Laporan Praktikum Fisiologi 1 Kesanggupa
Laporan Praktikum Fisiologi 1 Kesanggupa
MATA KULIAH :
Disusun oleh :
Nama asisten :
JURUSAN FARMASI
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
PURWOKERTO
2012
1
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Judul Praktikum
C. Tujuan Praktikum
2
D. Dasar Teori
1. Pengertian
Kelainan pada tekanan darah arteri dibagi ke dalam dua jenis yaitu tekanan
darah tinggi dan tekanan darah rendah. Kedua tekanan darah ini terjadi ketika
ketika tekanan darah arteri melebihi atau kurang dari tekanan darah yang
normal pada manusia yaitu 90/60 sampai 120/80 mmHg. Tekanan darah
3
rendah biasanya kurang dari 90/60 mmHg. Walaupaun sering diabaikan tapi
tekana darah rendah juga bisa mengakibatkan kerusakan pada fungsi organ
vital dalam tubuh. Hal ini disebabkan tekanan darah arteri dan vena terlalu
lemah untuk menyebarkan oksigen atau nutrisi ke seluruh jaringan organ
tubuh. Sehingga organ tidak mendapatkan cukup oksigen dan nutrisi yang
dibutuhkan untuk berfungsi secara normal (Redaksi, 2012).
2. Faktor Gravitasi
4
Tekanan darah dalam arteri pada orang dewasa dalam keadaan duduk atau
posisi berbaring pada saat istirahat kira-kira 120/70 mmHg. Karena tekanan
darah adalah akibat dari curah jantung dan resistensi perifer, maka tekanan
darah dipengaruhi oleh keadaan-keadaan yang mempengaruhi setiap atau
dan isi sekuncup. Besarnya isi sekuncup ditentukan oleh kontraksi miokard
dan volume darah yang kembali ke jantung (Anggita, 2012).
a. Berbaring
Pada posisi berbaring darah dapat kembali ke jantung secara mudah tanpa
harus melawan kekuatan gravitasi. Terlihat bahwa selama kerja pada
posisi berdiri, isi sekuncup meningkat secara linier dan mencapai nilai
tertinggi pada 40% -- 60% VO2 maksimal. VO2 max adalah volume
maksimal O2 yang diproses oleh tubuh manusia pada saat melakukan
kegiatan yang intensif. Pada posisi berbaring, dalam keadaan istirahat isi
sekuncup mendekati nilai maksimal sedangkan pada kerja terdapat hanya
sedikit peningkatan. Nilai pada posisi berbaring dalam keadaan istirahat
hampir sama dengan nilai maksimal yang diperoleh pada waktu kerja
dengan posisi berdiri. Jumlah isi sekuncup pada orang dewasa laki-laki
mempunyai variasi antara 70 -- 100 ml. Makin besar intensitas kerja
(melebihi batas 85% dari kapasitas kerja) makin sedikit isi sekuncup; hal
ini disebabkan memendeknya waktu pengisian diatole akibat frekuensi
denyut jantung yang meningkat (bila mencapai 180/menit maka 1 siklus
5
jantung hanya berlangsung selama 0,3 detik dan pengisian diastole
merupakan bagian dari 0,3 detik tersebut) (Ganong, 2002).
b. Berdiri
Detak jantung akan meningkat saat seseorang berdiri, karena darah yang
kembali ke jantung akan lebih sedikit. Kondisi ini yang mungkin
menyebabkan adanya peningkatan detak jantung mendadak ketika
seseorang bergerak dari posisi duduk atau berbaring ke posisi berdiri
(Ganong, 2002).
6
di keluarkan jantung itu menimbulkan tekanan, bila berkurang maka
tekanannya menurun. Tekanan darah berkurang akan menentukan
kecepatan darah sampai ke bagian tubuh yang dituju. Ketika berdiri darah
yang kembali ke jantung sedikit. Volume jantung berkurang maka darah
yang ke luar dan tekanan menjadi berkurang (Guyton dan Hall, 2002).
c. Duduk
Sikap atau posisi duduk membuat tekanan darah cenderung stabil. Hal ini
dikarenakan pada saat duduk sistem vasokonstraktor simpatis terangsang
dan sinyal-sinyal saraf pun dijalarkan secara serentak melalui saraf rangka
menuju ke otot-otot rangka tubuh, terutama otot-otot abdomen.
