Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PRAKTIKUM

KOMUNIKASI EFEKTIF DAN KONSELING DALAM


PRAKTIK KEBIDANAN

ACARA KE- 24

PEMERIKSAAN PAYUDARA SENDIRI DAN PEMERIKSAAN PAYUDARA
KLINIS”

Nama : Marwah erwanda


NIM : 19180004
Kelas : A1.1
Program Studi : Pendidikan Profesi Bidan

FAKULTAS ILMU KESEHATAN


UNIVERSITAS RESPATI YOGYAKARTA
2020
ACARA 24

PEMERIKSAAN PAYUDARA SENDIRI DAN PEMERIKSAAN PAYUDARA


KLINIS
I. CAPAIAN PEMBELAJARAN MATA KULIAH (CPMK)
Mahasiswa mampu mempraktikkan pemeriksaan payudara sendiri dan pemeriksaan
payudara klinis.
II. SUB CAPAIAN PEMBELAJARAN MATA KULIAH (SUB CPMK)
Mahasiswa mampu melakukan anamnesis riwayat menstruasi dan konseling gangguan
haid yang meliputi:
a. Pengertian, penyebab, tanda gejala kanker payudara
b. Deteksi Dini Kanker Payudara dengan SADARI
c. Pemeriksaan Payudara Klinis

