Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

Peradaban Islam Masa Khilāfah Rashīdah( Usman Bin Affa dan Ali Bin Abi
Thalib)

presentasikan untuk mata kuliah “sejarah peradaban islam”

DISUSUN OLEH KELOMPOK 2 :


MARINA : ( 2010102066 )
POLIAN HUMAIRA : (2010102056 )

KELAS : 2B HES

DOSEN PEMBIMBING :
Dr..FAIZIN M.ag

FAKULTAS SYARIAH
JURUSAN HUKUM EKONOMI SYARIAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) KERINCI
T.A 2020/2021
KATA PENGANTAR

Assalammualaikum wr.wb
Rodhitubillahirobba wabil islamidina, wabi muhammadin nabiyawarusula
Alhamdulillahirobbil alamin bersyukur kita kepada allah bersholawat kita kepada nabi
karena kita telah diberi nikmat kesempatan kesehatan sehingga kita masih dalam keadaan
sehat walafiat yang seperti yang kita rasakan pada saat ini dan juga telah diberi kesempatan
untuk bisa menyelesaikan makalah kami.
Makalah yang berjudul “Peradaban Islam Masa Khilāfah Rashīdah( Usman Bin
Affa dan Ali Bin Abi Thalib)”, tidak lain untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah
“SEJARAH PERADABAN ISLAM”. Kami sadar bahwa dalam penyelesaian makalah ini
jauh dari kesempurnaan, baik dalam penulisan maupun penyampaian materinya, karena kami
masih dalam tahap pembelajaran. Meskipun demikian kami berharap makalah ini bermanfat
bagi semuanya.
Oleh karena itu kami akan menerima kritik dan saran yang sifatnya edukatif guna
perbaikan dimasa yang akan datang. Dalam pengantar ini kami mengucapkan banyak terima
kasih kepada dosen mata kuliah Sejarah Peradaban Islam.

Sungai penuh , 20 April 2021


Kelompok 4

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL................................................................................................................ i
KATA PENGANTAR............................................................................................................. ii
DAFTAR ISI........................................................................................................................... iii

BAB 1 PENDAHULUAN
A.Latar belakang....................................................................................................................... 4
B.Rumusan masalah.................................................................................................................. 5
C.Tujuan.................................................................................................................................... 5

BAB 2 PEMBAHASAN
A.Peradaban Islam pada masa khilafah rashidah..........................................,........................... 6
B.Sistem pemerintahan Islam dibawah kepemimpinan Khalifah utsman bin
Affan. ....................................................................................................................................9

