Anda di halaman 1dari 17

NAMA: YUDI ALDIAN

NO BP: 1710531011
TUGAS MANAJEMEN STRATEJIK

Contoh Perusahaan yang Gagal:

1. Eastmen Kodak Company

merupakan sebuah perusahaan multinasional yang berbasis di Rochester, New York.


Didirikan oleh George Eastman dan Henry Strong pada tahun 1892. Perusahaan ini
menghasilkan berbagai macam produk kamera, fotografi, pencetak, dan lain-lain. Selama
abad ke-20, Kodak memegang peranan yang dominan dan menjadi pioner dalam
perkembangan fotografi film, bahkan pada tahun 1976 menguasai 90% market di Amerika
Serikat. Saat itu Kodak terkenal dengan tagline-nya "Kodak moment".
Namun memasuki abad ke-21, perusahaan ini mulai mengalami kemunduran dan pada 19
Januari 2012, perusahaan ini resmi mengajukan permohonan mendapat perlindungan
kepailitan. Ini berawal, sejak diketemukannya teknologi digital fotografi, fotografi film mulai
ditinggalkan dan berdampak terhadap merosotnya kinerja Kodak.

Analisis penyebab bangkrutnya Perusahaan Kodak East Corporation.


Perusahaan fotografi yang sangat terkenal pada abad ke-20 atau yang biasa dikenal dengan
Kodak secara resmi mengajukan perlindungan pailit ke Pengadilan Kota Newyork pada
awal tahun 2012 lalu. Ini menunjukkan bahwa perusahaan besar tidak selamanya selalu
diatas tingkat penjualannya dan bukan berarti perusahaan akan aman dari kata “bangkrut”.
Setiap perusahaan harus dapat mengantisipasi segala sesuatu yang dapat menyebabkan
kerugian atau bahkan kebangkrutan bagi perusahaan. Alasan yang menyebabkan
kebangkrutan dari Perusahaan Eastman Kodak dapat dilihat dari beberapa sudut pandang
teori manajemen, yaitu :

 Learning Organization
Di dalam lingkungan industri, setiap perusahaan seharusnya selalu dapat
menyesuaikan diri dengan perkembangan yang sedang terjadi dipasar. Setiap orang
dalam perusahaan harus dapat mengembangkan potensi perusahaan, dan melakukan
observasi secara berkelanjutan untuk mencapai hasil yang terbaik bagi perusahaannya.
Hal ini yang tidak dilakukan oleh perusahaan Eastman Kodak Corporation. Kodak
seharusnya dapat mengembangkan potensi yang ada. Terlebih sebenarnya pelopor
pertama kamera digital adalah perusahaan Kodak. Pastinya sumber daya manusia yang
ada didalamnya juga memiliki kapasitas yang memadai apabila dilatih dan
dimaksimalkan potensinya untuk dapat menciptakan produk-produk baru yang memiliki
tingkat inovasi lebih tinggi dalam hal menghadapi perubahan teknologi yang sedang
berkembang.
Tetapi perusahaan ini terlalu puas dengan apa yang diraih pada masa kejayaannya
yaitu abad ke 20 sehingga membuat Kodak berdiam diri dan tidak mengembangkan
potensi produknya. "Status quo membunuh Kodak”. Berdiam diri di era yang terus
bergerak tak akan membuat perusahaan berjalan dengan baik. Baik perusahaan besar
maupun kecil harus tetap bergerak maju beberapa langkah kedepan, begitupun dengan
perusahaan Kodak. Akibatnya perusahaan ini terlambat mengantisipasi trend kamera
digital yang sekarang sedang berkembang di pasar sehingga berada dalam kondisi
sesulit ini.
Dengan kerugian atau penurunan penjualan produknya, Kodak seharusnya dapat
belajar dari pengalaman dan mencoba untuk berinovasi lebih baik dengan mengeluarkan
berbagai produk yang dapat membuatnya bangkit dari keterpurukan. Namun perusahaan
ini memang belum memiliki kemampuan “Learning Organization”. Dia tidak dapat
menganalisis keberhasilan atau kegagalan dari dikeluarkannya suatu sistem atau produk
baru. Ini terbukti dengan biarpun perusahaan ini mencoba mengeluarkan produk kamera
digital namun produk ini tidak booming dipasaran karena dinilai masih kurang
memenuhi permintaan atau selera konsumen yang selalu berubah mengikuti
perkembangan teknologi.

