Anda di halaman 1dari 4

Skenario Konseling

Guru BK         :(Duduk tenang diruang BK sambil membaca buku)

Klien               : “Assalamu’alaikum..”

Guru BK         : “Wa’alaium Salam.. (membuka pintu dan berjabat tangan dengan si klien)
Eeh Nelis silahkan duduk nak”.

Klien               : “Ya, terima kasih bu..”

Guru BK         : “Tidak seperti biasanya kamu datang tiba-tiba ke ruangan ibu, ada yang bisa
ibu bantu?”

Klien               : “Mmmm.. begini bu, saya merasa sangat aneh dengan teman-teman saya bu”

Guru BK         : “Aneh bagaimana masudnya?”

Klien               : “Aneh sekali, bu. Semua teman-teman saya seperti menjauhi saya bu.
Padahal saya tidak pernah melakukan salah pada mereka. Saya selalu baik pada mereka.
Bahkan kalau saya minta tolong pun saya selalu memberi imbalankepada mereka”.

Guru BK         : “Hmmm.. sudah berapa lama hal itu terjadi?”

Klien               : “Sudah lama sekali, bu. Tapi puncaknya baru akhir-akhir ini. Saya seperti di
kucilkan oleh teman-teman saya, bu. Saya tidak tahu apa salah saya. Setiap saya bertanya
pada mereka tentang apa salah saya, semuanya tidak ada yang menjawab, bu, mereka hanya
cuek dan membiarkan saya sendiri”.

Guru BK         : “Maksudnya dikucilkan seperti apa?”

Klien               : “Ya dikucilkan bu, semisal saat saya ingin ikut ngerumpi atau ikut-ikutan
ngobrol bersama mereka saya seperti tidak dianggap, bu.

Guru BK         : “Apakah kamu pernah merasa berbuat salah kepada mereka?”

Klien               : “Saya merasa tidak pernah berbuat salah bu, saya selalu berbuat baik pada
mereka. Mungkin saja karena mereka iri sama saya bu”.

Guru BK         : “Maksudnya?”

Klien               : “Ya saya kan anak tunggal dan saya juga berasal dari keluarga kaya. Jadi
mungkin saja mereka iri pada saya bu”.

Guru BK         : “Hmmm.. kenapa kamu berfikiran seperti itu?”

Klien               : “Ya jelas lah bu, saya punya segalanya sementara mereka tidak”.

Guru BK         : “Apakah sikap seperti itu baik buat kamu?”


Klien               : “Sikap yang mana, bu? Saya selalu baik pada mereka. Saya akui saya
memang sering meminta tolong pada mereka, tapi saya juga memberikan mereka imbalan
kok bu”.

Guru BK         : “Ya.. sikap seperti itu yang ibu maksud… bagaimana cara kamu ketika
meminta tolong pada mereka?

Klien               : “Maksud ibu?”

Guru BK         : “Maksud ibu, coba kamu peragakan pada ibu bagaimana biasanya cara
kamumeminta tolong pada mereka”.

Klien               : “Ya.. biasalah, bu. Kalau ada yang mau mem-fotocopy makalah, saya akan
bilang pada mereka ‘(sekalian, ya copykan saya satu)’. Itu kan biasa, bu. Terus saya juga
suka meminta tolong pada teman-teman dekat saya untuk membawakan tas saya, bu. Saya
bilang ‘(bawain tas saya donk)’. tapi saya gak sekedar minta tolong kok, bu. Saya juga
ngasih mereka uang lelahnya. Bahkan saya sering traktir mereka makan siang.

Guru BK         : “Hmm.. apakah seperti itu yang kamu maksud dengan minta tolong?”

Klien               : “Dirumah juga setiap saya minta tolong seperti itu bu, itu kan biasa bu
seperti apa yang saya lakukan di rumah”.

Guru BK         : “Maksud ibu apakah minta tolong tanpa kata tolong bisa dikatakan sebagai
permintaan bantuan?”

Klien               : “Tapi biasanya dirumah saya selalu minta tolong seperti itu bu, tidak ada
yang protes kok”.