BAB 3 PENUTUP
A.Kesimpulan.......................................................................................................................... 13
B.Saran.................................................................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA
BAB 1
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Melalui sejarah kita dapat menggali masa lalu untuk dikaji ulang. Melalui
sejarah juga kita dapat menemukan nilai-nilai yang pasti akan sangat
bermanfaat untuk membangun masa depan. Sebab, sejarah merupakan
cermin, yang menampilkan kebaikan maupun keburukan yang pernah terjadi di
masa lalu. Sehingga dengan bercermin kepadanya, kita dapat senantiasa
memperbaiki diri untuk masa yang akan datang.
Peradaban manusia tidak pernah lepas dari sejarah. Sebaliknya, ketika
mengkaji sejarah, peradaban pun tidak mungkin luput dari pembahasannya.
Peradaban manusia berkembang seiring perkembangan akal pikiran manusia
itu sendiri. Peradaban tersebut mengalami kemajuan dan juga kemunduran.
Namun, dari sekian banyak peradaban yang tercatat dalam sejarah,  Islam pun
turut menorehkan jejaknya dan mengambil peranan penting dalam sejarah
perkembangan dunia hingga saat ini.
Ajaran Islam yang disampaikan oleh Nabi Muhammad Saw hadir pada
masa Jahiliyyah bagaikan cahaya yang menghapuskan kegelapan ditengah-
tengah masyarakat jahiliyyah saat itu. bagi seluruh dunia, Islam adalah
rahmatan lil alamin. Bahkan dalam buku ‘The 100: A Ranking of The Most
Influential Person in History’, Michael Hart, menempatkan  nabi Muhammad
Saw di urutan pertama sebagai tokoh dunia yang paling berpengaruh
sepanjang masa. Maka, eksistensi Islam yang diperjuangkan oleh nabi
Muhammad sejak beliau menerima wahyu pertama telah memberikan
pengaruh bagi kehidupan manusia.
Meskipun lahir di Mekkah, Islam justru tumbuh dan berkembang di
Madinah. Jadi, bisa dikatakan bahwa asal usul peradaban Islam bermula dari
periode hijrah Nabi. Di kota Madinah masyarakat Islam mulai terbentuk. Hal itu
dibangun di atas tiga pilar penting, yaitu: masjid, perjanjian Muhajirin dan
Anshar, serta kesepakatan untuk bekerja sama antara Islam dan non-muslim.
“Pemerintahan Islam di Madinah memenuhi semua syarat yang dibutuhkan
bagi suatu negara nyata yang memiliki wilayah, penduduk, kedaulatan,
administrasi eksekutif, dan badan pemerintah.” (Velayati, 2010:36).
Selama masa kenabian, banyak langkah yang telah diambil oleh Nabi
Muhammad dalam menjalankan tugas sebagai utusan Allah sekaligus
mendirikan dan mengukuhkan pilar-pilar kedaulatan Islam. Itulah yang menjadi
dasar dari peradaban Islam yang bersumber dari al qur’an dan sunnah.
Walaupun nabi Muhammad Saw telah wafat, namun cahaya Islam tidak
padam. Perjuangan beliau diteruskan oleh para sahabat. Mereka yang bergelar
Khulafaur Rasyidin, itulah yang kemudian menyebarkan Islam hingga hampir
mencapai seluruh belahan dunia. Apa yang mereka lakukan bukan hanya
menanamkan nilai-nilai aqidah Islamiyah semata, melainkan juga
mengembangkan sebuah peradaban yang tinggi, yaitu peradaban Islam.
Keagungan ajaran Islam yang kita pahami sekarang, salah satunya kita ketahui
melalui  jejak-jejak peradaban yang telah mereka bangun berabad-abad silam.
Untuk lebih memahami mengenai sejarah peradaban Islam, tentu kita
perlu mengetahui lebih jauh lagi mengenai kiprah dan peranan Khulafaur
Rasyidin dalam peradaban Islam. Maka, makalah inipun disusun untuk
membahas mengenai hal tersebut.

B.RUMUSAN MASALAH

A. Mengapa terbentuknya khilafah Rasyidah


B. Apa saja sifat-sifat dimiliki khulafaurrasyidin?
C. Apa saja sistem pemerintahan Islam dibawah kepemimpinan Khalifah
Utsman bin Affan

C.TUJUAN

A. Bisa mengetahui terbentuknya khilafah Rasyidah


B. Mengetahui sifat-sifat dimiliki khulafaurrasyidin
C. Bisa mengetahui sistem pemerintahan Islam dibawah kepemimpinan
Khalifah Utsman bin Affan
BAB 2
PEMBAHASAN

A. PERADABAN ISLAM PADA MASA KHILAFAH RASHIDAH

A.    Tsaqifah Bani Sa’idah

Tsaqifah Bani Sa’idah menjadi saksi awal terbentuknya Khilafah Rasyidah.


