Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Masa remaja merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan, baik


secara fisik, mental, dan aktivitas sehingga, kebutuhan makanan yang
mengandung zat-zat gizi menjadi cukup besar (Agus, 2009). Peningkatan
kebutuhan zat gizi pada masa remaja berkaitan dengan percepatan
pertumbuhan, dimana zat gizi yang masuk ke dalam tubuh digunakan
untukpeningkatan berat badan dan tinggi badan yang disertai dengan
meningkatnya jumlah dan ukuran jaringan sel tubuh (Soetjiningsih, 2007).
Remaja putri banyak mengalami kekurangan zat-zat gizi dalam konsumsi
makanan sehari-harinya. Remaja putri umumnya mengalami kekurangan zat
besi, kalsium, dan vitamin A. Di samping itu, juga kekurangan vitamin B6,
seng, asam folat, iodium, vitamin D, dan magnesium (Agus, 2009). Salah satu
dari empat masalah gizi yang sedang dihadapi negara-negara berkembang,
termasuk Indonesia, adalah masalah anemia zat gizi besi.

Gejala dari anemia adalah cepat lelah, pusing kepala, letih, lemas, sesak
napas, mudah kesemutan, dan merasa mual (Astawan, 2008). Berkurangnya
jumlah hemoglobin dalam darah pada remaja dapat berdampak pada
menurunnya produktivitas kerja ataupun menurunkan kemampuan untuk
berkonsentrasi dengan baik sehingga akan menurunkan prestasi belajar
(Depkes, 2010).

B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian anemia ?


2. Apa saja klasifikasi anemia?
3. Apa tanda/gejala anemia pada remaja?
4. Apa dampak/bahaya/pengaruh anemia pada remaja?
5. Bagaimana penanganan anemia pada remaja?
6. Bagaimana pencegahan anemia pada remaja?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui dan memahami pengertian dari anemia.


2. Untuk mengetahui dan memahami klasifikasi anemia
3. Untuk mengetahui dan memahami tanda/gejala anemia pada remaja
4. Untuk mengetahui dampak/bahaya/pengaruh anemia pada remaja
5. Untuk memahami cara penanganan anemia pada remaja
6. Untuk memahami cara pencegahan anemia pada remaja

D. Manfaat

Manfaat dari pembuatan makalah ini, agar pembaca bisa mempelajari


dan memahami masalah anemia pada remaja beserta penanganan dan
pencegahannya.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Anemia
Anemia adalah kekurangan kadar hemoglobin (Hb) dalam darah yang
disebabkan kekurangan zat gizi yang diperlukan untuk pembentukan
hemoglobin. Kadar Hb normal pada remaja perempuan adalah 12 gr/dl.Remaja
dikatakan anemia jika kadar Hb <12 gr/dl (Proverawati & Asfuah, 2009).
Menurut Smeltzer dan Bare (2002), anemia adalah istilah yang menunjukkan
rendahnya hitung sel darah merah dan kadar hemoglobin dan hematokrit di
bawah normal. Anemia bukan merupakan pencerminaan keadaan suatu
penyakit atau gangguan fungsi tubuh. Secara fisiologis, anemia terjadi apabila
terdapat kekurangan jumlah hemoglobin untuk mengangkut oksigen ke
jaringan. Perempuan lebih rentan anemia dibanding dengan laki-laki
Kebutuhan zat besi pada perempuan adalah 3 kali lebih besar daripada pada
laki-laki. Perempuan setiap bulan mengalami menstruasi yang secara otomatis
mengeluarkan darah. Itulah sebabnya perempuan membutuhkan zat besi untuk
mengembalikan kondisi tubuhnya kekeadaan semula. Hal tersebut tidak terjadi
pada laki-laki. Demikian pula pada waktu kehamilan, kebutuhan akan zat besi
meningkat 3 kali dibanding dengan pada waktu 14sebelum kehamilan. Ini
berkaitan dengan kebutuhan perkembangan janin yang dikandungnya.

