Anda di halaman 1dari 6

Jalan Panjang Pembahasan

RUU Hukum Pidana


H. Arsul Sani, S.H., M.Si., Pr.M.
Wakil Ketua MPR RI
Anggota Komisi III DPR RI
Napak Tilas Pembahasan RKUHP
Pada 5 Juni 2015 Presiden Jokowi mengeluarkan Surat Presiden mengenai
kesiapan pemerintah dalam pembahasan RKUHP yang merupakan inisiatif
pemerintah, terdiri dari Buku I dan Buku II dengan jumlah 786 pasal.

DPR periode 2014 – 2019 membentuk Panja dan bersama-sama dengan Tim
Pemerintah secara intensif membahas RKUHP.

Melalui rapat pembahasan tingkat I pada 18 September 2019, DPR dan


Pemerintah sepakat untuk melanjutkan pembahasan tingkat II dalam Rapat
Paripurna DPR untuk segera mengesahkan RKUHP menjadi UU.

2 hari kemudian (20 September 2019), Presiden Jokowi memerintahkan


Menkumham untuk menunda pembahasan RKUHP setelah mencermati
masukan dari berbagai kalangan.

DPR periode 2019 – 2024 masih memiliki tekad untuk merampungkan


pembahasan RKUHP, sebagai pondasi penting reformasi hukum pidana di
Indonesia
Sejumlah Pasal Kontroversial

Penundaan pengesahan •Pasal terkait hukum yang hidup dalam masyarakat (Pasal 2)
RKUHP pada periode •Pasal terkait penghinaan Presiden (Pasal 218 – 219)
lalu terjadi karena •Pasal terkait makar (Pasal 191 – 196)
adanya desakan publik •Pasal terkait mempertunjukkan alat kontrasepsi (Pasal 414)
terhadap sejumlah •Pasal terkait aborsi (Pasal 470)
pasal yang dinilai •Pasal terkait perzinahan dan kohabitasi (Pasal 417 – 419)
kontroversial, di •Pasal terkait tindak pidana korupsi (Pasal 604 – 607)
antaranya:

Pasal-pasal tersebut dinilai kontroversial karena dikhawatirkan akan terjadi over


kriminalisasi, disamping akan meringankan sanksi pidana bagi pelaku Tipikor.
Partisipasi Publik dalam Pembahasan RKUHP

Dalam setiap pembahasan RKUHP, Panja selalu


memberikan perhatian terhadap seluruh
masukan dan aspirasi dari masyarakat.

Salah satu partisipasi masyarakat yang cukup


intens adalah masukan dari Aliansi Nasional
Reformasi KUHP yang tidak hanya memberikan
masukan dalam tataran kajian, tetapi juga
dalam bentuk rumusan norma.

Tidak seluruh masukan tersebut kemudian


sepenuhnya diakomodir, tentu ada diskusi dan
moderasi agar rumusan Pasal dalam RKUHP
menjadi lebih baik dan dapat diterima oleh
seluruh Fraksi di DPR dan Pemerintah.
Proyeksi Pembahasan RKUHP
Dengan direvisinya UU tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan, maka
keberlanjutan pembahasan RKUHP berikutnya dimungkinkan untuk dilakukan carry
over.

Perlu ada pembicaraan lebih lanjut antara DPR dan Pemerintah terkait teknis carry
over, agar pembahasan RKUHP tidak terlalu jauh ke belakang.

Meskipun tercantum dalam long list, RKUHP tidak masuk dalam Prolegnas Prioritas
2021. Artinya masih ada cukup waktu untuk mempersiapkan carry over pembahasan
RKUHP pada tahun berikutnya.
DPR akan menyisir kembali sejumlah pasal yang dinilai kontroversial, kemudian
diperbaiki misalnya dengan memberi koridor dalam Penjelasan Pasal untuk
meminimalkan potensi terjadinya over kriminalisasi.
Dalam kaitannya dengan reformasi hukum pidana, pembahasan sejumlah RUU
seperti RUU PKS; RUU Kejaksaan; dan RUU Narkotika (ketiganya masuk dalam
Prolegnas Prioritas 2021) harus selaras pengaturan dalam RKUHP.
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai