Askep DHF 2
Askep DHF 2
Disusun Oleh :
2020/2021
ASUHAN KEPERAWATAN PADA Nn. R DENGAN DIAGNOSA DHF
A. Identitas
1. Identitas Klien
Nama : Bp.I
Jenis Kelamin : Laki-laki
Tempat/tgl lahir : Karanganyar, 03 Desember 1995
Pendidikan terakhir : SMA
Agama : Islam
Suku : Jawa
Status perkawinan : Kawin
Pekerjaan : Swasta
Alamat : Mojogedang, Karanganyar
Diagnosa medik:
a) DHF Tanggal 07 Maret 2021
6. Sirkulasi
a. Gejala (subyektif)
1) Riwayat hipertensi dan masalah jantung : Pasien tidak mempunyai
riwayat hipertensi
2) Riwayat edema kaki : ( ) tidak ada ( ) ada
3) Flebitis tidak ada ( -) penyembuhan lambat (-)
4) Rasa kesemutan : tidak ada
5) Palpitasi : tidak ada
b. Tanda (obyektif)
1) Tekanan darah 120/80 mmHg
2) Mean Arteri Pressure/ tekanan nadi
3) Nadi/pulsasi :
a) Karotis :-
b) Femoralis :-
c) Popliteal :-
d) Jugularis :-
e) Radialis : 80x/menit
f) Dorsal pedis :-
g) Bunyi jantung : lup dup. frekuensi : 80x/menit
Irama : reguler kualitas : normal
4) Friksi gesek : tidak ada. murmur : tidak ada
5) Ekstremitas, suhu : 38,50 C warna : kemerahan
6) Tanda homan : -
7) Pengisian kapiler : < 3 detik
Varises : tidak ada. phlebitis : tidak ada
8) Warna : membran mukosa : kemerahan
Bibir : lembab
Konjungtiva : non anemis, sklera : non ikterik
Punggung kuku : kemerahan
7. Eliminasi
a. Gejala (subyektif)
1) Pola BAB : frekuensi : 1x sehari. konsistensi : lunak
2) Perubahan dalam kebiasaan BAB (penggunaan alat tertentu misal :
terpasang kolostomi/ileostomy) : tidak ada pemasangan alat bantu
Perubahan kebiasaan dalam BAB dan BAK : tidak ada
3) Kesulitasa BAB konstipasi : tidak mengalami konstipasi
Diare : tidak mengalami diare
4) Penggunaan laksatif : ( ) tidak ada ( ) ada, jelaskan
5) Waktu BAB terakhir : Pagi hari pukul 05.00 WIB
6) Riwayat perdarahan : tidak ada
7) Hemoroid : tidak ada
8) Riwayat inkontinensia alvi : tidak ada
9) Penggunaan alat-alat : tidak ada
10) Riwayat penggunaan diuretik : tidak ada
11) Rasa nyeri/rasa terbakar saat BAK : tidak ada
12) Kesulitan BAK : tidak ada
b. Tanda (obyektif)
1) Abdomen
a. Inspeksi : abdomen membuncit ada/tidak
b. Auskultasi : bising usus 20x per menit. bunyi abnormal ( ) tidak
ada
c. Perkusi
Bunyi tympani ( ) tidak ada ( ) ada
Konsistensi : lunak/keras
f) Pola BAB : konsistensi lunak, 1x sehari
Warna : coklat kekuningan
1) Adanya nyeri
O = nyeri terjadi saat bangun dari tidur
P = bangun dari tidur
Q = cekot-cekot
R = kepala
S=3
T = 3 hari yang lalu, nyeri hilang timbul
U= pasien tidak pernah merasakan nyeri seperti ini
sebelumnya
V= tingkat nyeri berkurang
2) Rasa ingin pingsan/pusing ( ) tidak ada ( ) ada
klien mengalami nyeri kepala saat bangun dari tidur
3) Sakit kepala : lokasi nyeri : kepala
Frekuensi sering terjadi : sering >3x sehari
4) Kesemutan/kebas/kelemahan : tidak ada
5) Kejang: ( ) tidak ada ( ) ada
6) Mata : penurunan penglihatan ( ) tidak ada ( ) ada
7) Pendengaran : penurunan pendengaran ( ) tidak ada ( ) ada
8) Epistaksis : ( ) tidak ada ( ) ada
b. Tanda Obyektif
1) Status Mental
Kesadaran : ( ) composmentis, ( ) apatis. ( ) somnolen, ( ) stupor ( )
koma ( )
2) Skala koma glasgow (gcs) : respon membuka mata ( 4) Respon motorik
(6) respon verbal (5)
3) Terorientasi/disorientasi : waktu (-) tempat (-) Orang (-)
4) Persepsi sensori :
Ilusi tidak ada.
