Anda di halaman 1dari 47

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)


Kantor: Komplek Simpang 5 Unnes Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Warek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: unnes@unnes.ac.id
FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKLAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-05 03 1 dari2 27 Februari 2017

BAHAN AJAR/DIKTAT

NAMA MATA KULIAH : AKUNTANSI SYARIAH


KODE MATA KULIAH :
JUMLAH SKS : 2 SKS

PRODI AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
TAHUN 2017
HALAMAN PENGESAHAN

Pada hari Rabu, tanggal satu bulan Februari tahun 2017 bahan ajar mata kuliah
akuntansi syariah program studi Akuntansi, Fakultas Ekonomi telah di verifikasi
oleh ketua Jurusan/Ketua Program Studi Akuntansi.

Semarang, 1 Februari 2017 Pengampu mata kuliah


Ketua Jurusan Akuntansi

Drs. Fachrurrozie, M.Si Drs. Asrori, MS.


NIP. 196206231989011001 NIP. 196005051986011001
PRAKATA

Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha


Penyayang. Puji syukur alhamdulillah dipanjatkan kehadirat Allah S.W.T, atas
berkat rahmat dan karunia-Nya sehingga bahan ajar mata kuliah akuntansi
syariah ini dapat diselesaikan sepenuhnya dengan baik. Semoga bahan ajar ini
bermanfaat bagi pengembangan khasanah ilmu pengetahuan akuntansi
berwawasan konservasi yang religius, jujur, akuntanbel dan bertanggung jawab
di Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas Negeri Semarang, amin.

Semarang, Januari 2017

Penulis
DESKRIPSI MATA KULIAH

Mata kuliah ini memiliki cakupan materi terkait dengan pencatatan,


pengakuan, dan pelaporan dari transaksi syariah yang digunakan oleh lembaga
keuangan syariah dan lembaga keuangan non syariah. Transaksi yang dibahas
meliputi transaksi mudharabah, musyarakah, murabahah, salam, istishna, ijarah,
transaksi berbasis jasa, transaksi asuransi syariah, transaksi zakat,
infaq/sedekah, dan transaksi sukuk. Pembahasan materi berdasarkan pada
PSAK No. 101 sampai dengan PSAK No. 110 yang efektif pada 1 Januari 2017.
Pembahasan masing-masing transaksi didahului dengan definisi
transaksi, syarat dan rukun transaksi, dasar transaksi, rekening-rekening yang
terkait, pengakuan keuntungan, pelaporan, dan contoh kasus. Selain itu juga
dilengkapi dengan soal latihan sebagai pendalaman materi yang dapat diberikan
dalam bentuk penugasan. Melalui materi ini, diharapkan mahasiswa mampu
melakukan pencatatan, pengakuan dan pelaporan transaksi syariah dalam
laporan keuangan.
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ..................................................................................... 1


HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................... 2
PRAKATA ..................................................................................................... 3
DESKRIPSI MATA KULIAH .......................................................................... 4
DAFTAR ISI .................................................................................................. 5
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... 6
DAFTAR TABEL ........................................................................................... 7
BAB 1. Sejarah Akuntansi Syariah ............................................................. 8
BAB 2. Kerangka Konseptual Dan Struktur Teor Akuntansi Syariah Serta
Perbedaannya Dengan Akuntansi Konvensional .......................................... 12
BAB 3. Tujuan Dan Kerangka Dasar Penyusunan Dan Penyajian
Laporan
Keuangan Syariah ................................................................................. 15
BAB 4. Akuntansi Mudharabah .................................................................. 19
BAB 5. Akuntansi Musyarakah................................................................... 24
BAB 6. Akuntansi Murabahah .................................................................... 28
BAB 7. Akuntansi Salam ............................................................................ 33
BAB 8. Akuntansi Istishna.......................................................................... 36
BAB 9. Akuntansi Ijarah ............................................................................. 39
BAB 10. Akuntansi Asuransi Syariah ........................................................... 41
BAB 11. Akuntansi Zakat, Infaq/Sedekah .................................................... 43
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
BAB I
SEJARAH AKUNTANSI SYARIAH

1.1. Topik Pembelajaran


Bab ini akan menguraikan sejarah lahirnya akuntansi dimulai
dengan Lucas Pacioli dan sampai dengan lahirnya akuntansi syariah.

1.2. Sub Capaian Pembelajaran Mata Kuliah


Mahasiswa memahami sejarah akuntansi dan sejarah
penggunaan akuntansi dalam Islam, serta lahirnya akuntansi syariah.

1.3. Isi Materi


Isi materi dari bab ini adalah :
a. Lahirnya double entry book keeping oleh Lucas Pacioli yang lahir di
Venesial, Italia pada tahun 1494.
b. Pemikiran Akuntansi Sebagai Seni, Teknologi dan Ilmu. Seni adalah
seperangkat keterampilan, keahlian, pengalaman dan nilai tertentu
yang diperlukan untuk mengerjakan sesuatu atau menerapkan suatu
konsep/pengetahuan yang memerlukan perasaan, intuisi,
pengalaman, bakat, dan pertimbangan memilih perlakuan terbaik
dalam rangka mencapai suatu tujuan. Akuntansi sebagai seni
mengandung pengetahuan, keterampilan, keahlian, dan kerajinan
yang menuntut praktik untuk menguasainya. Akuntansi menuntut
pertimbangan (judgment) dalam penerapannya.
c. Sejarah Pemikiran Akuntansi Syariah. Apakah Luca Paciolli seorang
agamawan di Itali yang menemukan sistem pembukuan berpasangan
(double enty)? Hal ini menjadi perdebatan yang sangat menarik
dikalangan para pakar dan peneliti akuntansi. Seperti dikemukakan
Kam (1990): “Menurut sejarahnya, kita mengetahui bahwa sistem
pembukuan double entry muncul di Itali pada abad ke-13. Itulah
catatan yang paling tua yang kita miliki mengenai sistem akuntansi
double entry sejak akhir abad ke-13 itu. Namun adalah mungkin
sistem double entry sudah ada sebelumnya.” Lebih jauh Kam (1990)
menjelasakan bahwa setelah dilakukan penelitian sejarah dan
arkeologi, ternyata banyak data yang membuktikan jauh sebelum
Luca Paciolli menulis buku “Summa de Arithmetica Geomeria,
Proportioni et Proportionalita” pada tahun 1491 yang menjelasakan
sistem pembukuan berpasangan (double entry book keeping system),
ternyata sistem double entry telah dikenal dalam dunia Islam (bangsa
Arab) pada 600 tahun sebelumnya atau sejak abad ke-9 M.
Hendriksen (1992) menegaskan bahwa penemuan angka Arab sangat
membantu perkembangan akuntansi. Menurut Have (1976) Itali
meminjam konsep double entry dari Arab. Hal ini diakui sendiri oleh
Luca Paciolli, menyatakan bahwa apa yang ditulisnya berdasarkan
apa yang terjadi di Venice sejak satu abad sebelumnya.
d. Awal Kebangkitan Islam. Sebelum berdirinya peradaban Islam, hanya
ada dua peradaban besar yaitu Bangsa Romawi dan Bangsa Persia.
Pada masa itu telah digunakan akuntansi dalam bentuk perhitungan
barang dagangan oleh para pedagang, dari sejak pergi berdagang
sampai pulang kembali. Perhitungan dilakukan untuk mengetahui
perubahan-perubahan, untung dan rugi. Pada sisi lain pemikiran
akuntansi syariah telah dimulai sejak awal kebangkitan Islam,
tepatnya pada saat negara Islam dideklarasikan di Madinah pada 1 H
(622 M) dimana Muhammad Rasulullah SAW selain sebagai Kepala
Negara juga bertindak sebagai penanggung jawab administrasi
negara. Praktik akuntansi mulai berkembang pada masa Rasulullah
SAW setelah ada perintah Allah melalui Al Qur’an untuk mencatat
transaksi yang tidak tunai (Alqur’an 2:282), dan perintah membayar
zakat (Alqur’an 2:110) (Yaya dkk; 2009). Perintah Allah untuk
mencatat transaksi yang bersifat tidak tunai, mendorong umat Islam
melakukan pencataan atau membuat dokumen sebagai bukti
transaksi. Sedangkan perintah membayar zakat mendorong umat
Islam mencatat dan menilai harta sesuai dengan nisab dan haul-nya
guna memenuhi kewajiban zakat.
e. Masa Khalifah. Perkembangan pemikiran akuntansi syariah pada
masa pemerintahan empat khalifah terus berlanjut. Sebagai
gambaran pada masa Khalifah Abu Bakar pengelolaan Baitul Maal
masih sederhana, dimana penerimaan dan pengeluaran negara
dilakukan secara seimbang sehingga hampir tidak pernah ada sisa.
Seiring dengan perkembangan pemerintahan Islam hingga meliputi
Timur Tengah, Afrika dan Asia, para sahabat merekomendasikan
perlunya dilakukan pencatatan dan pertanggungjawaban penerimaan
dan pengeluaran Negara. Oleh karena itu pada masa Khalifah Umar
Bin Khatab dilakukan perubahan pengelolaan Baitul Maal secara
signifikan, yaitu selain dibentuk Baitul Maal di setiap daerah (lokal)
juga didirikan lembaga yang bernama “Diwan” atau departemen.
Diantaranya Diwan Pemungutan Hasil, Diwan Pengeluaran (Diwan
An-nafaqat), Diwan Pengawasan Keuangan (Diwan Al-Kharaj), dan
Diwan Militer (Diwan Al Jayash). Pembagian Departemen (Diwan)
tersebut menunjukkan adanya pembagian tugas dalam sistem
keuangan, serta pembagian dalam pencatan dan pelaporan
keuangan yang baik. Istilah pembukuan awal pada masa ini telah
dikenal dengan istilah jarridah, yang kemudian dikenal dalam bahasa
Inggris menjadi journal yang berarti berita, dan di Venice istilah ini
disebut zournal. Perkembangan secara komprehensif pengelolaan
dan administrasi Baitul Maal juga dilakukan pada era Khalifah Ali bin
Abi Talib. Pada masa itu pengelolaan dan administrasi Baitul Maal
baik di Tingkat Pusat maupun di Tingkat Lokal telah berjalan dengan
baik, sehingga terjadi surplus. Surplus pada Baitul Maal ini dibagikan
secara proporsional sesuai dengan tuntunan Rasulullah.
f. Masa Sekarang. Pemikiran akuntansi syariah selanjutnya
berkembang dikalangan para ilmuwan Muslim. Para Ilmuwan Muslim
yang berkontribusi besar terhadap perkembangan pemikiran-
pemikiran akuntansi syariah diantaranya yang sangat terkenal adalah
Al-Khawarizmy dan Al-Mazendarani. Dokumentasi mengenai
akuntansi negara Islam pertama kali dilakukan oleh Al-Khawarizmy
pada tahun 976 M. Kontribusi Al-Khawarizmy yang terbesar adalah
telah membuat sistem akuntansi dan pencatatan dalam negara Islam,
dan membaginya dalam beberapa jenis daftar. Bersama-sama
dengan Al-Mazendarany, selanjutnya Al-Khawarizmy menjelasakan
mengenai sistem akuntansi termasuk tujuannya dan praktik yang
terjadi. Dijelasakan bahwa tujuan akuntansi adalah untuk memastikan
akuntabilitas, mendukung proses pengambilan keputusan serta
mempermudah proses evaluasi atas program yang telah selesai.
Tujuan akuntansi ini tidak hanya berlaku di pemerintahan tapi juga
berlaku pada perusahaan. Orientasi dan tujuan sistem akuntansi
adalah melaporkan kegiatan yang menghasilkan surplus/defisit atau
laba/rugi, dan menyelesaikan seluruh kebutuhan negara. Perhitungan
sistem akuntansi ini masih memasukkan unsur moneter dan non-
moneter.