 Managing for Competitive Advantage


Sebuah kunci untuk memahami kesuksesan dari sebuah perusahaan, baik nasional
maupun internasional bukanlah dilihat dari berapa banyak industri dimana perusahaan
beroperasi akan memengaruhi masyarakat atau seberapa besar perusahaan itu akan
bertumbuh. Kuncinya adalah keunggulan kompetitif yang dijalankan oleh perusahaan
dan bagaimana keunggulan itu dapat dipertahankan dan diperbaharui.
Keunggulan kompetitif adalah kelebihan yang dimiliki oleh suatu produk
dibanding dengan produk pesaing agar dapat menarik perhatian konsumen dan
meningkatkan penjualan. Untuk dapat bertahan dibidangnya, perusahaan harus memiliki
keunggulan atas para pesaing dan mendapatkan keuntungan. Keunggulan kompetitif
yang ditekankan oleh perusahaan Eastman Kodak Corporation dari mulai awal
pendiriannya adalah memberikan kualitas tinggi dan inovasi pada setiap produknya.
Dari awal pendiriannya Kodak selalu memperhatikan kualitas pada tiap produk
yang dihasilkannya. Kualitas yang ditawarkan mencakup kinerja produk yang baik,
layanan terhadap konsumen, tanggung jawab terhadap kecacatan atau kerusakan produk
yang dihasilkan, kesesuaian dengan standar-standar yang telah ditetapkan, daya tahan,
dan estetika bentuk produk.
Pada abad ke-20, Kodak menjadi satu-satunya perusahaan dimana banyak orang
mempercayakan kenangan yang berharga bagi mereka untuk diabadikan dengan produk
fotografi Kodak. Hal itu disebabkan karena Kodak menawarkan kualitas gambar yang
baik untuk setiap hasil bidikan kamera filmnya. Kodak juga bertanggungjawab dengan
memberikan garansi untuk setiap produknya selama batas waktu tertentu. Selain itu,
produk Kodak juga memiliki daya tahan yang cukup kuat dan tahan lama.
Namun mempertahankan saja tidak cukup. Setiap perusahaan seharusnya dapat
memperbaharui kualitasnya agar lebih baik sesuai dengan kemajuan teknologi. Melihat
keadaan Kodak yang tidak dapat beradaptasi dengan perkembangan teknologi digital
saat ini, maka kualitas pun sudah tidak dapat diandalkan lagi sebagai Competitive
Advantage perusahaan. Kualitas produk para pesaing seperti Nicon atau Canon sudah
jauh diatas Kodak. Kini biarpun Kodak telah mengeluarkan kamera digital namun
kinerja produk Kodak masih terbatas dan kualitas gambar yang dihasilkannya belum
dapat menyamai atau bahkan melampaui para pesaing.
Untuk hal inovasi, Perusahaan Kodak juga tidak dapat diragukan lagi
keberadaaannya pada abad yang lalu. Secara terus-menerus Kodak berinovasi
menciptakan produk-produk dengan fitur yang lebih baik dari sebelumnya. Perusahaan
ini menciptakan berbagai jenis kamera dari mulai Folding Pocket Camera, Kodakolor
film, Kamera Instamatic hingga kamera digital pertama.
Namun untuk tetap menjadi perusahaan besar yang sukses, hanya dengan
menciptakan suatu competitive advantage itu belumlah cukup. Perusahaan harus
senantiasa mempertahankan dan memperbaharuinya agar tetap mempunyai daya saing
yang tinggi terhadap perusahaan lain.
Di dalam lingkungan industri, setiap perusahaan seharusnya selalu menyesuaikan
diri dengan perkembangan yang sedang terjadi dipasar agar tidak ketinggalan teknologi
dengan perusahaan pesaing lainnya. Perusahaan harus mengikuti trend yang sedang
digandrungi oleh masyarakat agar dapat menarik perhatian konsumen dan
meningkatkan penjualan produk-produknya.
Sayangnya saat sudah menjadi besar dan sukses dengan kamera filmnya,
perusahaan ini berhenti berinovasi dan tidak dapat memperbaharui inovasinya. Kodak
terlalu fokus pada produksi kamera analog dibandingkan dengan mengembangkan
dirinya untuk dapat memberikan inovasi kamera digital bagi konsumen.
Akibatnya perusahaan ini terlambat mengantisipasi trend kamera digital yang
sekarang sedang berkembang di pasar sehingga berada dalam kondisi sesulit ini.
Meskipun menurut beberapa fotografer mengatakan bahwa pasar kamera analog tidak
akan hilang, namun jumlah kapasitas produksinya akan semakin kecil.
Karena seperti yang diketahui, masyarakat sekarang lebih memilih untuk
menggunakan kamera digital yang sistem penggunaannya lebih sederhana, harga lebih
terjangkau (tergantung brand dan kualitas) dan hasil pemotretan yang jauh lebih bagus.
Dibandingkan dengan kamera analog yang harus mengeluarkan uang lebih banyak
untuk membeli film dan sistem pencetakan yang agak sulit.

