Disusun Oleh :
Sulthan Erlangga
NIM : 201450019
Kelompok : III
Kelas : Logistik 1A
Asisten Laboratorium : Marchelia Adriyanti Gintu
Program Studi Logistik Minyak dan Gas
2.1 Fosfat
Fosfat merupakan bentuk fosfor yang dapat dimanfaatkan oleh tumbuhan.
Fosfat dalam perairan terdapat dalam bentuk senyawa anorganik terlarut dan
senyawa organic. Senyawa fosfat ini mengalami hidrolisis menjadi bentuk
ortofosfat (PO4) yang dimanfaatkan langsung oleh fitoplankton atau algae. Fosfat
tidak bersifat toksik, namun jika diiringi dengan kelebihan kadar nitrogen, dapat
menstimulir ledakan algae (algae bloom), sehingga menghambat penetrasi oksigen
dan cahaya matahari. Keberadaan fosfat berhubungan erat dengan tingkat
kesuburan perairan. Perairan dengan tingkat kesuburan sedang, memiliki kadar
ortofosfat 0,011 – 0,03 mg/liter (Anonymous, 2017).
2.2 Spektrofotometer
Spektrofotometer adalah alat yang digunakan untuk mengukur absorbansi
dengan cara melewatkan cahaya dengan panjang gelombang tertentu pada suatu
obyek kaca atau kuarsa yang disebut kuvet. Sebagian dari cahaya akan diserap dan
sisanya akan dilewatkan. Alat atau instrument yang satu ini dilengkapi dengan
sumber cahaya (gelombang elektromagnetik), baik cahaya UV (ultra violet)
ataupun cahaya tampak (visible). Masing-masing cahaya pada alat ini berguna
untuk menangkap objek dengan panjang gelombang yang berbeda (Elsa, 2016).
4.1.2 Perhitungan
Menentukan persamaan regresi dari 6 larutan dengan konsentrasi
standar yang berbeda dan absorbansi yang telah diketahui, dengan cara:
x y x2 y2 xy
0 0,0015 0 0,00000225 0
0,5 0,0208 0,25 0,00043264 0,0104
1 0,0358 1 0,00128164 0,0358
2 0,0565 4 0,00319225 0,113
5 0,1188 25 0,01411344 0,594
4.2 Pembahasan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan mengenai pengujian kandungan
Phosphat, dapat dilihat jika hubungan akan konsentrasi dengan absorbansi yang
dihasilkan berbanding lurus. Hal ini dapat dilihat jika semakin tinggi konsentrasi
dari larutan yang diuji, maka semakin besar juga nilai absorbansi yang dihasilkan.
Pada pengujan pertama dengan konsentrasi Pottasium Dihydrogen Phosphat ialah
0 mg/L maka absorbansi yang dihasilkan yiatu 0,0015. Sedangkan pada pengujian
kedua dengan besar konsentrasi 0,5 mg/L didapatkan niali absorbansi sebesar
0,0208. Terjadi peningkatan nilai absorbansi dari 0,0015 menjadi 0,0208. Hal yang
sama juga terjadi pada pengujian ke 3,4,5,6 dengan konsentrasi 1;2;5; dan 10
dengan nilai absorbansi 0,0358 untuk 1 mg/L, 0,0565 untuk 2 mg/L, 0,1186 untuk
mg/L.
Berdasarkan hasil pada nilai absorbansi setiap konsentrasi, didapatkan grafik
yang terus naik lurus berdasarkan nilai absorbansi yang dihasikan. Grafik akan
terus naik berdasarkan besar konsentrasi dan besar nilai absorbansinya. Dalam
percobaan ini, praktikan diminta untuk menentukan konsentrasi dari sebuah
sampel yang tidak diketahui. Praktikan diminta untuk mencari besarnya
konsentrasi dengan mencari terlebih dari nilai dari Intercep (A) dan Slope (B)
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum “Penentuan Posphat Menggunakan UV-Vis”
dapat disimpulkan beberapa hal, diantaranya:
1. Pada penentuan kandungan Phospat didapatkan jika konsentrasi berbanding
lurus dengan nilai absorbansi yang didapatkan. Semakin tinggi konsentrasi
maka semakin besar nilai absorbansinya. Begitu juga sebaliknya.
2. Konsentrasi pada larutan sampel didapat nilai konsentrasi sebear 0,9338.
3. Persentasi kesalahan dalam praktikum kali ini sebesar 0,6887% yang telah
sesuai dengan ketentuan berkisar ± 5%.
5.2 Saran
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan saat melakukan praktikum, sebisa
mungkin harus dapat menghindari kesalahan ataupun tindakan yang dapat
membuat salah perhitungan dan mempengaruhi hasil akhir praktikum sehingga
sesuai dengan kriteria yang seharusnya yaitu menghasilkan hasil yang linear antara
nilai konsentrasi dengan nilai absorbansi. Selain itu disarankan untuk
membiasakan diri dalam memegang alat praktikum agar tidak gugup dalam
melakukan praktikum.