1.4. Lembar Pertanyaan/Diskusi


a. Ceritakan lahirnya double entry keeping oleh Lucas Pacioli?
b. Apakah munculnya akuntansi syariah sejalan dengan lahirnya Islam?
Jelaskan
c. Bagaimana penggunaan akuntansi pada zaman khalifah?
BAB II
KERANGKA KONSEPTUAL DAN STRUKTUR TEOR AKUNTANSI SYARIAH
SERTA PERBEDAANNYA DENGAN AKUNTANSI KONVENSIONAL

2.1. Topik Pembelajaran


Bab ini menjelaskan kerangka konseptual yang merupakan dasar
pengembangan dari akuntansi syariah, pengembangan teori akuntansi
syariah dan perbedaan akuntansi konvensional dengan akuntansi
syariah.

2.2. Sub Capaian Pembelajaran Mata Kuliah


Melalui mata kuliah ini di harapkan mahasiswa mampu menjelaskan
pengembangan teori akuntansi syariah serta perbedaannya dengan
akuntansi konvensional.

2.3. Isi Materi


a. Kerangka konseptual. Seiring dengan semakin meningkatkan
religiusitas masyarakat Muslim, Hammed (2001) menjelaskan bahwa
push factors munculnya akuntansi syariah adalah sebagai akibat dari
semakin banyaknya entitas bisnis syariah yang didirikan (lembaga
keuangan Islami bank syariah, asuransi syariah, pegadaian syariah
dan koperasi jasa keuangan syariah) yang usahanya dilaskanakan
berlandaskan syariah Islam. Selanjutnya seiring dengan
perkembangan entitas bisnis syariah yang semakin pesat, menjadi full
factors- diperlukan akuntansi syariah sebagai instrumen pertanggung
jawaban dan pengambilan keputusan dalam pengelolaan kegiatan
operasional dan usahanya secara efektif, efisien dan Islami. Dimana
penerapan akuntansi konvensional pada entitas bisnis syariah
mengalami tuna nilai (anomali), dikarenakan syarat dengan nilai-nilai
materialistik dan kapitalistik yang tidak sesuai dan sejalan dengan
nilai-nilai, etika dan syariah Islam.
b. The Fundamental of The Shari’ah Paradigm merupakan multi
paradigma yang holistic (Haniffa (2001), mencakup: 1) Dimensi
pandangan filosofis keimanan kepada Allah (Tauhid), dibangun
berlandaskan ajaran Islam bersumber dari Al Qur’an, Hadist, Ij’mak
dan Qiyas sebagai ijtihad. 2) Dimensi hukum yang mengatur
kehidupan manusia dalam mencapai tujuan syariah Islamiah, yaitu
menciptakan keadilan dan kesejahteraan sosial, mencari ridho Allah,
serta memperoleh kebahagiaan di dunia dan akhreat. 3), Dimensi
etika atau moral, yaitu melaksanakan kegiatan politik, ekonomi dan
sosial sesuai syariah.
c. Struktur Teori Akuntansi Syariah. Belajar dari akuntansi konvensional,
struktur teori akuntansi diperlukan sebagai kerangka acuan dalam
pengembangan praktik-praktik akuntansi. Dalam hal ini Belkaoui
(2001: 170) menyatakan pendekatan apapun yang digunakan dalam
pengembangan akuntansi, kerangka acuan yang digunakan untuk
membangun struktur teori akuntansinya didasarkan pada serangkaian
elemen-eleman Tujuan Laporan Keuangan, Postulat Akuntansi,
Konsep teoritis Akuntansi, Prinsip-prinsip Akuntansi dan Teknik-teknik
Akuntansi.
d. Perbedaan Akuntansi Syariah denga Akuntansi Konvensional.
Akuntansi syariah sebagai suatu sistem informasi
pertanggungjawaban, memiliki perbedaan mendasar dibanding
dengan akuntansi konvensional. Baydoun dan Willet (2000)
mengungkap perbedaan karakteristik akuntansi syariah dengan
akuntansi konvensional seperti disajikan dalam tabel berikut.
No. Karaktristi Akuntansi Konvensional Akuntansi Syariah
k
1. Padangan Ekonomi Rasionalisme Tauhid
Filosofis (unity of Good)
2. Prinsip Sekuler Religius (Syariah)
Individualis Kebersamaan
Memaksimalkan laba Distribusi laba
Survival of the fittes Keadilan
Ditekankan pada proses Keharmonisan lingkungan
(machine mechanism) (Rahmatan lil”alamin)
3. Kriteria Berdasarkan hukum perdagangan Berdasarkan etika yang
masyarakat kapitalis modern bersumber pada hukum Al
Pengungkapan terbatas (limited Qur’an dan Al Hadist
desclousure) Full disclosure untuk memenuhi
Pertanggungjawaban lebih ditujuan kebutuhan informasi keuangan
kepada pemilik sesuai syariah (Islamic finance
(personal kontrol) report user)
Pertanggungjawaban kepada
umat (masyarakat luas)
khususnya dalam
memanfaatkan sumberdaya

2.4. Lembar Pertanyaan/Diskusi


a. Jelaskan kerangka konseptual dari akuntansi syariah?
b. Jelaskan The Fundamental of The Shari’ah Paradigm?
c. Jelaskan struktur teori akuntansi syariah?
d. Jelaskan perbedaan antara akuntansi konvensional dan akuntansi
syariah?
BAB III
TUJUAN DAN KERANGKA DASAR PENYUSUNAN DAN PENYAJIAN
LAPORAN KEUANGAN SYARIAH

3.1. Topik Pembelajaran


Bab ini menjelaskan tentang tujuan dari pelaporan keuangan syariah,
paradigma transaksi, prinsip, dan jenis laporan keuangan syariah.