Afek normal
5) Memori : saat ini baik
Masa lalu : baik
6) Alat bantu penglihatan/pendengaran ( ) tidak ada
7) Reaksi pupil terhadap cahaya : Normal
8) Ukuran pupil : Normal
9) Fascial drop (-) postur (-) Reflek ()
10) Penampilan umum tampak kesakitan : () tidak ada ( ) ada
9. Keamanan
a. Gejala (subyektif)
1) Alergi : tidak ada
2) Obat-obatan : tidak ada
3) Makanan : tidak ada
4) Faktor lingkungan : tidak ada
a. Riwayat penyakit hubungan seksual : ( ) tidak ada ( ) ada
b. Riwayat transfusi darah: tidak ada
c. riwayat adanya reaksi transfusi : tidak ada
5) Kerusakan penglihatan, pendengaran : ( ) tidak ada ( ) ada
6) Riwayat cidera ( ) tidak ada ( ) ada
7) Riwayat kejang ( ) tidak ada ( ) ada
b. Tanda (objektif)
1) Suhu tubuh 38.50C. Diaforesis : Tidak ada
2) Integritas jaringan : Normal
3) Jaringan parut ( ) tidak ada ( ) ada
4) Kemerahan pucat ( ) tidak ada ( ) ada
5) Adanya luka : tidak ada
Drainase prulen : tidak ada.
Peningkatan nyeri pada luka tidak ada
6) Ekimosis/tanda perdarahan lain : tidak ada
7) Faktor resiko : terpasang alat invasive ( ) tidak ada ( ) ad
8) Gangguan keseimbangan ( ) tidak ada ( ) ada
9) Kekuatan umum : Pasien lemas, tidak ada kelemahan pada bagian
ekstremitas
10) Tidak ada parase atau paralis
b) Tanda (obyektif)
1) Perubahan perilaku : tidak ada perubahan perilaku pada diri pasien
2) Menolak pengobatan () tidak ada ( ) ada
3) Berhenti menjalankan aktivitas agama : ( ) tidak ada ( ) ada
4) Menunjukan sikap permusuhan dengan tenaga kesehatan ( ) tidak
ada, ada ( )
Data penunjang
1. Laboratorium
Nama : Tn.I Dokter : dr.Vivin, Sp.Pd
HEMATOLOGI
Index
Differential
2. Obat-obatan
No Obat Dosis
1. Infus RL 20 tpm
3. Injeksi Santagesic 1 gr/8 jam
4. Injeksi Ondancentron 100 mg/12 jam
5. Injeksi Metyl Prednisolone 31,25 mg/12 jam
6. Injeksi Omeprazole 40 mg/12 jam
7. Pamol tab 3x1
3. Diit
BN
A. Pengkajian
1. Anlisa Data
Data fokus
Masalah (P) Etiologi (E)
Subyektif (S) & Obyektif (O)
S : Pasien mengatakan panas ± 3 hari Hipertermia Proses penyakit
O : Pasien lemas
TD : 120/80
S : 38.5°C
RR :20x/menit
N : 80x/menit
SPO2 : 98%
Trombosit : 35 ribu/mm3
S : Pasien mengatakan pusing Nyeri Akut Agen pencedera fisiologis
P :saat akan bangun
Q : cekot-cekot
R = kepala
S=3
T = 3 hari yang lalu, nyeri hilang
timbul
O : Pasien lemas
B. Pathway
Virus Dengue
Reaksi antigen-antibody
Viremia
Merangsang hipotalamus
anterior
Nausea
Diteruskan ke ujung
saraf bebas
C. Diagnosa keperawatan
1. Hipertermia b.d agen proses penyakit
2. Nyeri akut b.d agen pencedera fisiologis
3. Nausea g.d iritasi lambung
D. Perencanaan
Diagnosa Intervensi Rasional
Kriteria Hasil
Keperawatan Keperawatan
(SLKI)
(SDKI) (SIKI)
Hipertermia b.d Setelah dilakukan Manajemen a. Obeservasi
prosees penyakit tindakan keperawatan Hipertermia 1. Memonitor suhu
