Pedoman Teknis
Penilaian Risiko Kecurangan Atas Penyelenggaraan
Program/Kegiatan Pada Pemerintah Daerah
2019
BABI
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Deputi Kepala BPKP telah menerbitkan Peraturan Deputi Kepala BPKP Nomor
1 Tahun 2019 Tentang Pedoman Penilaian Risiko Kecurangan. Dalam rangka
merealisasikan Kebijakan Teknis Pengawasan Deputi Bidang Investigasi Tahun
2019 tentang Penilaian Risiko Kecurangan atas Program/Kegiatan Pemerintah
Daerah, diperlukan pedoman teknis yang melengkapi Peraturan Deputi tentang
Pedoman Penilaian Risiko Kecurangan. Pedoman teknis ini menjadi pedoman
operasional dalam menerapkan Peraturan Deputi Kepala BPKP Nomor 1 Tahun
2019 dalam melakukan penilaian risiko kecurangan atas program/kegiatan
pemerintah daerah.
4
Bab I Pendahuluan
Bab ini menguraikan latar belakang, dasar hukum penugasan, tujuan
dan manfaat, ruang lingkup penugasan dan struktur petunjuk teknis.
Bab II FRA pada Pemerintah Daerah
Bab II menguraikan gambaran umum objek pelaksanaan penilaian
risiko kecurangan/FRA pada pemerintah daerah dan proses bisnis
penyelenggaraan program/kegiatan pada pemerintah daerah.
Bab III Pelaksanaan Penilaian Risiko Kecurangan
Bab III menguraikan aspek operasionalisasi petunjuk teknis
pelaksanaan penilaian risiko kecurangan meliputi perencanaan,
pelaksanaan dan pelaporan.
5
BAB II
PEMAHAMAN PROSES BISNIS
6
Pelayanan dasar meliputi: pendidikan, kesehatan, pekerjaan umum dan
penataan ruang, perumahan rakyat dan kawasan permukiman, ketenteraman,
ketertiban umum, dan perlindungan masyarakat, dan sosial. Sebagian substansi
pelayanan dasar pada urusan pemerintahan ditetapkan sebagai Standar
Pelayanan Minimal (SPM) yang diatur di dalam Peraturan Pemerintah Nomor 2
Tahun 2018 tentang SPM.
8
Il. Penganggaran Uraian
C. Penyusunan KUA dan PPAS
13. Penyusunan Rancangan KUA dan
PPAS
14. Penyampaian Rancangan KUA dan
PPAS kepada KDH
15. Penyampaian Rancangan KUA dan
PPAS kepada DPRD
16. Pembahasan KUA dan PPAS
17. Penandatanganan Nota Kesepakatan
KUA dan PPAS
D. Penyusunan RAPBD
18. Penyiapan SE tentang Petunjuk Teknis
penyusunan RKA-SKPD
19. Penetapan SE tentang Petunjuk Teknis
penyusunan RKA-SKPD
20. Penyusunan RKA-SKPD
21. Pembahasan RKA-SKPD oleh TAPD
22. Penyempurnaan RKA-SKPD
23. Penyiapan Raperda APBD
E. Pembahasan dan Penetapan
APBD
24. Penyampaian Raperda APBD beserta
lampirannya oleh Kepala Daerah
kepada DPRD
25. Pembahasan Raperda APBD
26. Persetujuan Bersama antara DPRD
dan KDH
27. Evaluasi oleh Mendagri bagi APBD
provinsi dan oleh Gubernur bagi APBD
kabupaten/kota
28. Penyempurnaan Raperda APBD
berdasarkan hasil evaluasi
29. Penetapan Perda tentang APBD
IlI. PELAKSANAAN DAN
PENATAUSAHAAN BELANJA Uraian
F. Pelaksanaan dan
Penatausahaan Belanja
30 Penyediaan Dana
31 Pengajuan SPP – UP
32 Penerbitan SP2D – UP
33 Pembelanjaan Dana UP
34 Pengajuan SPP – GU
35 Penerbitan SP2D – GU
9
36 Pembelanjaan Dana GU
37 Pengajuan SPP – TU
38 Penerbitan SP2D – TU
39 Pembelanjaan Dana TU
Pengajuan SPP – LS Gaji dan
40 Tunjangan
Penerbitan SP2D – LS Gaji dan
41 Tunjangan
42 Pembelanjaan Dana Gaji
Pelaksanaan Pengeluaran Barang dan
43 Jasa
44 Pengajuan SPP – LS Barang dan Jasa
Penerbitan SP2D – LS Barang dan