3.2. Sub Capaian Pembelajaran Mata Kuliah


Setelah mengikuti mata kuliah ini diharapkan mahasiswa mampu
mengidentifikasi transaksi syariah yang dilaporkan dalam laporan
keuangan syariah serta mampu menjelaskan stakeholders dari akuntansi
syariah.

3.3. Isi Materi


a. Tujuan Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Syariah. Tujuan
akuntansi menurut Ijiri (1971) dibedakan dalam dua tujuan, yaitu:
Pertama sebagai equity accounting, yaitu untuk melindungi ekuitas
pihak-pihak yang berkepentingan dengan perusahaan (stakeholder).
Kedua, sebagai operational accounting, yaitu untuk memberikan
informasi guna mengambil keputusan (decision usefulness).
Kegunaan informasi akuntansi untuk pengambilan keputusan juga
dikemukakan oleh Accounting Principle Board (APB) dan Trueblood
Commitee. Dalam APB Statement No. 4 (1970: par 21) dinyatakan
bahwa: “The basic purpose of financial accounting and financial
statements is to provide financial information about individual
business enterprises that is useful in making decisions.” Trueblood
Commitee (1973) menyatakan: “The basic objective of financial
statement is to provide information useful for making economic
decision.”
b. Paradigma Transaksi Syariah. Secara konseptual transaksi syariah
berlandasakan pada paradigma bahwa alam semesta diciptakan oleh
Allah SWT sebagai amanah dan sarana kebahagiaan hidup bagi
seluruh umat manusia bagi seluruh umat manusia untuk mencapai
kesejahteraan hakiki secara material dan spiritual (falah).
Konsekuensinya adalah: Pertama, setiap aktivitas umat manusia
memiliki akuntabilitas dan nilai Illahiah. Kedua, menempatkan
perangkat syariah dan akhlak sebagai parameter baik dan buruk,
benar dan salahnya aktivitas usaha. Ketiga, prinsip syariah yang
berlaku umum dalam kegiatan muamalah mengikat secara hukum
bagi semua pelaku dan pemangku kepentingan entitas yang
melakukan transaksi syariah.
c. Prinsip Transaksi Syariah. Adapun prinsip-prinsip transaksi syariah
mencakup hal-hal sebagai berikut:
1. Persaudaraan (ukhuwah), prinsip ukhuwah berarti transaksi yang
diadakan merupakan interaksi sosial, yang diselenggarakan
secara harmonis dengan semangat saling mengenal(ta’aruf),
salaing memahami (tafahun), saling menolong (ta’awun), saling
menjamin (takaful), dan saling bersinergi (tahaluf).
2. Keadilan (‘adalah), realisasi prinsip ‘adalah yaitu menempatkan
sesuatu pada tempatnya, dan memberikn sesuatu kepada yang
berhak, serta melakukan sesuatu sesuai pada posisinya.
Implementasi prinsip keadilan adalah melarang adanya unsur-
unsur: a) riba/bunga dalam segala bentuk dan jenisnya; b)
kezaliman (dzulm), baik terhadap diri sendiri, orang lain, atau
lingkungan; c) judi (maysir) yaitu bersikap spekulatif dan tidak
berhubungan dengan produktivitas; d) ketidakjelasan (gharar),
maupun ikhtikar, najasy, riswah dan ta’alluq; e) haram yaitu
mengandung segala unsur yang dilarang dalam ajaran islam (Al-
Quran dan As-Sunah), baik yang terkait dengan barang dan jasa
maupun aktivitas operasionalnya.
3. Kemaslahatan (maslahah), yaitu segala bentuk kebaikan dan
manfaat yang berdimensi duniawi dan ukhrawi, material dan
spiritual, serta individual dan kolektif. Dalam hal kemaslahatan
harus memenuhi dua unsur yaitu: a) halal (patuh terhadap
ketentuan syariah) dan b) thayyib (membawa kebaikan dan
bermanfaat). Lebih jauh transaksi syariah dipandang maslahah
jika memenuhi secara keseluruhan dalam pencapain tujuan-tujuan
syariah (maqashid as-syariah) yaitu memelihara keselamatan dan
kesejahteraan agama (dien), akal (aql), jiwa (nafs), keturunan
(nasl), dan harta benda (mal).
4. Keseimbangan (tawazun), yaitu transaksi syariah tidak hanya
untuk memenuhi kepentingan para pemilik saja, akan tetapi
digunakan untuk memenuhi kepentingan semua pihak yang
berkepentingan dengan transaksi syariah tersebut. Oleh karena itu
diperlukan keseimbangan antara kepentingan pemilik dengan
kepentingan para stakeholder secara keseluruhan; keseimbangan
kepentingan individu, kepentingan sosial dan kepentingan publik;
keseimbangan kepentingan material dan seperitual, serta
keseimbangan kepentingan sektor keuangan dan sektor riil.
5. Universalisme (syumuliyah), esensinya adalah transaksi syariah
dapat dilakukan oleh dan untuk kepentingan semua pihak, tanpa
membedakan suku, ras, agama dan golongan sesuai dengan
semangat kerahmatan bagi alam semseta (rahmatan lilalamin).
d. Karakteristik Transaksi Syariah. Transaksi syariah yang
dikembangkan berlandasakan paradigma dan prinsip-prinsip transaksi
syariah terurai di atas, akan memenuhi persyaratan-persyaratan
sebagai berikut:
1. Transaksi dilaksanakan berdasarkan prinsip saling memahami
dan saling ridha.
2. Prinsip kebebasan bertransaksi diakui sepanjang objeknya halal
dan thoyib.
3. Transaksi tidak mengandung unsur-unsur riba, zalim, maysir,
gharar, kolusi dan suap-menyuap (risywah), rekayasa permintaan
(najasy), rekaya per dan unsur-unsur haram lainnya.
4. Transaksi tidak menganut prinsip waktu dari uang (time value of
money).
5. Transaksi dilakukan menggunakan akad yang jelas, benar dan
syah, tidak menggunakan dua transaksi dalam satu akad
(ta’alluq).

3.4. Lembar Pertanyaan/Diskusi


a. Jelaskan tujuan dari pelaporan akuntansi syariah?
b. Jelaskan paradigma transaksi syariah?
c. Jelaskan prinsip dari akuntansi syariah?
d. Identifikasi karakteristik dari transaksi syariah?
e. Sebutkan stakeholders dari laporan keuangan syariah?
BAB IV
AKUNTANSI MUDHARABAH

4.1. Topik Pembelajaran


Bab ini membahas tentang definisi, rukun, dan sistem pembagian
keuntungan dari transaksi mudharabah. Selain itu juga akan dibahas
pelaporan transaksi mudharabah dalam laporan keuangan.

4.2. Sub Capaian Pembelajaran Mata Kuliah


Mahasiswa mampu mengidentifikasi transaksi mudharabah, pencatatan,
pengakuan dan pelaporan transaksi mudharabah dalam laporan
keuangan.

