Anda di halaman 1dari 3

Menurut pendapat anda, untuk mengurangi tingkat risiko pada bidang pasar modal,

asuransi, perbankan dan perusahaan sebaiknya investor menganalisis dengan


menggunakan rumus rasio? Jelaskan dan uraikan!

PermalinkTanggapi

Jawaban:

Dalam investasi pasar modal investor selalu berharap risiko yang seminimal mungkin bahkan jika perlu
tidak ada risiko sama sekali. Namun risiko yang selalu ada dapat diperkecil dengan cara-cara tertentu.
Risiko menurut Salim (1998) adalah ketidakpastian atau sebuah kondisi yang memungkinkan
menimbulkan kerugian.1 Ferdinand (1997) menuturkan bahwa risiko merupakan level kemungkinan
kerugian yang dapat terjadi karena hasil investasi yang diterima tidak sebaik yang diharapkan. 2

Analisis rasio harus dilakukan sebelum memutuskan untuk berinvestasi. Analisis rasio sangat membantu
untuk memahami bagaimana kinerja perusahaan dan juga memudahkan investor untuk
membandingkan perusahaan dalam industri yang sama dalam memberikan pilihan investasi yang
terbaik.

Dalam investasi pasar modal sebaiknya memperhatikan analisa rasio sebagai berikut:

1. Price to Earning Ratio (PER)

PER adalah rasio harga terhadap pendapat yang menunjukkan berapa banyak investor membayar untuk
setiap keuntungan yang dihasilkan oleh perusahaan. Pendekatan PER merupakan pendekatan yang
cukup popular dipakai. Menurut Manurung (2004), secara teknis PER adalah hasil bagi antara harga
saham dan laba bersih per saham.3 Harga saham di pasar adalah harga yang berlaku saat tertentu,
sedangkan laba bersih adalah laba bersih per saham proyeksi tahun berjalan. PER yang kecil berarti laba
bersih per saham yang cukup tinggi dan harganya yang rendah. PER yang tinggai menunjukkan bahwa
harga saham terlalu tinggi.

2. Price to Book Value (PBV)

Rasio ini menurut Darmadji dan Fakhrudin (2012) menggambarkan seberapa besar perusahaan mampu
menciptakan nilai perusahaan relatif terhadap jumlah modal yang diinvestasikan. 4 Semakin besar rasio,
semakin besar nilai pasar dibandingkan nilai buku. Rasio yang kurang dari 1 menandakan bahwa saham
tersebut memberi nilai yang lebih sedikit dibandingkan pembukuannya.

3. Debt to Equity Ratio (DER)

DER biasa digunakan untuk menilai seberapa banyak hutang yang ada dalam bisnis dibandingkan dengan
ekuitas, rasio ini menunjukkan rasio leverage perusahaan. Rasio ini juga memperlihatkan pentingnya
sumber modal pinjaman dan keamanan yang didapat oleh kreditor. Semakin kecil rasio ini artinya

1
Salim, A. (1998). Asuransi dan Manajemen Resiko. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
2
Silalahi. F. (1997). Manajemen Resiko dan Asuransi. Jakarta: Gramedia.
3
Manurung,Mandala dan Pratama Rahardja (2004). Uang,Perbankan, dan Ekonomi Moneter. Jakarta. Lembaga
Penerbit FEUI
4
Darmadji dan Fakhruddin. (2012). Pasar Modal di Indonesia, edisi 3. Jakarta: Salemba Empat
semakin kecil pinjaman yang digunakan untuk membiayai asset perusahaan. 5 Tetapi tidak selalu dilihat
secara terpisah. Jika pengembalian perusahaan lebih tinggi dari bunga yang ditanggung maka hutang
tersebut akan meningkatkan nilai perusahaan. Jika tidak demikian maka pemegang saham akan
dirugikan karena dapat dianggap bahwa perusahaan yang memiliki rasio hutang terhadap modal yang
rendah memiliki banyak peluang untuk berkembang.

4. Operating Profit Margin (OPM)

OPM membandingkan laba bersih perusahaan dengan total pendapatan yang diperoleh dari penjualan. 6
Rasio ini menunjukkan efisiensi dari operasional dan bargain harga. Semakin tinggi selisihnya maka
semakin menguntungkan investor. Karena proses mengubah bahan mentah menjadi produk jadi
semakin efisien. Investor juga harus mempertimbangkan OPM di perusahaan lain yang bergerak di
bidang yang sama.

5. EV/EBITDA

EV adalah nilai pasar ditambah hutang dikurangi uang tunai. Rasio ini digunakan untuk menganalisis
perusahaan dengan jumlah hutang yang besar. Rasio ini memberikan penilaian yang lebih akurat dengan
memperhitungkan hutang dibandingkan metode PER. Rasio yang rendah menunjukkan bahwa
perusahaan dinilai terlalu rendah.

6. Return on Equity Ratio

Seberapa efisien suatu perusahaan dalam melakukan kegiatan usahanya diperoleh dari ROE. Semakin
tinggi ROE maka semakin bagus kesehatan perusahaan. 7 ROE dihitung dengan membagi laba bersih
dengan ekuitas pemegang saham. ROE secara umum dianggap baik pada kisaran 15 sampai 20 persen
karena perusahaan dengan pertumbuhan yang cepat harus memiliki ROE yang lebih tinggi.

7. Interest Coverage Ratio (ICR)

Rasio ini dihitung dengan membagi laba sebelum bunga dan pajak (EBIT) dengan besar bunga. Rasio ini
menunjukkan bagaimana solvabilitas perusahaan bahwa bunga yang ditanggung akan bisa tertutupi oleh
laba perusahaan.

8. Current Ratio

Rasio ini menunjukkan tingkat likuiditas perusahaan yaitu kemampuan perusahaan menggunakan asset
jangka pendek untuk pemenuhan kewajiban jangka pendek. Tingginya angka menunjukkan operasional
harian tidak terpengaruh oleh modal kerja.

9. Aset Turnover Ratio

Rasio ini membandingkan bagaimana asset berpengaruh terhadap pendapatan perusahaan. Nilai rasio
diperoleh dengan membagi profit perusahaan dengan total asset yang dimiliki. Angka ini harus
dibandingkan dengan industri lain yang sejenis. Pada industri kecil dan menengah tingkat perputaran
asset lebih tinggi karena asset perusahaan biasanya kecil. Pada industri besar tingkat perputaran asset
akan lebih rendah.
5
Slamet, A. (2003). Analisis Laporan Keuangan. Semarang: Universitas Negeri Semarang.
6
Bastian, Indra dan Suhardjono. (2006). Akuntansi Perbankan. Edisi 1. Jakarta: Salemba Empat.
7
Syamsuddin, L. (2009). Manajemen Keuangan Perusahaan. Jakarta: Raja Grafindo.
10. Dividend Yield

Rasio ini dihitung dengan membagi dividen saham dengan harga saham. Selama nilai lebih tinggi artinya
perusahaan beroperasi dengan baik. Hasil dividen yang tinggi dan stabil menunjukkan tingkat investasi
yang baik dalam jangka panjang. Faktor lain harus dipertimbangkan karena sangat berpengaruh pada
dividen saham seperti faktor ekonomi, kualitas manajemen perusahaan, dan peluang industri
perusahaan secara mendetail.

Anda mungkin juga menyukai