45 Jasa
46 Pembelanjaan Dana Barang & Jasa
Pelaksanaan Pengeluaran Barang dan
47 Jasa – Non Pihak Ketiga
Pengajuan SPP – LS Barang dan Jasa
48 – Non Pihak Ketiga
Penerbitan SP2D – LS Barang dan
49 Jasa – Non Pihak Ketiga
Pembelanjaan Dana Barang & Jasa –
50 Non Pihak Ketiga
Pengajuan SPP – LS – Subsidi, Bunga,
51 Hibah dan Pembiayaan
Penerbitan SP2D – LS – Subsidi,
52 Bunga, Hibah dan Pembiayaan
Pembelanjaan Dana Bunga, Subsidi,
53 Hibah, Bantuan dan Pembiayaan
54 Dana Cadangan
55 Pembuatan SPJ
56 SPJ dengan Bendahara Pembantu
G. Pelaksanaan dan
Penatausahaan Pendapatan
10
Penatausahaan Penerimaan dengan
62 Bendahara Pembantu
IV PELAPORAN Uraian
H. Akuntansi dan Pelaporan
63 Akuntansi SKPD
64 Laporan Keuangan SKPD
65 Akuntansi SKPKD
66 Laporan Keuangan PEMDA
Pertanggungjawaban Pelaksanaan
67 APBD
Pembahasan Laporan Keuangan
68 PEMDA
V PENGAWASAN Uraian
I. Pengawasan
69 Pengawasan atas Pengelolaan
keuangan daerah
12
b) OPD terkait Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah:
OPD terkait Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah menyelenggarkan
fungsi anggaran, perbendaharaan, akuntansi dan pelaporan, serta
pengelolaan barang milik daerah.
Pengelolaan barang milik daerah meliputi perencanaan kebutuhan dan
penganggaran, inventarisasi, pemindahtanganan dan penghapusan serta
pengamanan dan pemeliharaan barang Daerah.
c) Biro/Bagian Umum
Biro/Bagian umum pemerintah daerah, pada umumnya memiliki tugas
merumuskan kebijakan, merencanakan, melaksanakan dan
mengkoordinasikan urusan pemerintahan yang terkait dengan layanan
administrasi Sekretariat Daerah di bidang umum dan rumah tangga,
pengelolaan keuangan, humas dan protokol guna meningkatkan
pelayanan terhadap Sekretariat Daerah.
e) Dinas Kesehatan
Dinas Kesehatan, secara umum bertugas melaksanakan sebagian urusan
Pemerintah Daerah di bidang kesehatan
Untuk menjalankan tugasnya, Dinas Kesehatan memerankan beberapa
fungsi diantaranya:
14
(a) Penyelenggaraan urusan pemerintahan dan pelayanan umum di
bidang kesehatan;
(b) Pembinaan dan pelaksanaan tugas di bidang kesehatan;
(c) Perumusan, penetapan dan pelaksanaan kebijakan operasional di
bidang kesehatan masyarakat, pencegahan dan pengendalian
penyakit, pelayanan kesehatan dan sumberdaya kesehatan;
(d) Koordinasi pelaksanaan tugas, pembinaan dan pemberian dukungan
administrasi kepada seluruh unsur organisasi di lingkungan Dinas
Kesehatan Daerah;
(e) Pengelolaan barang milik daerah yang menjadi tanggung jawab Dinas
Kesehatan Daerah;
(f) Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Walikota sesuai dengan
tugas dan fungsinya.
f) Dinas Pendidikan
Dinas pendidikan mengemban beberapa tugas, diantaranya:
(a) Merumuskan kebijakan teknis di Bidang Pendidikan;
(b) Menyelenggarakan urusan Pemerintahan dan pelayanan umum
bidang pendidikan;
(c) Membina dan menyelenggarakan pelaksanaan tugas dibidang
pendidikan;
(d) Melaksanakan administrasi umum meliputi ketatalaksanaan,
keuangan, kepegawaian, dan peralatan;
(e) Melakukan evaluasi dan pelaporan urusan Pemerintahan dibidang
pendidikan; dan
(f) Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh atasan berkaitan dengan
tugas pokok Organisasi guna mendukung kinerja Organisasi.