4.3. Isi Materi


a. Definisi. Mudharabah adalah kerjasama antara pemilik dana (shohibul
Maal) dan pengelola dana (Mudharib) untuk melakukan suatu usaha
dengan pembagian keuntungan berdasarkan bagi hasil yang
disepakati keduanya. shohibul maal akan menyediakan dana 100%
dan mudharib menyediakan skill. Pembagian bagi hasil berdasarkan
nisbah (persentase dari keuntungan) yang disepakati pada saat akad.
b. Rukun dan syarat mudharabah. Rukun dan syarat dari akad
mudharabah adalah sebagai berikut ini (Fatwa DSN No. 07/DSN-
MUI/IV/2000):
1. Penyedia dana (sahibul maal) dan pengelola (mudharib) harus
cakap hukum.
2. Pernyataan ijab dan qabul harus dinyatakan oleh para pihak untuk
menunjukkan kehendak mereka dalam mengadakan kontrak
(akad), dengan memperhatikan hal-hal berikut:
a. Penawaran dan penerimaan harus secara eksplisit
menunjukkan tujuan kontrak (akad).
b. Penerimaan dari penawaran dilakukan pada saat kontrak.
c. Akad dituangkan secara tertulis, melalui korespondensi, atau
dengan menggunakan cara-cara komunikasi modern.
3. Modal ialah sejumlah uang dan/atau aset yang diberikan oleh
penyedia dana kepada mudharib untuk tujuan usaha dengan
syarat sebagai berikut:
a. Modal harus diketahui jumlah dan jenisnya.
b. Modal dapat berbentuk uang atau barang yang dinilai. Jika
modal diberikan dalam bentuk aset, maka aset tersebut harus
dinilai pada waktu akad.
c. Modal tidak dapat berbentuk piutang dan harus dibayarkan
kepada mudharib, baik secara bertahap maupun tidak, sesuai
dengan kesepakatan dalam akad.
4. Keuntungan mudharabah adalah jumlah yang didapat sebagai
kelebihan dari modal. Syarat keuntungan berikut ini harus
dipenuhi:
a. Harus diperuntukkan bagi kedua pihak dan tidak boleh
disyaratkan hanya untuk satu pihak.
b. Bagian keuntungan proporsional bagi setiap pihak harus
diketahui dan dinyatakan pada waktu kontrak disepakati dan
harus dalam bentuk prosentasi (nisbah) dari keuntungan
sesuai kesepakatan. Perubahan nisbah harus berdasarkan
kesepakatan.
c. Penyedia dana menanggung semua kerugian akibat dari
mudharabah, dan pengelola tidak boleh menanggung kerugian
apapun kecuali diakibatkan dari kesalahan disengaja,
kelalaian, atau pelanggaran kesepakatan.
5. Kegiatan usaha oleh pengelola (mudharib), sebagai perimbangan
(muqabil) modal yang disediakan oleh penyedia dana, harus
memperhatikan hal-hal berikut:
a. Kegiatan usaha adalah hak eksklusif mudharib, tanpa campur
tangan penyedia dana, tetapi ia mempunyai hak untuk
melakukan pengawasan.
b. Penyedia dana tidak boleh mempersempit tindakan pengelola
sedemikian rupa yang dapat menghalangi tercapainya tujuan
mudharabah, yaitu keuntungan.
c. Pengelola tidak boleh menyalahi hukum Syari’ah Islam dalam
tindakannya yang berhubungan dengan mudharabah, dan
harus mematuhi kebiasaan yang berlaku dalam aktifitas itu.
c. Dasar pembagian keuntungan mudharabah. PSAK memperbolehkan
pembagian persentase keuntungan dalam transaksi mudharabah
berdasarkan dua dasar, yaitu :
a. Laba (rugi) bersih atau disebut net profit sharing. Jika disepakati
pembagian keuntungan berdasarkan laba (rugi) bersih maka
pembagian keuntungan nisbah dikalikan dengan laba bersih
usaha. Namun jika terjadi kerugian akibat bukan kelalaian
pengelola maka ditanggung seluruhnya shohibul maal. Tanggung
jawab kerugian pemilik dana paling besar adalah sejumlah dana
yang diinvestasikan.
b. Laba (rugi) kotor atau disebut gross profit sharing. Metode ini
membagi keuntungan berdasarkan nisbah dikalikan dengan laba
kotor (hasil penjualan setelah dikurangi harga pokok penjualan).
Metode gross profit sharing dapat dilakukan jika perusahaan
bentukan adalah perusahaan dagang dan manufaktur. Namun jika
pembiayaan mudharabah digunakan untuk membentuk
perusahaan jenis jasa, maka metode pembagian keuntungan
mudharabah dapat menggunakan revenue sharing.
d. Jenis transaksi mudharabah. PSAK mengkategorikan mudharabah
dalam dua jenis, yakni:
1. Mudharabah Muthlaqoh merupakan kerjasama mudharabah
dimana pemilik dana memberikan kebebasan kepada pengelola
dana dalam mengelola investasinya.
2. Mudharabah Muqoyyadah merupakan kerjasama mudharabah
dimana pemilik dana memberikan batasan-batasan tertentu
kepada pengelola dana dalam mengelola investasinya. Batasan-
batasan yang diperbolehkan secara syariah seperti lokasi usaha,
jenis usaha dan cara pengelolaan usaha. Misalnya pemilik dana
tidak menghendaki usaha dilakukan didaerah konflik. Batasan
yang tidak diperkenankan adalah keuntungan minimal yang harus
diperoleh pemilik dana seperti 15% dari penanaman dana, karena
hal ini termasuk riba.
3. Mudharabah Musytarakah dapat dikatakan sebagai mudharabah
campuran antara mudharabah dengan musyarakah. Mudharabah
musytarakah dapat terjadi jika dengan berjalannya waktu karena
usaha sangat menguntungkan pengelola dana memungkinkan
menambahkan dana yang dimilikinya sebagai tambahan modal
usaha.
e. Rekening-rekening yang digunakan dalam Transaksi
Mudharabah
Transaksi mudharabah adalah transaksi kerjasama antara pemilik
dana (shohibul maal) kepada pengelola dana (mudharib) dimana
pemilik dana menginvestasikan dananya untuk dikelola oleh
pengelola dana. Keuntungan akan dibagi kepada kedua belah pihak,
sedangkan kerugian menjadi tanggungjawab pengelola dana
sepanjang kerugian bukan diakibatkan oleh kelalaian pengelola dana.
Didalam transaksi mudharabah ini, pada dasarnya terdapat dua pihak
yang terkait, yakni pemilik dana (shohibul maal) dan pengelola dana
(mudharib). Dengan demikian, maka terdapat dua pihak yang
melakukan pencatatan transaksi mudharabah.

Pihak Yang Penyajian Akhir


No Rekening Definisi
Mencatat Periode

1 Pembiayaan Investasi yang dikeluarkan oleh Shohibul Laporan Posisi


Mudharabah entitas syariah dengan Maal Keuangan /
menggunakan akad Neraca
mudharabah.

2 Dana Syirkah Pendanaan yang diterima oleh Mudharib Laporan Posisi


Temporer entitas dengan akad Keuangan /
Mudharabah mudharabah. Neraca

3 Pendapatan Bagi Pendapatan yang diperoleh Shohibul Laporan Posisi


Hasil Mudharabah entitas atas investasi Maal Keuangan
mudharabah.

4 Beban Bagi Hasil Beban yang harus dibayarkan Mudharib Laporan Laba
entitas atas pendanaan akad Rugi
Mudharabah mudharabah yang diterima. Komprehensif

5 Penyisihan Contra account rekening Shohibul Laporan Posisi


Kerugian Investasi pembiayaan mudharabah Maal Keuangan /
Mudharabah karena adanya pengakuan Neraca
biaya acrual atas kerugian yang
berpotensi terjadi atas investasi
mudharabah

6 Biaya Kerugian Biaya acrual atas kerugian yang Shohibul Laporan Laba
Investasi berpotensi terjadi atas investasi Maal Rugi
Mudharabah mudharabah Komprehensif

7 Penyisihan Contra account rekening dana Mudharib Laporan Posisi


Kerugian syirkah temporer mudharabah Keuangan
Mudharabah mudharabah karena adanya
pengakuan kerugian atas
pendanaan mudharabah yang
diterima entitas

4.4. Lembar Pertanyaan/Diskusi


a. Jelaskan pengertian dari transaksi mudharabah.
b. Jelaskan model pembagian keuntungan dari transaksi mudharabah
c. Berikan contoh transaksi mudharabah, lakukan pencatatannya, serta
bagaimana pencatatannya dalam laporan keuangan?
BAB V
AKUNTANSI MUSYARAKAH

5.1. Topik Pembelajaran


Bab ini menjelaskan tentang transaksi musyarakah yang menyangkut
definisi, rukun, pembagian keuntungan, pencatatan, serta pelaporan
dalam laporan keuangan.

5.2. Sub Capaian Pembelajaran Mata Kuliah


Mahasiswa mampu mengidentifikasi dan menjelaskan transaksi
musyarakah, melakukan pembagian keuntungan musyarakah,
pencatatan, pengakuan, dan pelaporan transaksi musyarakah dalam
laporan keuangan.

