Anda di halaman 1dari 56

Perawatan Lansia dengan masalah

khusus
PENULIS:DR. THIWUT BUDIANTO, SPPD

DISAMPAIAKAN: MUJIADI. S.KEP.NS.,M.KKK


Pendahuluan
 Geriatri Cabang ilmu kedokteran dengan fokus pada penuaan dini

dan tatalaksana penyakit terkait usia lanjut

 Menurut Ibu Geriatri dari Inggris “ Marjorie Warren “ menyatakan pasien dengan
kondisi kronis dapat pulih menjadi mandiri dengan tatalaksana yang benar
 Gerontologi Berasal dari kata gerontos (usia lanjut) dan logos (ilmu).
Ilmu yang mempelajari seluk beluk kehidupan individu usia
lanjut.

 Geriatric Medicine Berasal dari kata geron (usia lanjut) dan iatreia
(perawatan penyakit), artinya Ilmu yang
mempelajari penyakit dan masalah kesehatan pada usia
lanjut menyangkut aspek preventif, diagnosis, dan tata laksana.
 Aging Proses penuaan dimulai sejak manusia dilahirkan berdasarkan
teori radikal bebas dan teori telomer.
Teori Radikal Bebas = Proses menua akibat akumulasi radikal bebas yang merusak
DNA, protein, lipid, glikasi non-enzimatik, dan turn over protein.
Teori Telomer = Hilangnya telomer menyebabkan proses menua. Telomer adalah
sekuens DNA yang mencegah pemendekan kromosom selama replikasi DNA.
 Succesful Aging Individu yang tidak atau memiliki sedikit
karakteristik menua.
Karakteristik pasien Geriatri

 Multipatologi : Lebih dari satu penyakit kronis degeneratif


 Daya cadangan faal menurun : fungsi organ akibat proses menua
 Gejala dan tanda penyakit yang tidak khas
 Penurunan status fungsional : kemampuan melakukan aktivitas sehari-hari
pada kondisi imobilisasi dan ketergantungan
 Malnutrisi
Sindrom Geriatri
1.Imobilisasi

Keadaan tidak bergerak/tirah baring 3 hari atau lebih

2.Inkontinensia Urine

Keluarnya urine yang tidak terkendali pada waktu yang tidak dikehendaki tanpa memperhatikan frekuensi dan jumlahnya mengakibatkan masalah sosial
dan higienis

3.Insomnia

Tidur tidak memuaskan, sulit mempertahankan tidur

4.Gangguan Depresi

5.Infeksi ( penurunan sistem imun )

6.Gangguan penglihatan dan pendengaran

7.Penyakit Kronis Degeneratif

Hipertensi, DM, displipidemia, osteoarthritis, penyakit kardiovaskular


Konstipasi pada pasien Geriatri
 Perubahan Traktus Gastrointestinal bawah berkaitan dengan usia

- atrofi dinding usus

- berkurangnya suplai darah

- perubahan neural intrinsik

meningkatkan lama transit, dan kadar air dalam feses

- waktu transit saluran cerna dan motililtas colon serupa pada usia tua

dan muda yang sehat

- waktu transit pada lansia yang menderita penyakit kronis dan

konstipasi sampai 4-9 hari (normal <3 hari )


 Fungsi sekresi dan absorpsi relative konstan

 Fungsi kolon dipengaruhi oleh faktor-faktor penuaan ( penyakit kronis, imobilisasi, pengobatan

 Neurodegeneratif sistem saraf enterik berkaitan usia merupakan kunci perubahan fungsional usia lanjut

 Wanita mengalami penurunan tekanan pemerasan lebih besar terutama setelah menopause dan akibat
cedera persalinan

 Penurunan tekanan sfingter anal internal dan kekuatan otot pelvis, perubahan sensitivitas rektum dan
fungsi anal
Diagnosis Konstipasi
 Anamnesis

- Anamnesis lengkap dibutuhkan untuk identifikasi obat-obatan dan

penyebab konstipasi

- Berapa lama, darah dalam feses, penurunan berat badan, demam,

anoreksia, mual, muntah

 Pemeriksaan Fisik

- Inspeksi daerah perianal : bekas luka, fistula, fisura, hemorrhoid

- Pemeriksaan digital rectum : impaksi feses, striktur anal, massa rektum


 Inspeksi Feses

- Tipe 1: Transit lambat ( 100 jam )