 Environment Analysis
1. Pemantauan Lingkungan (Environment Scanning)
Langkah pertama yang mungkin dilakukan untuk menghadapi ketidakpastian
dalam lingkungan adalah dengan menentukan hal apa saja yang penting bagi
perusahaan. Namun sering kali perusahaan mengabaikannya kemudian menyesali
tindakan-tindakan tersebut dikemudian hari.
Penyesalan inilah yang sedang dialami Kodak. Perusahaan fotografi tersebut
sebenarnya berkesempatan besar untuk menjadi perusahaan yang memproduksi
kamera digital yang terbaik, karena Kodak yang pertama kali menemukan kamera
digital. Namun perusahaan tidak melihat potensi tersebut dan akhirnya kehilangan
kesempatan mendapatkan pasar yang penting yang telah direnggut oleh perusahaan
pesaing.
Seharusnya tidak akan terjadi hal seperti itu apabila Kodak melakukan
pemantauan lingkungan sebelumnya. Para manajer harus mencari informasi seperti
pesaing, hambatan, produk substitusi, keadaan ekonomi, perubahan teknologi, dan
lain-lain. Pemantauan lingkungan diperlukan untuk memahami perubahan-
perubahan, kesempatan-kesempatan, dan ancaman-ancaman di lingkungan
sekitarnya.
2. Pengembangan Skenario (Scenario development)
Setiap perusahaan sudah sejatinya harus dapat memperkirakan atau menentukan
pengaruh kekuatan lingkungan terhadap perusahaan mereka. Mereka biasanya
mengembangan skenario-skenario untuk masa depan. Jika perusahaan Kodak sudah
melakukan pengembangan skenario-skenario untuk perusahaannya, maka tidak akan
terjadi kondisi sesulit ini. Karena mereka sudah membuat rencana-rencana
kemungkinan yang akan dilakukan bila terjadi hasil yang berbeda-beda.
Seperti halnya kemajuan teknologi dan tindakan pesaing-pesaing seperti Canon
dan Nicon yang semakin agresif, Kodak seharusnya sudah memiliki rencana
alternatif yang akan dijalankan untuk dapat bertahan dan menyaingi pesaing-
pesaingnya tersebut.
3. Peramalan (Forecasting)
Peramalan perlu dilakukan untuk memperkirakan bagaimana tepatnya beberapa
variabel akan berubah dimasa depan. Ini yang merupakan kesalahan dari para
manajer Kodak. Mereka tidak dapat memperkirakan kemajuan teknologi dan selera
masyarakat yang semakin berkembang, serta jumlah permintaan atas produk kamera
analog yang semakin lama semakin berkurang karena adanya kamera digital.
4. Tolak Ukur (Benchmarking)
Terkadang untuk menghasilkan produk yang baik, perusahaan harus memilih dan
mengidentifikasi kinerja produk dari perusahaan yang terbaik dibidangnya. Seperti
halnya pada saat mulai mengalami kerugian, Kodak seharusnya dapat
mengidentifikasi produk kamera digital yang terbaik untuk memahami sumber
competitive advantage mereka dan selanjutnya mengembangkan produk dengan
inovasi yang lebih baik. Bukan seperti saat ini, Kodak hanya mengeluarkan kamera
digital yang fiturnya tidak lebih baik bahkan dibawah kualitasnya dibandingkan
dengan para pesaingnya. Sehingga kamera digitalnya tidak begitu laku dipasaran
karena kurang memenuhi selera pasar.

 Competitive Environment
1. Pembeli (Buyers)
Dengan adanya para pesaing seperti Canon, Nicon, Sony dan lain-lain membuat
konsumen memiliki banyak pilihan dalam membeli kamera. Hal ini membuat
kekuatan tawar-menawar pembeli menjadi sangat kuat, karena konsumen bisa
sangat selektif dalam menentukan pilihannya. Selera masyarakat juga berubah-ubah
mengikuti trend yang sedang terjadi. Seiring perkembangan zaman disertai dengan
kemajuan teknologi dan kesibukan masyarakat maka mereka lebih menginginkan
untuk sesuatu yang lebih mudah, seperti halnya kamera digital. Dulu Perusahaan
Kodak mencapai kejayaan pada abad ke 20 saat dunia hanya mengenal kamera
analog yang agak besar dan sistem penggunaannya agak sulit. Sekarang zaman
sudah berubah, konsumen lebih memilih untuk membeli kamera digital yang sistem
penggunaannya lebih mudah. Namun sayang perusahaan Kodak terlambat
mengantisipasi trend kamera digital yang berkembang saat ini. Meskipun Kodak
sempat mencoba memproduksi kamera digital namun ternyata pasar produk mereka
telah direnggut oleh perusahaan lain yang dapat lebih memenuhi selera konsumen
dengan berbagai fitur terbarunya.
2. Persaingan antar industri yang sudah ada (Rivals)
Saat ini banyak sekali perusahaan yang bergerak dibidang alat fotografi, seperti
Sony, Canon, Minolta, Panasonic, Samsung, Nikon, dan lain-lain. Persaingan ini
sudah berlangsung sejak lama. Masing-masing perusahaan terus berinovasi
menciptakan kamera digital dengan fitur-fitur andalan yang terbaru. Banyaknya
perusahaan ini menciptakan keadaan persaingan yang sangat ketat antar
perusahaan. Dua dari nama-nama perusahaan diatas yang menjadi pemimpin dalam
dunia fotografi digital saat ini adalah Canon dan Nikon yang memiliki platform
kamera digital seperti kamera DSLR. Dua merk ini merupakan merk yang paling
dipertimbangkan saat ini di dunia. Mereka banyak diminati karena menawarkan
fitur-fitur menarik, desain yang unik, kualitas barang, dan tentunya harga yang
sesuai sehingga dapat menarik perhatian masyarakat dunia.
Perusahaan Kodak kalah saing terhadap perusahaan-perusahaan tersebut,
dibuktikan dengan penurunan secara drastis terus-menerus hasil penjualan produk
Kodak. Mungkin karena Kodak terlambat untuk mengantisipasi teknologi
digitalisasi fotografi sehingga dia tidak dapat beradaptasi dan berinovasi lebih baik
dengan kamera digital dan mengakibatkan daya saing yang rendah terhadap
produk-produk yang dikeluarkan oleh perusahaan lain.
3. Ketersediaan barang substitusi (Substituties)
Barang substitusi dari kamera digital adalah handphone berfitur kamera
dengan resolusi tinggi yang mempunyai banyak keunggulan: lebih praktis, mudah
dibawa kemana-mana, harga lebih terjangkau, dan efisien karena sekaligus alat
komunikasi. Selain itu, juga ada produk yang sedang digandrungi khalayak ramai
saat ini yaitu PC Tablet. Selain dikenal dengan fungsi sebagai pengganti notebook
atau laptop yang lebih ringkas dengan layarnya yang besar, PC Tablet biasanya
juga memiliki kamera dengan resolusi tinggi sehingga dapat menyamai kualitas
kamera digital.