5.3. Isi Materi


1. Definisi. Musyarakah merupakan akad kerjasama antara dua pihak
atau lebih untuk satu usaha tertentu dimana masing-masing pihak
memberikan kontribusi dana dengan ketentuan bahwa keuntungan
dibagi berdasarkan kesepakatan sedangkan kerugian ditanggung
berdasarkan porsi kontribusi dana (PSAK No. 108).
2. Pembagian musyarakah. Menurut kontribuasi dana investasi. PSAK
No. 106 membagi musyarakah menjadi 2 jenis, yaitu:
a. Musyarakah permanen, dimana modal dari masing-masing pihak
yang melakukan kerjasama prosentasenya sama sepanjang
jangka waktu kontrak. Pada akhir periode akan dibayarkan sisa
modal yang ada dikalikan dengan prosentase modal yang dimiliki.
b. Musyarakah menurun. Adalah jenis musyarakah yang mana
modal salah satu pihak prosentasenya semakin menurun
sepanjang waktu kontrak. Hal ini terjadi karena ada pelunasan
secara angsuran dari salah satu pihak kepada orang lain.
Contohnya tuan Anto dan tuan Arifin sepakat melakukan
pembelian rumah secara bersama-sama dengan komposisi modal
50% tuan Anto dan 50% tuan Arifin. Dalam beberapa periode tuan
Anto melakukan pembayaran atas kepemilikan tuan Arifin hingga
akhir periode prosentase kepemilikan rumah tuan Arifin 0% dan
rumah menjadi milik tuan Anto. Skim ini biasa dilakukan oleh bank
syariah dalam pembiayaan musyarakah karena tidak
memberatkan nasabah pada saat pengembalian modal bank.
3. Rukun Musyarakah. Rukun dalam melakukan musyarakah adalah:
a. Adanya pelaku yang terdiri dari beberapa mitra. Kedua pelaku
tersebut harus dilakukan oleh orang yang baligh dan cakap
hukum.
b. Obyek musyarakah yang berupa modal dan kerja. Modal dapat
berupa uang tunai atau aktiva tetap. Jika obyek musyarakah
berupa aktiva tetap maka harus dinilai nilai wajarnya pada saat
akad.
c. Ijab dan kabul (serah dan terima). Dalam melakukan perjanjian
sebaiknya ditulis dan disertai dengan beberapa saksi untuk
meminimalkan masalah dikemudian hari.
d. Nisbah bagi hasil. Yaitu prosentase pembagian keuntungan
berbagai pihak yang disepakati bersama. Prosentase pembagian
keuntungan tidak harus sesuai dengan prosentase kepemilikan
modal.
4. Pembagian Keuntungan dan Kerugian Usaha. Dalam pembagian
bagi hasil pada transaksi musyarakah, pada prinsipnya sama dengan
transaksi mudharabah. Yakni pembagian bagi hasil antara mudharib
dan shohibul maal berdasarkan kesepakatan antar kedua belah pihak
pada saat penandatanganan akad. Kerugian atas transaksi
mudharabah menjadi tanggungjawab shahibul maal. Berbeda dengan
transaksi mudharabah yang memiliki karakteristik kepemilik dana
100% milik shohibul maal, pada transaksi musyarakah kedua belah
pihak memiliki penyertaan dana dengan persentase tertentu. Dengan
demikian, kerugian usaha menjadi tanggungjawab kedua belah pihak,
dan pembagiannya berdasarkan persentase kepemilikan modal.
5. Rekening Terkait Transaksi Musyarakah
Akad musyarakah adalah akad transaksi kerjasama antara beberapa
pihak dimana seluruh pihak yang terlibat memberikan penyertaan
dana, pengelolaan dana dilakukan oleh salah satu pihak yang terlibat,
dan bagi hasil dibagi berdasarkan kesepakatan yang telah disepakati
pada saat awal akad.

Pihak Yang Penyajian Akhir


No Rekening Definisi
Mencatat Periode

1 Pembiayaan Investasi yang dikeluarkan oleh Shohibul Laporan Posisi


Musyarakah entitas syariah dengan Maal Keuangan /
menggunakan akad musyarakah Neraca

2 Dana Syirkah Pendanaan yang diterima oleh Mudharib Laporan Posisi


Temporer entitas dengan akad musyarakah Keuangan /
Musyarakah Neraca

3 Pendapatan Bagi Pendapatan yang diperoleh Shohibul Laporan Posisi


Hasil Musyarakah entitas atas investasi musyarakah Maal Keuangan

4 Beban Bagi Hasil Beban yang harus dibayarkan Mudharib Laporan Laba
Musyarakah entitas atas pendanaan akad Rugi
mudharabah yang diterima. Komprehensif

5 Penyisihan Contra account rekening Shohibul Laporan Posisi


Kerugian Investasi pembiayaan mudharabah karena Maal Keuangan /
Musyarakah adanya pengakuan biaya acrual Neraca
atas kerugian yang berpotensi
terjadi atas investasi musyarakah

6 Biaya Kerugian Biaya acrual atas kerugian yang Shohibul Laporan Laba
Investasi berpotensi terjadi atas investasi Maal Rugi
Musyarakah musyarakah Komprehensif

7 Penyisihan Contra account rekening dana Mudharib Laporan Posisi


Kerugian syirkah temporer mudharabah Keuangan
Musyarakah mudharabah karena adanya
pengakuan kerugian atas
pendanaan musyarakah yang
diterima entitas

5.4. Lembar Pertanyaan/Diskusi


a. Jelaskan pengertian dari transaksi musyarakah?
b. Jelaskan model pembagian keuntungan dari transaksi musyarakah?
c. Berikan contoh transaksi musyarakah, lakukan pencatatannya, serta
bagaimana pencatatannya dalam laporan keuangan?
BAB VI
AKUNTANSI MURABAHAH

6.1. Topik Pembelajaran


Bab ini membahas tentang definisi transaksi, syarat dan rukun,
pencatatan, pengakuan, dan pelaporan transaksi murabahah dalam
laporan keuangan.

6.2. Sub Capaian Pembelajaran Mata Kuliah


Mahasiswa mampu mengidentifikasi dan menjelaskan transaksi
murabahah, melakukan pembagian keuntungan musyarakah, pencatatan,
pengakuan, dan pelaporan transaksi musyarakah dalam laporan
keuangan.

6.3. Isi Materi


a. Definisi. Pedoman Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) Syariah
nomor 102 mendefinisikan Murabahah adalah akad jual beli barang
dengan harga jual sebesar biaya perolehan ditambah keuntungan
yang disepakati dan penjual harus menungkapkan biaya perolehan
barang tersebut kepada pembeli. Berbeda dengan jual beli pada
umumnya, pada transaksi murabahah, penjual wajib hukumnya untuk
memberitahukan harga pokok pada pembeli.
b. Ketentuan dalam murabahah. Dalam pelaksanaan akad
murabahah, terdapat beberapa ketentuan yang harus diperhatikan
agar transaksi murabahah sesuai dengan syariah. Beberapa
ketentuan tersebut adalah sebagai berikut ini (Fatwa DSN No.
04/DSN-MUI/IV/2000):
1. Barang yang merupakan obyek jual beli bukan barang yang
diharamkan.
2. Penjual dapat membiayai sebagian atau seluruh harga pembelian
barang yang telah disepakati spesifikasinya.
3. Jika penjual memerlukan pembelian barang dari pihak ketiga,
maka penjual harus membeli barang yang dibutuhkan pembeli
atas nama penjual yang bersangkutan.
4. Penjual harus memberitahukan harga beli barang beserta biaya
dan diskon (jika ada).
5. Jika penjual mewakilkan kepada pembeli untuk membeli barang
dari pihak ketiga, maka akad jual beli murabahah harus dilakukan
setelah barang secara prinsip menjadi hak penjual.
6. Diskon yang mungkin diterima penjual dari pihak ketiga harus
menjadi pengurang harga pokok barang, karena pada dasarnya
diskon menjadi hak pembeli (Fatwa DSN No. 16/DSN-
MUI/IX/2000)
c. Sistem Pembagian Keuntungan. Berbeda dengan akad
mudharabah dan musyarakah, akad murabahah adalah akad jual beli
dimana penjual memberitahukan harga pokok barang yang dijualnya.
Pada transaksi murabahah keuntungan secara finansial hanya untuk
penjual yakni dengan selisih antara harga jual dengan harga pokok
barang. Selisih inilah yang disebut dengan margin murabahah.
d. Pengakuan Keuntungan Murabahah
Pedoman standar akuntansi Nomor 102 Tentang Akuntansi
Murabahah menjelaskan bahwa pengakuan keuntungan oleh penjual
dipengaruhi oleh jangka waktu pelunasan dan risiko yang mungkin
muncul dari transaksi murabahah. PSAK No. 102 mengatur
pengakuan keuntungan transaksi murabahah adalah sebagai berikut
ini:

1. Murabahah secara tunai dan murabahah kredit dengan jangka


waktu tidak melebihi satu periode akuntansi, keuntungan margin
murabahah diakui pada saat penyerahan barang.
2. Murabahah secara kredit dengan jangka waktu pelunasan
melebihi satu periode akuntansi, keuntungan margin murabahah
diakui sesuai dengan risiko yang akan terjadi. Jika:
a) Risiko terkait dengan penagihan piutang murabahah dan biaya
pengelolaan relatif kecil, keuntungan margin murabahah
diakui pada saat penyerahan barang.
b) Risiko terkait dengan penagihan piutang murabahah dan biaya
pengelolaan relatif besar, keuntungan margin murabahah
diakui secara proporsional sesuai dengan besaran kas yang
dapat ditagih dari piutang murabahah.
c) Risiko terkait dengan penagihan piutang murabahah dan biaya
pengelolaan cukup besar, keuntungan margin murabahah
diakui pada saat seluruh piutang murabahah berhasil ditagih.
e. Rekening Terkait Transaksi Murabahah
Transaksi murabahah bukanlah transaksi jual beli biasa. Pada
transaksi jual beli biasa, penjual tidak harus menyampaikan harga
pokok barang yang dijual, sedangkan pada transaksi murabahah,
penjual harus memberitahukan harga pokok dari barang yang dijual.
Dengan demikian, pada transaksi murabahah, pembeli mengetahui
besaran biaya (yang merupakan pendapatan bagi penjual) atas
pembelian barang yang dibelinya