Sebelum nabi Muhammad Saw wafat, beliau tidak berpesan secara khusus
mengenai penggantinya. Ketiadaan pesan khusus itulah yang mendorong umat
islam secepatnya mencari penggantinya ketika nabi wafat. Ketika itu ahlul bait
(keluarga Nabi) menyelenggarakan jenazah nabi, sementara itu para sahabat
berkumpul  untuk melaksanakan suatu hal yang sifatnya penting.
Menyelenggarakan jenazah hukumnya fardhu kifayah, maka dapat diwakili oleh
beberapa orang, namun, memilih pengganti nabi agar tidak terjadi kegoncangan
di kalangan umat muslim dirasa lebih penting dan darurat. Maka para sahabat
berkumpul dan mengadakan pertemuan di tsaqifah bani sa’idah untuk
bermusyawarah mengenai siapa yang akan menggantikan Nabi sebagai
pemimpin umat nantinya.
Berita itu sampai kepada Abu Bakar dan Umar, lalu mereka bersama Abu
Ubaidah ibn Sarah datang ke Tsaqifah. Tiga orang inilah yang dapat di katakan
sebagai wakil kaum Muhajirin, sementara dari kaum Anshar di wakili oleh
Basyir ibn Sa’ad ibn Khudair dan Sadim. Selanjutnya musyawarah di Tsaqifah
menjadi musyawarah perwakilan kaum Muhajjirin dan Anshar.
Akhirnya, setelah melewati perdebatan panjang, wakil dari kaum Ashar
menerima pendapat bahwa suku quraisyiah yang lebih pantas menjadi
pemimpin. Abu Bakar mencalonkan Umar bin Khaththab atau Abu Ubaidah bin
Sarah, namun keduanya tidak bersedia dicalonkan. Lalu Basyir Ibn Sa’ad
menjabat tangan Abu Bakar dan membuatnya sebagai pengganti Nabi
(Khalifah). Bai’at ini kemudian dikenal dengan Bai’at Tsaqifah. Pada hari
berikutnya, Abu Bakar naik mimbar di masjid nabawi dan berlangsunglah bai’at
umum. Maka, pada saat itulah dimulainya pemerintahan Khilafah Rashidah
yang dipimpin oleh Khulafaur Rasyidin.

B.    Pengertian Khulafaur Rasyidin


Kata khulafaurrasyidin itu berasal dari bahasa arab yang terdiri dari kata khulafa
dan rasyidin, khulafa’ itu menunjukkan banyak khalifah (bila satu di sebut
khalifah) yang mempunyai arti pemimpin dalam arti orang yanng mengganti
kedudukan rasullah SAW sesudah wafat melindungi agama dan siasat (politik)
keduniaan agar setiap orang menepati apa yang telah ditentukan oleh batas-
batanya dalam melaksanakan hukum-hukum syariat agama islam.
Adapun kata Arrasyidin itu berarti arif dan bijaksana. Jadi khulafaurrasyidin
mempunyai arti pemimpim yang bijaksana sesudah nabi muhammad wafat. Para
khulafaurrasyidin itu adalah pemimpin yang arif dan bijaksana. Mereka tiu
terdiri dari para sahabat nabi muhammad Saw yang berkualitas tinggi dan baik
adapun sifat-sifat yang dimiliki khulafaurrasyidin sebagai berikut:

a. Arif dan bijaThali


b. Berilmu yang luas dan mendalam
c. Berani bertindak
d. Berkemauan yang keras
e. Berwibawa
f. Belas kasihan dan kasih sayang
g. Berilmu agama yang amat luas serta melaksanakan hukum-hukum islam.

Para sahabat yang disebut khulafaurrasyidin terdiri dari empat orang khalifah
yaitu Abu Bakar Ash-Shiddiq r.a., Umar bin Khaththab r.a., Utsman bin Affan
r.a., dan Ali bin Abi Thalib k.w.

C.    Sistem Politik, Pemerintahan dan Bentuk Negara pada Masa Khilafah


Rashidah
Khalifah (pemerintahan), yang timbul sesudah wafatnya nabi Muhammad, tidak
mempunyai bentuk kerajaan, tetapi lebih dekat merupakan republik, dalam arti
kepala negara dipilih dan tidak mempunyai sifat turun menurun. Karena dalam
pemerintahan harus ada persetujuan dari masyarakat. Dan tidak bisa  dipilih
sendiri tanpa adanya musyawarah dari masyarakat. Ini menggambarkan ciri
pemerintahan yang demokratis.