Kesalahan Manajemen Strategi


Kodak sebenarnya bukan tidak menyadari adanya ancaman kamera digital ini.
Pada tahun 1981, setelah Sony merilis kamera digital, Kodak melakukan riset pasar
yang sangat detail mengenai ancaman fotografi digital. Kesimpulan riset tersebut, yaitu:
1. Fotografi digital berpotensi menggerus bisnis inti Kodak yang didominasi
kamera film.
2. Butuh waktu untuk transformasi teknologi tersebut, namun Kodak punya
sekitar satu dekade untuk bersiap-siap. Ini harusnya jeda waktu (windows of
opportunity) yang cukup bagi Kodak untuk mempersenjatai diri.
Mengingat kesimpulan tersebut, Kodak bukannya mentransformasi teknologi
yang digunakan tetapi perusahaan ini malah melakukan kesalahan strategis. Daripada
meningkatkan kualitas dan mematangkan teknologi kamera digital agar dapat beralih
dengan baik ke teknologi yang baru, Kodak justru hanya mau mengembangkan
teknologi digital demi memperbaiki kualitas kamera film. Jelas ini merupakan
kesalahan strategis yang cukup fatal dari pihak manajemen Kodak.
Manajemen Strategis diperlukan oleh setiap perusahaan untuk dapat menciptakan
dan melaksanakan strategi yang akan dilakukan perusahaan untuk mencapai kemajuan.
Seharusnya saat Kodak mengidentifikasikan misi, dan strategi perusahaan untuk
mengetahui apa yang akan dilakukan oleh perusahaan, Kodak mempertimbangkan juga
keadaan internal dan eksternal dari perusahaaan. Karena ancaman dari perusahaan
pesaing lainnya sudah tidak memungkinkan untuk Kodak berjalan lambat seperti yang
dilakukannya.
Kodak hanya memasarkan Kodak Advantix Preview. Produk ini merupakan
perpaduan kamera digital dan kamera analog. Kamera ini memungkinkan orang untuk
memilih foto yang diinginkan untuk disimpan di film. Kamera konvensional biasa tidak
dapat melakukan itu. Tapi dizaman sekarang saat orang telah mengenal kamera digital
yang praktis, pastinya dia akan memikir berulang kali untuk membeli kamera digital
tapi harus membayar film untuk cetak foto.
Strategi setengah-setengah ini terus dikembangkan oleh Kodak meskipun pada
tahun 1986 Kodak berhasil mengembangkan kamera digital dengan resolusi satu juta
piksel pertama. Alasan utama Kodak menerapkan strategi tersebut adalah karena Kodak
enggan meninggalkan bisnis film yang masih menguntungkan. Setiap perusahaan pasti
akan sulit untuk meninggalkan bisnis inti yang telah membuat namanya besar, tapi itu
juga harus melihat kondisi dan situasi pasar. Karena Kodak tidak tanggap keadaan pasar
maka perusahaan ini berada di kondisi krisis. Saat Kodak tahu tidak ada pilihan selain
harus beradaptasi, ternyata langkah memproduksi kamera digital untuk memperbaiki
keadaan perusahaan sudah terlambat.
Sebenarnya Kodak tidak boleh menyalahkan fotografi digital atas
kebangkrutannya. Karena Fujifilm, perusahaan pesaing yang mempunyai bisnis inti
yang sama dengan Kodak dapat menyelamatkan perusahaannya dengan beradaptasi,
melakukan transformasi bisnis yaitu meninggalkan bisnis intinya ketika tahu itu tak lagi
menguntungkan. Saat ini Fujifilm masih berjaya dengan kapitalisasi bisnis sebesar 12.6
miliar dollar AS, sedangkan Kodak hanya 220 juta dollar AS. Sehingga Clay
Christensen penulis buku bisnis The Innovator’s Dilemma, dapat berpendapat bahwa
Kodak bertanggung jawab penuh atas kesalahan strategis ini. Kodak sudah melihat
“tsunami” akan tiba tapi hanya berdiam diri tidak berbuat apa-apa.
Kodak gagal melakukan transformasi karena terkunci pada model bisnis yang
mengagungkan kamera film. Ini sangat ironis, mengingat pendiri Kodak, George
Eastman, juga menghadapi pilihan transformasi bisnis, bahkan dua kali, tapi ia
bertindak berbeda. Pertama, ketika Eastman beralih ke kamera film dari kamera dry-
plate yang sebenarnya masih sangat menguntungkan perusahaan. Kedua, ketika
Eastman pindah ke film berwarna meskipun pada waktu itu kualitasnya masih inferior
dibanding film hitam putih yang masih didominasi oleh Kodak.
Kodak adalah bukti bahwa suatu perusahaan akan jatuh jika tidak punya mindset
yang terbuka pada perubahan, sebesar apapun perusahaan tersebut. Perusahaan harus
melakukan transformasi, jika bisnis utama tidak bisa lagi dipertahankan. Kodak
bukannya tidak tahu perubahan itu akan datang, tetapi perusahaan ini tidak membuka
diri, kemudian lambat beradaptasi dengan perubahan.
Hal lain yang perlu ditekankan adalah bahwa sebuah perusahaan harus terus
berinovasi bahkan jika hasil inovasi tersebut akan menghabiskan bisnis inti. Inilah yang
harus dilakukan oleh setiap perusahaan. Terus menantang dirinya sendiri dengan
inovasi-inovasi baru. Jika tidak, perusahaan pesaing akan melakukan hal tersebut, dan
perusahaan akan ketinggalan start untuk mendapat pasar yang luas.
Dalam bisnis, waktu sangat berperan penting. Jika perusahaan menjadi pemain
pertama di pasar untuk satu produk tertentu, maka perusahaan tersebut akan selangkah
didepan, dan pasar akan di bawah kendalinya. Kodak seharusnya bisa memanfaatkan ini
karena ia yang mewujudkan fotografi digital pertama kali. Namun perusahaan ini gagal
memanfaatkan keadaan tersebut, dan akhirnya mengalami kebangkrutan.