Pihak Yang Penyajian Akhir


No Rekening Definisi
Mencatat Periode

1 Piutang Investasi yang dikeluarkan oleh Penjual Laporan Posisi


Murabahah entitas syariah (penjual) dengan Keuangan /
menggunakan akad murabahah Neraca

2 Hutang Pendanaan (berupa pembelian Pembeli Laporan Posisi


Murabahah barang) yang diterima oleh entitas Keuangan /
dengan akad murabahah Neraca

3 Pendapatan Pendapatan yang diperoleh Penjual Laporan Posisi


Margin Murabahah entitas atas transaksi murabahah Keuangan

4 Beban Margin Beban yang harus dibayarkan Pembeli Laporan Laba


Murabahah entitas atas pembelian barang Rugi
secara murabahah. Komprehensif

5 Margin Murabahah Besaran pendapatan margin Penjual Laporan Posisi


Tangguhan murabahah yang ditangguhkan Keuangan /
pengakuannya oleh penjual dan Neraca
merupakan contra account
rekening piutang murabahah

6 Biaya Margin Besaran baiaya margin Pembeli Laporan Posisi


Murabahah murabahah yang ditangguhkan Keuangan /
Tangguhan pengakuannya oleh pembeli dan Neraca
merupakan contra account
Pihak Yang Penyajian Akhir
No Rekening Definisi
Mencatat Periode

rekening hutang murabahah

7 Penyisihan Contra account rekening piutang Penjual Laporan Posisi


Kerugian murabahah bersih karena adanya Keuangan /
Murabahah pengakuan kerugian atas piutang Neraca
murabahah

8 Pendapatan Pendapatan margin murabahah Penjual Laporan Laba


Margin Murabahah yang diakui oleh penjual. Rugi
Komprehensif

9 Beban Murabahah Biaya murbahah yang ditanggung Pembeli Laporan Laba


pembeli Rugi
Komprehensif

f. Metode Proporsional dan Anuitas.


Pengakuan keuntungan margin murabahah pada lembaga
keuangan diperkenankan menggunakan metode proporsional dan
anuitas. Keluarnya kedua metode ini merupakan tindak lanjut atas
keluarnya fatwa DSN Nomor 84/DSN-MUI/XII/2012 tentang Metode
Pengakuan Keuntungan Tamwil Bi Al Murabahah (Pembiayaan
Murabahah) di Lembaga Keuangan Syariah.

Berdasarkan fatwa tersebut, Metode Proporsional (Thariqah


Mubasyirah) adalah pengakuan keuntungan yang dilakukan secara
proporsional atas jumlah piutang (harga jual, tsaman) yang berhasil
ditagih dengan mengalikan persentase keuntungan terhadap jumlah
piutang yang berhasil ditagih (al-atsman al-muhashshalah). Metode
Anuitas (Thariqah al-Hisab al-Tanazuliyyah/Thariqah al-
Tanaqushiyyah) adalah pengakuan keuntungan yang dilakukan
secara proporsional atas jumlah sisa harga pokok yang belum ditagih
dengan mengalikan persentase keuntungan terhadap jumlah sisa
harga pokok yang belum ditagih (al-atsman al-mutabaqqiyah).
Definisi tersebut di atas, membedakan antara metode
proporsional dengan anuitas adalah besaran keuntungan yang diakui
oleh penjual pada setiap angsuran yang diterimanya dan bukan
membedakan kapan keuntungan murabahah diakui oleh penjual.
Pada metode proporsional, pengakuan keuntungan murabahah
sebesar persentase tertentu (sifatnya tetap sepanjang pelunasan).
Jika metode anuitas, persentase keuntungan murabahah yang diakui
dihitung berdasarkan sisa pokok yang belum dibayar. Artinya,
persentase keuntungan dari angsuran yang diterima penjual pasti
berbeda-beda. Selain itu, perlu dicatat bahwa metode anuitas dan
proporsional hanya dilakukan oleh penjual dan tidak terkait dengan
harga jual yang ditetapkan kepada pembeli jika pembeli melakukan
pelunasan sebelum jatuh tempo atau melakukan pelunasan setelah
jatuh tempo.

6.4. Lembar Pertanyaan/Diskusi


a. Jelaskan pengertian dari transaksi murabahah?
b. Jelaskan model pembagian keuntungan dari transaksi
murabahah?
c. Berikan contoh transaksi murabahah, lakukan pencatatannya,
serta bagaimana pencatatannya dalam laporan keuangan?
BAB VII
AKUNTANSI SALAM

7.1. Topik Pembelajaran


Bab ini membahas tentang definisi transaksi, syarat dan rukun,
pencatatan, pengakuan, dan pelaporan transaksi salam dalam laporan
keuangan.

7.2. Sub Capaian Pembelajaran Mata Kuliah


Mahasiswa mampu mengidentifikasi dan menjelaskan transaksi salam,
melakukan pembagian keuntungan musyarakah, pencatatan, pengakuan,
dan pelaporan transaksi musyarakah dalam laporan keuangan.

7.3. Isi Materi


a. Definisi. Salam adalah transaksi jual beli secara pesanan dimana
pembeli melakukan pembayaran atas barang yang dibelinya pada
saat akad dilakukan dan pengiriman barang dilakukan sesuai dengan
perjanjian. Artinya, transaksi salam merupakan transaksi jual beli
dengan cara pemesanan. Tujuan utama dari transaksi ini adalah
pembeli memberikan pembiayaan (kredit) kepada penjual. Dengan
penerimaan pembayaran dimuka, memungkinkan ia dapat
menggunakan dana yang berasal dari penjualan barang untuk biaya
produksi.
b. Ketentuan transaksi salam. Beberapa ketentuan yang harus ditaati
dalam transaksi salam, yaitu (Fatwa DSN no. 05/DSN-MUI/IV/2000):
1. Pembayaran salam tidak boleh dalam pembebasan hutang.
2. Pembeli tidak boleh menjual barang sebelum menerima barang
dari penjual.
3. Tidak boleh terjadi penukaran barang, kecuali dengan barang
sejenis sesuai kesepakatan.
4. Penjual dapat mengirimkan barang yang kualitasnya lebih tinggi
dengan syarat tidak boleh menambah harga yang telah disepakati.
5. Penjual boleh mengirimkan barang sebelum jatuh tempo dan tidak
boleh meminta tambahan harga.
6. Jika penjual mengirimkan barang dengan kualitas yang lebih
rendah dan pembeli menerimanya, maka pembeli tidak boleh
meminta pengembalian harga.
7. Jika barang yang dijual tidak tersedia, maka pembeli memiliki 2
pilihan, yaitu membatalkan kontrak atau menunggu sampai barang
tersedia.
c. Resiko Transaksi Salam
Transaksi salam merupakan transaksi yang kurang diminati
oleh pelaku lembaga keuangan syariah. Bahkan data Bank Indonesia
tahun 2015 menunjukkan bahwa pembiayaan akad salam nol. Artinya,
Bank syariah tidak menggunakan akad salam. Pertanyaaan
selanjutnya adalah mengapa bank syariah tidak memiliki pembiayaan
akad salam?
Permasalahan pertama adalah penjualan atas barang yang
dibelinya. Bank dalam melakukan transaksi salam akan menjual
kembali barang yang dibelinya. Jika bank tidak menerima pihak yang
bersedia untuk membeli barang yang dibeli bank, maka tidak mungkin
bank akan melakukan transaksi salam.
Permasalahan kedua adalah terkait risiko. Pada transaksi
salam, jika barang yang dijual belikan pada saat penyerahan barang
memiliki nilai wajar yang lebih rendah dari nilai akad, maka selisih nilai
menjadi tanggungjawab pembeli (bank). Sebaliknya jika nilai wajar
barang lebih tinggi daripada nilai akad, maka keuntungan menjadi hak
pembeli dan kerugian menjadi hak penjual. Hal ini dilakukan karena
ketika penjual dan pembeli sepakat untuk melakukan transaksi salam,
maka penjual memiliki hutang kepada pembeli berupa pengiriman
barang dengan spesifikasi yang telah ditentukan pada saat akad.
Artinya penjual memiliki hutang berupa barang, bukan dalam bentuk
uang. Penurunan atau kenaikan harga barang pada saat penyerahan
barang tidak mempengaruhi jumlah barang yang dikirim oleh penjual
kepada pembeli.

