PRAKTIKUM I
DAGING
OLEH :
Latar Belakang
Daging merupakan salah satu bahan pangan yang sangat penting dalam
Indonesia terutama berasal dari daging unggas, daging sapi, daging kerbau serta
daging kambing dan domba. Konsumsi daging sapi di Indonesia setiap tahun
daging, pengolahan dan penyimpanan, jenis dan jumlah mikroba, dan pemasakan
daging. Namun demikian yang sangat nyata pengaruhnya terhadap kualitas daging
Pada dasarnya kualitas daging dipengaruhi oleh faktor sebelum dan setelah
daging antara lain adalah genetik, spesies, bangsa, tipe ternak, jenis kelamin,
umur, pakan, termasuk bahan aditif (hormon, anti biotik, dan mineral) dan stres.
bahan tambahan termasuk enzim pengempuk daging, hormon, dan anti biotik,
lemak intramuskular, dan metode penyimpanan. Hal inilah yang melatarbelakangi
jenis alat dan bahan yang digunakan untuk menghitung nilai dan untuk
mengetahui teknik dalam pengambilan sampel dan menghitung nilai DPD (Daya
Putus Daging), SM (Susut Masak), DIA (Daya Ikat Air) dan pH.
jenis – jenis alat dan bahan yang digunakan untuk menghitung nilai dan untuk
mengetahui teknik dalam pengambilan sampel dan menghitung nilai DPD (Daya
Putus Daging), SM (Susut Masak), DIA (Daya Ikat Air) dan pH.
\
TINJAUAN PUSTAKA
Otot Longissimus dorsi (LD) adalah otot yang sangat penting dan
membentuk mata daging jika dipotong dari area rusuk dan dari loin. Otot LD
vertebra column dan gerakan leher serta aktivitas pernafasan. LD sering disebut
otot mata atau otot Longissimus. Penampang lintang LD meluas kearah posterior
rusuk. Otot LD bagian loin mempunyai penampang lintang yang hampir konstan.
karkas, yaitu diantara rusuk ke-12 dan ke-13, sering diuji untuk menaksir jumlah
besar dalam daging, bagian ini mengandung arah serabut otot yang jelas sehingga
Otot mengandung kadar protein dan lemak yang berbeda-beda, hal ini
dipengaruhi oleh perbedaan aktivitas enzim protein dalam otot. Factor yang
mengandung kadar lemak yang tinggi namun protein dan kadar air rendah
(Yunanda, 2020).
Tinjauan Pengujian Kualitas Daging
daging. Daya ikat air daging sangat dipengaruhi oleh pH, spesies, umur dan fungsi
sapi. Nilai pH daging pada ternak sapi yang masih hidup sekitar 7,0-7,2 (pH
netral). Penurunan nilai pH akan terjadi setelah hewan ternak sapi disembelih
jaringan otot dan jaringan lainnya tidak mendapat suplai darah. Faktor yang
Susut masak (cooking loss) merupakan fungsi dari suhu dan lama
seluler, banyaknya air yang keluar dari daging, umur simpan daging, degradasi
daging, pengolahan dan penyimpanan, jenis dan jumlah mikroba, dan pemasakan
daging. Namun demikian yang sangat nyata pengaruhnya terhadap kualitas daging
Faktor sebelum pemotongan yang dapat mempengaruhi kualitas daging antara lain
adalah genetik, spesies, bangsa, tipe ternak, jenis kelamin, umur, pakan termasuk
bahan aditif dan stres. Faktor setelah pemotongan yang mempengaruhi kualitas
daging antara lain meliputi metode pelayuan, metode pemasakan, pH karkas dan
daging, bahan tambahan termasuk enzim pengempuk daging, macam otot daging
ternak, baik sebelum dipotong maupun pada saat dipotong serta penanganan
karkas atau daging setelah pemotongan. Dalam hal ini bagaimanapun baiknya
mutu ternak, jika penanganan tersebut kurang memadai maka daging yang
dihasilkan tidak akan memenuhi standar mutu yang di kehendaki (Siregar, 2011).
METODE PRAKTIKUM
dilaksanakan pada hari Sabtu, 26 September 2020 pukul 08.00 WITA sampai
Materi
timbangan analitik, pisau kecil, waterbath, filter paper press, papan pengalas dan
stopwatch.
