Anda di halaman 1dari 22

Seorang perempuan umur 70 tahun masuk rumah sakit dengan keluhan nyeri pada pangkal

paha kanan dan sangat nyeri bila digerakkan sehingga tidak bisa berjalan. Keadaan ini
dialami sejak 3 hari yang lalu setelah jatuh terduduk oleh karena terpeleset di kamar mandi.
Postur penderita sejak 7 tahun terakhir ini membungkuk ke depan dan kalau berjalan agak
pincang karena mengeluh kedua lutut, terutama sebelah kanan sering sakit dan bengkak.
Beberapa hari terakhir ini sebelum jatuh, penderita terdengar batuk-batuk dengan lendir yang
kental sehingga sulit sekali untuk dikeluarkan, tetapi tidak demam. Nafsu makan juga sangat
menurun akhir-akhir ini. Akhir-akhir ini pasien sering marah-marah dan kadang menangis
sendiri, juga sering tidak ingat pada hal-hal yang baru dilakukan. Riwayat penyakit diketahui
20 tahun menderita penyakit gula dengan minum obat Glimepirid, dan tekanan darah tinggi
tetapi berobat tidak teratur dan rematik. Juga pernah mengalami serangan stroke 3 tahun lalu
sehingga lemah pada badan sebelah kiri.

Pada pemeriksaan fisik didapatkan TD: 180/100 mmHg, N: 92 x/menit, P: 30 x/menit, S:

37,1o C. Pemeriksaan Auskultasi Thoraks: terdengar bunyi ronkhi di seluruh lapangan ke dua
paru. Batas jantung melebar, hepar & limpa tak teraba. Tungkai kanan bila digerakkan sangat
terhambat oleh karena kesakitan pada paha. Kekuatan ekstremitas kiri lebih lemah dibanding
kanan tapi masih dapat melawan gravitasi. Kedua dorsum pedis terlihat edema. BB: 47 kg
dan TB: 160 cm.

Penilaian ADL dengan Indeks Barthel 50/100, Abbreviated Mental Test (AMT) 6/10, Mini
Mental State Examination (MMSE) 23/30, Geriatric Depresion Test (GDS) 10/15 dan Mini
Nutrision Assesment (MNA) 16.
KATA SULIT

1. Obat glimepirid

- Obat yg digunakan untuk DM tipe 2 , dgn menurunkan glukosa darah dgn


menstimulus pelepasan insulin oleh sel beta pancreas.

- Obat antidiabetic golongan sulfonylurea generasi-3

2. Penilaian ADL

Activities daily living = kemandirian seseorang dlm melakukan aktifitas sehari-hari


yg dilakukan secara rutin dan universal.

3. Indeks Barthel

- Suatu alat ukur pengkajian yg berfungsi mengukur kemandirian fungsional dlm


hal perwatan diri dan mobilitas dgn sistem penilaian yg didasarkan pd
kemampuan seseorang utk melakukan aktifitas sehari-hari

- 3 modifikasi : syah (0-100) collin (20) horbet Tomson (0-15) plg banyak adalah
syah 0-20 = dependen total. 21-40= dep. Sedang. 41-60 = dep ringan. Mandiri =
100 . yg dinilai : mandi berpakaian, bak,bab, toilet, mobilitas, naik turun tangga.

4. Mini Nutrision Assesment (MNA) 16.

- Formulir untuk menilai status gizi , deteksi malnutrisi pd lansia. Gangguan geh,
metabolic

- Interpretasi : 12-14 = normal. 8-11 = risiko malnutrisi. 0-7 = malnutrisi

5. Abbreviated Mental Test (AMT) 6/10,

Untuk mengukur daya ingat pada lansia. Ada 10 pertanyaan benar =1 poin. <6 =
demensia

6. Mini Mental State Examination (MMSE) 23/30


- Pemeriksaan kognitif untuk menegakkan diagnosis demensia. Yg menilai memori,
skor <24 = gangguan kognitif

- Interpretasi : 0-10 = fungsi kognitif global buruk. 11-20 = sedang. 21-30= relative
baik / 24-30 normal. 17-23 = probable. <16 = definitif

7. Geriatric depression test (GDS)

- alat untuk deteksi depresi pada lansia.

- Untuk mengemukakan keadaan kesepian, kehilangan sesuatu, perasaan kosong,


kepuasan hidup, gejala fisik.

- Interpretasi : 5-9 = depresi.