Keadaan ini akan meningkatkan tonus dasar otot-otot tersebut yang
menekan seluruh vena cadangan abdomen, membantu mengeluarkan
darah dari cadangan vaskuler abdomen ke jantung. Hal ini membuat
jumlah darah yang tersedia bagi jantung untuk dipompa menjadi
meningkat. Keseluruhan respon ini disebut refleks kompresi abdomen
(Guyton dan Hall, 2002).
7
tersebut, maka akan mengakibatkan penurunan tekanan darah (Kusmiyati,
2009).
B. Kesanggupan kardiovaskuler
1. Kebugaran kardiovaskuler
8
oksigen dan karbondioksida yang terjadi diantara paru-paru, darah dan otot.
Menurut Rusli Lutan (2002: 40), kebugaran kardiovaskuler adalah ukuran
kemampuan jantung untuk memompa darah yang kaya oksigen ke bagian
tubuh lainnya dan kemampuan untuk menyesuaikan serta memulihkan dari
aktivitas jasmani. Daya tahan kardiovaskuler menurut Depdikbud (1997: 5)
adalah kesanggupan sistem jantung, paru, dan pembuluh darah untuk
berfungsi secara optimal pada keadaan istirahat dan kerja dalam mengambil
oksigen dan menyalurkan ke jaringan yang aktif sehingga dapat dipergunakan
pada proses metabolisme tubuh. Menurut Djoko Pekik (2004: 27), daya tahan
paru-jantung adalah kemampuan fungsional paru-jantung mensuplai oksigen
untuk kerja otot dalam waktu lama. Sedangkan menurut Mochamad Sajoto
(1988: 44), kebugaran kardiovaskuler adalah keadaan di mana jantung
seseorang mampu bekeja dengan mengatasi berat beban selama suatu kerja
tertentu (Dwi Artya, 2011).
2. Tes Harvard
Tes Harvard adalah salah satu jenis tes stress jantung untuk mendeteksi
atau mendiagnosa penyakit kardiovaskuler. Tes ini juga baik digunakan dalam
penilaian kebugaran, dan kemampuan untuk pulih dari kerja berat. Semakin
cepat jantung berdaptasi (kembali normal), semakin baik kebugaran tubuh.
Tes Harvard adalah cara yang akurat untuk menilai kebugaran untuk
menyelesaikan tes aerobik yang maksimal dan mengukur denyut jantung serta
konsumsi oksigen yang menggunakan alat bantu pernapasan dan oksigen /
9
karbon dioksida. Tentu saja pendekatan ilmiah ini berada di luar jangkauan
bagi banyak orang dan tidak praktis. (Anonim, 2008).
Pelaksanaan :
Mula mula probandus berdiri didepan Bench / bangku dengan salah satu kaki
berada di atas bangku. Saat ada aba-aba “Ya”/ Peluit, probandus melakukan
gerakan naik turun bangku ( Lihat Gambar 1). Lakukan gerakan tersebut
selama 3-5 menit (menyesuaikan kebutuhan) dengan kecepatan 30 step / menit
(gunakan metronome untuk mengukur kecepatan langkah) Pencatatan
dilakukan dalam tiga periode: 30 menit setelah istirahat pertama, 30 menit
setelah istirahat kedua, 30 menit setelah istirahat ketiga.
1. Peralatannya sederhana;
10
Kekurangan dari Tes Harvard :
Adaptasi fisiologi terhadap kerja fisik dapat dibagi dalam adaptasi akut
dan kronik (Kusmiyati, 2009).
Adaptasi akut merupakan penyesuaian tubuh yang terjadi pada saat kerja
dilakukan (Kusmiyati, 2009).