B. Klasifikasi Anemia
1. Klasifikasi anemia berdasarkan etiopatohenesis (Handayani dan
Hariwibowo,2008; Bakta,2013)
a. Produksi eritrosit menurun
1) Kekurangan bahan untuk eritrosit
a) Besi : anemia defisiensi besi
b) Vitamin B12 dan asam folat : anemia megaloblastik
2) Gangguan utilisasi besi
a) Anemia akibat penyakit kronik : hemoroid, infeksi cacing
tambang, menorrhagia, metrorhagia, hematuria, hemoptoe,dll.
b) Anemia sideroblastik yaitu kelompok anemia yang ditandai
oleh akumulasi deposit besi pada mitokondria sel darah merah
imatur. Sel-sel imatur abnormal ini gagal menjadi matang dan
banyakyang hancur dalam sumsum tulang sebelum mencapai
sirkulasi.
3) Kerusakan jaringan sumsum tulang
b. Kehilangan eritrosit dari tubuh
1) Anemia pasca perdarahan akut
2) Anemia pasca perdarahan kronik
c. Peningkatan penghancuran eritrosit dalam tubuh
1) Faktor ekstrakopuskuler
2) Faktor intrakorpuskuler : gangguan membran, gangguan enzim,
dan gangguan hemoglobin.
2. Berdasarkan batasan hemoglobin, WHO (2011)
Batasan hemoglobin untuk setiap klasifikasi, dapat dilihat pada
tabel 2 di bawah ini :
Klasifikasi Anemia Batasan hemoglobin
Normal 12 – 14 gr/dl
Ringan 11 – 11,9 gr/dl
Sedang 8 – 10,9 gr dl
Berat 5 – 7,9 gr/dl
Sangat Berat < 5 gr/dl
(WHO, 2001)

C. Tanda /Gejala Anemia Pada Remaja


Menurut Proverawati (2011), tanda-tanda anemia pada remaja putri
adalah :
1. Lesu, lemah, letih, lelah, dan lunglai (5L)
2. Sering mengeluh pusing dan mata berkunang-kunang
3. Gejala lebih lanjut adalah kelopak mata, bibir, lidah, kulitdan telapak tangan
menjadi pucat.
D. Penyebab Anemia

Menurut Proverawati (2012), penyebab anemia adalah:


1) Penghancuran sel darah merah yang berlebihan Sel-sel darah normal yang
dihasilkan oleh sumsum tulang akan beredar melalui darah ke seluruh
tubuh. Pada saat sintesis, sel darah yang belum matur (muda) dapat juga
disekresi kedalam darah. Sel darah yang usianya muda biasanya gampang
pecah sehingga terjadi anemia. Penghancuran sel darah merah yang
berlebihan dapat disebabkan oleh:
a. Masalah dengan sumsum tulang seperti limfoma, leukemia, atau
multiple myeloma.
b. Masalah dengan system kekebalan tubuh.
c. Kemoterapi
d. Penyakit kronis seperti AIDS
2) Kehilangan darah
Kehilangan darah dapat disebabkan oleh :
a. Perdarahan : menstruasi, persalinan
b. Penyakit : malaria, cacingan, kanker, dll
3) Penurunan produksi sel darah merah
Jumlah sel darah yang diproduksi dapat menurun ketika terjadi kerusakan
pada daerah sumsum tulang, atau bahan dasar produksi tidak tersedia.
Penurunan produksi sel darah dapat terjadi akibat :
a. Obat-obatan/ racun
b. Diet yang rendah, vegetarian ketat
c. Gagal ginjal
d. Genetik, seperti talasemia
e. Kehamilan
Menurut Merryana, dkk (2012) mengatakan faktor-faktor pendorong
anemia pada remaja putri adalah
1) Adanya penyakit infeksi yang kronis
2) Menstruasi yang berlebihan pada remaja putri
3) Perdarahan yang mendadak seperti kecelakaan
4) Jumlah makanan atau penyerapan diet yang buruk
Menurut Depkes (2003), penyebab anemia pada remaja putri dan
wanita adalah:
1) Pada umumnya konsumsi makanan nabati pada remaja putri dan wania
tinggi, dibanding makanan hewani sehingga kebutuhan Fe tidak terpenuhi.
2) Sering melakukan diet (pengurangan makan) karena ingin langsing dan
mempertahankan berat badannya.
3) Remaja putri dan wanita mengalami menstruasi tiap bulan yang
membutuhkan zat besi tiga kali lebih banyak dibanding laki-laki.
Menurut Junadi (1995), terdapat tiga faktor yang mempengaruhi
timbulnya anemia, yaitu :
1) Sebab langsung, yaitu karena ketidakcukupan zat besi daninfeksi penyakit.
Kurangnya zat besi dalam tubuh disebabkan karena kurangnya asupan
makanan yang mengandung zat besi, makanan cukup, namun
bioavailabilitas rendah, serta makanan yang dimakan mengandung zat
penghambat absorpsi besi. Infeksi penyakit yang umumnya memperbesar
risiko anemia adalah cacing dan malaria.
2) Sebab tidak langsung, yaitu rendahnya perhatian keluarga terhadap wanita
dan aktifitas wanita tinggi. Sebab mendasar yaitu masalah ekonomi, antara
lain rendahnya pendidikan, redahnya pendapatan, status sosial yang rendah
dan lokasi geografis yang sulit