- Tipe 7: Transit cepat (10 jam )

- Berkorelasi dengan jumlah feses

yang dikeluarkan, mengejan, urgensi


 Pemeriksaan Penunjang lain

- Laboratorium : Darah lengkap, fungsi tiroid

- Pemeriksaan Radiologi : proses akut, penyebab konstipasi kronis,

proses sistemik atau intra-abdomen

- Pemeriksaan Penunjang lain : kolonoskopi, manometri, defekografi


Penatalaksanaan KONSTIPASI

 Non Farmakologi

1. Aktivitas Fisik

2. Latihan mengenali dan respon keinginan defekasi, saat optimal defekasi

saat bangun tidur dan setelah makan

3. Posisi saat defekasi setengah berjongkok atau “semi-squatting”

4. Konsumsi air 8 gelas per hari ( 2L per hari ), kurangi kopi, teh, alkohol

5. Serat : tinggi serat ( buah dan sayur ), suplemen serat ( metilselulosa,

kulit ari ispaghula, polycarbophil atau kulit padi )


Farmakologi

1. Laksatif serat : absorpsi air, meningkatkan motilitas


2. Laksatif osmotik: sekresi air di dalam lumen (garam,
magnesium, sorbitol, laktulosa, polyethylene glycol )
3. Laksatif stimulant : motilitas dan sekresi intestinal
- bekerja dalam hitungan jam, efek samping nyeri abdomen
- direkomendasikan apabila laksatif osmotic gagal
- aktivitas motor intestinal
4. Enema dan Suppositoria rectum

- menginduksi defekasi dengan meregang rektum dan kolon

- pasien geriatrik dengan masalah imobilisasi membutuhkan enema

untuk menghindari impaksi feses

5. Probiotik menghasilkan asam laktat

- motilitas intestinal dan mengurangi waktu transit

6. Pelunak feses ( sodium dioctyl sulphosuccinate dan paraffin cair )

dan tegaserod tidak lagi digunakan

7. Kolkisin dan misoprostol belum mendapat rekomendasi FDA sebagai

terapi konstipasi
8. Lubiprostone

- salah satu agen baru

- meningkatkan sekresi cairan intestinal dan integritas epitel

- untuk konstipasi kronis direkomendasikan oleh FDA untuk


pasien diatas usia 65 tahun.
Sarcopenia

 Berasal dari bahasa Yunani yaitu Sarx untuk “daging” dan Penia untuk “kehilangan”.

 Suatu sindrom geriatrik ditandai dengan penurunan otot rangka yang berkaitan
dengan penambahan usia dan kekuatan otot atau kinerja fisik yang makin menurun.

 Angka kejadian 1-29% (komunitas), 14-33% (populasi) dengan perawatan jangka


panjang, 10% (populasi) dengan perawatan rumah sakit, 8-22% (wanita), 6-23%
(laki-laki).
Upaya Pencegahan dan Tatalaksana Sarcopenia

 Mekanisme Multifaktorial tatalaksana secara holistik

- Asupan diet protein

- Vitamin dan mineral yang cukup

- Olahraga teratur

 Perlu pemantauan rutin kemampuan dasar seperti berjalan, keseimbangan, fungsi


kognitif, vaksin, reconditioning cepat setelah mengalami stress dengan renutrisi dan
fisioterapi individual.
 Nutrisi yang berperan pada sarcopenia seperti protein, vit D, vit E dan C,
antioksidan, selenium

 Protein merupakan nutrisi utama yang berperan pada sarcopenia, orang


dewasa dianjurkan 0,8 g/kgBB/hari. Menurut penelitian orang usia lanjut
mengkonsumsi <80% angka kecukupan gizi, sebaiknya mengandung asam
amino essensial ( leusin ).
 Vit D merupakan nutrisi kedua yang berperan pada sarcopenia dan kekuatan otot,
dari penelitian didapatkan 35,1% pada usia lanjut mengalami defisiensi Vit D.

 Vit D banyak terdapat pada ikan salmon, tuna, wortel, makarel. Pajanan sinar
matahari juga sumber Vit D, tapi dipengaruhi oleh letak geografis, waktu
berjemur, kandungan melanin di kulit, penggunaan tabir surya.