III. DASAR TEORI


1. Keterampilan Membina Hubungan Baik
Membina hubungan baik dilakukan sejak awal pertemuan dengan klien dan dijaga
selama pertemuan konseling. Keterampilan membina hubungan baik merupakan dasar
dari proses komunikasi interpersonal bidan dengan klien dan keluarganya serta
merupakan dasar dari proses pemberian bantuan.
Hubungan yang baik akan memudahkan klien untuk memahami saran bidan sehingga
mau mengikutinya, klien merasa puas dan akan kembali lagi untuk memeriksakan diri
ke bidan. Sikap dasar yang harus dimiliki oleh bidan agar terciptanya hubungan baik
dikenal dengan istilah SOLER. Yang dimaksud SOLER adalah sebagai berikut:
S : Face your clients squarely (menghadap klien) dan smile/nod at clients
(senyum, menganggukkan kepala)
O : Open and non judgemental facial expression (ekspresi muka menunjukkan
sikap terbuka dan tidak menilai)
L : Lean towards client (tubuh condong ke arah klien)
E : Eye contact in a culturally-acceptable manner (kontak mata sesuai dengan
cara yang diterima budaya setempat)
R : Relaxed and friendly (santai dan sikap bersahabat)
Adapun perilaku positif yang mendukung terciptanya hubungan baik adalah:
a. Bersalaman dengan ramah
b. Mempersilahkan duduk
c. Bersabar
d. Tidak menginterupsi/memotong pembicaraan klien
e. Menjaga kerahasiaan klien
f. Tidak melakukan penilaian/menyalahkan klien
g. Mendengarkan dengan penuh perhatian
h. Menanyakan alasan kedatangan klien
i. Menghargai apapun pertanyaan maupun pendapat klien
2. Konseling dalam Asuhan Kebidanan
Dalam konseling, terjadi langkah-langkah komunikasi yang saling berkaitan untuk
membantu klien mengambil keputusan. Konseling harus berpijak dengan kuat di
dalam kerangka pemikiran klien, karena pengambilan keputusan merupakan tanggung
jawab klien. Adapun fase-fase proses konseling sebagai berikut:
a. Persiapan (preparation)
Klien datang ke klinik, harapannya sudah siap dengan apa yang harus
disampaikan.
b. Pembukaan (preamble)
Pertemuan awal dalam proses konseling menjadi saat yang sangat penting dan
menentukan. Klien akan mengamati sikap dan perilaku konselor. Klien akan
menentukan sikap, apakah proses konseling bisa dilanjutkan atau tidak. Di saat
ini pula konselor diharapkan mampu menciptakan hubungan yang baik (rapport)
dengan klien. Jika tercipta hubungan yang baik, tugas konselor selanjutnya adalah
menciptakan iklim yang kondusif serta memberikan rasa kepercayaan klien untuk
mengungkapkan masalahnya.
c. Memulai proses (getting started)
Kesiapan klien untuk memulai proses konseling ditandai dengan sikap duduknya
yang santai, tidak menunjukkan kegugupan dalam berbicara bahkan tidak
menunjukkan kecemasan atau ekspresi yang tegang. Untuk mengawali proses
konseling, konselor dapat memulai dengan menanyakan perasaan klien saat ini.
d. Mendengarkan dengan aktif (active listening)
Mendengarkan dengan aktif berarti konselor selalu merespons apa yang
disampaikan klien. Mendengar secara aktif akan dapat membantu konselor untuk
mengenal pribadi, sikap, perasaan klien. Dengarkan dengan sikap baik dan
pandangan mata yang memberikan rasa tenang.
e. Mengidentifikasi dan mengklarifikasi masalah (problem identification and
clarification)
Konselor sebaiknya mencoba untuk mengidentifikasi dan mengklarifikasi
permasalahan yang telah disampaikan oleh klien. Pada fase ini konselor
meringkas apa yang menjadi permasalahan klien dan kemudian mencocokkan
atau mengklarifikasi dengan apa yang telah diringkasnya kepada klien. Apabila
klien telah membenarkan apa yang telah diringkas konselor, maka konseling bisa
memasuki fase proses konseling berikutnya.
f. Memfasilitasi perubahan perilaku (facilitating attitude change)
Pada fase proses konseling ini, konselor harus menjajaki apakah klien telah
memahami tentang perasaannya dan permasalahannya. Jika memang sudah
memahami, konselor harus mempermudah klien untuk melakukan perubahan
sikap. Konselor mengajak klien untuk lebih bersikap positif dan konstruktif
terhadap permasalahan yang dihadapinya. Dengan kondisi seperti ini, keyakinan
klien untuk bisa berubah perlu dimotivasi dan ditumbuhkan. Sikap ini harus
dijadikan sebagai modal dan energi yang besar bagi klien untuk melakukan
perubahan-perubahan perilaku pada diri sendiri.
g. Mengeksplorasi kemungkinan-kemungkinan dan memfasilitasi tindakan
(exploring options and facilitating action)
Pada fase ini tugas konselor adalah membantu klien untuk mengeksplorasi dirinya
sendiri. Konselor mengajak klien untuk menggali kemungkinan-kemungkinan
positif yang dimilikinya dalam menyelesaikan permasalahannya sendiri. Hal ini
dilakukan karena pada dasarnya yang bisa menyelesaikan masalah klien adalah
diri klien sendiri. Pada waktu melakukan eksplorasi diri, perlu diperhatikan
bahwa dalam situasi ini klien tidak merasa tertekan dan diharapkan klien bisa
menikmati proses konseling.
h. Terminasi (termination)
Fase yang terakhir pada proses konseling adalah mengakhiri pertemuan
konseling. Sebelum proses konseling diakhiri seharusnya konselor
menyampaikan ringkasan dari keseluruhan proses konseling yang telah
dilakukan. Hal ini perlu dilakukan agar klien merasa memiliki keputusan dan
klien merasa sadar bahwa ia telah mengambil keputusan untuk dirinya. Usaha
dalam mengakhiri proses konseling ini diambil bila klien telah mengambil
keputusan untuk mengatasi permasalahannya.

3. Pengertian kanker payudara


a. Kanker payudara adalah tumor ganas yang tumbuh di dalam payudara yang
berasal dari kelenjar, saluran, dan jaringan penunjang payudara tetapi tidak
termasuk kulit payudara.
b. Kanker payudara dapat menyebabkan kematian karena mempunyai sifat
menyebar ke bagian tubuh lainnya melelui pembuluh darah maupun
pembuluh getah bening.
c. Menurut laporan WHO (Badan Kesehatan Dunia), kanker payudara menempati
peringkat kedua penyebab kematian setelah kanker servik (mulut rahim).
d. Kanker payudara biasanya menyerang wanita berusia di atas 35 tahun.
e. Setiap perempuan berisiko terkena kanker payudara.
4. Penyebab Kanker Payudara