d. Rekening-rekening Terkait Salam


Nama-nama rekening yang digunakan dalam transaks salam adalah
sebagai berikut ini:

Pihak Yang Penyajian Akhir


No Rekening Definisi
Mencatat Periode

1 Piutang Salam Investasi yang dikeluarkan oleh Pembeli Laporan Posisi


entitas syariah (penjual) dengan Keuangan /
menggunakan akad salam Neraca

2 Hutang Salam Pendanaan (berupa pembelian Penjual Laporan Posisi


barang) yang diterima oleh entitas Keuangan /
dengan akad salam Neraca

3 Pendapatan Pendapatan yang diperoleh Pembeli Laporan Posisi


Margin Salam entitas atas transaksi salam Keuangan

4 Beban Salam Beban yang harus dibayarkan Penjual Laporan Laba


entitas atas biaya salam. Rugi
Komprehensif

7.4. Lembar Pertanyaan/Diskusi


a. Jelaskan pengertian dari transaksi salam?
b. Jelaskan model pembagian keuntungan dari transaksi salamh?
c. Berikan contoh transaksi salam, lakukan pencatatannya, serta
bagaimana pencatatannya dalam laporan keuangan?
BAB VIII
AKUNTANSI ISTISHNA

8.1. Topik Pembelajaran


Bab ini membahas tentang definisi transaksi, syarat dan rukun,
pencatatan, pengakuan, dan pelaporan transaksi istishna dalam laporan
keuangan.

8.2. Sub Capaian Pembelajaran Mata Kuliah


Mahasiswa mampu mengidentifikasi dan menjelaskan transaksi istishna,
melakukan pembagian keuntungan istishna, pencatatan, pengakuan, dan
pelaporan transaksi musyarakah dalam laporan keuangan.

8.3. Isi Materi


a. Definisi. Akad Istishna’ adalah akad jual beli dalam bentuk
pemesanan pembuatan barang tertentu dengan kriteria dan
persyaratan tertentu yang disepakati antara pemesan (pembeli/
mushtasni’) dan penjual (pembuat/ shani’). Penjual dalam memenuhi
pesanan pembeli, dapat memenuhi sendiri barang atau melalui pihak
ketiga. Jika penjual memenuhi barang jualan dengan melibatkan
pihak ketiga, maka transaksinya disebut dengan istishna paralel.
Namun perlu dicatat, jika transaksinya adalah transaksi istishna
paralel, maka akad keduanya tidak saling terikat.
b. Ketentuan dalam Transaksi Istishna. Fatwa Dewan Syariah
Nasional Nomor 6/DSN-MUI/IV/2000 tentang Jual Beli Istishna
memberikan beberapa ketentuan dalam transaksi istishna, yaitu:
1. Pembayaran istishna tidak boleh dalam bentuk pembebasan
hutang.
2. Waktu dan tempat penyerahan barang harus ditetapkan
berdasarkan kesepakatan.
3. Pembeli tidak boleh menjual barang sebelum menerima barang.
4. Tidak boleh menukar barang, kecuali dengan barang sejenis
sesuai kesepakatan.
5. Dalam hal terdapat cacat atau barang tidak sesuai dengan
kesepakatan, pemesan memiliki hak khiyar (hak memilih) untuk
melanjutkan atau membatalkan akad.
6. Tidak boleh terjadi penukaran barang, kecuali dengan barang
sejenis sesuai kesepakatan.
7. Penjual dapat mengirimkan barang yang kualitasnya lebih tinggi
dengan syarat tidak boleh menambah harga yang telah disepakati.
8. Penjual boleh mengirimkan barang sebelum jatuh tempo dan tidak
boleh meminta tambahan harga.
9. Jika penjual mengirimkan barang dengan kualitas yang lebih
rendah dan pembeli menerimanya, maka pembeli tidak boleh
meminta pengembalian harga.
c. Akun-akun Dalam Transaksi Istishna
Nama-nama rekening yang digunakan dalam transaksi salam adalah
sebagai berikut ini:

Pihak Yang Penyajian Akhir


No Rekening Definisi
Mencatat Periode

1 Piutang Istishna Investasi yang dikeluarkan oleh Pembeli Laporan Posisi


entitas syariah (penjual) dengan Keuangan /
menggunakan akad istishna Neraca

2 Hutang Istishna Pendanaan (berupa pembelian Penjual Laporan Posisi


barang) yang diterima oleh entitas Keuangan /
dengan akad salam Neraca

3 Pendapatan Pendapatan yang diakui entitas Pembeli Laporan Posisi


Istishna atas transaksi istishna Keuangan

4 Beban Istishna Beban yang dikeluarkan untuk Penjual Laporan Laba


menghasilkan pesanan. Rugi
Komprehensif

5 Aset Istishna Pencatatan nilai aset istishna Penjual Laporan Posisi


dalam yang baru diproduksi. Keuangan /
penyelesaian Neraca

6 Termin Istishna Contra Account dari aset istishna Penjual Rekening


dalam penyelesaian semestara
8.4. Lembar Pertanyaan/Diskusi
a. Jelaskan pengertian dari transaksi salam?
b. Jelaskan model pembagian keuntungan dari transaksi salamh?
c. Berikan contoh transaksi salam, lakukan pencatatannya, serta
bagaimana pencatatannya dalam laporan keuangan?
BAB IX
AKUNTANSI IJARAH

9.1. Topik Pembelajaran


Bab ini membahas tentang definisi transaksi, syarat dan rukun,
pencatatan, pengakuan, dan pelaporan transaksi ijarah dalam laporan
keuangan.

9.2. Sub Capaian Pembelajaran Mata Kuliah


Mahasiswa mampu mengidentifikasi dan menjelaskan transaksi ijarah,
melakukan pembagian keuntungan ijarah, pencatatan, pengakuan, dan
pelaporan transaksi musyarakah dalam laporan keuangan.
9.3. Isi Materi
a. Definisi. Ijarah dapat didefinisikan sebagai akad pemindahan hak
guna (manfaat) atas suatu barang atau jasa, dalam waktu tertentu
dengan pembayaran upah sewa (ujrah), tanpa diikuti dengan
pemindahan kepemilikan atas barang itu sendiri. Jadi ijarah
dimaksudkan untuk mengambil manfaat atas suatu barang atau jasa
(mempekerjakan seseorang) dengan jalan penggantian (membayar
sewa atau upah sejumlah tertentu).
b. Pembagian Ijarah. Berdasarkan PSAK 107, ijarah dapat dibagi
menjadi 3 (tiga), namun yang telah dikenal secara luas adalah dua
jenis ijarah yang disebutkan pertama, yaitu sebagai berikut.
1) Ijarah merupakan sewa menyewa objek ijarah tanpa perpindahan
risiko dan manfaat yang terkait kepemilikan asset terkait, dengan
atau tanpa wa’ad untuk memindahkan kepemilikian dari pemilik
(mu’jir) kepada penyewa (musta’jir) pada saat tertentu.
2) Ijarah Muttahiya Bin Tamlik adalah ijarah dengan wa’ad
perpindahan kepemilikan asset yang diijarahkan pada saat
tertentu.

c. Perbedaan Ijarah dan Sewa


Ada orang yang berpendapat ijarah sama dengan sewa (leasing),
padahal pendapat ini tidak sepenuhnya benar. Karim (2003) mencoba
membandingkan ijarah dengan sewa sebagai berikut:

No. Keterangan Ijarah Sewa

1. Objek Manfaat barang dan jasa. Manfaat barang saja.

2. Metode Tergantung atau tidak Tidak tergantung pada kondisi


Pembayaran tergantung pada kondisi barang yang disewa.
barang/jasa yang disewa,

3. Perpindahan a. Ijarah a. Sewa Guna Operasi


kepemilikan Tidak ada perpindahan Tidak ada transfer
kepemilikan. kepemilikan.

b. IMBT b. Sewa Guna dengan opsi


Janji untuk Memiliki opsi membeli atau
menjual/menghibahkan tidak membeli di akhir masa
di awal akad. sewa.