Adaptasi kronik merupakan hasil perubahan pada tubuh oleh suatu periode
program latihan fisik. Adanya kerja fisik berarti terdapat suatu pembebanan
bagi tubuh dan hal ini akan mengakibatkan terjadinya mekanisme penyesuaian
dari alat/organ tubuh bergantung kepada usia, suhu lingkungan, berat ringan
beban, lamanya, cara melakukan dan jumlah organ yang terlibat selama kerja
fisik tersebut (Kusmiyati, 2009).
11
sebagainya; tempat pengukuran dapat di a.radialis, a. carotis dan
pada apex jantung sendiri. Frekuensi denyut jantung terendah
diperoleh pada keadaan istirahat berbaring. Pada posisi duduk sedikit
meningkat dan pada posisi berdiri meningkat lebih tinggi dariposisi
duduk (Kusmiyati, 2009).
Hal ini disebabkan oleh efek grafitasi yang mengurangi jumlah arus
balik vena ke jantung yang selanjutnya mengurangi jumlah isi
sekuncup. Untuk menjaga agar curah jantung tetap maka frekuensi
denyut jantung meningkat. Sebelum seseorang melakukan kerja fisik,
frekuensi denyut jantung pra kerja meningkat di atas nilai pada
keadaan istirahat. Makin baik kondisi seseorang akan diperoleh
frekuensi denyut jantung yang lebih rendah untuk beban kerja yang
sarna. Pada suatu saat meskipun beban ditambah tetapi frekuensi
denyut jantung tetap. Frekuensi denyut jantung pada keadaan
tersebut disebut frekuensi maksimal. Tiap orang mempunyai
frekuensi maksimal denyut jantung yang tampaknya mempunyai
hubungan erat dengan faktor usia (Kusmiyati, 2009).
2) Curah Jantung/Cardiac Output (CO)
Curah jantung adalah volume darah yang dipompa oleh jantung,
khususnya oleh ventrikel selama satu menit. Variasi produksi curah
jantung dapat disebabkan oleh perubahan dari denyut jantung dan
volume sekuncup. Denyut jantung terutama dikontrol oleh persarafan
jantung, rangsangan simpatis meningkatkan denyut jantung dan
perangsangan parasimpatis menurunkannya. Volume sekuncup juga
tetap pada bagian yang dipersarafi, perangsangan simpatis membuat
serabut otot jantung berkontraksi dengan kuat ketika diberikan
perangsangan yang lama dan parasimpatis akan member rangsangan
balik (bertolak belakang). Ketika kekuatan kontraksi naik tanpa
peningkatan serabut yang lama, maka darah banyak yang tertinggal
di dalam ventrikel, dan peningkatan fase ejeksi dan akhir dari fase
sistol yaitu volume darah dalam ventrikel berkurang (Kusmiyati,
2009).
12
Total volume darah dalam sistem peredaran darah dari rata-rata
orang adalah sekitar 5 liter (5000 mL). Menurut perhitungan, seluruh
volume darah dalam system peredaran darah akan dipompa oleh
jantung setiap menit (pada saat istirahat). Latihan (aktivitas fisik)
dapat meningkatkan output jantung hingga 7 kali lipat (35 liter /
menit) (Kusmiyati, 2009).
3) Volume Sekuncup (Stroke Volume)
Volume sekuncup adalah jumlah darah yang dipompa setiap
kontraksi dari ventrikel kiri dan diukur dalam ml/kontraksi. Volume
sekuncup meningkat sebanding dengan aktivitas fisik. Pada keadaan
normal (tidak dalam aktivitas lebih) setiap orang memilki volume
sekuncup rata-rata 50-70ml/kontraksi dan dapat meningkat menjadi
110-130ml/kontraksi scara intensif, ketika melakukanaktivitas fisik.
Pada atlet dalam keadaan istirahat memiliki stroke volume rata-rata
90-110 ml/ kontraksi dan meningkat setara dengan 150-
220ml/kontraksi (Kusmiyati, 2009).