KATA KUNCI

1. Perempuan usia 70 tahun

2. Nyeri pangkal paha kanan, sangat nyeri bila digerakkan sehingga tdk bs berjalan

3. 3 hari yll sejak terpeleset dr kamar mandi

4. Sejak 7 tahun terakhir pasien membungkuk dan berjalan agak pincang

5. Mengeluh kedua lutut tertuama sakit dan bengkak

6. Batuk dengan lendir yang kental

7. Tdk ada demam,

8. nafsu makan sgt menurun

9. pasien sering marah – marah dan kadang menangis sendiri

10. pasien sering tidak ingat hal-hal yg baru dilakukan


11. riwayat DM obat glimepirid

12. riwayat stroke 3 tahun lalu sehingga lemah pd badan sebelah kiri

13. riwayat tekanan darah tinggi , berobat tidak teratur

14. riwayat rematik

15. PF = TD 180/100 mmHg, N = 92X/ Menit. p = 30x/menit. Suhu = 37 c

16. Pemeriksaan Auskultasi Thoraks: terdengar bunyi ronkhi di seluruh lapangan ke dua
paru.

17. Batas jantung melebar, hepar & limpa tak teraba

18. Tungkai kanan bila digerakkan sangat terhambat oleh karena kesakitan pada paha

19. Kekuatan ekstremitas kiri lebih lemah dibanding kanan tapi masih dapat melawan
gravitasi

20. Kedua dorsum pedis terlihat edema

21. BB: 47 kg dan TB: 160 cm.

22. Penilaian ADL dengan Indeks Barthel 50/100, Abbreviated Mental Test (AMT) 6/10,
Mini Mental State Examination (MMSE) 23/30, Geriatric Depresion Test (GDS)
10/15 dan Mini Nutrision Assesment (MNA) 16.

RUMUSAN MASALAH

1. Definisi penuaan dan perubahan yg terjadi pd lansia, jatuh, instabilitas dan


sindrom geriatric. Dan apa saja Perubahan2 pd lansia

2. Bagaimana teori dari penuaan

3. Factor risiko jatuh

4. Etiologi jatuh
5. Jelaskan Masalah yang dialami pada sindrom geriatric

6. Bagaimana interpretasi Pemeriksaan fisik dan status fungsional terkait scenario

7. Hubungan riwayat penyakit dengan keluhan

8. Hubungan keluhan utama dengan gejala penyerta terkait scenario

9. Hubungan riwayat penggunaan obat-obatan dengan keluhan pasien

10. Penegakan diagnosis terkait scenario

11. Penanganan awal terkait scenario

12. Upaya preventif terkait scenario

13. Integrasi keislaman terkait scenario

JAWABAN

1. Definisi penuaan dan perubahan yg terjadi pd lansia, jatuh, instabilitas dan


sindrom geriatri

a. Definisi Penuaan

1) suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan


jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti diri dan
mempertahankan struktur dan fungsi normalnya sehingga tdk dpt
bertahan terhadap jejas dan memperbaiki kerusakan yg diderita

2) perubahan-perubahan yang terjadi pada lansia :

- perubahan pd endokrin (GDS meningkat, GD2P meningkat,penurunan


testosterone bebas,T3, paratiroid, vit D, ovarium failure)

- perubahan fisik (indera, pendengaran)

- integument (kulit atrofi, berkerut, tipis, bercak, kering, timbul pigmen coklat
- muskulo ( kolagen menjadi bentangan yg tidak teratur, prubahan kartilago,
regenerasi berkurang pd sendi, kepadatan tulang berkurang, perubahan pd otot,
tendon ligament dan fascia mengalami penuaan elastisitas)

- hepar, penurunan fungsi ginjal

- respirasi ( efisisensi pernapasan berkurang, otot pernapasan melemah, sekresi


mucus mudah terakumulasi)

- gastro (penurunan enzim, jumlah sel saluran cerna, pH lambung,)

3) Proses yg mengubah dewasa sehat menjadi frail

b. Jatuh

1) kejadian penderita mendadak berbaring./terduduk dilantai.

2) Kejadian yg tidak disadari yakni jatuh dari tempat yang tinggi

c. Instabilitas = ketidakstabilan berdiri/berjalan

d. Sindrom geriatric = sekumpulan kondisi klinis lansia yg meningkatkan


risiko perburukan Kesehatan terdiri dari 13 i (imobilitas,instability,
inkontinensia, isolation, imunodefisiensi ,infeksi,inonation, intelektual
apairment, impaction, insom, impotens, iatrogenic, gangguan sistem
indera). Dpt menyebabkan angka morbiditas yg signifikan.

2. Teori penuaan

a. Teori biologis. = proses fisik penuaan (perubahahan fungsi , struktur,


pengembangan , Panjang usia, kematian)

1) Teori radikal bebas (molekuler)

2) Teori genetika(pembentukan gen)

3) Teori cross ling (molekul kolagen)


4) Teori wearandtear

5) Teori imunitas

6) Teori neuroendokrin

7) Riwayat lingkungan

b. Teori psikososial = memusatkan perhatian pd perubahan sikap dan perilaku.