Walaupun secara pasti belum ada penemuan yang jelas mengenai penyebab
dari kanker payudara, tetapi para ahli telah mengidentifikasi faktor apa saja yang
berisiko sedyang dapat meningkatkan terjadinya kanker payudara. Beberapa faktor
risiko kaker payudara tersebut adalah:
1) Wanita yang pertama kali mendapat haid kurang dari umur 12 tahun.
2) Umur lebih dari 30 tahun mempunyai kemungkinan lebih besar untuk
mendapatkan kanker payudara, risiko tersebut bertambah sampai umur 5
tahun, serta menopause.
3) Menopause setelah umur 50 tahun.
4) Wanita yang tidak kawin (tidak pernah melahirkan anak) dan tidak pernah
menyusui anak mempunyai risiko 2-4 kali lebih tinggi terkena kanker
payudara.
5) Melahirkan anak pertama sesudah umur 35 tahun atau lebih mempunyai risiko
2 kali lebih besar untuk terjadinya kanker payudara.
6) Tidak pernah menyusui anak.
7) Pernah mengalami operasi pada payudara, yang disebabkan karena kelainan
tumor jinak atau tumor ganas payudara.
8) Diantara anggota keluarga ada yang menderita kanker payudara mempunyai
risiko 2-3 kali lebih tinggi untuk terjadinya kanker payudara.
5. Deteksi Dini
Pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) adalah cara yang efektif untuk
mendeteksi sedini mungkin. Para wanita disarankan untuk melakukannya sendiri
karena mereka sendiri yang benar-benar mengenal struktur payudara normalnya. Oleh
karena itu jika ada benjolan atau ada hal normal lainnya, maka mereka akan langsung
menyadarinya.
Pemeriksaan ini sebaiknya dilakukan secara berkala setiap bulan agar benjolan
dapat ditemukan pada stadium dini dan dapat dilakukan tindakan yang cepat apabila
ditemukan benjolan maupun kelainan lainnya pada payudara. Pemeriksaan payudara
sendiri (SADARI) dapat dilakukan oleh wanita setelah berusia 20 tahun. Saat yang
paling tepat untuk melakukan pemeriksaan ini adalah hari ke 7-10 dihitung sejak hari
pertama menstruasi, dimana payudara tidak mengeras, membesar atau nyeri lagi.
Untuk wanita yang telah menopause dapat melakukan pemeriksaan ini kapan pun.
disarankan untuk melakukan pemeriksaan ini setiap awal atau akhir bulan.

IV. ALAT DAN BAHAN


1. Ruangan yang nyaman
2. Meja dan kursi yang nyaman
3. Alat Bantu Konseling
4. Pulpen
5. Kertas

V. CARA KERJA
Tabel 1.1 Ceklist Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI)
CHECKLIST
KONSELING PEMERIKSAAN PAYUDARA SENDIRI (SADARI)

NO PROSEDUR
A SIKAP
1 Menyambut klien dan memperkenalkan diri dengan sopan dan ramah
2 Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan yang akan dilakukan
3 Komunikasi selama melakukan tindakan, ramah, sabar dan tanggap terhadap keluhan klien
B CONTENT
4 Melakukan cuci tangan 6 langkah dengan sabun dan air mengalir serta mengeringkan dengan tisu
pengesat bersama klien
5 Menganjurkan klien untuk membuka baju bagian atas dan meminta klien untuk mengikuti langkah-
langkah pemeriksaan yang dilakukan
6 Meminta klien untuk duduk atau berdiri di depan cermin kemudian melihat masing-masing payudara
dan memperhatikan ukuran, bentuk, kontur, warna dan arah kedua payudara dan puting

7 Menganjurkan klien untuk mengangkat kedua lengan lurus ke atas, mengamati dan melihat kedua
payudara dari arah depan, samping kanan dan kiri
8 Meminta klien untuk menekan kedua tangan pada pinggul dan menarik kedua bahu ke belakang dan
memperhatikan masing-masing payudara melihat kedua payudara dari arah depan, samping kanan
dan kiri
9 Mengajarkan klien untuk melakukan perabaan atau palpasi mulai dari bawah tulang selangka
(clavikula) sampai bagian bawah ketiak (proximal) dengan bertumpu pada 3 jari
10 Meminta klien menggunakan tangan kiri untuk payudara kanan dan tangan kanan untuk payudara
kiri, dengan cara :
a. Membasahi telapak tiga jari tengan dengan body lotion
b. Meraba dengan tekanan mantap
c. Menggerakkan ke depan dan ke belakang membentuk lingkaran kecil dari arah puting keluar (dari
atas ke bawah, sirkuler atau radier dan zigzag) melingkupi seluruh payudara termasuk puting

d. Melanjutkan pemeriksaan payudara di daerah bawah lengan (ketiak) diraba biasa dengan 3 jari