Contoh Perusahaan yang sukses:

1. Fujifilm

Fujifilm merupakan perusahaan fotografi yang besar dan sudah mendunia telah
memasuki lebih dari 50 negara yang ada di berbagai dunia memasarkan produknya
seperti produk elektronik kamera dn lensa, kesehatan dan kosmetik dll.
Fujifilm selalu berkomitmen sebagai produsen kamera yang berteknologi,
berkualitas, serta selalu menghasilkan produk yang inovatif demi mewujudkan
perusahaan yang lebih baik.
Langkah fuji film semakin berkembang pesat terbukti dari banyaknya
perusahaan yang berhasil diakuisisi oleh perusahaan Fujifilm seperti pada tahun 1993
mengakuisisi Sham Chiyoda Mediall Co.,Ltd, 2004 mengakuisisi sebuah perusahaan
bahan mikroelektronik, sampai tahun 2016 terakhir Fujifilm mengakuisisi Monolis.,
Co.Ltd.
Analysisis of existing key issues and strategies
Strategi yang dilakukan Fujifilm menghadapi krisis yang di alami.
a. Promosi
Fokus utama Fujifilm dalam memasarkan produknya yaitu dengan menggarap
pasar anak muda generasi milenial. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan
awareness Fujifilm di kalangan generasi muda, pengenalan digencarkan melalui
media sosial. Fujifilm harus banyak brainstorming dengan generasi milenial,
mengenalkan teknologinya. Fujifilm lebih menjelaskan apa itu Fujifilm, apa yang
menjadi keuntungan produknya. Dan ini merupakan strategi promosi yang
ditawarkan oleh Fujifilm.
Promosi yang dilakukan Fujifilm pada 2011, tergolong masif berpromosi melalui
jalur above the line (ATL) dengan beriklan di koran, iklan majalah, dsb. Namun,
saat ini pihak Fujifilm lebih fokus berpromosi melalui medsos/pemasaran digital
dan below the line (BTL) melalui pameran fotografi, gawai, workshop, dan photo
walk. Selain itu, Fujifilm juga rajin membuat Fujifilm goes to school ke berbagai
SMP dan SMA. Lalu, membuat album foto supaya mudah dicerna apa itu
teknologi mirrorless.
Untuk medsos, Fujifilm banyak menggaet key opinion leader (KOL) sebagai
endorser. Seperti sudah disinggung di atas, mereka ini disebut X-Photografer. KOL
ini antara lain Dewandra Djelantik, Gatot Subroto, dan Hariyanto. Dengan para
KOL ini, sering digelar acara hunting foto bareng. Acara ini pernah dilakukan di
Palembang dan New York (tahun lalu). Sementara tahun ini rencananya akan ke
Tokyo, Jepang. Hasil foto-fotonya, selain ditampilkan di medsos masing-masing,
juga di-share di medsos Fujifilm dan website Fujifilm.
Komunitas di berbagai kota juga digarap. Misalnya, Fujiguy Indonesia, komunitas
pencinta Fujifilm. Dengan komunitasnya ini, Fujifilm rajin membuat workshop
dengan tema tertentu sesuai dengan kebutuhan mereka. Nah, peserta yang hadir
pun tidak hanya mereka yang berasal dari komunitas Fujifilm, tetapi juga dari
komunitas yang membahas tentang sharing dengan tujuan edukasi.