4) Arus Darah
Sistem pembuluh darah bisa membawa darah kembali ke jaringan
yang membutuhkan dengan cepat dan berjalan pada daerah yang
hanya membutuhkan oksigen. Pada keadaan istirahat 15-20% uplai
darah di sirkulasi pada otot skelet. Selama melakukan aktivitas fisik,
ini bisa meningkat menjadi 80-85% dari curah jantung. Darah akan
dialirkan dari organ besar seperti ginjal, hati, perut, dan usus. Ini
akan meneruskan aliran ke kulit untuk memproduksi panas
(Kusmiyati, 2009).
Arus darah dari jantung ke jaringan tubuh bervariasi sesuai dengan
kebutuhan masing-masing jaringan baik dalam keadaanistirahat
maupun pada kerja fisik. Jumlah absolut darah yang ke otak selalu
tetap/konstan, ke otot dan jantung jumlah darah akan meningkat
sesuai dengan bertambahnya beban kerja sedangkan yang ke ginjal,
lambung dan usus akan berkurang pada beban kerja yang meningkat.
Peningkatan arus darah ke otot yang aktif merupakan kerja
13
persarafan vasodilator dan peningkatan metabolisme yang
menimbulkan penurunan pH atau peningkatan derajat keasaman dan
pada tingkat lokal akan terlihat lebih banyak kapiler dan arteriol yang
membuka. Faktor lain yang berperan dalam pengaturan arus darah
adalah siklus jantung. Telah diketahui bahwa dengan bertambahnya
beban kerja, akan terjadi peningkatan frekuensi denyut jantung dan
hal ini mengakibatkan lebih singkatnya waktu yang digunakan untuk
satu siklus jantung termasuk fase diastole. Sedangkan pengisian
pembuluh darah koroner yang terbanyak adalah pada fase diastole.
Dengan berkurangnya fase diastole maka arus darah koroner juga
akan berkurang (Kusmiyati, 2009).
5) Tekanan Darah
Dalam keadaan istirahat,, sistole tipikal individu (normal) adalah
110-140 mmHg dan 60-90 mmHg untuk tekanan darah diastol.
Selama aktivitas fisik tekanan sistol, tekanan selama kontraksi
jantung (disebut sistol) bisa meningkat sampai 200 mmHg dan
maksimum pada 250 mmHg yang bisa terjadi pada atlet. Tekanan
diastolrelaif tidak berubah secara signifikan ketika melakukan latihan
intensif. Faktanya kenaikannya lebih dari 15 mmHg sehingga latihan
intensif bisa mengidentifikasi penyakit jantung koroner dan
digunakan sebagai penilaian untuk tes toleransi latihan. Tekanan
darah selama kerja fisik memperlihatkan hubungan antara
keseimbangan peningkatan curah jantung dan penurunan tahanan
perifer dengan adanya vasodilatasi pada pembuluh darah otot yang
bekerja. Terlihat bahwa tekanan sistolik akan meningkat secara
progresiv sedangkan pada tekanan diastolik tetap atau sedikit
menurun (Guyton, 2007).
E. Metode Pemeriksaan
14
dan sfigmomanometer. Bagian alat yang digunakan untuk diikatkan pada
lengan berisi kantong karet yang dapat mengembang (Rhonda M. Jones, 2008).
15
Gambar 5‐8 Penentuan ukuran pengkikat
lengan untuk mengukur tekanan darah.
Fase IV: muffling (pada dewasa hal ini menunjukkan keadaan hiperkinetik jika
fase ini terus berlangsung selama pengikat lengan mengempis).
16
• Pengukuran dimulai paling sedikit setelah 5 menit beristirahat;
• Tentukan ukuran pengikat lengan yang sesuai untuk pasien (lihat Gambar 5-
8);
• Palpasi arteri brakhial sepanjang lengan atas bagian dalam;
• Posisikan agar kantong yang ada pada pengikat lengan di tengah di
atas arteri brakhial, kemudian ikat pengikat lengan tadi agar pas
melingkari lengan, usahakan ujung tepi bawah pengikat lengan tersebut 1
inci di atas antekubital (Gambar 5-10) (Rhonda M. Jones, 2008).