Dinas pendidikan menyelenggarakan fungsi antara lain:
(a) Perumusan kebijakan teknis di Bidang Pendidikan;
(b) Penyelenggaraan urusan Pemerintahan dan Pelayanan umum bidang
pendidikan;
(c) Pembinaan dan pelaksanaan tugas di bidang pendidikan;
15
(d) Pengelolaan administrasi umum meliputi ketatalaksanaan, keuangan,
kepegawaian dan peralatan;
(e) Pelaksanaan Evaluasi dan pelaporan urusan Pemerintahan di Bidang
Pendidikan; dan
(f) Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh atasan berkaitan dengan
tugas pokok organisasi guna mendukung kinerja organisasi.
g) Dinas Perhubungan
Dinas Perhubungan, mempunyai tugas pokok melaksanakan urusan
pemerintahan di bidang perhubungan, diantaranya meliputi:
(a) sub urusan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (LLAJ);
(b) sub urusan pelayaran, sub urusan penerbangan dan sub urusan
perkeretaapian (dalam kondisi tertentu);
(c) melaksanakan tugas dekonsentrasi dan tugas pembantuan sesuai
bidang tugasnya.
Untuk menjalankan tugasnya, Dinas Perhubungan memiliki fungsi antara
lain:
(a) penyelenggaraan perumusan kebijakan teknis di bidang perhubungan,
yang menjadi kewenangan Provinsi;
(b) penyelenggaraan kebijakan teknis di bidang perhubungan, yang
menjadi kewenangan Provinsi;
(c) penyelenggaraan administrasi Dinas;
(d) penyelenggaraan evaluasi dan pelaporan Dinas; dan
(e) penyelenggaraan fungsi lain sesuai dengan tugas pokok dan
fungsinya.
17
BAB III
PELAKSANAAN PENILAIAN RISIKO KECURANGAN
A. PERENCANAAN
Kegiatan penilaian risiko kecurangan pada Pemerintah Daerah dilaksanakan
dengan jadwal sebagai berikut:
18
Sebagaimana surat Deputi Kepala BPKP Bidang Investigasi di atas, setiap
perwakilan menyelenggarakan penugasan FRA pada pemerintah daerah
provinsi/kabupaten/kota sesuai jumlah yang tertera dalam PKPT unit kerja. Satu
surat tugas ditujukan kepada 1 (satu) pemerintah daerah dengan minimal 2 (dua)
OPD yang menjadi objek penilaian.
Perwakilan BPKP
5 PP FRA
OPD 1 OPD 2 OPD 3 OPD 4 OPD 5 OPD 6 OPD 7 OPD 8 OPD 9 OPD 10 Berbeda-beda
Kegiatan Utama
B. PELAKSANAAN
a. Sosialisasi
b. Survey pendahuluan
c. Focus Group Discussion
d. Pembicaraan Akhir
19
Penjelasan atas setiap tahapan pelaksanaan penugasan penilaian risiko
kecurangan tersebut sebagai berikut:
a. Sosialisasi
Sosialisasi dimaksudkan untuk memberikan pemahaman kepada obyek
penugasan mengenai penilaian kecurangan, tujuan penilaian, dan urgensi dan
manfaatnya bagi organisasi. Pada tahapan ini diharapkan peserta memahami
risiko kecurangan, urgensi penilaian risiko kecurangan berikut mitigasinya.
Untuk mencapai tujuan tersebut, sosialisasi FRA harus memuat informasi
yang mampu meyakinkan peserta sosialisasi akan risiko kecurangan dan
mitigasinya diantaranya dengan menyajikan informasi peristiwa korupsi
bersifat nasional maupun lokal di pemerintah daerah bersangkutan.
Peserta sosialisasi adalah seluruh aparatur sipil negara (ASN) pada OPD
yang menjadi lingkup penilaian.
b. Survei pendahuluan
Survei adalah pengumpulan informasi yang dapat dilakukan dengan
memberikan kuesioner kepada responden. Survei pendahuluan dimaksudkan
untuk mendapatkan informasi awal berkaitan dengan persepsi responden atas
risiko/peristiwa kecurangan pada tingkat OPD maupun pemerintah daerah
berkenaan. Hasil survei pendahuluan menjadi sarana yang penting dalam
pelaksanaan FGD di tahap berikutnya. Survei pendahuluan bersifat wajib.
