Anda di halaman 1dari 3

Hukuman Mencuri Hati

ABSTRAKSI
Hari Rabu tanggal 12 menjadi momen yang cukup menegangkan. Di aula sebuah
desa telah berkumpul banyak sekali orang, merasa saling berbicara satu sama lain.
Tampaknya telah terjadi kejadian yang cukup besar di desa ini.

ORIENTASI
Di dalam kerumanan tersebut, ternyata ada Niko yang sedang duduk lesu di tengah
aula. Kedua tangannya telah terikat dengan salah satu tiang besar. Wajahnya kusam
terdapat beberapa benjolan berdarah pula. Selain itu, bajunya juga sobek dan
compang-camping. Ada apa gerangan?

KRISIS
Aku pun memberani diri untuk bertanya kepada salah satu warga. “Pak kok ramai
sekali ya, ada kejadian apa ya?” tanya ku kepada bapak kumis. “Ada orang yang
mencuri..!”

Mendengar jawaban tersebut aku pun kaget. Apa mungkin Niko yang anak baik
berani mencuri? Pertanyaan tersebut teriang terus di kepala. Mau bertanya namun
takut ada yang salah paham.

Namun, Niko sedang berada di kursi panas. Dia sedang menjadi objek kemarahan
para warga. Bahkan tidak ada kesempetan baginya untuk menjelaskan karena setiap
mulai bicara selalu ada pukulan yang melayang kepadanya.

Melihat kejadian tersebut membuatku memberanikan diri untuk membela.

“Tenang semua bapak-bapak…!” Teriak ku dan semua pun diam. “Ada apa dengan
semua ini? Apakah tidak ada kesempatan bagi Niko untuk menjelaskan apa yang
sedang terjadi?”

Mereka pun diam sehingga suara jangkrik dengan nyaring menjawab pertanyaanku.
Mulailah aku memberikan arahan agar ada penjelasan dari pihak Niko dan yang
menuduh.

REAKSI
Akhirnya Niko menjelaskan apa yang sedang terjadi. Dia bercerita,”Jadi begini, saya
tidak mencuri barang milik Meli. Bahkan saya tidak tahu barang apa yang hilang.
Aneh jika saya dituduh mencuri sedangkan saya sendiri baru saya pulang dari
rantauan.”

Keluarga Meli langsung menjawab,”Bohong kamu sudah mencuri barang miliki


anakku. Lihat dia sampai menangis. Kenapa kamu tadi tidak mau berbicara dengan
dia? Kamu pasti yang telah mencuri sesuatu barang miliki Meli..!” Suasana pun
semakin memanas.
Niko tetap teguh membela diri bahwa dirinya tidak apapun barang milik Meli.
Bahkan Dia sampai bersumpah-sumpah. Aku pun berinsiatif untuk bertanya kepada
si Meli, gadis desa yang sedari tadi duduk sambil menangis.

“Meli apa benar niko telah mencuri sesuatu yang kamu miliki?” tanya ku kepada Meli
yang hanya dibalas dengan anggukan kepala.

Aku semakin penasaran,”Barang apa yang dia curi mel?” Dia hanya diam sambil
menangis. Aku ulangi lagi pertanyaanku tadi sampai 3 kali baru dijawab.

“Si Niko jahat mas. Dia sudah mencuri sesuatu yang istimewa dari ku.” Mendengar
jawaban tersebut aku semakin tercengang. Apa mungkin orang yang rajin beribadah
seperti niko tega melakukan tindakan yang dilarang agama.

Aku pun mencoba bertanya lagi,”Apa yang di curi niko darimu, mel?”

KODA
Dengan suara yang cukup keras Meli menjawab,”Dia telah mencuri isi hati mas.
Hatiku sudah untuknya, namun dia tega-teganya bergandengan dengan wanita lagi.
Aku merasakan diriku dibohongi olehnya, hatiku telah dicuri mas. Sakiit…”

Mendengar jawaban tersebut semua warga yang hadir diam seketika. Kembali suara
jangrik mendominasi dengan alunan yang khas. Akhirnya mereka pun pergi dengan
muka yang malu karena dikira si Niko mencuri barang berharga miliki keluarga Meli.
Sedangkan ternyata yang dicuri adalah perasaan isi hati si meli.
OBAT SAKIT KEPALA
ABSTRAKSI
Hari itu pukul 3 sore, seorang lelaki bernama Eko sedang duduk sambil makan
cemilan di depan rumah. Tidak berselang lama datanglah temannya bernama Egi
dengan wajah yang seperti sedang bermasalah.

ORIENTASI
Kedatangannya si Egi disambut dengan baik oleh Eko. Dengan senyum yang lebar,
Eko mempersilahkan kawannya tersebut untuk masuk kedalam rumah. Tuan rumah
juga menawarkan minuman kepada sang tamu. Setelah itu, mereka saling bercerita
mengenai keadaan masing-masing.

KRISIS
Sambil duduk, si Egi mulai bercerita bahwa dirinya akhir-akhir ini sering sakit kepala.
Sehingga membuatnya kurang dapat berpikir dengan cermat. Pekerjaannya juga
kurang dilakukan dengan kurang semangat membuatnya sering dimarahi bosnya.
Tentu hal tersebut membuatnya semakin tidak semangat lagi untuk bekerja. Alhasil
dirinya sekarang kabur dari tempat kerjanya.

Kejadian tersebut semakin membuat dirinya sakit kepala, hingga dia beberapa kali
periksa ke dokter. Namun tetap saja sakit tersebut tidak kunjung sembuh.

REAKSI
Eko yang mendengar kisah tersebut menjadi kasian dengan keadaan temannya
tersebut. Dia pun mengatakan bahwa dirinya mengetahui obat untuk kawannya
tersebut. Egi pun penasaran dengan apa yang dia dengar sehingga dia meminta Eko
untuk memberitahu apa resep mengobati sakit tersebut.

Dengan baik hati Eko mengatakan akan memberi tahu obat sakit kepala yang paling
mujarab. Dia meminta izin untuk menambil obatnya didalam kamar. Berselang sekitar
10 menit, Dia pun kembali ke ruang tamu dengan membawa satu buah amplop
putih.

Dengan senyum yang lebar, Eko memberikannya kepada si Egi dengan hati yang
senang. Tidak berselang lama Egi pamit pulang untuk membuka amplop tersebut.

KODA
Sesampainya dirumah, Egi sudah tidak sabar untuk membukanya. Dengan hati yang
berbunga-bunga di membuka kertas tersebut. Dalam hatinya dia berharap mendapat
uang dari kawannya tadi. Dan Ternyata di dalam amplop tersebut hanya terdapat
sebuah kertas yang bertuliskan,”Perbanyak Istigfar Mas Egi”. Dari situ akhirnya Egi
tobat dari kesalahannya di masa lalu.

Anda mungkin juga menyukai