17
• Pompa dengan cepat pengikat lengan sampai maksimum (seperti yang
telah ditentukan sebelumnya);
• Perlahan biarkan udara keluar (deflate/kempiskan pengikat lengan) dengan
penurunan tekanan teratur sebesar 2-3 mmHg/detik;
• Catat pembacaan tekanan ketika pertama kali terdengan dua suara
berturutan (Korotkoff Fase 1). Ini adalah tekanan darah sistolik;
• Catat pembacaan tekanan ketika suara terakhir terdengar (Korokoff Fase
V). Ini adalah tekanan diastolik;
• Tetap dengarkan sampai 20 mmHg di bawah tekanan diastolik, kemudian
dengan cepat kempeskan pengikat lengan;
• Catat tekanan darah pasien dengan angka genap beserta posisi pasien
(misalnya, duduk, berdiri, berbaring), ukuran pengikat lengan, dan lengan
yang diukur;
• Tunggu 1-2 menit sebelum mengulangi kembali pembacaan menggunakan
lengan yang sama (Rhonda M. Jones, 2008).
Untuk hasil pengukuran yang paling akurat, 2 atau lebih pembacaan, tiap
pembacaan terpisah 2 menit, dicari nilai rata-ratanya. Jika 2 pembacaan pertama
berbeda lebih dari 5 mmHg harus dilakukan pembacaan ulang (pengukuran
tekanan darah diulang lagi) dan kemudian dirata-rata. Tekanan darah normal
dewasa adalah sistolik kurang dari 120 mmHg dan diastolik kurang dari 80
mmHg (Rhonda M. Jones, 2008).
18
mmHg atau lebih dan tekanan darah diastolik 90 mmHg atau kurang dan harus
diklasifikasikan lebih lanjut sesuai keparahannya (misalnya 170/82 berarti
hipertensi sistolik stage 2). Rekomendasi tindaklanjut untuk pasien dengan
berbagai stadium hipertensi dapat dilihat pada Tabel 5-6. Perubahan gaya
hidup untuk mengatasi hipertensi dicantumkan pada Tabel 5-7 (Rhonda M. Jones,
2008).
Tabel 5‐5 Klasifikasi Tekanan Darah untuk Dewasa usia >18 tahun
(JNC, 2003).
F. Alat Bahan
a. Spynomanometer
b. Stetoskop
c. Pengukur waktu
d. Bangku Harvard setinggi 19 inci untuk pria dan 17 inci untuk wanita (1
inci = 2,54 cm)
G. Cara Kerja
19
4. Manset diikat dengan cukup ketat
5. Stetoskop diafragma terletak tepat di atas denyut arteri brachialis
(Guyton & Hall, 1997).
3. Probandus menempatkan salah satu kaki yang kanan ataupun yang kiri di atas
bangku tepat pada detikan pertama metronom;
4. Pada detikan kedua, kaki lainnya dinaikkan ke atas bangku, sehingga probandus
berdiri tegak di atas bangku;
6. Pada detikan keempat, kaki yang masih di atas bangku diturunkan pula,
sehingga probandus berdiri di depan bangku;
7. Segera setelah itu probandus disuruh duduk dan denyut nadinya dihitung
selama 30 detik, sebanyak 3 kali (Ganong, 2002).