11 Menganjurkan klien untuk memencet puting susu, melihat adanya cairan yang keluar (melakukan
pada kedua payudara)
12 Meminta klien untuk merapikan pakaiannya
13 Memesankan pada klien :
a. Jika ditemukan benjolan maka harus diidentifikasi lokasi dan banyaknya benjolan
b. Jika ada cairan dari puting susu pada klien yang tidak menyusui harus segera menemui bidan
c. Melakukan SADARI setiap bulan
14 Melakukan cuci tangan 6 langkah dengan sabun dan air mengalir serta mengeringkan dengan tisu
pengesat bersama klien
C TEKNIK
15 Melaksanakan prosedur tindakan secara sistematis
16 Melaksanakan tindakan dengan percaya diri dan tidak ragu-ragu
17 Menjaga privasi
Tabel 1.1 Ceklist Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI)

No Tingkah Laku yang Diamati Ya Tidak Catatan


A. Sikap Dasar (SOLER)
1. Menghadap klien dan
tersenyum/menganggukkan kepala
2. Ekspresi muka menunjukkan sikap
terbuka dan tidak menilai
3. Tubuh condong kearah klien
4. Kontak mata dengan klien sesuai
dengan cara yang diterima budaya
setempat
5. Sikap santai dan bersahabat
B. Perilaku Positif
6. Bersalaman dengan ramah
7. Mempersilahkan duduk
8. Menanyakan alasan kedatangan klien
9. Mendengarkan dengan penuh perhatian
10. Menjaga kerahasiaan klien
11. Bersabar dan tidak memotong
pembicaraan klien
12. Tidak melakukan
penilaian/menyalahkan klien
13. Menghargai pertanyaan/pendapat klien
C. Keterampilan Mendengar
14. Mendengar pasif (diam) dilakukan pada
situasi yang tepat
15. Memberikan tanda perhatian verbal dan
non verbal pada klien saat klien
menceritakan masalahnya
16. Mengajukan pertanyaan untuk
mendalami dan klarifikasi masalah
klien
17. Mendengar aktif dengan merefleksikan
isi ucapan atau perasaan klien
D. Keterampilan Bertanya
18. Mengajukan pertanyaan terbuka
19. Menggunakan intonasi suara yang
menunjukkan perhatian, minat, akrab
saat bertanya pada klien
20. Menggunakan kata-kata yang dipahami
klien
21. Mengajukan pertanyaan satu persatu
dan menunggu jawaban dengan penuh
perhatian
22. Menjelaskan alasan mengapa harus
ditanyakan, saat menanyakan hal yang
sangat pribadi*
E. Proses Konseling
23. Mengidentifikasi dan mengklarifikasi
masalah
24. Lakukan Inspeksi:
a. Perhatikan bentuk payudara
simetris/tidak, perhatikan
kulitapakah ada seperti kulit jeruk,
apakah ada lesung pipit atau lekukan
b. Lihat putting apakah ada kelihatan
putting masuk ke dalam/ retraksi,
apakah terlihat keluar cairan dari
payudara
24. Palpasi:
a. Minta klient berbaring di meja
periksa, dengan meletakkan
sebuah bantal pada sisi yang
akan diperiksa, akan membuat
jaringan ikat menyebar dan
mempermudah pemeriksaan,
letakkan kain bersih di atas
klien, letakkan lengan kiri ibu
diatas kepala, perhatikan
payudara untuk melihat apakah
tampak sama dengan payudara
sebelah kanan, apakah terdapat
lipatan atau lekukan
b. palpasi mulai dari sub vero
lateral secara spiral, atau dari
atas kebawah atau dari luar ke
dalam, prinsipnya berurutan
c. Teknik spiral: lakukan dg 3 jari,
sub vero lateral kiri, berurutan
sampai seluruh payudara teraba,
apakah teraba benjola, evaluasi
sifatnya mobil/tidak mobole,
apakah nyeri atau tidak berbatas
tegas/tidak, permukaannya licin
atau berbenjol benjol berurutan
sampai areola mamae, setelah di
areola perhatikan putting, kita
lakukan palpasi deg ibu jari dan
telunjuk, kita encet, evaluasi
apakah keluar cairan (warna
cairan putih atau darah atau
kecoklatan)
d. Teknik palpasi ke 2 adalah
Teknik vertical, dari bawah sub
clavuskula, dg 3 jari, lakukan 1
jari di bawah sub klavikula
e. Periksa ketiak, tangan kiri ke
bahu pasien, tangan kanan ke
ketiak pasien lakukan palpasi
kita nilai apakah benjolannya
berbatas keras/tidak
27. Menyampaikan ringkasan dari
keseluruhan proses konseling termasuk
keputusan yang telah diambil klien
untuk dirinya sendiri
28. Menunjukkan tempat rujukan atau
waktu kunjungan ulang jika dianggap
perlu*
29. Mengucapkan terimakasih atas
kunjungan, kepercayaan dan kerjasama
klien
30. Lingkungan fisik saat konseling
nyaman
TOTAL