D.    Sistem Pergantian Kepala Negara pada Masa Khilafah Rashidah


Sistem penggantian dan penggangkatan khalifah sebagai kepala negara
merupakan pola pemerintahan khulafaur rasyidin yang paling penting. Ke empat
khalifah dipilih melalui cara yang hampir sama. Pola pemilihan tersebut dapat
di katagorikan sebagai pemilihan langsung yang terdiri atas dua tahap.tahap
pertama pemilihen figur khalifah, sedangkan tahap kedua, pengukuhan
keabsahan khalifah terpilih melalui bai’at (janji kesetiaan).
Abu bakar diangkat menjadi khalifah atas dasar pemufakatan pemuka-pemuka
ashar dan muhajirin dalam rapat saqifah di madina. Umar menjadi khalifah
kedua atas pencalonan abu bakar yang segera juga mendapat persetujuan umat.
Penentuan Utsman bin Affan sebagai khalifah ketiga di rundingkam dalam
rapat, setelah Ustman terbunuh, Ali lah yang merupakan calon terkuat untuk
menjadi khalifah keempat.
Dalam sistem pergantian kepada negara, perlu diketahui, bahwa ada yang
dinamakan Ahl Al-Hall Wa Al ‘Aqd. Mereka adalah orang-orang yang
memiliki kualifikasi untuk bertindak atas nama orang muslim dalam memilih
seorang khilafah, dikenal sebagai Ahl Al-Hall Wa Al ‘Aqd (kadang kadang
disebut Ahl Al ‘Aqd Wa Al-Hall). Dalam teori politik abad pertengahan, fungsi
utama mereka bersifat kontraktual. Artinya mereka menyerahkan jabatan
kekhalifahan kepada seorang yang paling berkualifikasi dan begitu diterima,
mereka memberikan bai’at kepadanya. Mereka juga diberi kepercayaan
memberhentikan khalifah apabila khalifah gagal memenuhi kewajibannya.
Mereka harus Muslim, berusia dewasa, adil, merdeka (bukan budak), dan
mampu melakukan ijtihad (Menafsirkan sumber-sumber hukum agama). Syarat
terakhir ini mengimplikasikan bahwa Ahl Al-Hall Wa Al ‘Aqd haruslah faqih
dan piawai dan konsensusnya mengikat.
Istilah Ahl Al-Hall Wa Al ‘Aqd pada masa sekarang di negara kita populer
dengan sebutan MPR (Majelis Permusyawaratan Rakyat), selain itu juga disebut
dengan dewan legislatif dan syuro.
Penetapan kepemimpinan bisa melalui dua cara :
   1. Dipilih oleh Ahl Hall Wal Aqd. Cara ini dipakai pada saat pemilihan
sahabat Abu Bakar dan  sahabat Ali bin Abi Tholib. 
2. Metode al’ahdu atau istihlaf.  Dipilih atau ditunjuk langsung oleh pemimpin
yang sebelumnya (demisioner).
Dimasa Khalifah Abu Bakar, Ahl Al-Hall Wa Al ‘Aqd terdiri dari Umar bin
Khaththab, Utsman bin Affan, Ali bin Abi Thalib, Abdurrahman bin Auf,
Mu’adz bin Jabal, Ubai bin Kaab dan Zaid bin Tsabit.
B. Sistem pemerintahan Islam di bawah kepemimpinan Khalifah
Utsman bin Affan
a. Kebijakan pengurusan terhadap agama
Pada awal pemerintahannya, Abu Bakar As-Shiddiq diuji dengan adanya
ancaman yang datang dari umat Islam sendiri yang menentang
kepemimpinannya, makatimbullah orang-orang yang murtad, orang-orang
yang tidak mau mengeluarkan zakat, orang-orang yang mengaku menjadi Nabi,
dan pemberontakan dari beberapa kabilah.