20
BAB II
A. Hasil
Data probandus :
Umur : 19 Tahun
Pekerjaan : Mahasiswa
B. Pembahasan
21
tidak melawan arah gravitasi sehingga tekanan darah darah yang didapat akan
lebih rendah. Sebaliknya ketika probandus diposisikan duduk atau berdiri, tekanan
darah yang didapat akan lebih tinggi karena tidak melawan gravitasi. Namun
dipraktikum kali ini, probandus disuruh duduk dan tangan diposisikan dekat
dengan jantung agar lebih mudah mendeteksi detak jantungnya. Diperoleh data
110/70 mm Hgo. 110 adalah menunjukkan sistole, yaitu detak jantung yang
terdengar dari suara jantung 1 (lubb) ke suara jantung 2 (dubb). Suara jantung 1
adalah penutupan valvula bicuspidalis dan valvula tricuspidalis. Sedangkan suara
jantung 2 adalah penutupan valvula semilunaris aorta dan valvula semilunaris
pulmonal. Dan 70 adalah detak jantung yang terdengar dari suara jantung 2 ke
suara jantung 1. Jika melihat tabel standar interpretasi tekanan darah JNC 7, hal
ini menunjukkan hasil normal.
22
setelah itu,probandus disuruh duduk dan denyut nadinya dihitung selama
30”,sebanyak 3x pada1’-30’’,2’-2’30’’,dan dari 3’-3’30”.
Interpretasi hasil
1.Cara Lambat
Rumus :
Indeks Interpretasi
<55 Kesanggupan kurang
55-64 Kesanggupan sedang
65-79 Kesanggupan cukup
80-89 Kesanggupan baik
>90 Kesanggupan amat baik
2.Cara Cepat
Rumus :
Indeks Interpretasi
<50 Kesanggupan kurang
50-80 Kesanggupan sedang
>80 Kesanggupan baik
23
Nama : Reza Nur Iman
Umur : 19 Tahun
Pekerjaan : Mahasiswa
Nadi = 39 x/menit
2. Sesudah beraktifitas : TD = -
Nadi
F1 = 48x/menit
F2 = 48x/menit
F3 = 48x/menit
Hasil yang didapat dari percobaan kedua adalah 1(30”48) , 2(30”48) , 3(30”48).
a) Cara Lambat
24
b) Cara Cepat
C. Aplikasi Klinis
1. Gagal Jantung
Patogenesis
25
(1) disfungsi sistolik, yaitu kontraksi ventrikel melemah dan isi sekuncup
berkurang ;
Manifestasi
Manifestasi gagal jantung berkisar dari kematian tiba-tiba (misalnya pada
fibrilasi ventrikel atau emboli udara), melalui syok kardiogenik, sampai gagal
jantung kongestif bergantung pada derajat ketidakcukupan kecepatan
perkembangan yang terjadi. Tanda dan gejala utama gagal kongesti termasuk
pembesaran jantung. Istilah “gagal depan” dan “gagal belakang” kadang-
kadang dipergunakan untuk menunjukkan manofestasi yang ditimbulkan
utamanya akibat disfungsi sistolik dan disfungsi diastolik. Istilah-istilah ini
menyesatkan karena seluruhnya terjadi bersama-sama dan tidak karena
gangguan yang terpisah. Tetapi ini berguna dalam memahami gagal jantung.
Maanifestasi termasuk edema, terutama pada bagian tubuh; pemanjangan
waktu sirkulasi; pembesaran hati (hepatomegali); sesak napas dan kekurangan
napas (dispnea); dan distensi vena leher. Sesak napas pada kerja adalah gejala
yang menonjol. Pada kasus lanjut, sering ditemui sesak napas yang dipicu
ketika berbaring dan menjadi ringan ketika dududk (orthopnea). Pasien
dengan penyakit jantung lanjut yang umumnya mempunyai gagal jantung
kadang-kadang menghasilakn pulsus alternans, suatu kondisi yang menarik,
yaitu isi sekuncup berkurang pada tiap denyut jantung kedua. Sebagai hasil,
tekanan puncak sistolik berkurang pada tiap denyut jantung kedua.
26
Pengobatan gagal jantung kongestif ditujukan untuk memperbaiki
kontraktilitas jantung, mengobati gejala, dan menurunkan beban terhadap
jantung. Akhir-akhir ini pengobatan paling efektif yang dipergunakan secara
umum adalah menghambat produksi angiostensin II dengan penghambat
enzim pengubah angiostensin. Menghalangi efek angiostensin II pada AT1
reseptor dengan antagonis bukan peptide juga berguna. Pengobatan ini
mengurangi kadar aldosteron dalam sirkulasi dan menurunkan tekanan darah.