 Vit D ada yang berbentuk alfacalcidol analog vit D non endogen.


KEGIATAN BERJEMUR DAN SENAM
LANSIA
 Faktor lain yang berperan adalah aktivitas fisik. Aktivitas fisik dapat menghambat
penurunan massa dan fungsi otot dengan memicu peningkatan massa dan metabolic otot
sehingga mempengaruhi energy expenditure metabolisme glukosa, dan cadangan protein
tubuh.

 Program resistensi training dilakukan 30 menit setiap sesi selama 2x seminggu

 Pemberian nutrisi tanpa aktivitas fisik menyebabkan overfeeding yang akan dikonversi
menjadi lemak jenuh justrus berbahaya demikian sebaliknya
Penyakit Kronis Degeneratif

Diabetes Mellitus

 Definisi = Kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia karena


kelainan sekresi insulin, kerja insulin, atau keduanya

 Klasifikasi =

DM tipe 1 : destruksi sel beta, defisiensi insulin absolut

DM tipe 2 : dominan resistensi insulin, defisiensi insulin relatif

DM tipe lain : defek genetik fungsi sel beta, obat-obatan, infeksi


 Kriteria Diagnosis DM = GDP >126 mg/dl, GDA >200 mg/dl, GD2JPP >200 mg/dl, HbA1c >6,5%

 Masalah penyebab DM pada usia lanjut

- Memerlukan penilaian aspek medis, mental, fungsional, dan sosial

Menentukan target dan pendekatan terapeutik

- Perhatian khusus harus diberikan pada komplikasi yang dapat berkembang dalam waktu singkat
dan atau secara signifikan akan merusak status fungsional seperti komplikasi visual dan ekstremitas
bawah.
 Hipoglikemia pada pasien lansia

- Pencegahan hipoglikemia penting karena dapat menurunkan risiko gangguan kognitif


dan akibat buruk lainnya.

- Resiko hipoglikemia pada lansia lebih tinggi karena memerlukan terapi insulin,
insufisiensi ginjal progresif, kesulitan pemantauan glukosa, kesulitan penyesuaian dosis
insulin

- Kejadian hipoglikemik harus dipantau dan dihindari dengan cermat

penyesuaian target glukosa dan intervensi farmakologis pada kondisi pasien lansia
HIPERGLIKEMIA / kadar gula dalam darah lebih /tinggi

 Sering buang air kecil


 Mudah haus dan lapar
 Mudah lelah
 Sakit kepala
 Pandangan kabur
 Sulit berkonsentrasi
 Berat badan turun
 Keputihan
 Luka sulit sembuh
HIPOGLIKEMIA / kadar gula dalam darah
turun

 Mudah lapar
 Mudah marah
 Sulit berkonsentrasi
 Kesemutan
 Lelah
 Pusing
 Gemetar atau tremor
 Pucat
 Keringat dingin
 Jantung berdebar
Tatalaksana DM pada pasien lansia
Edukasi di faskes layanan primer
Terapi Nutrisi Medis
Latihan Fisik
Terapi Farmakologis

1. Metformin

- Lini pertama untuk DM tipe 2

- Aman dan efektif pada pasien lansia karena tidak menyebabkan hipoglikemia

- Aman pada pasien dengan laju filtrasi glomerulus >30 ml/min/1,73m2


-
Kontraindikasi pada pasien dengan insufisiensi ginjal tahap lanjut

- Hati-hati pada pasien dengan gangguan fungsi hati/gagal jantung

asidosis laktat

- Dihentikan sementara sebelum prosedur invasif, selama rawat inap,


2. Thiazolidinediones

- Digunakan dengan hati-hati pada pasien lansia dengan gagal

jantung kongestif, dan yang memiliki risiko tinggi terjatuh atau

patah tulang

3. Sulfonilurea

- Hati – hati risiko hipoglikemia

- Glipizid lebih direkomendasikan karena kerja lebih pendek

- Glibenclamid kontraindikasi pada pasien lansia karena kerja lama


4. DPP-IV Inhibitor

- Resiko hipoglikemia minimal

- Mahal

5. SGLT-2 Inhibitor

- Data keamanan penggunaan jangka panjang masih terbatas


6. Terapi Insulin

- Mengharuskan pasien atau pengasuh pasien memiliki kemampuan

fungsional dan kognitif yang baik.