b. Kebijakan dalam kenegaraan


Pada masa Abu Bakar As-Shiddiq, jalannya kenegaraan menjadi salah satu
bentuk eksistensi pemerintahan Islam. Kebijaksanaan dalam kenegaraan
sangat berpengaruh terhadap perkembangan pemerintahan Islam pada masa
Abu Bakar As-shiddiq. Kebijakan dalam kenegaraan pada masa Abu Bakar
terdiri dari 3 bagian, antara lain (Murad, 2007: 137-143) :
(1) Bidang eksekutif
Pendelegasian terhadap tugas-tugas pemerintahan di Madinah, Misalnya
untuk pemerintahan pusat menunjuk Ali bin Abi Thalib, Utsman bin Affan, Zaid
bin Tsabit sebagai sekretaris dan Abu Ubaidah sebagai bendaraharawan. Untuk
daerahkekuasaan Islam, dibentuklah provinsi-provinsi dan untuk provinsi
ditunjuk seorang amir.
(2) Pertahanan
Mengorganisasikan pasukan yang ada untuk mempertahankan eksistensi
keagamaan dan pemerintahan. Pasukan itu disebarkan untuk memelihara
stabilitas didalam maupun diluar negeri. Abu Bakar As-Shiddiq membentuk
pasukan pertahanan yang bertugas untuk memperthankan dan melindungi
negara dari musuh.
(3) Sosial Ekonomi
Sebuah lembaga mengelola harta benda yang didapat dari Zakat, infak,
sedekah, ghanimah, dan lain-lain. penggunaan harta tersebut digunakan untuk
gaji pegawai negara dan untuk kesejahteraan umat sesuai dengan aturan yang
ada. Sosial ekonomi pada masa khalifah Abu Bakar As-Shiddiq ini adalah
lembaga yang mengelola kas negara. Abu Bakar As-Shiddiq membentuk
lembaga sosial ekonomi ini untuk bertujuan supaya perekonomian suatu
pemerintahan dapat dikelola dengan baik. Berikut ini adalah kebijakan internal
khalifah Abu Bakar As-Shiddiq, antara lain: (1) Abu Bakar menetapkan bahwa
gaji untuk khalifah diambil dari Baitul Mal dengan jumlah yang mencukupi
sehingga Abu Bakar tidak perlu melakukan pekerjaan lain.
(2) Menetapkan jalan musyawarah sebagai pemutus
perkara dan mengangkat dewan Syura. Abu Bakar As-Shiddiq memilih Umar
bin Khattab sebagai pemimpin dewan Syura. Jika sekarang posisi dari Umar bin
Khattab sama dengan ketua dewan legislatif. (3) Abu Bakar membentuk
dewan Syariah sebagai penasehat bagi lembaga peradilan Islam yang bertugas
untuk memutuskan berbagai perkara yang dihadapi umat Islam. Abu Bakar
juga mengangkat Umar bin Khattab sebagai perwakilan untuk wilayah
Madinah. (4) Dalam aspek pemerintahan dan struktur kenegaraan, Abu Bakar
tetap mempertahakan kebijakan Rasulullah SAW. Abu Bakar mengutus
beberapa sahabat untuk menjadi wakil khalifah di beberapa wilayah yang
dikuasai negara Islam, dan wilayah taklukan lainnya. (Murad, 2007: 144-146).
Kedudukan khalifah Utsman bin Affan pada pemerintahan khalifah Abu Bakar
As-shiddiq sangatlah penting. Utsman bin Affan pernah menjadi anggota
majelis syura’ yang menangani masalah penting didalam pemerintahan.
Utsman bin Affan adalah salah satu dari dua orang penting bagi khalifah Abu
Bakar. Abu Bakar menjadikan Utsman bin Affan sebagai sekretaris jenderal
khalifah yang bertugas untuk mencatat semua keperluan negara.Pada
pemerintahan khalifah Abu Bakar As-Shiddiq. Utsman bin Affan menempati
urutan kedua setelah Umar bin Khattab. Utsman bin Affan selalu diandalkan
dengan sikap pemurah dan kehati-hatian, dan salah satu orang kepercayaan
bagi khalifah Abu Bakar (Syalabi, 2013: 56-59). 1.1.2 Sistem Pemerintahan
Khalifah Umar bin Khattab Pada masa Kepemimpinan khalifah Umar bin
Khattab ada dua hal terpenting yang dijalankan dengan baik oleh Umar bin
Khattab, antara lain :
(1) Pejabat penguasa tertinggi dipilih dan diangkat
berdasarkan musyawarah serta pejabat penguasa tidak tinggal di dalam suatu