4, Jenis a. Lease Purchase a. Lease Purchase


Leasing Tidak dibolehkan karna Dibolehkan
Lainnya akadnya gharar, yakni
antara sewa dan beli b. Sale and Lease Back
Dibolehkan
b. Sale and Lease Back
Dibolehkan

9.4. Lembar Pertanyaan/Diskusi


1. Jelaskan pengertian dari transaksi ijarah?
2. Jelaskan model pembagian keuntungan dari transaksi ijarah?
3. Berikan contoh transaksi ijarah, lakukan pencatatannya, serta
bagaimana pencatatannya dalam laporan keuangan?
BAB X
AKUNTANSI ASURANSI SYARIAH

10.1. Topik Pembelajaran


Bab ini membahas tentang definisi transaksi, syarat dan rukun,
pencatatan, pengakuan, dan pelaporan transaksi asuransi syariah dalam
laporan keuangan.

10.2. Sub Capaian Pembelajaran Mata Kuliah


Mahasiswa mampu mengidentifikasi dan menjelaskan transaksi asuransi
syariah, melakukan pembagian keuntungan asuransi syariah, pencatatan,
pengakuan, dan pelaporan transaksi musyarakah dalam laporan
keuangan.
10.3. Isi Materi
a. Definisi. Asuransi syariah adalah pengaturan pengelolaan risiko
yang memenuhi ketentuan syariah, tolong menolong secara
mutual yang melibatkan peserta dan operator. Syariah berasal
dari ketentuan-ketentuan di dalam al-Qur’an dan asSunnah.
Dalam perspektif ekonomi Islam, asuransi dikenal dengan istilah
takaful yang berasal dari bahasa arab takafala-yatakafulu-takaful
yang berarti saling menanggung atau saling menjamin. Asuransi
dapat diartikan sebagai perjanjian yang berkaitan dengan
pertanggungan atau penjaminan atas resiko kerugian tertentu.
b. Unsur Asuransi Syariah.
1) Adanya pihak tertanggung
2) Adanya pihak penanggung
3) Adanya perjanjian asuransi
4) Adanya pembayaran premi
5) Adanya kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan
(yang diderita tertanggung)
6) Adanya suatu peristiwa yang tidak pasti terjadinya.
c. Prinsip-Prinsip Asuransi Syariah. Prinsip utama dalam asuransi
syaiah adalah ta’awunu ‘ala al birr wa altaqwa (tolong menolonglah
kamu sekalian dalam kebaikan dan takwa) dan ta’min (rasa
aman).
d. Cara Pembayaran Premi. Unsur premi pada asuransi syariah terdiri
dari:
1) Unsur tabarru’dan tabungan (untuk asuransi jiwa)
2) Unsur tabarru’saja (untuk asuransi kerugian dan term insurance)
e. Perbedaan Asuransi Konvensional dan Syariah
PERBEDAAN

No Keterangan Konvensional Syariah

1 Dewan Pengawas Syariah Tidak ada Ada

2 Akad Jual beli Tolong menolong

3 Landasan perhitungan investasi Berdasarkan bunga Bagi hasil

4 Kepemilikan dana Milik perusahaan Hak peserta

5 Dana hangus Ada Tidak mengenal

6 Pembayaran klaim Rekening dana Dana Tabarru’


perusahaan (kebajikan)

7 Keuntungan Hak milik perusahaan Prinsip bagi hasil antara


perserta dengan
perusahaan

10.4. Lembar Pertanyaan/Diskusi


a. Jelaskan pengertian dari asuransi syariah serta perbedaannya
dengan asuransi konvensional?
b. Jelaskan pengertian underwriting dalam asuransi syariah?
c. Jelaskan jenis laporan keuangan asuransi syariah?
BAB XI
AKUNTANSI ZAKAT, INFAQ DAN SEDEKAH

11.1. Topik Pembelajaran


Bab ini membahas tentang definisi transaksi, syarat dan rukun,
pencatatan, pengakuan, dan pelaporan transaksi ZIS dalam laporan
keuangan.

11.2. Sub Capaian Pembelajaran Mata Kuliah


Mahasiswa mampu mengidentifikasi dan menjelaskan transaksi ZIS,
pencatatan, pengakuan, dan pelaporan transaksi musyarakah dalam
laporan keuangan.

11.3. Isi Materi


a. Definisi. Dipandang dari segi bahasa, zakat memiliki kata dasar yaitu
“zaka” yang berarti berkah, tumbuh, suci, bersih, dan baik. Sedangkan
secara terminologi, zakat berarti segala aktivitas memberikan harta
tertentu yang diwajibkan oleh Allah swt dalam jumlah dan perhitungan
tertentu untuk diserahkan kepada orang-orang yang berhak.
b. Perbedaan zakat dengan pajak
1) Zakat merupakan ketaatan umat terhadap perintah Allah swt dan
Rasulullah saw sedangkan pajak merupakan ketaatan warga
negara kepada pemimpinnya
2) Zakat telah ditentukan kadarnya di dalam Al-qur’an dan Hadits
sedangkan pajak dibentuk oleh hukum negara.
3) Zakat hanya dikeluarkan oleh kaum muslimin sedangkan pajak
dikeluarkan oleh setiap warga negara tanpa memandang agama
dan keyakinan yang dianut olehnya.
4) Zakat berlaku bagi setiap muslim yang telah mencapai nisab
tanpa memandang di negara mana ia tinggal sedangkan pajak
hanya berlaku dalam batas territorial suatu negara saja.
5) Zakat merupakan suatu ibadah yang wajib didahului oelh niat
sedangkan pajak tidak didahului oleh niat.
6) Zakat dipergunakan untuk kepentingan mustahik yang berjumlah 8
anshaf (sasarannya) sedangkan pajak dapat dipergunakan dalam
seluruh sektor kehidupan.
c. Jenis zakat
1) Zakat Jiwa atau Zakat Fitrah
2) Zakat harta
d. Penerima zakat : 8 asnaf

11.4. Lembar Pertanyaan/Diskusi


a. Jelaskan pengertian zakat, infaq/sedekah, dan wakaf?
b. Carilah laporan keuangan lembaga/institusi ZIS, dan identifikasi
laporan keuangan AMIL?
DAFTAR PUSTAKA

Antonio , Muhammaad Syafi,I, 2005, Bank Syariah: Dari teori ke Praktik.Jakarta:


Gema Insani

Baydoun and Willet. 2000. “Islamic Corporate Report”. Abacus, Volume 36. No.
1.

Belkoui, Ahmed Riahi. 2001. Teori Akuntansi. Jakarta: Salemba Empat.

Chalmers, A.F. 1991. What is this ting called Science? Queensland-Australia :


University of Queensland Press.

Francis, Jere R. 1990. After Virtue? Accounting as Moral and discursive practice.
Accounting, Auditing, and Accountability Journal 3 (3): 5-17.

Harahap, Sofyan Safri. 2001. Menuju Perumusan Teori Akuntansi Syariah.


Jakarta: Pustaka Quantum

Harahap, Sofyan Safri, 2000. Teori Akuntansi. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Hammed, Shahul bin Hj. Muhammed Ibrahim. 2001. “The Need for
Foundamental Research in Islamic Accounting”. Unpublished, Paper
ofAccounting Commerce and Finance, The Islamic Perspective
International Conference IV, New Zealand, 12-14 February 2001.

Hammed, Shahul bin Hj. Muhammed Ibrahim. 1997. From Conventional


Accounting to Islamic Accounting. Dep. Accountancy and Business
Finance, University of Dunde.

Haniffa, Ros. 2001. “Conseptual Framework for Islamic Accounting: The Syari’ah
Paradigm”. Unpublished, Paper ofAccounting Commerce and
Finance, The Islamic Perspective International Conference IV, New
Zealand, 12-14 February 2001.

Ikatan Akuntan Indonesia, 2017. Pedoman Standar Akuntansi Syariah Per 1


Januari 2017.

Kam, Vernon. 1990. Accounting Theory. John Wiley & Son. Inc.

Muhamaad. 2002. PengantarAkuntansi Syariah. Jakarta: Salemba Empat.

Nurhayati, Sri & Wasilah, 2015 .Akuntansi Syariah Di Indonesia- Edisi 4 Revisi.
Jakarta : Salemba Empat.

Syafi’i, Iman. 2000. Konsep Ilmu Pengetahuan dalam Al Qur’an. Yogyakarta : UII
Pres.

Sriasumantri, Yuyun S. 1991. Ilmu dalam Perspektif Sebuah Kumpulan tentang


Hakekat Ilmu. Jakarta : Obor Indonesia.
Triyuwono, Iwan dan Asudi. 2001. Akuntansi Syariah: memdormulasikan Konsep
Laba dalam Konteks Metafora Zakat. Jakarta: Salemba Empat.

Triyono, Iwan. 2000. Organisasi dan Akuntansi Syariah. Jogyakarta: LKIS.


GLOSARIUM

Anda mungkin juga menyukai