Efek aldosteron dapat lebih lanjut dikurangi dengan penggunaan penghalang
reseptor aldosteron, dan hal itu telah memperlihatkan harapan besar dalam
percobaan akhir-akhir ini. Pengurangan tonus vena dengan nitrat atau
hidralazin meningkatkan kapasitas vena sehingga jumlah darh yang kembali
ke jantung berkurang, mengurangu preload. Diuretic mengurangi cairan
overload. Obat yang menghalangi reseptor telah memperlihatkan penurunan
mortalitas dan morbiditas. Derivat digitalis, seperti digoksin secara klasik
telah dipergunakan untuk mengobati gagal kongestif karena kemampuannya
meningkatkan Ca2+ intraselular dank arena itu mengembangkan efek inotrofik
positif, tetapi obat itu sekarang digunakan dalam peran sekunder untuk
mengobati disfungsi sistolik dan memperlambat frekuensi denyut ventrikel
pada pasien dengan fibrilasi ventrikel (Ganong, 2002).
2. Hipertensi
Diagnosis
Secara umum seseorang dikatakan menderita hipertensi jika tekanan darah
sistolik/diastoliknya melebihi 140/90 mmHg (normalnya 120/80 mmHg).
Sistolik adalah tekanan darah pada saat jantung memompa darah ke dalam
pembuluh nadi (saat jantung mengkerut). Diastolik adalah tekanan darah pada
saat jantung mengembang dan menyedot darah kembali (pembuluh nadi
27
mengempis kosong).Sebetulnya batas antara tekanan darah normal dan
tekanan darah tinggi tidaklah jelas, sehingga klasifikasi Hipertensi dibuat
berdasarkan tingkat tingginya tekanan darah yang mengakibatkan peningkatan
resiko penyakit jantung dan pembuluh darah(Ganong,2002).
Gejala
Mekanisme Terjadinya Hipertensi Gejala-gejala hipertensi antara lain
pusing, muka merah, sakit kepala, keluar darah dari hidung secara tiba-tiba,
tengkuk terasa pegal, dan lain-lain. Dampak yang dapat ditimbulkan oleh
hipertensi adalah kerusakan ginjal, pendarahan pada selaput bening (retina
mata), pecahnya pembuluh darah di otak, serta kelumpuhan (Ganong, 2002).
Penyebab
Berdasarkan penyebabnya, hipertensi dapat digolongkan menjadi 2 yaitu :
1. Hipertensi esensial atau primer
Penyebab pasti dari hipertensi esensial sampai saat ini masih belum
dapat diketahui. Namun, berbagai faktor diduga turut berperan sebagai
penyebab hipertensi primer, seperti bertambahnya umur, stres psikologis,
dan hereditas (keturunan). Kurang lebih 90% penderita hipertensi
tergolong Hipertensi primer sedangkan 10% nya tergolong hipertensi
sekunder (Ganong, 2002).
2. Hipertensi sekunder
Pengobatan
28
memperlancar peredaran darah sehingga dapat menurunkan tekanan darah.
Olah raga juga dapat digunakan untuk mengurangi/ mencegah obesitas dan
mengurangi asupan garam ke dalam tubuh (tubuh yang berkeringat akan
mengeluarkan garam lewat kulit).
Pengobatan hipertensi secara garis besar dibagi menjadi 2 jenis yaitu:
1. Pengobatan non obat (non farmakologis);
29
Dalam ginjal juga menyebabkan darah hasil filtrasi ginjal turunenzim
renninangiotensinogenangiotensin Iangiotensin IIvaskontriksi
3. Hipotensi
Apabila kondisi itu terus berlanjut, didukung dengan beberapa faktor yang
memungkinkan memicu menurunnya tekanan darah yang signifikan seperti
keringat dan berkemih banyak namun kurang minum, kurang tidur atau kurang
istirahat (lelah dengan aktivitas berlebihan) serta haid dengan perdarahan
berlebihan (abnormal) maka tekanan darah akan mencapai ambang rendah
(hipotensi)90/60mmHg(Ganong,2002).
