikasi, 3) jenis sumber informasi yang
digunakan, 4) menguasai informasi yang disampaikan, 5) berpikir kritis. Masing-masing
aspek penilaian tersebut memiliki rentang nilai bervariasi namun di dalam rentang 0
sampai dengan 3 yang disertai panduan penilaian dengan total jumlah nilai maksimal
secara keseluruhan adalah 10 dan minimal 0.
(sumber: Model-model pembelajaran dalam kurikulum berbasis kompetensi KKNI di
perguruan tinggi_2017)

Anda mungkin juga menyukai