E. Dampak/Gejala/ Pengaruh Anemia pada Remaja


Anemia pada remaja putri akan berdampak menurunnya kemampuan
dan konsentrasi belajar, mengganggu pertumbuhan baik sel tubuh maupun sel
otak sehingga menimbulkan gejala muka tampak pucat,letih, lesu dan cepat
lelah akibatnya dapat menurunkan kebugaran dan presatasi belajar (Depkes,
2003). Sedangkan menurut Merryana, dkk (2012), dampak anemiabagi remaja
putri adalah :
1) Menurunnya kesehatan reproduksi
2) Terhambatnya perkembangan motorik, mental dan kecerdasan
3) Menurunkan kemampuan dan konsentrasi belajar.
4) Mengganggu pertumbuhan sehingga tinggi badan tidak mencapai optimal.
5) Menurunkan fisik olahraga serta tingkat kebugaran
6) Mengakibatkan muka pucat

F. Penanganan Anemia pada Remaja


Penanganan anemia pada remaja tergantung pada jenis anemia yang di
derita pasien, yaitu :
1. Anemia akibat kekurangan zat besi
Kondisi ini diatasi dengan mengkonsumsi makanan dan suplemen zat besi,
pada kasus yang parah diperlukan transfusi darah.
2. Anemia akibat perdarahan
Kondisi ini diobati dengan menghentikan perdarahan. Bila diperlukan
dokter akan memberikan suplemen zat besi atau transfusi darah
3. Anemia Aplastik
Penanganannya adalah dengan transfusi darah untuk meningkatkan jumlah
sel darah merah, atau transplantasi (cangkok) sumsum tulang bila sumsum
tulang tidak bisa lagi menghasilkan sel darah merah yang sehat.
4. Anemia hemolitik
Penanganannya dengan menghentikan konsumsi obat yang memicu
anemia hemolitik, mengobati infeksi, mengobati obat-obatan
imunosupresan, atau pengangkatan limpa
5. Anemia akibat penyakit kronis
Penanganannya dengan mengobati penyakit yang mendasarinya. Pada
kondisi tertentu, diperlukan transfusi darah dan suntik hormon
eritroprotein untuk meningkatkan produksi sel darah merah.

6. Anemia sel sabit


Kondisi ini ditangani dengan suplemen zat besi dan asam folat, cangkok
sumsum tulang, dan pemberian kemoterapi, seperti hydroxyurea.
7. Thalassemia
Dalam menangani thalassemia, dapat dilakukan dengan transfusi darah,dan
cangkok sumsum tulang.