Dalam kasus Hipotensi yang benar-benar diperlukan pemberian obat,
biasanya ada beberapa jenis obat yang biasa dipakai seperti fludrocortisone,
midodrine, pyridostigmine, nonsteroidal anti-inflammatory drugs (NSAIDs),
caffeine dan erythropoietin (Ganong,2002).
4. Syok
Gambaran Umum
30
Syok (renjatan) adalah suatu sindrom yang padanya masih banyak terdapat
kontroversi dan kesimpangsiuran. Sebagiam kesulitan terletak pada
penggunaaan istilah secara longgar oleh ahli ilmu faal dan dokter serta oleh
orang awam. Misalnya syok listrik dan syok spinal tidak memiliki kaitan
dengan keadaan yang ditimbulkan oleh pendarahan dan kelainan
kardiovaskuler terkait. Syok dalam pengertian terbatas sebagai sebagai “syok
sirkulasi” tetap merupakan kesatuan yang berbeda-beda tetapi memiliki
gambaran umum tertentu. Namun, gambaran yang terdapat pada semua
kesatuan adalah perfungsi jaringan yang tidak adekuat disertai curah jantung
yang tidak adekuat baik secara relative maupun absolute. Curah jantung
mungkin tidak adekuat karena jumlah cairan dalam system vaskuler tidak
cukup untuk mengisinya (syok hipovolemik). Selain itu, curah jantung
inadekuat secara relatif karena ukuran system vaskuler membesar akibat
vasodilatasi walaupun volume darah normal (syok distributif, vasogenik, atau
resistensi rendah) syok juga dapat disebabkan karena kerja pompa jantung
yang tidak adekuat akibat sumbatan aliran darah di paru atau jantung (syok
obstruktif) (Ganong,2002).
5. Stroke
31
dan luar lapisan pada jaringan yang melindungi otak (subarachnoid
hemorrhage). Stroke haemorrhagic , yaitu stroke yang disebabkan oleh
pecahnya pembuluh darah di otak, sehingga terjadi perdarahan di otak.
Haemorrhagic stroke umumnya terjadi karena tekanan darah yang terlalu
tinggi. Hampir 70 persen kasus haemorrhagic stroke terjadi pada penderita
hipertensi (tekanan darah tinggi). Hipertensi menyebabkan tekanan yang lebih
besar pada dinding pembuluh darah, sehingga dinding pembuluh darah
menjadi lemah dan pembuluh darah rentan pecah. Namun demikian,
hemorrhagic stroke juga dapat terjadi pada bukan penderita hipertensi. Pada
kasus seperti ini biasanya pembuluh darah pecah karena lonjakan tekanan
darah yang terjadi secara tiba-tiba karena suatu sebab tertentu, misalnya
karena makanan atau faktor emosional(Ganong,2002).
Pembedahan
Beberapa tindakan pembedahan kini dilakukan untuk menangani penderita
stroke. Sulit sekali untuk menentukan penderita mana yang menguntungkan
untuk dibedah.Tujuan utama pembedahan adalah untuk memperbaiki aliran
darah serebral (Ganong,2002).
32
BAB III
KESIMPULAN
Berikut kesimpulan yang dapat kami peroleh dari percobaan yang telah kami
lakukan:
2. Tekanan darah tidak mulus naik seiring dengan beratnya aktivitas yang
dilakukan;
8. Semakin berat aktivitas tubuh , semakin cepat curah jantung karena adanya
vasodilatasi di otot rangka dan jantung serta vasokontriksi di arteriol pada
organ-organ tersebut dan menyebabkan aliran darah ke saluran pencernaan
dan ginjal berkurang.
33
Daftar Pustaka
Guyton & Hall. 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: Buku
Kedokteran EGC.
34