Responden adalah seluruh pegawai pada OPD yang hadir pada saat
sosialisasi di tahap sebelumnya. Dalam pendekatan survei, peserta atau
responden akan mengisi kuesioner yang telah dirancang untuk
mengidentifikasi risiko-risiko kecurangan yang mungkin terjadi, secara jujur
dan apa adanya. Untuk hasil yang cepat dan memenuhi aspek kerahasiaan
serta kenyamanan bagi responden, survey dilaksanakan secara elektronik
melalui google form. Hasil survey ditayangkan pada akhir sosialisasi untuk
menjadi pengetahuan para peserta.
Materi survei pendahuluan berupa daftar pertanyaan untuk identifikasi risiko
terdapat dalam lampiran 6.
20
c. Focus Group Discussion (FGD)
FGD adalah pertemuan yang dipandu oleh fasilitator (Tim FRA perwakilan)
untuk menggali informasi secara mendalam atas suatu tema tertentu. FGD
dalam FRA pada pemerintah daerah dimaksudkan untuk menggali informasi
secara mendalam atas risiko kecurangan pada kegiatan utama yang
dilaksanakan oleh Organisasi Pemerintah Daerah (OPD). Tugas fasilitator
dalam FGD adalah memfasilitasi peserta dalam melakukan penilaian risiko
kecurangan (identifikasi dan analisis) melalui diskusi/FGD. Fasilitator berperan
untuk membantu dan mengarahkan kelompok diskusi untuk mencapai suatu
konsensus serta mendorong terwujudnya kelompok diskusi yang efektif.
Seluruh informasi dalam FGD didokumentasikan dalam kertas kerja penilaian
risiko kecurangan sebagaimana disajikan pada lampiran 2.
Dalam pelaksanaan FGD, fasilitator menggunakan hasil survei pendahuluan.
Apabila peserta FGD memiliki kecenderungan menolak adanya suatu risiko
kecurangan, seolah risiko tersebut tidak mungkin ada padanya, fasilitator
dapat mengingatkan dengan menggunakan hasil survei pendahuluan.
Dalam memfasilitasi FGD, fasiltator dapat menggunakan contoh daftar risiko
kecurangan sebagaimana disajikan dalam lampiran 5.
d. Pembicaraan Akhir
Setelah FGD selesai dilaksanakan dan kertas kerja penilaian risiko
kecurangan seluruhnya selesai dikerjakan, tim FRA menyusun Daftar Risiko
Kecurangan. Atas daftar risiko tersebut, tim FRA melakukan pembicaraan
akhir dengan pimpinan objek penugasan dan mendokumentasikannya dalam
Berita Acara Pembahasan Akhir dengan format sebagaimana disajikan pada
lampiran 4 Petunjuk Teknis teknis ini.
C. PELAPORAN
21
harus objektif dan sederhana, serta dapat mengidentifikasi tindakan yang jelas
dan terukur dalam menyampaikan hasilnya.
Laporan hasil penilaian risiko kecurangan pada pemerintah daerah disusun untuk
setiap surat tugas dan disampaikan kepada pimpinan daerah
(gubernur/bupati/walikota).
Format laporan sebagaimana disajikan pada lampiran 3.
Lampiran-lampiran:
Lampiran 1 Format Surat Tugas
Lampiran 2 Format Kertas Kerja Penilaian Risiko Kecurangan
Lampiran 3 Laporan Penilaian Risiko Kecurangan
Lampiran 4 Format berita acara pembicaraan akhir
Lampiran 5 Daftar risiko kecurangan pada Pemerintah Daerah
Lampiran 6 Lembar Survei Pendahuluan
22
Lampiran I / 1-2
Nomor : Tanggal/bulan/tahun
Lampiran :
Hal :
Atas perhatian dan kerjasama yang diberikan, kami ucapkan terima kasih.
Kepala,
(..........................)
TembusanYth.:
Inspektur Provinsi/Kabupaten/Kota.....
Lampiran I / 2 - 2
SURAT TUGAS
Nomor : ST-......................
1. .......
2. .......
3. .......
dst
(..........................)
Lampiran II / 1 - 1
Keterangan:
Kolom 1 : Nomor Urut
Kolom 2 : Diisi dengan tahapan proses kegiatan (perencanaan, penganggaran,
pelaksanaan, dst.)