1) Teori kepribadian

2) Teori tugas perkembangan

3) Teori pemutusan hubungan

4) Teori aktivitas

5) Teori kontinuitas

 Teori seluler

 Teori menua

 Sintesis protein

 Kepribadian berlanjut ( tidak berubah pd lansia)

 Psikotis ( lansia sukses adalah mereka yg aktif dan bersosial)

 Pembebasan ( menarik diri dari pergaulan)

3. Factor risiko jatuh

a. Factor intrinsic

1) Kondisi fisik dan neuropsikiatri

2) Penurunan visus dan pendengaran


3) Perubahan neuromuscular

4) Gaya berjalan

5) Refleks postural

6) Perubahan anatomi dan fisiologi

7) Factor psikososial

b. Factor ekstrinsik

1) Obat-obatan

2) Alat bantu untuk berjalan

3) Lingkungan yg tidak mendukung

4) Lantai yg licin

(Diskusi mandiri)

4. Etiologi jatuh (andi tri putri, alamsyah, andi elsa, sry mulya)

Penyebab jatuh pada lansia biasanya merupakan gabungan beberapa faktor, antara
lain :

1. Kecelakaan : merupakan penyebab jatuh yang utama (30-50% kasus jatuh lansia)
- Murni kecelakaan misalnya terpeleset, tersandung
- Gabungan antara lingkungan yang jelek dengan kelainan-kelainan akibat
proses menua misalnya karena mata kurang awas, benda-benda yang ada di
rumah tertabrak, lalu jatuh.
2. Nyeri kepala dan/atau vertigo
3. Hipotensi orthostatic :
- Hipovolemia / curah jantung rendah
- Disfungsi otonom
- Penurunan kembalinya darah vena ke jantung
- Terlalu lama berbaring
- Pengaruh obat-obat hipertensi
- Hipotensi sesudah makan
4. Obat-obatan
- Diuretik / antihipertensi
- Antidepresan trisiklik
- Sedativa
- Antipsikotik
- Obat-obat hipoglikemik
- Alkohol
5. Proses penyakit yang spesifik
Penyakit-penyakit akut seperti :
 Kardiovaskular :
o Aritmiat
o Stenosis aorta
o Sinkope sinus carotis
 Neurologi :
o TIA
o Stroke
o Serangan kejang
o Parkinson
o Kompresi saraf spinal karena spondilosis
o Penyakit cerebellum
6. Idiopatik (tidak jelas penyebabnya)
7. Sinkope : kehilangan kesadaran secara tiba-tiba
o Drop attack (serangan roboh)
o Penurunan darah ke otak secara tiba-tiba
o Terbakar marahari
(Andayani R,Rejeki. Murti M,Yudo.2015.Buku Ajar Boedhi-Darmojo Geriatri
(Ilmu Kesehatan Usia Lanjut. Jakarta : Badan Penerbit Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia. Halaman 182-183 )

5. Jelaskan Masalah yang dialami pada sindrom geriatric


(Andi elsa, annisa y, alamsyah, muflihana)

a. Immobility (imobilisasi)
keadaan tidak bergerak/ tirah baring (bed rest) selama 3 hari atau lebih.
b. Instability (instabilitas) dan jatuh
Dapat terjadi akibat penyakit muskuloskeletal (otot dan rangka) seperti
osteoartritis, rematik, gout, dsb., juga dapat disebabkan oleh penyakit pada
sistem syaraf seperti Parkinson, sequellae (penyakit yang mengikuti) stroke.
c. Incontinence (inkontinensia) 
kondisi dimana seseorang tidak dapat mengeluarkan “limbah” (urin dan feses)
secara terkendali atau sering disebut ngompol. 
d. Impaction
Akibat dri kurangnya gerak fisik, makanan yang kurang mengandung serat,
kurang minum, akibat obat-obat tertentu dan lain-lain. Akibatnya
pengosongan usus menjadi sulit atau isi usus menjadi tertahan, kotoran dalam
usus menjadi keras dan kering dan pada keadaan yang berat dapat terjadi
penyumbatan didalam usus dan perut menjadi sakit.
e. Immuno-defficiency (penurunan sistem kekebalan tubuh)
Penurunan kekebalan tubuh missal akibat dari atrofi thymus , Begitu juga
dengan barrier infeksi pertama pada tubuh seperti kulit dan mukosa yang
menipis, refleks batuk dan bersin -yang berfungsi mengeluarkan zat asing
yang masuk ke saluran nafas- yang melemah. Hal tersebut berakibat terhadap
rentannya seseorang terkena penyakit infeksi.
f. Infection (infeksi)
Salah satu manifestasi akibat penurunan sistem kekebalan tubuh dan karena
kemampuan faali (fisiologis) yang berkurang.
g. Iatrogenics (iatrogenesis)
Polifarmasi yg dapat memberikan efek samping dan efek dari interaksi obat-
obat tersebut yang dapat mengancam jiwa. Penurunan faal pd hati dan ginjal
h. Intellectual impairment (Intelektual menurun) dan demensia
menurunnya jumlah sel-sel syaraf (neuron) hingga penyakit yang berpengaruh
pada metabolisme seperti diabetes melitus dan gangguan hati dimana semua
metabolisme terjadi disini.
i. Isolation (terisolasi) dan depresi
kecenderungan untuk menarik diri dari lingkungan, menyebabkan dirinya
terisolasi, keluarga yang mulai mengacuhkan karena merasa direpotkan dan
menjadi depresi.
j. Impairment of vision and hearing (gangguan peglihatan dan pendengaran)
Salah satu proses penuaan yg fisiologis yakni penurunan fungsi pd system
indera
k. Inanition (malnutrisi)
Diakibatkan oleh pengaruh perubahan faal organ-organ pencernaan. Banyak
penyakit yang dapat timbul akibat kurangnya asupan gizi atau lebihnya
asupan gizi.
l. Insomnia
masalah-masalah dalam hidup yang menyebabkan seorang lansia menjadi
depresi. Selain itu beberapa penyakit juga dapat menyebabkan insomnia
seperti diabetes melitus, jam tidur yang sudah berubah juga dapat menjadi
penyebabnya. 
m. Impotency (Impotensi)
Ketidakmampuan melakukan aktivitas seksual pada usia lanjut terutama
disebabkan oleh gangguan organik seperti gangguan hormon, syaraf, dan
pembuluh darah.
n. Impecunity (kemiskinan)
Usia lansia dimana seseorang menjadi kurang produktif (bukan tidak
produktif) akibat penurunan kemampuan fisik untuk beraktivitas.