- Dosis harus dititrasi untuk memenuhi target glikemik individual

untuk menghindari hipoglikemia.

- Injeksi insulin basal diberikan sekali per hari karena efek samping

minimal

- Pemberian insulin dosis lebih dari sekali per hari terlalu rumit pada

lansia dengan komplikasi diabetes lanjut


TATALAKSANA Pada Lansia
Menjelang Ajal

MUJIADI.S.KEP.NS., M.KKK
NO WA. 085707909260
Hakikat Kematian

Sebagian proses dari kehidupan yang


dialami oleh siapa saja termasuk lansia.
Meskipun demikian, hal tersebut tetap
saja menimbulkan perasaan nyeri dan
takut, tidak hanya lansia akan juga
keluarganya bahkan pada mereka yang
merawat dan mengurusnya
Hospice

Perawatan pasien terminal (stadium


akhir) dimana pengobatan terhadap
penyakitnya tidak diperlukan lagi.

Perawatan ini bertujuan meringankan


penderitaan dan rasa tidak nyaman dari
pasien, berlandaskan pada aspek bio-
psiko-sosial-spiritual.
Tujuan Perawatan Terminal
Mempertahankan hidup,
Menurunkan stress, Meringankan
dan Mempertahankan kenyamanan
selama mungkin (Weisman).
Jenis-jenis Penyakit Terminal

1.        Penyakit-penyakit kanker.


2.        Penyakit-penyakit infeksi.
3.        Congestif Renal Falure (CRF)
4.        Stroke Multiple Sklerosis.
5.        Akibat kecelakaan fatal.
6.        AIDS.
Manifestasi Klinik
1. Fisik
 Gerakan pengindaran menghilang secara berangsur-angsur dimulai dari ujung kaki dan
ujung jari.
  Aktivitas dari GI berkurang.
 Reflek mulai menghilang.
 Suhu klien biasanya tinggi tapi merasa dingin dan lembab terutama pada kaki dan tangan
dan ujung ekstremitas.
 Kulit kelihatan kebiruan dan pucat.
 Denyut nadi tidak teratur dan lemah
 Nafas berbunyi, keras dan cepat ngorok.
 Penglihatan mulai kabur.
 Klien kadang-kadang kelihatan rasa nyeri.
2. Psikososial

1.        Respon kehilangan


a)        Rasa takut diungkapkan dengan ekspresi wajah (air muka), ketakutan, cara
tertentu untuk mengulurkan tangan.
b)        Cemas diungkapkan dengan cara menggerakkan otot rahang dan kemudian
mengendor.
c)        Rasa sedih diungkapkan dengan mata setengah terbuka atau menanggis.

2.        Hubungan dengan orang lain


a)        Kecemasan timbul akibat ketakutan akan ketidak mampuan
b)        berhubungan secara interpersonal serta akibat penolakan.
Proses Menjelang Ajal

Kehilangan
Berduka
Sekarat

Kematian
Loss (Kehilangan)

Suatu keadaan individu yang berpisah


dengan sesuatu yang sebelumnya ada,
kemudian menjadi tidak ada, baik terjadi
sebagian atau keseluruhan (Lambert dan
Lambert,1985)
Fase-Fase Kehilangan

1.        Tahap peningkatan atau denial Adalah ketidakmampuan menerima, kehilangan untuk
membatasi atau mengontrol nyeri dan dystress dalam menghadapinya.
2.       Tahap anger atau marah. Adalah kekesalan terhadap kehilangan.
3.       Tahap tawar menawar atau bargaining Adalah cara coping dengan hasil-hasil yang
mungkin dari penyakit dan menciptakan kembali tingkat kontrol.
4.        Tahap depresi Adalah ketiada usaha apapun untuk mengungkapkan perasaan atau
reaksi kehilangan.
5.        Tahap acceptance atau menerima Adalah akhir klien dapat menerima kenyataan
dengan kesiapan.     
Grieving (Berduka)
 Reaksi emosional terhadap kehilangan , biasanya akibat perpisahan .
 Dimanifestasikan dalam perilaku, perasaan dan pemikiran .
 Berduka juga merupakan proses mengalami reaksi psikologis, fisik, dan
sosial terhadap kehilangan yang dipersepsikan.
 Respon yang ada dalam berduka yaitu keputusasaan, kesepian,
ketidakberdayaan, kesedihan, rasa bersalah dan marah . Berduka juga
mencakup pikiran, perasaan dan perilaku.
Dying (Sekarat/Menjelang Ajal)
Sekarat adalah bagian dari kehidupan yang merupakan proses menuju kematian.