istana khusus, tetapi dirumah sendiri tanpa pengawal. Para pejabat harus
hidup seperti warga biasa.
(2). Umar bin Khattab membentuk beberapa lembaga
negara dan berbagai departemen dalam menjalankan roda
pemerintahannya(Amin, 2010: 101-103). Pemerintahan Umar bin Khattab
dijalankan melalui badan-badan yang bertanggung jawab sesuai dengan
tugasnya masing-masing. Adapun badan-badan yang bertugas dalam
pemerintahan Umar bin Khattab, antara lain :
a. Dewan Dakwah dan wakaf
Pada masa pemerintahannya, Umar bin Kahttab menerapkan kebijakan untuk
mengajarkan dan menyebarkan Al-qur’an ke seluruh pelosok negeri. Umar bin
Khattab mendirikan Madrasah-madrasah tempat belajar Al-qur’an, hadis, fikih,
dan ilmu-ilmu Agama lainnya di berbagai wilayah negara. Selain banyak
membangun madrasah, Umar bin Khattab juga banyak membangun masjid
diberbagai negeri.
b. Dewan Kesehatan
Pada masa Khalifah Umar bin Khattab sangat memperhatikan tentang hak
kesehatan bagi umat Islam. Salah satunya Umar bin Khattab banyak
mendirikan klinik dan rumah sakit untuk para umat Islam yang membutuhkan
kesehatan, serta memberikan layanan masyarakat dengan sebaik-baiknya.
c. Pemerintahan dan Administrasi Negara
Zaman Khalifah Umar bin Khattab telah berhasil membangun sebuah jaringan
pemerintahan sipil yang luas sekaligus kokoh. Umar bin Khattab berhasil
meletakkan dasar-dasar dan menyusun undang-undang sebuah negara besar.
Beberapa departemen kenegaraan juga dibentuk dengan segala prosedurnya,
sesuatu yang sebelumnya belum dikenal oleh bangsa Arab. Umar bin Khattab
membagi administrasi negara menjadi beberapa provinsi dan distrik.Beberapa
pejabat disetiap provinsi diangkat oleh Umar bin Khattab. Pejabat tertinggi
yang memerintah setiap provinsi adalah gubernur, disusul oleh kepala
sekretaris wilayah, kepala pasukan ketentaraan atau perwira militer, pejabat
dinas perpajakan yang merangkap petugas zakat, pejabat dinas keamanan,
pejabat keuangan negara, dan kepala dinas kehakiman.
d. Dewan Penegakan Hukum
Umar bin Khattab selalu mengadakan musyawarah dengan rakyat untuk
memecahkan masalah umum dan kenegaraan yang dihadapi. Masalah yang
ada akan dihadapi atau diputuskan bersama-sama dengan mengikutsertakan
masyarakat, baik yang muslim maupun yang non muslim.Umar bin Khattab
dalam menjalankan pemerintahannya banyak di bantu oleh para sahabat yang
sudah ahli dalam bidangnya. Para sahabat yang membantu Umar bvin Khattab
adalah Utsman bin Affan ,Abdurrahman bin Auf, Ali bin Abi Thalib dan lain-lain.
Utsman bin Affan adalah salah satu dari para sahabat yang berperan dalam
pemerintahan Umar bin Khattab. Utsman bin Affan mengusulkan beberapa
usulan menyangkut beberapa hal. Adapun usulan dari Utsman
bin Affan antara lain :
1. Diwan (data orang yang berhak menerima jatah dari negara)
2. Penetapan kalender (penanggalan) sebagian riwayat menyebutkan
bahwa yang mengusulkan kepada Umar bin Khattab untuk memulai
kalender Islam dengan bulan Muharram adalah Utsman bin Affan
3. Tanah kharaj (tanah negara yang disewakan) Utsman bin Affan termasuk
orang yang mendukung pendapat Khalifah ummar bin Khattab dalam
kebijakannya yakni tidak membagikan tanah negeri yang ditaklukkan
kepada para pasukan.
4. Melaksanakan haji bersama ummahatul mukminin ketika ummar bin
Khattab menjadi Khalifah pada tahun 13/,ummar bin Khattab menunjuk
Abdurrahman bin Auf untuk memimpin haji kaum muslimin. Pada tahun
23H/ummar bin Khattab melaksanakan haji bersama Utsman bin Affan.
(Syalabi,2013 : 61-64).
BAB 3
PENUTUP