SUMBER : Martono, H.Hadi, Pranarka Kris. Geriatri Ilmu Kesehatan Uusia


Lanjut Edisi 5, Jakarta : Balai penerbit FKUI, 2014. Hal 180-181

6. Bagaimana interpretasi Pemeriksaan fisik dan status fungsional terkait scenario


1. Pemeriksaan Fisik : (isnada)
a. TD 180/100 mmHg = Hipertensi grade 2 (Normal 140/90)

b. N 92 x/menit = Takikardi (Normal 60-70 x/menit)

c. P 30 x/menit = Takipneu (14-16 x/menit)

d. S 37,1o C = Normal (36,5 – 37,5 o C)


e. Pemeriksaan auskultasi terdengar bunyi ronkhi di seluruh lapangan kedua
paru = Terdengar selama fase inspirasi dan ekspirasi, karakter suara
terdengan perlahan, nyaring, suara mengorok terus-menerus.

f. Batas jantung melebar = Kardiomegali

g. Hepar dan limpa tdk teraba = Tidak terdapat hepatomegali dan


splenomegaly

h. Kekuatan ektremitas kiri lemah dibanding kanan tetapi masih bisa


melawan gravitasi = penilaian ekstremitas dengan menggunakan skala
kekuatan otot :

0 : lumpuh
1 : kontraksi otot dapat dilihat/dipalpasi
2 : Gerakan otot melawan gravitasi dengan topangan
3 : Gerakan otot melawan gravitasi tanpa tahanan
4 : Gerakan otot melawan gravitasi dengan tahanan minimal
5 : Gerakan otot melawan gravitasi dengan tahanan penuh

(sry mulya)

i. Dorsum pedis edema = Peningkatan kadar gula darah yang lama sehingga
menyebabkan kelainan vaskuler dan metabolic yang dapat menyebabkan
terjadinya peningkatan hidrostatik intravascular yang menyebabkan
menumpuknya cairan plasma masuk kedalam ruang interstisium yang
mneyababkan terjadinya edema.

j. BB 47 kg TB 160 cm :

IMT = BB/TB2

= 47/(1.6)2
= 47/ 2.56 = 18.8 = Normal
2. Status Fungsional
a. Indeks Barthel 50/100 = Dependen sedang

b. Abbreviated Mental Test (AMT) 6/10 = Normal


c. Mini Mental State Examination (MMSE) 23/30 = Demensia ringan

d. Geriatric Depresion Test (GDS) 10/15 = Depresi

e. Mini Nutrision Assesment (MNA) 16 = Status gizi normal

7. Hubungan riwayat penyakit dengan keluhan

1. Riwayat penyakit Stroke (nomarihi)


Stroke memicu penurunan mekanisme pertahanan antibakteria, Pasien stroke
mengalami defek pada fungsi kekebalan tubuh termasuk berkurangnya jumlah
limfosit darah perifer dan gangguan aktifitas sel T dan NK, dan mengurangi
produksi sitokin mitogen-induksi dan proliferasi in vitro. Stroke iskemik akut
menginduksi apoptosis limfosit secara luas, menggeser produksi sitokin dari
sistem Th1 ke Th2, dan menekan respons IFN gamma sehingga penderita
stroke lebih rentan terhadap infeksi. Mekanisme gangguan respons imunitas
tersebut diperkirakan akibat defek aktivasi limfosit yang dimediasi
katekolamin, karena terbukti dengan memblokade sistem saraf simpatis dapat
mencegah menurunnya respons IFN gamma dan menurunkan kejadian infeksi
bakteri secara signifikan. Keluhan batuk-batuk dengan lendir yang kental
merupakan klinis dari pneumonia, Pneumonia bakterial merupakan komplikasi
berat yang paling sering dijumpai pada stroke.
Sariningsih, Sariningsih. Hubungan Jumlah Neutrofil Absolut dengan Mortalitas pad
Stroke Iskemik Akut dengan Komplikasi Pneumonia. Masters thesis, Diponegoro
University; 2011.