Dengan makin meningkatnya jumlah populasi usia lanjut, meningkat pula jumlah
penderita penyakit kronis, yang pada suatu saat mengalami keadaan dimana tidak ada
sesuatu yang dapat dikerjakan untuk memperbaiki kemampuan melakukan aktivitas
sehari – hari .
Tahapan (Menjelang Ajal / Sekarat )

Tahap l, penyangkalan dan isolasi,


biasanya mewakili pertahanan temporer yang digantikan dengan penerimaan parsial.
Tahap II, kemarahan dan penyangkalan digantikan dengan perasaan marah , gusar , iri ,
kebencian,.
Tahap III, tawar menawar, orang sering berupa negosiasi dengan Tuhan untuk
mendapatkan tambahan waktu.
Tahap IV, depresi , meliputi 2 jenis kehilangan : kehilangan yang terjadi di masalalu dan
kehilangan hidup yang akan terjadi. Yang disebut sebagai persiapan berduka oleh Kubler
Ross.
Tahap V , penerimaan , merupakan fase akhir dari proses menjelang ajal.
Death (Kematian)
 Kondisi berhentinya fungsi organ tubuh secara menetap
atau terhentinya kerja otak secara menetap.
 Meninggal dunia adalah keadaan insani yang diyakini oleh
ahli kedokteran yang berwenang bahwa fungsi otak,
pernafasan dan denyut jantung seseorang telah terhenti .
 Kematian adalah satu fase kehidupan yang terakhir bagi
manusia. Persepsi seseorang tentang kematian berbeda-
beda.
 Dalam merawat lansia yang tidak ada harapan untuk
sembuh, seorang perawat profesional harus mempunyai
ketrampilan yang multikompleks.
IBADAH -SPIRITUAL

 Kegiatan ibadah merupakan hal yang sangat penting dalam


kehidupan lansia, karena dengan melaksanakan kewajibannya
lansia akan merasa lebih dekat dengan Tuhan dan lebih merasa
tenang. Caregiver dapat membantu memfasilitasi lansia
melaksanakan beribadah dengan cara:
 1) Mengingatkan apabila sudah masuk waktu ibadah
 2) Menawarkan bantuan pada lansia dalam pelaksanaan ibadah
sesuai dengan kondisinya
IBADAH - SPIRITUAL

 3)Memastikan lansia dalam keadaan bersih agar lansia dapat


beribadah dengan baik dan tenang
 4) Meletakkan perlengkapan ibadah di tempat yang mudah
dilihat dan dijangkau
 5) Memfasilitasi lansia untuk mendapatkan bimbingan rohani
lebih lanjut dari pemuka/ guru agama atau pembimbing rohani di
lingkungan terdekat sesuai dengan agama dan keyakinan lansia.
Daftar Pustaka

Prasetyo, A., 2019. Tatalaksana Diabetes Mellitus pada pasien Geriatri. 46(6), pp. 1-3.
Pratama, E. L., 2014. Gambaran Multipatologi pasien geriatri di poliklinik khusus geriatri RSUP Dr M Djamil
Padang periode Januari - Desember. jurnal kesehatan andalas, 6(3), pp. 536-545.
Setiati, S., 2013. Geriatris Medicine, Sarkopenia, Frailty, dan Kualitas Hidup Pasien Usia lanjut: tantangan masa
depan pendidikan, pelayanan, penelitian kedokteran di indonesi. eJKI, 1(3), pp. 234-242.
Setiorini, A., 2021. Sarcopenia dan Risiko jatuh pada pasien Geriatri. Muhammadiyan Journal of Geriatric, 2(1),
pp. 10-16.
Sianipar, N. B., 2015. Konstipasi pada pasien geriatri. Continuing Medical Education - IDI, 42(8), pp. 572-577.

Anda mungkin juga menyukai