A.KESIMPULAN

 Tsaqifah Bani Sa’idah


Tsaqifah Bani Sa’idah menjadi saksi awal terbentuknya Khilafah Rasyidah.
Sebelum nabi Muhammad Saw wafat, beliau tidak berpesan secara khusus
mengenai penggantinya. Ketiadaan pesan khusus itulah yang mendorong umat
islam secepatnya mencari penggantinya ketika nabi wafat. Ketika itu ahlul bait
(keluarga Nabi) menyelenggarakan jenazah nabi, sementara itu para sahabat
berkumpul  untuk melaksanakan suatu hal yang sifatnya penting.
Menyelenggarakan jenazah hukumnya fardhu kifayah, maka dapat diwakili oleh
beberapa orang, namun, memilih pengganti nabi agar tidak terjadi kegoncangan
di kalangan umat muslim dirasa lebih penting dan darurat. Maka para sahabat
berkumpul dan mengadakan pertemuan di tsaqifah bani sa’idah untuk
bermusyawarah mengenai siapa yang akan menggantikan Nabi sebagai
pemimpin umat nantinya.
 Pengertian Khulafaur Rasyidin
Kata khulafaurrasyidin itu berasal dari bahasa arab yang terdiri dari kata khulafa
dan rasyidin, khulafa’ itu menunjukkan banyak khalifah (bila satu di sebut
khalifah) yang mempunyai arti pemimpin dalam arti orang yanng mengganti
kedudukan rasullah SAW sesudah wafat melindungi agama dan siasat (politik)
keduniaan agar setiap orang menepati apa yang telah ditentukan oleh batas-
batanya dalam melaksanakan hukum-hukum syariat agama islam.
 Sistem Politik, Pemerintahan dan Bentuk Negara pada Masa Khilafah
Rashidah
Khalifah (pemerintahan), yang timbul sesudah wafatnya nabi Muhammad, tidak
mempunyai bentuk kerajaan, tetapi lebih dekat merupakan republik, dalam arti
kepala negara dipilih dan tidak mempunyai sifat turun menurun. Karena dalam
pemerintahan harus ada persetujuan dari masyarakat. Dan tidak bisa  dipilih
sendiri tanpa adanya musyawarah dari masyarakat. Ini menggambarkan ciri
pemerintahan yang demokratis.
.    Sistem Pergantian Kepala Negara pada Masa Khilafah Rashidah
Sistem penggantian dan penggangkatan khalifah sebagai kepala negara
merupakan pola pemerintahan khulafaur rasyidin yang paling penting. Ke empat
khalifah dipilih melalui cara yang hampir sama. Pola pemilihan tersebut dapat
di katagorikan sebagai pemilihan langsung yang terdiri atas dua tahap.tahap
pertama pemilihen figur khalifah, sedangkan tahap kedua, pengukuhan
keabsahan khalifah terpilih melalui bai’at (janji kesetiaan).

Sistem pemerintahan Islam di bawah kepemimpinan Khalifah


Utsman bin Affan
a. Kebijakan pengurusan terhadap agama
b. Kebijakan dalam kenegaraan

B. SARAN
Dalam penyusunan makalah ini tak luput penulisan dari kesalahan
atau kekurangan. Oleh karena itu penulis mengharapkan kepada para
pembaca untuk kritik dan sarannya yang konstruktif bagi penulis,
khususnya dosen pengampu mata kuliah “SEJARAH PERADABAN
ISLAM” untuk memberikan motivasi yang bisa membangun intelektual
kami, agar makalah ini lebih sempurna
DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, S.B. 2014. Jejak Khulafaur Rasyidin 3 Utsman bin Affan.


Jakarta: Almahira.

Amin, S.M. 2010. Sejarah Perdaban Islam. Jakarta:Amzah


Gottschalk, L. Mengerti Sejarah. Terjemahan oleh Nugroho Notosusanto.
1985. Jakarta: UI Press..

http://enengsusanti.blogspot.com/2014/04/ittihad-hulul-makalah-
akhlaq-tassawuf.html

Anda mungkin juga menyukai