G. Pencegahan Anemia
1) Memberikan konseling atau penyuluhan kepada remaja tentang tanda
gejala dan dampak dari anemia serta cara mengatasinya.
2) Memastikan asupan makanan dengan gizi seimbang
Dianjurkan untuk mengonsumsi makanan dari sumber utama zat besi,
yaitu bahan makanan hewani (ikan, daging, hati, unggas). Selain itu,
sayur-sayuran berwarna hijau tua juga mengandung zat besi, seperti
bayam, daun kelor, daun katuk, brokoli, kangkung, atau kacang-kacangan.
3) Mempraktikkan pola hidup sehat dan bersih
Salah satu penyebab anemia adalah kecacingan. Cara mencegahnya adalah
harus selalu memakai alas kaki dan menjaga kebersihan kuku. Hal ini
penting untuk mencegah terkena cacing tambang. Cacing tersebut dalam
menyerap darah dalam saluran pencernaan kita.
4) Meminum Tablet Tambah Darah (TTD) 1x seminggu
Tablet Tambah Darah (TTD) adalah suplemen yang berisi 60 mg Besi
Elemental dan 400 mcg asam folat yang berfungsi untuk membantu
pembentukan hemoglobin darah. Tablet ini sangat dianjurkan untuk
dikonsumsi oleh para remaja usia subur, calon pengantin, ibu hamil, dan
ibu pada masa nifas.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Anemia adalah kekurangan kadar hemoglobin (Hb) dalam darah yang
disebabkan kekurangan zat gizi yang diperlukan untuk pembentukan
hemoglobin. Klasifikasi anemia dibagi berdasarkan etiopatohenesis dan
berdasarkan batasan hemoglobin. Tanda gejala anemia pada remaja adalah
lemah, letih, lesu, wajah pucat, dan sering merasa sakit kepala. Penyebab
anemia pada remaja pada umumnya adalah saat menstruasi serta kurangnya
pemenuhan gizi seimbang pada makanan yang di konsumsi. Apabila tidak
ditangani, anemia pada remaja dapat berdampak menurunkan kesehatan
reproduksi serta menurunkan konsentrasi belajar pada remaja. Pengobatan
yang sering dilakukan adalah dengan pemberian suplemen zat besi dan pada
kasus tertentu dilakukan dengan transfusi darah. Anemia pada remaja bisa di
cegah yakni dengan menerapkan perilaku hidup bersih sehat, menjaga asupan
makanan dengan gizi seimbang serta meminum TTD (Tablet Tambah Darah)
seminggu 1 kali.

B. Saran
Anemia pada remaja perlu mendapat perhatian khusus dari tenaga
kesehatan khususnya bidan, karena usia remaja menjadi awal penentu kualitas
hidup manusia. Tenaga kesehatan harus lebih sering melakukan penyuluhan di
sekolah-sekolah untuk memberikan pengetahuan tentang anemia khususnya pada
remaja putri. Serta meningkatkan sosialisasi pada remaja tentang manfaat
pemberian TTD untuk mencegah anemia

DAFTAR PUSTAKA
.
World Health Organization 2011, Haemoglobin Constentration for the Diagnosis of
Anemia and Assesment of Saverity, (World Health Organization)
Depkes RI., 2003. Program Penanggulangan Anemia Gizi Pada Wanita Usia Subur (WUS),
Jakarta : Ditjen Gizi.
Handayani, W & Haribowo, A.S 2008, Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan Gangguan
Sistem Hematologi, Salemba Medika, Jakarta
Mariana & Khafidhoh 2012, ‘Hubungan Status Gizi dengan Kejadian Anemia Pada
Remaja Putri di SMK Swadaya Wilayah Kerja Puskesmas Karangdoro Kota Semarang
Tahun 2013’, Jurnal Kebidanan, vol.2, no.4
Proverawati A dan Siti A. 2009. Buku Ajar untuk Kebidanan. Yogyakarta : Nuha Medika.
Proverawati, A. 2012. Anemia dan Anemia Kehamilan. Yogyakarta : Nuha Medika.

Anda mungkin juga menyukai