2. Riwayat penyakit Rematik (jumriani)


Pada Remathoid arthritis terjadi kerusakan mikrovaskular, edema pada jaringan
di bawah sinovium, poliferasi ringan dari sinovial, infiltrasi PMN, dan
penyumbatan pembuluh darah oleh sel radang dan trombus. Pada RA yang
secara klinis sudah jelas, secara makros akan terlihat sinovium sangat edema
dan menonjol ke ruang sendi dengan pembentukan vili. Secara mikros terlihat
hiperplasia dan hipertropi sel sinovia dan terlihat kumpulan residual bodies.
Choy E. (2012). Understanding The Dynamics: Pathway Involved In The Pathogenesis
Of Rheumatoid Arthritis. Oxford University Press on behalf of the British Society for
Rheumatology, vol. 51, pp.3-11
8. Hubungan keluhan utama dengan gejala penyerta terkait scenario

1. Nafsu makan menurun (andi elsa)


Perubahan fisiologi slauran cerna  pemecahan makronutrient yang tidak
sempurna pengosongan lambung menjadi lambat  penurunan nafsu makan
 intake menurun  hipoglikemnia  glukosa ke otak menurun  jatuh

Sumber : H. Hadi Martono (2010), Buku ajar boedhi-darmojo GERIATRI.


Jakarta : penerbit : balai penerbit fakultas kedokteran universitas indonesia

2. Nyeri pangkal paha (muflihana)


nyeri dapat disebabkan oleh beberapa faktor, seperti faktor trauma dan infeksi.
Pada skenario, terdapat riwayat nyeri pada pangkal paha tepat setelah jatuh
terduduk di kamar mandi. jatuh dapat didefinisikan sebagai kejadian yang tak
diharapkan dimana seseorang jatuh dari tempat yang lebih tinggi ke tempat
yang lebih rendah atau sama tingginya maka jika dihubungkan dengan faktor
jatuh dan trauma, maka keduanya dapat saling berhubungan jika ditinjau pada
kerusakan pada daerah pangkal paha.apakah kerusakan terjadi pada jaringan
lunak atau tulang di sekitar paha. berdasarkan segi morbiditas dan prefalensi,
jatuh merupakan salah satu penyebab terbesar dan utama pada fraktur tulang
yang disebabkan oleh beberapa faktor, seperti penyakit dan lingkungan.fraktur
pada kolum femoris merupakan komplikasi utama akibat jatuh pada lansia,
diderita oleh 200.000 lebih lansia pertahun dan sebagian besat wanita. namun
dapat pula diestimasikan dengan fraktur pada tulang yang lain seperti tulang
iga, humerus dan pelfis. Sedangkan pada jaringan lunak, dapat menyebabkan
perlukaan seperti memar dan keseleo otot nyeri pada pangkal paha juga dapat
memberikan penjelasan bahwa persarafan sensoriknya pada daerah femur
masih belum mengalami kerusakan. Sedangkan motoriknya ada kemungkinan
mengalami gangguan karena adanya keluhan tidak dapat berjalan

Sumber : H. Hadi Martono (2010), Buku ajar boedhi-darmojo GERIATRI.


Jakarta : penerbit : balai penerbit fakultas kedokteran universitas indonesia

3. Tidak dapat berjalan (nurul annisa)


Pasien yang tidak dapat berjalan dapat dihubungkan dengan kerusakan anggota
gerak pada daerah kaki, yaitu pada jaringan otot/tulang. fungsi dari jaringan
otot pada alat gerak adalah sebagai media kontraksi alat gerak, sedangkan
jaringan tulang berfungsi sebagai penopang tubuh dan tempat perlekatan otot.
jika yang mengalami kerusakan adalah jaringan lunak seperti otot, maka dapat
menyebabkan memar dan keseleo, namun kaki masih dapat digerakkan jika
tidak sampai pada tahap robekan. Sedangkan jika yang mengalami kerusakan
adalah daerah tulang, maka dapat menyebabkan fraktur pada tulang dengan
gejala klinis pembengkakan dan ketidak mampuan untuk menggunakan
anggota gerak, yang bisa disebabkan karena nyeri hebat dan keterbatasan
anggota sendi. Pasien yang jatuh terduduk dapat menyebabkan kerusakan pada
jaringan otot maupun tulang yang disebabkan dari cara jatuhnya dan lokalisasi
kerusakan, jika kerusakan dapat mencapai derajat tertentu dan dihubungkan
dengan faktor lain yang dapat menyebabkan kerapuhan pada jaringan, seperti
proses menua dan osteoporosis

Sumber : H. Hadi Martono (2010), Buku ajar boedhi-darmojo GERIATRI.