b. Service Center
Layanan service kamera tak luput menjadi salah satu yang diperhatikan oleh
Fujifilm. Mereka berupaya untuk tidak membiarkan konsumen menunggu lama
ketikaa memperbaiki produknya.
Lewat service center, Fujifilm memberikan batasan waktu maksimal waktu
pengerjaannya, yakni paling lama 14 hari. Namun tak jarang perbaikan ini
dilakukan lebih singkat. Sehingga membuat konsumen merasa puas akan servise
yang di tawarkan oleh perusahaan.

c. Kemajuan Teknologi
Kecanggihan teknologi saat ini sudah banyak dimanfaatkan untuk berbagai
keperluan termasuk dokumentasi berbagai kegiatan rutin maupun kegiatan ekstrim
yang terkadang dilakukan. Seseorang pasti sudah sering mengabadikan moment
menggunakan kamera digital untuk membagikan hasil gambarnya ke sosial media.
Selain dibagikan, para pecinta fotografi sejati juga akan mengoleksi beberapa foto
pemandangan, foto objek hingga foto diri dengan berbagai model atau tipe
panorama. Untuk menghasilkan sebuah foto yang berkualitas, salah satu faktor
yang sangat mendukung adalah kamera yang digunakan.
Fujifilm merupakan vendor action camera asal negeri sakura yang telah terkenal
akan produk-produk teknologinya yang canggih dan populer. Jika dahulu Fujifilm
kita kenal dengan kamera konvensional yang masih menggunakan roll film hitam
putih atau negatifnya, kini sudah ada kamera DSLR, dan kamera mirrorless yang
bisa digunakan dengan lebih nyaman dan cepat. Kesemua jenis kamera tersebut
memiliki ciri tersendiri yang dapat Anda pilih sesuai dengan kebutuhan atau selera
masing-masing.
Kamera Fujifilm sendiri adalah sebuah kamera mirrorless buatan Fujifilm yang
dapat bersaing dengan maksimal dengan pesaing-pesaingnya baik yang berasal
dari negeri Jepang maupun negara Eropa. Semua itu berkat kemajuan teknologi,
sehingga perusahaan mau tidak mau harus mengikuti perkembangan teknologi
yang ada.

d. Sistem Distributor Andalan


Fujifilm aktif memperluas jaringan distributor di Indonesia. Saaat ini Fujifilm
sudah memiliki 80 ritel dan 180 toko serta gerai tersendiri seperti Fujifilm
shoeroom di Gandaria Jakarta. Fujifilm sangant selektif dalam memilih distributor
di karenakan tidak semua toko beralih ke kamera digital

e. Good Governance
Ikhtisar Tata Kelola Perusahaan "Dasar seluruh bisnis kami adalah jujur, terbuka,
adil dan jelas yang memungkinkan kita untuk melihat fakta-fakta objektif dengan
cara yang tulus dan lugas, membuat keputusan yang rasional, dan terus menerus
menghadapi tantangan dengan keberanian. Dengan kebudayaan perusahaan yang
seperti ini, Fujifilm selanjutnya akan mengasah keunggulan teknologi terdepan dan
mengembangkan produk yang inovatif dan mendpatkan kepercayaan pelanggandan
memberikan kepuasan untuk tetap menjadi perusahaan yang kuat yang secara
konsisten menciptakan nilai baru dan melatih kepemimpinan perintis.

f. Corporate Social Responsibilty


Fujifilm Holding Corporation mengambil tanggung jawab sosial nya dengan sangat
serius. Misalnya, sebagai wujud kepedulian dan tanggung jawab terhadap
lingkungan Fujifilm melakukan aksi “menanam pohon untuk dunia”. Dalam hal
lingkungan dan sekitar Fujifilm membantu di bidang pendidikan seperti
memberikan bantuan berupa buku-buku untuk anak-anak di tempat terjadinya
bencana. Gerakan satu orang untuk satu sampah.
A. Objective and influence of major stakeholders
Pemangku kepentingan utama Fujifilm Indonesia adalah karyawan dan
pelanggannya. Namun, status tanggung jawab sosial perusahaan juga dipengaruhi oleh
pemangku kepentingan lainnya. Berikut ini adalah kelompok pemangku kepentingan
utama Fujifilm Indonesia, disusun sesuai dengan kepentingannya:
Para karyawan
Pelanggan
Investor
Komunitas

a. Para karyawan. Fujifilm Indonesia memprioritaskan karyawan sebagai sumber nilai