(00130) selama 3x 24 jam pasien a. Observasi tubuh untuk
akan menunjukkan 1. Monitor suhu mendiagnosa dan
status termoregulasi tubuh memberikan terapi
yang lebih baik dengan 2. Monitor yang sesuai
KH: komplikasi 2. Memonitor
a. Menggigil menurun akibat komplisakasi untuk
b. Pucat tidak ada hipertermia memantau
c. Suhu tubuh b. Terapeutik terjadinya syok
membaik 1. Berikan pada pasien
lingkungan b. Terapeutik
yang nyaman 1. Memberikan
2. Lakukan lingkungan yang
kompres pada nyaman
ketiak atau berpengaruh pada
lipatan paha percepatan
3. Berikan penyembuhan
oksigen, jika proses penyakit
perlu 2. Melakukan
c. Edukasi kompres hangat
1. Anjurkan tirah dilakukan untuk
baring menurunkan suhu
1. tubuh
d. Kolaborasi 3. Pemberian oksigen
1. Berikan terapi dilakukan apabila
sesuai ada perubahan pada
program pola nafas pasien
c.Edukasi
1. Tirah baring
dilakukan untuk
mebatasi aktivitas
pasien
d. Kolaborasi
1. Memberikan terapi
sesuai program
digunakan untuk
penyembuhan proses
penyakit
Nyeri Akut b.d Setelah dilakukan Manajemen Nyeri: a. Observasi
agen pencedera tindakan keperawatan
a. Observasi 1. Observasi skala,
bilogis (0077) selama 3x 24 jam paien
intensitas dan
akan menunjukkan tingkat 1. Identifikasi
frekuensi nyeri
nyeri yang berkurang skala nyeri
dilakukan untuk
dengan KH 2. Identifikasi melakukan tindakan
- Keluhan nyeri respon nyeri lebih lanjut
menurun non verbal
2. Pengidentifikasian
- Diaforesis menurun b. Terapeutik respon nyeri untuk
d. Kolaborasi
1. Analgetik digunakan
untuk mengurangi rasa
nyeri dengan mekanisme
mengaktivasi reseptor
opioid pada SSP
Nausea b.d Setelah dilakukan Manajemen Mual a. Observasi
dengan iritasi tindakan keperawatan a. Observasi 1. Mengidentifikasi
lambung (0076) selama 3x 24 jam pasien 1. Identifikasi mual digunakan
akan menunjukkan pengalaman untuk menentukan
status nutrisi yang mual terapi lebih lanjut
membaik dengan KH: 2. Identifikasi 2. Dampak mual
a. Perasaan cepat dampak mual perlu diidentifikasi
kenyang 3. Monitor guna mencegah
b. Nyeri abdomen asupan nutrisi adanya komplikasi
c. Diare dan kalori 3. Memonitor status
nutrisi berguna untuk
d. Frekuensi makan b. Terapeutik mencegah adanya
e. Nafsu makan 1. Kendalikan resiko defisit nutrisi
meningkat penyebab pada pasien
f. Membran mukosa mual b. Terapeutik
membaik 2. Berikan 1. Mengendalikan
makanan mual sebagai
sedikit tapi tindakan untuk
sering meningkatkan nafsu
c. Edukasi makan pasien
1. Anjurkan 2. Memberikan
istirahat yang makanan sedikit tapi
cukup sering mampu
d. Kolaborasi menjaga kestabilan
1. Kolaborasi nutrisi pasien
pemberian
pengobatan c.Edukasi
(antiemetik) 1. Istiraht yang cukup
mampu
mempercepat
pemulihan kondisi
pasien
d. Kolaborasi
1. Kolaborasi obat
antiemetik
digunakan
sebagai
pengobatan iritasi
pada lambung
penyebab mual