Jakarta : penerbit : balai penerbit fakultas kedokteran universitas indonesia

9. Hubungan riwayat penggunaan obat-obatan dengan keluhan pasien

1. Riwayat Penyakit Gula Konsumsi Obat Glimepirid (nirmayanti)


Hipoglikemia dapat terjadi pada penderita yang tidak mendapat dosis obat
antidiabetik yang tepat, tidak makan cukup atau dengan gangguan fungsi hati
dan ginjal.Kecenderungan hipoglikemia pada orang tua disebabkan oleh
mekanisme kompensasi dalam tubuh berkurang dan asupan makanan yang
tidak adekuat karena kurangnya nafsu makan yang umumnya terjadi pada
orang tua.Selain itu, hipoglikemia tidak mudah dikenali pada orang tua karena
timbul perlahan-lahan tanpa tanda akut (akibat tidak ada refleks simpatis) dan
dapat menimbulkan disfungsi otak sampai koma yang jika berlangsung lama
dapat menyebabkan kerusakan otak permanen.
Hipoglikemia juga dapat terjadi akibat penurunan ekskresi dan metabolisme
klorpropamid (salah satu obat antidiabetik oral golongan sulfonilurea
contohnya Glimepirid dengan waktu paruh yang lama) pada usia lanjut. Oleh
karena itu, pasien pada skenario kemungkinan terjatuh akibat hipoglikemi
setelah mengkonsumsi obat antidiabetik oral tersebut sebagaimana telah
dijelaskan di atas.
2. Riwayat penyakit Hipertensi Konsumsi antihipertensi (Sry Mulya)
Hipertensi: salah satu obat antihipertensi yang berkaitan dengan keluhan pasien adalah
obat diuretik, dimana meningkatkan ekskresi natrium, air dan klorida sehingga
menurunkan volume darah dan cairan ekstraseluler. Akibatnya terjadi penurunan curah
jantung dan tekanan darah. Selain mekanisme tersebut, beberapa diuretic juga
menurunkan resistensi perifer sehingga menambah efek hipotensinya. Efek ini diduga
akibat penurunan natrium di ruang interstisial dan di dalam sel otot polos pembuluh
darah yang selanjutnya menghambat influx kalsium. Hal ini terlihat jelas pada diuretic
tertentu seperti Golongan Tiazid yang mulai menunjukkan efek hipotensif pada dosis
kecil sebelum timbulnya dieresis yang nyata. Pada pemberian kronik curah jantung
akan kembali normal, namun efek hipotensif masih tetap ada. Efek ini diduga akibat
resistensi perifer. Karena terjadinya hipovolemik sehingga menyebabkan
berkurangnya perfusi darah ke otak sehingga menyebabkan syok ataupun confusion
sehingga dapat menyebabkan jatuh. Dan dapat pula menyebabkan meningkatnya
frekwensi miksi sehingga meningkatkan resiko terjadinya jatuh.
SUMBER :RA Tuty Kuswardhani. Penatalaksanaan Hipertensi Pada Usia Lanjut.
Divisi Geriatri Bagian Penyakit Dalam FK. Unud, RSUP Sanglah Denpasar

10. Penegakan diagnosis terkait scenario

1. Anamnesis (nurul annisa, andi tri putri)


Anamnesis riwayat jatuh, penyakit yang menyertai.
Anamnesis dilakukan baik terhadap penderita ataupun saksi mata jatuh atau
keluarganya. Anamnesis meliputi :
a. Seputar jatuh : mencari penyebab jatuh misalnya terpeleset, tersandung,
berjalan,  perubahan posisi badan, sewaktu mau berdiri ataupun jongkok,
sedang makan, sedang  buang air kecil atau besar, sedang batuk atau
bersin, serrta menoleh tiba-tiba atau aktivitas lain.
b. Gejala yang menyertai : nyeri dada yang berdebar, nyeri kepala tiba-tiba,
vertigo,  pingsan, lemas, konfusio, inkontinens, sesak nafas.
c. Kondisi komorbid yang relevan : pernah mengalami stroke,
parkinsonisme, osteoporosis, sering kejang, penyakit jantung rematik,
depresi, defisit sensorik.
d. Review obat-obatan yang diminum : obat-obatan antihipertensi, diuretik,
autonomik  bloker, antidepresan, hipnotik, anxiolitik, analgetik,
psikotropik
e. Review keadaan lingkungan : tempat jatuh, rumah maupun tempat-tempat
kegiatannya
SUMBER : (Darmojo, Boedhi.2010. Geriatri Ilmu Kesehatan Usia Lanjut . Balai
Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta. Hal: 186-187.)