Kolom 3 : Diisi dengan pernyataan risiko
Kolom 4 : Diisi dengan pihak yang bertanggungjawab terhadap pengelolaan risiko
berkenaan
Kolom 5 : Diisi dengan kemungkinan skenario terjadinya/dilakukannya fraud
berdasar analisis yang muncul pada saat FGD
Kolom 6 : Diisi dengan kelemahan pengendalian yang mengakibatkan munculnya
risiko tersebut. Kelemahan pengendalian dapat diidentifikasi dari aspek
man, money, machine, method, material yang bermuara pada lima unsure
pengendalian intern.
Kolom 7 : Diisi dengan nilai kemungkinan terjadi risiko dalam skala 1 sampai
dengan 5. Nilai 1 (sangat jarang terjadi) dan nilai 5 (sangat sering terjadi).
Kolom 8 : Diisi dengan nilai dampak jika suatu risiko benar-benar terjadi dalam
skala 1 sampai dengan 5. Nilai 1 (sangat tidak signifikan) dan nilai 5
(sangat signifikan).
Kolom 9 : Diisi dengan skala risiko yang merupakan hasil kali antara nilai likelihood
dan nilai dampak.
Kolom 10 : Diisi dengan deskripsi dampak yang nilainya telah dinyatakan dalam
kolom no. 7.
Kolom 11 : Diisi dengan pengendalian yang telah ada.
Kolom 12 : Diisi dengan rencana mitigasi/mengurangi risiko.
Lampiran III/1-9
Nomor : (Tanggal)
Lampiran : 1 (eks)
Hal : Laporan Hasil Penilaian Risiko Kecurangan pada
Pemerintah Provinsi/Kabupaten/Kota …………..
Bersama ini kami sampaikan Laporan Hasil Penilaian Risiko Kecurangan pada Dinas
A dan B Provinsi/Kabupaten/Kota ....... (2 OPD)
I. RINGKASAN EKSEKUTIF
Kami telah melakukan penilaian risiko kecurangan pada Dinas/Badan/Kantor A
dan B Provinsi/Kabupaten/Kota ....... (2 OPD). Hasil penilaian risiko sebagai
berikut:
1. Dinas/Badan/Kantor ............................. (OPD 1)
Terdapat ...... (…….) risiko kecurangan, terdiri atas ......... risiko sangat tinggi,
......... risiko tinggi, ............. risiko sedang, dan .............risiko rendah.
2. Dinas/Badan/Kantor .............................. (OPD 2)
Terdapat ...... (…….) risiko kecurangan, terdiri atas ......... risiko sangat tinggi,
......... risiko tinggi, ............. risiko sedang, .............risiko rendah.
Penilaian risiko kecurangan merupakan bagian dari pelaksanaan sistem
pengendalian intern pemerintah serta pelaksanaan fungsi audit intern sesuai
dengan Standar Audit Intern Pemerintah Indonesia.
V. METODOLOGI
Penilaian risiko kecurangan atas program/kegiatan utama pada
Dinas/Badan/kantor A dan B (2 OPD) Provinsi/Kabupaten/Kota …………..
dilakukan dengan metode:
Skala
Kemungkinan Probabilitas Kejadian Kejadian Berulang
Nilai
Tabel 2
Tingkat Dampak Terjadinya Risiko Fraud
Skala Dampak Kriteria
Pelaku Kerugian Keuangan
Nilai Sebutan Penyelesaian Pekerjaan
Penyimpangan Negara/Daerah
1 Tidak Signifikan Sampai dengan 20 hari Dilakukan oleh <5% dari nilai
kalender sejak masa pejabat empat tingkat anggaran kegiatan
berakhirnya pelaksanaan dibawah
pekerjaan PenanggungJawab
2 Kurang Lebih dari 20 hari Dilakukan oleh 5% s.d.10% dari nilai
Signifikan kalender sampai dengan pejabat tiga tingkat anggaran kegiatan
30 hari kalender sejak dibawah
masa berakhirnya PenanggungJawab
pelaksanaan pekerjaan
3 Sedang Lebih dari 30 hari Dilakukan oleh >10% s.d. 15% dari
kalender sampai dengan pejabat dua tingkat nilai anggaran
40 hari kalender sejak dibawah kegiatan
masa berakhirnya Penanggung Jawab
pelaksanaan pekerjaan
4 Signifikan Lebih dari 40 hari Dilakukan oleh >15% s.d 20% dari
kalender sampai dengan pejabat satu tingkat nilai anggaran
50 hari kalender sejak dibawah kegiatan
masa berakhirnya Penanggung Jawab
pelaksanaan pekerjaan
5 Sangat Lebih dari 50 (lima puluh) Dilakukan oleh > 20% dari nilai
Signifikan hari kalender sejak masa Penanggung Jawab anggaran kegiatan
berakhirnya pelaksanaan
pekerjaan
Status risiko dituangkan dalam bentuk tabel matriks risiko/skala risiko. Skala
risiko berfungsi sebagai dasar untuk menyusun peta risiko sekaligus sebagai
sarana untuk membuat kesepakatan atas respon terhadap risiko kecurangan
yang ada. Matriks ini dibuat konsisten dengan skala kemungkinan dan
signifikansi yang dipilih yaitu merupakan kombinasi matriks 5 x 5.