Keterangan:
1. Berikan tanda checklist (√) pada hasil observasi yang sesuai!
Ya : Bila dilakukan konselor
Tidak : Bila tidak dilakukan konselor
Catatan : Berisi uraian tentang pengamatan
(*) : Variabel pengamatan dapat tidak berlaku
2. Hitunglah total hasil observasi (Ya)
3. Rentang Nilai Kemampuan Membina Hubungan Baik dan Konseling dalam Asuhan
Kebidanan

1-6 : Sangat Kurang


7-12 : Kurang
13-18 : Cukup
19-24 : Baik
25-30 : Sangat Baik

VI. Hasil dan pembahasan


Lakukan Inspeksi:
Perhatikan bentuk payudara
simetris/tidak, perhatikan
kulitapakah ada seperti kulit jeruk,
apakah ada lesung pipit atau lekukan
Lihat putting apakah ada kelihatan
putting masuk ke dalam/ retraksi,
apakah terlihat keluar cairan dari
payudara

Palpasi:
Minta klient berbaring di meja
periksa, dengan meletakkan
sebuah bantal pada sisi yang
akan diperiksa, akan membuat
jaringan ikat menyebar dan
mempermudah pemeriksaan,
letakkan kain bersih di atas
klien, letakkan lengan kiri ibu
diatas kepala, perhatikan
payudara untuk melihat apakah
tampak sama dengan payudara
sebelah kanan, apakah terdapat
lipatan atau lekukan
palpasi mulai dari sub vero
lateral secara spiral, atau dari
atas kebawah atau dari luar ke
dalam, prinsipnya berurutan
Teknik spiral: lakukan dg 3 jari,
sub vero lateral kiri, berurutan
sampai seluruh payudara teraba,
apakah teraba benjola, evaluasi
sifatnya mobil/tidak mobole,
apakah nyeri atau tidak berbatas
tegas/tidak, permukaannya licin
atau berbenjol benjol berurutan
sampai areola mamae, setelah di
areola perhatikan putting, kita
lakukan palpasi deg ibu jari dan
telunjuk, kita encet, evaluasi
apakah keluar cairan (warna
cairan putih atau darah atau
kecoklatan)
Teknik palpasi ke 2 adalah
Teknik vertical, dari bawah sub
clavuskula, dg 3 jari, lakukan 1
jari di bawah sub klavikula
Periksa ketiak, tangan kiri ke
bahu pasien, tangan kanan ke
ketiak pasien lakukan palpasi
kita nilai apakah benjolannya
berbatas keras/tidak

Langkah-langkah melakukan SADARI


1. Perhatikan dengan teliti payudara Anda di depan cermin, dengan kedua lengan lurus ke
bawah. Perhatikan bila terdapat benjolan atau perubahan bentuk, warna, dan ukuran pada
payudara (secara normal ukuran pada payudara kanan dan kiri tidak sama persis).