2. Pemeriksaan fisik (nirmayanti)


a. Tanda Vital : Tensi, nadi, respirasi, suhu badan (hipertemi/hipotermi)
b. Kepala atau Leher : Penurunan visus, penurunan pendengaran, nistagmus,
gerakan yang menginduksi ketidak seimbangan, bising
c. Jantung : aritmia, kelainan katup
d. Neurologi: Perubahan status mental, defisit lokal, neuropati perifer,
kelemahan otot, instabilitas, kekakuan, tremor
e. Muskuloskeletal perubahan sendi, pergerakan sendi, masalah kaki
(podiatrik), deformitas
SUMBER : (Darmojo, Boedhi.2010. Geriatri Ilmu Kesehatan Usia Lanjut . Balai
Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta. Hal: 186-187.)

3. Pemeriksaan penunjang (isnada)

Bisa dilakukan observasi terhadap:


a. Fungsi berjalan dan keseimbangan: obseravsi pasien when bangkti from
sitting dikursi, when playing, when membelok atau memutar badan, ketika
mau duduk dibawah
b. Mobilitas dapat berjalan sendiri tampa bantuan, menggunakan alat bantu,
memakai kursi roda atau dibantu
c. Aktifitas kehidupan sehari-hari : mandi, berpakaian, berpergian
d. Pemeriksaan laboratorium pemeriksaan darah rutin, GDS, elektrolit, urin,
albumin, SGOT dan SGPT, fraksi lipid, fungsi tiroid, dll.
e. Foto radiologi foto X-ray tulang untuk melihat adanya fraktur tulang, foto
thoraks untuk menilai tidaknya pneumonia.
SUMBER : (Darmojo, Boedhi.2010. Geriatri Ilmu Kesehatan Usia Lanjut . Balai
Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta. Hal: 186-187.)

4. Menentukan status fungsional (alamsyah, annisa y)


a. Penapisan depresi menggunakan Geriatric Depresion Scale (skor GDS 15)
untuk menilai ada tidaknya gangguan depresi pada pasien lansia.
b. Pemeriksaan kemampuan mental dan kognitif dengan menggunakan
Abbreviated Mental Test (AMT) atau Mini Mental State Examination
(MMSE) untuk menilai ada tidaknya gangguan kognitif atau demensia
pada pasien lansia.
c. Penilaian status fungsional dengan menggunakan Indeks ADL Barthel
(Activity Daily living) untuk menilai kemampuan sescorang
melaksanakan aktivitas setiap hari apakah pasien lansia tersebut
beraktifitas dengan mandiri atau ketergantungan.
SUMBER : (Darmojo, Boedhi.2010. Geriatri Ilmu Kesehatan Usia Lanjut . Balai
Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta. Hal: 186-187.)

11. Penanganan awal terkait scenario

(nurul annisa)

1. Kendalikan tekanan darah


Modifikasi gaya hidup, penghentian merokok, pengendalian berat badan,
mengurangi stres mental, diet rendah garam, hindari alkohol kesemuanya itu
dapat mengendalikan tekanan darah.

2. Kendalikan Gula darah


pengobatan diabetes pada usia lanjut memakai dasar kriteria ADA (American
Diabetes Association) dengan dosis obat yang diberikan dimulai dengan dosis
rendah dan kenaikannya dilakukan secara lambat baik mengenai dosis
maupun waktu (start low go slow). Pemilihan obat atas dasar kasus perkasus.
alpha glucosidase inhibitor (acarbose), bisa dengan biguanide (metformin)
dan dapat juga dengan sulfonilurea.
(Isnada)
3. Kontrol Hipoalbuminemia
Rosiglitazone, jika dibandingkan dengan glyburide, memiliki kemampuan
untuk menurunkan ekskresi albumin urin pada pasien DM tipe 2. Beberapa obat-
obatan yang sebaiknya tidak digunakan pada pasien dengan penurunan
fungsi.Oleh karena itu, kebanyakan pasien DM tipe 2 dengan nefropati harus
diterapi menggunakan insulin.
Banyak penelitian telah membuktikan bahwa penanganan hipertensi pada
pasien DM tipe dan tipe 2 dengan mikroalbuminuria membawa efek baik.
Blokade RAS dengan obat-obatan ACE- inhibitor atau ARB memberi keuntungan
pada fungsi ginjal. Efek renoprotektif tersebut tidak berhubungan dengan
penurunan tekanan darah dan mungkin yang berkaitan dengan penurunan tekanan
intraglomerular dan lewatnya protein melalui tubulus proksimal. Obat-obatan
untuk menurunkan ekskresi albumin urin dan laju progresivitas mikroalbuminuria
menjadi tahap nefropati DM yang lebih lanjut.
(Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S. Buku Ajar Ilmu
Penyakit  Dalam Jilid II edisi VI. Jakarta: Interna Publishing; 2014)
( nomarihi )
4. Pengobatan untuk Pneumonia
Penatalaksanaan untuk rawat inap: seftriakson + makrolit