perusahaan dan menjadi aset penting untuk mendukung pertumbuhan perusahaan.
Kepentingan para pemangku kepentingan ini mencakup sejumlah program
pelatihan ke jepang untuk pelatihan dan pengembangan karir untuk karyawan yang
memang berprestasi.
b. Pelanggan. Fujifilm memandang pelanggan sebagai kelompok pemangku
kepentingan dengan penekanan yang paling kuat. Kepentingan para pemangku
kepentingan ini mencakup kepuasan para pelanggan dan berusaha memberikan
yang terbaik terhadap kualitas produk, layanan dan teknologi, sambil membangun
umpan balik pelanggan melalui komunikasi agar semakin loyal.
c. Investor.Fujifilm berusaha untuk memenuhi tuntutan investor sebagai kelompok
pemangku kepentingan utama serta melakukan perdagangan yang adil dan tidak
memihak. Kepentingan para pemangku kepentingan ini mencakup profitabilitas dan
pertumbuhan pendapatan. Hal ini dilakukan untuk memperkuat kemitraan dengan
para investor.
d. Komunitas. Fujifilm Indonesia berusaha mendengarkan komunitas dan masyarakat
untuk memenuhi tanggung jawab sosial bagi perusahaan. Kepentingan para
pemangku kepentingan ini mencakup program dukungan dan pengembangan
masyarakat hal ini dilakukan untuk menyelesaikan masalah-masalah sosial secara
aktif melalui produk-produk kami, layanan dan teknologi. Contoh yang dilakukan
oleh komunitas Fujiguy Indonesia, komunitas pencinta Fujifilm. Komunitas
Fujifilm ini tidak hanya sekedar berkumpul namun di dalamnya terdapat
workshop dengan tema yang beragam tertentunya sesuai dengan kebutuhan
mereka. Workshop ini memberikan edukasi kepada pesertanya. Komunitas ini
dibuat tidak hanya untuk berkumpul dan menyalurkan hobi tapi juga turut
berkontribusi terhadap linkungan sekitar. Dengan demikian, perusahaan memiliki
beragam program tanggung jawab sosial perusahaan untuk mendukung pemangku
kepentingan ini.

B. Internal and external analysis


1. Analisis Internal Perusahaan
a. Grafik Analisis Keuangan Fujifilm
Pendapatan terkait dengan total penjualan pada tahun 204-2007 mengalami
penurunan yang signifikan. Hal ini mungkin di sebabkan karena penurunan
penjualan kamera digital pada saaat itu terus mengalami penurunan.
Laporan keuangan tahun fiskal 2016, bisnis kamera digital Fujifilm hanya
menyumbang 103,4 miliar yen dari total pendapatan Fujifilm sebesar 2,492 triliun
yen atau 4 persen, jumlah ini turun 14 persen dibandingkan tahun sebelumnya.
Bisnis kamera digital, merupakan terendah kedua setelah bisnis recording media
yang hanya menyumbang 46,6 miliar yen atau 2 persen dari total pendapatan
Fujifilm.

b. Struktur Organisasi
Struktur organisasi yang digunakan oleh Fijifilm adalah struktur organisasi
lini/garis. Dengan menggunakan tipe organisasi ini, maka perintah dalam
perusahaan mengalir dari Executive Officers turun ke PR, Corporate Planning,
Personnel, General Administration, CSR, Corporate R&D. Nantinya Director &
COO bertanggung jawab kepada CEO, CEO bertanggung jawab kepada Board of
Directors dan Board of Directors bertanggung jawab kepada Shareholders.

Adapun struktur organisasi yang di gunakan di Fujifilm Indonesia adalah:


Struktur Organisasi departement Marketing PT. Fujifilm Indonesia

General Manager
Sales and
Marketing

MarketingEkstern
MarketingInternal Sales Manager
al
1. Sales Manager
Deskripsi Umum : Mencapai target penjualan yang sudah ditentukan
perusahaan, menambah channel penjualan dan mengkordinasikan sales.
Tugas Pokok :
a. Membuat target penjualan tahunan dalam qunatity maupun value.
b. Menyusun, mengelola dan mengembangkan organisasi dan segenap anggotanya
sesuai dengan kebutuhan organisasi secara keseluruhandan potensi masing-masing
anggota tim.
c. Mengembangkan produk serta brand yang ada di bawah tanggung jawabnya
dengan tujuan memperkuat produk/brand nya serta memperbesar kontribusinya
terhadap perkembangan perusahaan.
d. Mengembangkan area-area dimana produknya masih lemah dengan secara rutin
dan periodik mengunjungi serta bekerja sama dengan tim sales, baik di pusat
maupun area.