Penyusunan skala risiko dalam matriks tersebut akan menentukan prioritas
penanganan risiko kecurangan.
Lampiran III/5-9
Dalam skala lima, matriks peta risiko terdiri dari 25 bidang. Bidang-bidang
dengan spesifikasi warna tersebut menjadi dasar menetapkan respon
terhadap risiko kecurangan. Penetapan area atau bidang yang menjadi
prioritas disesuaikan dengan preferensi risiko instansi pemerintah. Matrik
risiko skala lima yang menggambarkan status risiko ditampilkan pada Tabel
3.
Tabel 3
MatrikRisiko Skala Lima Yang Menggambarkan Status Risiko
Konsekuensi/Dampak
Skala Kemungkinan Tidak Kurang Sangat
Sedang Signifikan
Signifikan Signifikan Signikan
5 Sangat Sering Sangat Sangat Sangat
Sedang Tinggi
Tinggi Tinggi Tinggi
4 Sering Sangat Sangat
Sedang Sedang Tinggi
Tinggi Tinggi
3 Kadang-kadang Sangat
Rendah Sedang Tinggi Tinggi
Tinggi
2 Jarang Rendah Rendah Sedang Sedang Tinggi
1 Sangat Jarang Rendah Rendah Rendah Sedang Tinggi
Sumber: Pedoman Pelaksanaan Penilaian Risiko di Lingkungan Instansi Pemerintah
Matrik risiko skala lima yang menggambarkan nilai risiko ditampilkan pada
Tabel 4.
Tabel 4
Matrik Risiko Skala Lima Yang Menggambarkan Nilai Risiko
Konsekuensi/Dampak
Skala Kemungkinan Tidak Kurang Sangat
Sedang Signifikan
Signifikan Signifikan Signikan
5 Sangat Sering 5 10 15 20 25
4 Sering 4 8 12 16 20
3 Kadang-
3 6 9 12 15
kadang
2 Jarang 2 4 6 8 10
1 Sangat Jarang 1 2 3 4 5
Sumber: Pedoman Pelaksanaan Penilaian Risiko di Lingkungan Instansi Pemerintah
3. Penyusunan desain rancangan pengendalian tambahan dalam rangka
mitigasi/penanganan risiko kecurangan. Risiko kecurangan yang memerlukan
pengendalian tambahan adalah risiko kecurangan yang berdasarkan hasil
penilaian risiko, memiliki nilai risiko minimal 8 atau yang memiliki nilai
Lampiran III/6-9
Alamat : ………………..........
Alamat : ………………..........
Sub Kegiatan :
(dari masing-masing
kegiatan utama)
3. Rekomendasi
Terhadap risiko-risiko kecurangan sebagaimana disajikan di atas, kami sarankan
kepada Gubernur/Bupati/Walikota................... untuk:
1) ..................
2) ..................
(Materi Rekomendasi berkaitan dengan rencana mitigasi sesuai Kertas Kerja/Lampiran 2)
Demikian laporan kami sampaikan, agar dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.
Atas perhatian dan kerjasama yang diberikan, kami ucapkan terima kasih.
Kepala Perwakilan,
……………………
Laporan Hasil Penilaian Risiko Kecurangan Individu dilampiri dengan Berita Acara
Pembahasan Akhir (BAPA).