2. Angkatlah kedua lengan ke atas sampai kedua tangan berada di belakang kepala dan tekan
ke arah depan. Kemudian tekanlah kedua tangan Anda dengan kuat pada pinggul dan
gerakkan kedua lengan dan siku ke arah depan sambil mengangkat bahu. Cara ini akan
menegangkan otot-otot dada Anda sehingga perubahan-perubahan seperti cekungan atau
benjolan akan lebih terlihat.

3. Angkatlah lengan kiri Anda lalu rabalah payudara kiri dengan tiga ujung jari tengah tangan
kanan yang dirapatkan. Perabaan dapat dilakukan dengan cara:
• Gerakan memutar dengan tekanan lembut tetapi mantap, dimulai dari atas (posisi jam 12)
dengan mengikuti arah jarum jam, bergerak ke tengah ke arah puting susu.
• Gerakan dari atas ke bawah dan sebaliknya.
• Gerakan dari bagian luar payudara ke arah puting susu
• Kemudian lakukan perabaan dengan gerakan yang sama pada payudara kanan Anda dengan
menggunakan jari-jari dari tangan kiri.

4. Tekan secara pelan daerah di sekitar puting kedua payudara dan amatilah apakah terdapat
keluar cairan yang tidak normal (tidak biasanya), seperti putih kekuning-kuningan yang
terkadang bercampur darah. Pada wanita yang masih menyusui, bedakan dengan ASI. Proses
tersebut dapat dilakukan saat mandi dengan menggunakan air sabun untuk memudahkan
melakukan gerakannya.
5. Dapat pula dilakukan saat berbaring dengan cara tangan kiri di bawah kepala. Letakkan
bantal kecil di bawah punggung. Rabalah seluruh permukaan payudara kiri dengan gerakan
yang telah diuraikan pada langkah nomor 3. Kemudian lakukan pemeriksaan yang sama pada
payudara sebelah kanan.

6. Berilah perhatian khusus pada payudara bagian atas tepi luar dekat lipat ketiak (kuadran
superolateral kanan dan kiri) karena tumor payudara banyak ditemukan di daerah tersebut.

VI. Kesimpulan
Pemeriksaan payudara sendiri umumnya bertujuan untuk mengetahui bentuk payudara
normal, menyadari ada tidaknya perubahan pada payudara, dan agar perubahan apa pun dapat
segera dikonsultasikan dan tidak terlambat ditangani. Dengan deteksi dini payudara, banyak
wanita berhasil selamat dari kanker payudara.

VI. Daftar pustaka


Johnson, T. WebMD (2016). Should You Do a Breast Self-Exam?

Lubis, L, U. 2017. Pengetahuan remaja putri tentang pemeriksaan payudara sendiri (sadari)
dengan perilaku sadari. Aisyah: jurnal ilmu kesehatan 2 (1) 2017, 81-86.

Pulungan, M, R, dkk. 2020. EDUKASI “SADARI” (PERIKSA PAYUDARA SENDIRI)


UNTUK DETEKSI DINI KANKER PAYUDARA DI KELURAHAN CIPAYUNG KOTA
DEPOK. Diseminasi: Jurnal Pengabdian kepada Masyarakat Volume: 2 No: 1 Tahun 2020 E-
ISSN: 2655-2221 P-ISSN: 2655-2175 Hal: 47-52
Lampiran 2. Format Penilaian

PENILAIAN LAPORAN PRAKTIKUM

Acara Ke :..............................................................
Judul Acara : …………………………………….

KRITERIA Bobot NILAI NILAI


STANDAR
PRE TEST
15% 15
SIKAP
(Kedisiplinan, Tanggung Jawab, Kerjasama, 35% 35
Sopan Santun)
LAPORAN

CPMK
Sub CPMK
Dasar Teori
60% 60
Alat dan Bahan
Cara Kerja
Hasil dan Pembahasan
Kesimpulan
Daftar Pustaka
NILAI TOTAL 100% 100

Nama mahasiswa :…………………………………..

Nomor mahasiswa :…………………………………..

Dosen Pengampu

(…………………………………..)

Anda mungkin juga menyukai