Prosedur Kerja
Uji water holding capacity (WHC) water binding capacity (WBC)/ Daya Ikat Air
dibagian tengah kertas saring. Sampel (daging) yang telah terbungkus kemudian
sampel yang sudah dipress dengan menggunakan kertas grafik dan menghitung
memanaskan sampel daging yang telah dimasukkan ke dalam plastik klip dalam
water bath dengan temperatur 75°C dan lama pemasakan selam 15 menit.
daging pada lubang dengan arah sejajar pada serat daging. Kemudian menarik
tuas alat ke bawah memotong tegak lurus terhadap serat daging. Lalu hasil beban
tarikan akan terbaca pada skala dengan satuan kilogram (kg). Kemudian
pH Daging
ujung pH meter sebanyak tiga kali ke permukaan daging yang berbeda, kemudian
perhatikan berapa pH meter yang di hasilkan. Lakukan hingga 2-3 kali agar
Mengenai Daging secara Uji Daya Ikat Air (DIA), Uji Susut Masak (SM), Uji
dengan luas area daging 1647 mm2 luas area basah 1288 mm2 dan total area yaitu
2935 mm2, sehingga didapatkan hasil persentase daya ikat air yaitu 56,11%. Hal
inilah yang membuktikan bahwa dapat diketahui dengan adanya tekanan dapat
menguji kemampuan ikat daging pada air. Hal ini sesuai dengan pendapat (Haq
dkk., 2015) yang menyatakan daya ikat air akan meningkat jika nilai pH daging
meningkat. Hal ini disebabkan pada pH daging yang rendah maka struktur daging
terbuka sehingga menurunkan daya ikat air, dan tingginya nilai pH daging
sebelum dimasak yaitu 20gr, berat daging setelah dimasak 12,2gr sehingga
didapatkan hasil susut masak yaitu 25,6 %. Hal ini membuktikan susut masak
ini sesuai sesuai denga pendapat Rompis (2015) yang menyatakan Susut Masak
pemasakan maka makin besar kadar cairan daging yang hilang sampai mencapai
kerusakan membran seluler, banyaknya air yang keluar dari daging, umur simpan
maka diperoleh hasil hasil Daya Putus Daging (DPD) yaitu 0,96 kg/cm2 yang
dimana hasil di tersebut di dapatkan dari hasil pembagian antara beban tarikan
1,22 kg dengan luas penampang sampel yang telah di tetapkan yaitu 1,27 cm 2.
daging, semakin tinggi nilai Daya Putus Daging menjadi semakin alot daging.
Hal ini sesuai dengan pendapat Faisal (2015) yang menyatakan meningkatnya
Daya Ikat Air otomatis nilai Daya Putus Daging menurun, dan Daya Putus Daging
Tabel 4. Uji pH
Daging Nilai pH
Bagian Longissimus Dorsi 5,51
Sumber : Data Hasil Praktikum Dasar Teknologi Hasil Ternak, 2020.
Berdasarkan uji ph pada maka diperoleh hasil uji pH pada daging yaitu
5,51. Menandakan bahwa kualitas daging sudah normal. Hal ini sesuai dengan
pendapat (Merthayasa dkk., 2015) yang menyatakan nilai pH daging yang normal
berkisar antara 5,4-5,8, daging sapi bali dan wagyu masih tergolong mempunyai
Kesimpulan
Praktikum dapat disimpulkan bahwa pada Praktikum Daging didapati hasil daya
ikat air pada sampel yaitu 56,11 %, susut masak sampel 39 %, Daya Putus Daging
Saran
Dalam praktikum secara daging ini, dimana praktikum hanya bisa melalui
online atau melalui zoom, harap kiranya dalam menyampaikan tidak terlalu
Devani, E. 2018. Pengaruh Lama Stimulasi Listrik pada Tegangan 110volt dan
Faisal, A. 2015. Karakteristik Fisik Daging Sapi Bali Prarigor yang Dimarinasi
Haq, A. N., D. Septinova, dan P. E. Santosa. 2015. Kualitas fisik daging dari pasar
3(3): 98-103.
Indrayani, I., R. Nurmalina dan A. Fariyanti. 2012. Analisis efisiensi teknis usaha
Bau dan Tekstur Daging Sapi Bali dan Daging Wagyu. Indonesia
Rompis, J. E. G. 2015. Daya mengikat air dan susut masak daging sapi blansir
Siregar, M. 2011. Transportasi dan kaitannya dengan Hasil Kualitas dan Karkas.
9(2): 125-131.
Yunanda, A. W. 2020. Hubungan antara Drip Loss dengan Angka Lempeng Total
Hasanuddin. Makassar.
Zulkarnain., Asmawati, dan Sofyan. 2017. Analisis konsumsi daging sapi pada
Lampiran 1. Perhitungan
Keterangan :
1. Luas area basah = luas area total (T) – luas area daging (D)
= 2935 – 1647
= 1288 cm2
1288
= -8,0
0,0948
= 13,58
D
3. DIA (%) = ×100 %
T
1647
= × 100 %
2935
= 0,5611 × 100%
= 56,11%
Susut Masak
= 0,39 × 100 %
= 39 %
Keterangan :
A
DPD (kg/cm2) =
L
1,22 kg
=
1,27 cm2
=0,96kg/cm
2
Lampiran
2. Dokumentasi