Lampiran IV/1-1
Pada hari ini, ........ tanggal ...... bulan .... tahun.....telah dilaksanakan pembahasan hasil
penilaian risiko kecurangan pada Dinas/Badan/Kantor ……. Provinsi/
Kabupaten/Kota ....... antara:
2. (Pimpinan Objek Penugasan atau yang mewakili dari OPD 1 atau OPD 2)
(nama) (Nama)
Lampiran V/1-1
Berikut adalah contoh risiko kecurangan yang dapat terjadi atas program/kegiatan
pada Pemerintah Daerah. Risiko tersebut dapat digunakan sebagai arahan atau
contoh, namun tidak untuk membatasi tim pelaksana FRA di Perwakilan BPKP. Tim
dimungkinkan untuk mengedit risiko tersebut atau menambah risiko fraud baru yang
ditemukan dalam pelaksanaan penugasan. Risiko-risiko kecurangan tersebut antara
lain:
Kerahasiaan identitas responden akan dijaga sebagai bagian dari pengawasan yang
dikelola oleh BPKP. Data dan informasi yang didapatkan melalui kuesioner ini hanya
akan disajikan dalam bentuk agregat dan tidak akan disajikan atau dipublikasikan
secara individual.
PETUNJUK UMUM
PETUNJUK PENGISIAN
1. Usia
Kurang dari atau sama dengan 30 tahun
Lebih dari 30 tahun sampai dengan 40 tahun
Lebih dari 40 tahun sampai dengan 50 tahun
Lebih dari 50 tahun
2. Jenis Kelamin
Pria
Wanita
3. Pengalaman Kerja
Kurang dari atau sama dengan 10 tahun
Lebih dari 10 tahun sampai dengan 20 tahun
Lebih dari 20 tahun sampai dengan 30 tahun
Lampiran VI/2-3
Keterangan Jawaban:
1: Sangat JarangTerjadi
2: Jarang Terjadi
3: Kadang-kadang Terjadi
4: Sering Terjadi
5: Sangat Sering Terjadi
Tingkat Keterjadian
No. Perilaku dalam Organisasi
1 2 3 4 5
1 Benturan kepentingan dalam penugasan.
□ □ □ □ □
2 Praktik suap terkait jabatan dan/atau dalam
penugasan □ □ □ □ □
3 Pemberian uang/bingkisan/fasilitas untuk
keperluan promosi, mutasi dan/atau rotasi □ □ □ □ □
4 Praktik penerimaan gratifikasi dalam
pelaksanaan penugasan □ □ □ □ □
5 Permintaan imbalan oleh pegawai dalam
penugasan □ □ □ □ □
6 Penggunaan aset kantor (Barang Milik
Negara/Daerah) untuk kepentingan pribadi □ □ □ □ □
7 Penguasaan aset kantor (Barang Milik
Negara/Daerah) dengan cara memanipulasi □ □ □ □ □
kondisi barang
Lampiran VI/3-3
Tingkat Keterjadian
No. Perilaku dalam Organisasi
1 2 3 4 5
8 Manipulasi pertanggungjawaban
keuangan/belanja □ □ □ □ □
9 Kegiatan fiktif atau pengeluaran fiktif
□ □ □ □ □
10 Perjalanan dinas dalam dan luar daerah fiktif
□ □ □ □ □
11 Pembocoran informasi yang sifatnya rahasia
□ □ □ □ □
12 Pengabaian pengaduan masyarakat (Dumas)
untuk kepentingan pribadi atau orang lain □ □ □ □ □
13 Pelapor kejadian penyimpangan atau
whistleblower mendapat tekanan dari atasan, □ □ □ □ □
rekan kerja, atau pihak lainnya
14 Menurut Bapak/Ibu, selain yang disebutkan
di atas, apakah terdapat perilaku menyimpang 1. ........................................................
lain yang mungkin terjadi pada instansi
2. ........................................................
Bapak/Ibu bekerja?
3. ........................................................
15 Menurut persepsi Bapak/ibu, seberapa sering
perilaku menyimpang pada butir 14.1 tersebut □ □ □ □ □
terjadi pada unit kerja Bapak/Ibu?
16 Menurut persepsi Bapak/ibu, seberapa sering
perilaku menyimpang pada butir 14.2 tersebut □ □ □ □ □
terjadi pada unit kerja Bapak/Ibu?
17 Menurut persepsi Bapak/ibu, seberapa sering
perilaku menyimpang pada butir 14.3 □ □ □ □ □
tersebut terjadi pada unit kerja Bapak/Ibu?