5. Pengobatan untuk Hiperurisemia


Pemberian Allopurinol

(jumriani)
6. Pengobatan untuk Osteoporosis
Kendati terapi osteoporosis menurunkan resorpsi tulang dan meningkatkan densitas
tulang. penurunan bagian dalam fraktur sebagian berhubungan dengan rel
nonskeletal. Suplementasi 800IU vitamin D3 dan 1,2 gram kalsium elemen setiap
selama 3 tahun menurunkan risiko fraktur panggul (hip) sebesar 27%, dengan hanya
sedikit perbaikan pada densitas tulang. Penambahan vitamin D3 berhubungan
dengan menurunnya ayunan tubuh dan jumlah jatuh.
(Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S. Buku Ajar Ilmu
Penyakit  Dalam Jilid II edisi VI. Jakarta: Interna Publishing; 2014)

12. Upaya preventif terkait scenario (andi tri putri)

1) Identifikasi faktor risiko


Pada setiap lanjut usia perlu dilakukan pemeriksaan untuk mencari adanya
faktor instrinsik risiko jatuh, perlu dilakukan assessment keadaan sensorik,
neurologis, muskuloskeletal dan penyakit sistemik yang sering menyebabkan
jatuh. Keadaan lingkungan rumah yang berbahaya dan dapat menyebabkan jatuh
harus dihilangkan. Penerangan rumah harus cukup tetapi tidak menyilaukan.
Lantai rumah datar, tidak licin, bersih dari benda-benda kecil yang susah dilihat,
peralatan rumah tangga yang sudah tidak aman (lapuk, dapat bergerser sendiri)
sebaiknya diganti, peralatan rumah ini sebaiknya diletakkan sedemikian rupa
sehingga tidak mengganggu jalan/tempat aktivitas lanjut usia. Kamar mandi
dibuat tidak licin sebaiknya diberi pegangan pada dindingnya, pintu yang mudah
dibuka. WC sebaiknya dengan kloset duduk dan diberi pegangan di dinding.
2) Penilaian keseimbangan dan gaya berjalan (gait)
Setiap lanjut usia harus dievaluasi bagaimana keseimbangan badannya dalam
melakukan gerakan pindah tempat, pindah posisi. Bila goyangan badan pada saat
berjalan sangat berisiko jatuh, maka diperlukan bantuan latihan oleh rehabilitasi
medis. Penilaian gaya berjalan juga harus dilakukan dengan cermat, apakah
kakinya menapak dengan baik, tidak mudah goyah, apakah penderita mengangkat
kaki dengan benar pada saat berjalan, apakah kekuatan otot ekstremitas bawah
penderita cukup untuk berjalan tanpa bantuan. Kesemuanya itu harus dikoreksi
bila terdapat kelainan/penurunan.
(muflihana )
3) Mengatur/ mengatasi faktor situasional.
Faktor situasional yang bersifat serangan akut yang diderita lanjut usia dapat
dicegah dengan pemeriksaan rutin kesehatan lanjut usia secara periodik. Faktor
situasional bahaya lingkungan dapat dicegah dengan mengusahakan perbaikan
lingkungan , faktor situasional yang berupa aktifitas fisik dapat dibatasi sesuai
dengan kondisi kesehatan lanjut usia. Aktifitas tersebut tidak boleh melampaui
batasan yang diperbolehgkan baginya sesuai hasil pemeriksaan kondisi fisik.
Maka di anjurkan lanjut usia tidak melakukan aktifitas fisik yang sangat
melelahkan atau berisiko tinggi untuk terjadinya jatuh
(Darmojo RB, Martono H. 2009. Buku Ajar Geriatri (Ilmu Kesehatan Usia Lanjut) edisi
4. Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.)

13. Integrasi keislaman terkait scenario (annisa y,nirmayanti,nomarihi, andi tri putri)

- Q.S Yasin ayat 68

Ibnu Jarir al-Thabari dalam kitabnya al-Jami’ fi Ta’wil al-Qur’an dengan mengutip
riwayat dari Basyar dari Yazid dari Sa’id dari Qatadah, menerangkan bahwa ayat di atas
merupakan gambaran atas siklus kehidupan manusia. Bagi orang- orang yang
dipanjangkan umurnya, maka ia akan dikembalikan keadaannya seperti waktu bayi dan
kanak-kanak karena lemah dan pikun. Jadilah ia tidak mengetahui apa-apa meskipun ia
sebelumnya telah banyak pengalaman dan pengetahuan

- HR. Bukhari : 1050


Tata cara sholat bagi lansia yang tidak bisa mengerjakan sholat dengan
sempurna :
Orang tua yang tidak bisa melakukan gerakan sholat dengan sempurna,
seperti tidak bisa berdiri dengan sempurna, ruku’ dengan sempurna atau
bahkan tidak bisa lagi berdiri, maka dia tetap berkewajiban untuk
melakukan sholat sesuai dengan kemampuannya, kewajiban sholat tidak
hilang darinya selama masih memiliki nafas dan akal.

Anda mungkin juga menyukai