2. Marketing Internal
Deskripsi Umum, Membantu General manager dalam mengelola brand mulai dari
penyusunan platform/konsep produk, perencanaan strategiknya (strategi 4P),
pelaksanaannya serta monitoring dan review kegiatan, sampai dengan tindakan
korektif jika diperlukan.
a. Membantu menyusun konsep produk (STP) dan bauran pemasarannya yang meliputi
strategi produk, price, place, dan promotion.
b. Membantu menyusun marketing objective serta target penjualan yang sudah
ditentukan.
c. Membantu menyusun rencana kegiatan marketing sebagai perwujudan strategi dan
pencapaian target penjualan yang sudah ditentukan.
d. Menjalankan kegiatan marketing bekerja sama dengan tim sales yang ada di
lapangan serta seluruh distributor perusahaan.
3. Marketing External
Deskripsi umum : Membantu General Manager dalam mengelola brand mulai dari
penyusunan pembelanjaan media, event dan promosi di media sosial.
a. Hubungan dengan klien : Me-maintain hubungan baik dengan klien baik dengan
membuat gathering, membuat komunitas pelanggan, survey/ polling untuk
mendapatkan masukan dari pelanggan terhadap suatu product/service/citra
perusahaan Membantu menyusun marketing objective serta target penjualan yang
sudah ditentukan.
b. Hubungan dengan pers: Membuat dan membagikan press release Mementain
hubungan baik dengan media.

2. Analisis Eksternal Perusahaan


Dalam menjalankan sebuah perusahan perlu adanya strategi, strategi dapat menjadi
kunci kesuksesan sebuah bisnis yang di jalankan namun dalam penerapannya
banyaknya kendala-kendala yang menyebabkan persahaan harus berfikir kembali
salah satunya dengan menggunakan analisis pengambil keputusan khusus tentang
lingkungan eksternal.
Lingkungan eksternal merupakan faktor penting yang perlu di kaji dalam penentuan
pengambil keputusan. Pengenalan dan pengmahaman tentang erbagai kodisi
menjadi hal yang mutlak yang arus ditelaah lebih lanjut. Berikut merupakan analisis
lingkngan eksternal di perusahaan Fujifim.

a. Natural Envronment
Fujifilm merupakan sebuah perusahaan Jepang mengkhususkan dalam bidang
optik dan gambar serta beberapa bidang lainya seperti di bidang kesehatan dan
kosmetik. Seperti yang kita ketahui alam sangat berpegaruh terhadap setiap
penjualan. Sama halnya dengan penjualan Fujifilm karena distributor Fuji
bayak tedapat di berbagai tempat di Indoesia sehingga membuat pengiriman
menjadi terhambat.

b. Societal Envronment
 Ekonomi
Melihat perkembangan ekonomi di Indonesia saat ini yang semakin
meningkat sehingga pendapatan masyarakat meningkat. Fujifilm
membidik pangsa pasar menengah keatas karena pola konsumen
terhadap produk digital kamera Fujifilm semakin meningkat.
 Sosial
Perubahan sosial, budaya dan demografi memiliki dampak yang besar di
hampir semua produk, jasa, pasar dan konsumen dalam hal ini Fujifilm
membidik segmen pasar remaja. Kareana pangsa pasar remaja di
Indonesia menjadi sektor yang paling meningkat dalam hal penjualan.
Sehingga Fujifilm harus dapat melihat pasar dengan tepat.
 Pemerintah
Faktor pemerintahan di Indonesia memberikan pengaruh yang signifikan
bagi perusahaan. Perusahaan Fujifilm mencba untuk mencapai
keseimbangan antara nilai-nilai aspirasi dari segi kelas knsumen dan
tingkat pendapatan yang perusahaan miliki.
 Teknologi
Persaingan kamera photograpy memerlukan inovasi dan teknologi yang
terbaru. oleh karena itu dalam dalam meningkatkan penjualan Fujifilm
akan mengeluarkan kamera mirrorless dengan desain yang di inginkan
pelanggan. Untuk saat ini Fujifilm telah mengeluarkan mirrless dengan
teknolgi terbaru dengan kualitas video yang jauh lebih baik dari
sebelumnya.

c. Task Envronment
 Ancaman masuknya pendatang baru
Semakin berkembangnya teknolgi menyebabkan para pesaing berlomba-
lomba untuk menawarkan produk dengan kualitas terbaik dan harga
yang lebih murah. Serta banyaknya kamera-kamera digital yang
semakin merajalela di pasaran.
Untuk itu strategi yang harus dilakukan Fujifilm yaitu meningkatkan
kualitas produk serta membidik segmentasi pasar untuk kalangan
menengah bawah.
 Ancaman produk pengganti
Banyak masyarakat yang beralih dari kamera digital ke smartphone.
Karena smartphone lebih mudah di bawa kemana-mana serta pada saat
ini kamera handphone jauh lebih bagus kualitasnya ketimbang kamera
digital yang di tawarkan merek-merek lain.
Untuk mengantisispasi produk pengganti Fujifilm harus mengeluarkan
teknolgi lensa terbaru, serta membuat promosi-promosi dan
mendekatkan diri ke knsumen yang dituju.
 Kekuatan tawar menawar pembeli
Dalam mengatasi ini Fujifilm membuat segmentasi baru di mana yang
awalnya produk Fujifilm hanya untuk konsumen menengah keatas
namun sekarang Fujifilm membidik pangsa pasar konsumen menengah
kebawah. Serta lebih meningkatkan kualitas pelayanan sehingga
pelanggan akan tertarik dengan produk yang ditawarkan.

Anda mungkin juga menyukai