Guru BK         : “Hmmm… coba kamu bayangkan, seandainya kamu yang dimintai bantuan
oleh temanmu atau orang lain. Orang lain tersebut misalnya ingin minta tolong pada kamu
untuk membawakan tasnya. Lalu orang tersebut bilang seperti ini pada kamu, ‘ Nelis, bawain
tasku donk!’ Nah, apakahkamu mau menolongnya?

Klien               : “(Klien berfikir sejenak) Tidak bu, saya mungkin akan berfikir berkali-kali
untuk menolongnya, walaupun dia itu sahabat saya sendiri bu”.

Guru BK         : “Nah sekarang misalkan kamu mau menolongnya, setelah kamu menolong
temanmu itu kamu diberi imbalan berupa uang atau imbalan lainnya. Apa yang kamu rasakan
pada saat itu?”

Klien               : “Saya merasa seperti pembantunya bu..”

Guru BK         : “Hmmm.. nah itulah yang dirasakan teman-temanmu sebenarnya. Mereka
hanya ingin kamu berubah, tidak lagi bersikap seperti yang kamu tunjukkan selama ini”.

Klien               : “Tapi kenapa mereka tidak langsung bilang sama saya tentang kesalahan
saya itu bu?”
Guru BK         : “Mungkin karena mereka takut mengungkapkannya padamu, dan mereka
ingin perubahan itu langsung dari diri kamu sendiri. Mereka ingin kamu menyadari
kesalahan yang telah kamu perbuat itu.”

Klien               : “Jadi apa yang harus saya rubah dari diri saya bu?”

Guru BK         : “Ibu fikir kita bisa memulainya dari hal yang paling sederhana. Misalnya,
dengan menyisipkan kata ‘tolong’ pada setiap permintaan bantuan. Ibu contohkan ya,
misalkan kamu ingin minta tolong untuk mengopykan makalah pada teman kamu yang
bernama Lulu, kamu bisa bilang seperti ini, ‘Lulu… tolong copykan juga, ya makalahnya
buat saya satu.”

Sekarang, coba kamu peragakan misalkan ibu adalah temanmu, kamu ingin ibu
membantumu untuk mengembalikan buku pustaka yang kamu pinjam. Nah, bagaiamana cara
kamu minta bantuan pada ibu?

Klien               : “Mmmm gimana ya, bu. Saya misalkan ibu adalah teman saya yang bernama
Rani. Mungkin seperti ini, bu. ‘Ran, saya tidak sempat ke pustaka hari ini, bisa tolong saya
mengembalikan satu buah buku pustaka ini?’

Guru BK         : “Bagus sekali. Ya, seperti itu yang ibu maksud. Kemudian, satu lagi, pada
saat kita minta tolong pada orang lain, orang tersebut tidak selalu menginginkan imbalan
berupa materi. Tapi dengan ucapan termakasih yang tulus itu sudah cukup.”

Klien               : “Oooh gitu ya bu, baiklah bu saya akan mencoba merubah sikap saya
tersebut.”

Guru BK         : “Okeh bagus itu, kapan kamu akan mulai merubahnya?”

Klien               : “Nanti, setelah konseling ini selesai, bu. Jika saya ingin minta tolong pada
teman saya ketika bertemu mereka nanti, saya akan langsung memperagakan seperti yang ibu
contohkan tadi.”

Guru BK         : “Baiklah ibu tunggu bagaimana perubahannya. Sekarang bagaimana


perasaan kamu setelah mengikuti konseling ini?”

Klien               : “Lumayanlah bu. Meski saya belum mencoba yang telah kita peragakan tadi
pada teman-teman, tapi saya merasa lega bahwa ternyata selama ini sikap sayalah yang
menyebabkan saya tidak disukai.”

Guru BK         : “Ok, kapan kita bisa bertemu lagi untuk membicarakan perubahan yang telah
kamu lakukan tersebut?”

Klien                    : “Minggu depan saja, bu.”


Guru BK            : “Tepatnya?”

Klien                    : “Hari senin bu. Pada jam yang sama.”

Guru BK            : “Baiklah, ibu tunggu kamu minggu depan disini. Terimakasih sudah
datang ke ruangan ibu.”

Klien                    : “Iya bu sama-sama.”

(mereka berdua berdiri, berjabat tangan, dan klien berjalan keluar, diikuti oleh konselor.
Setelah klienpergi, konselor menutup pintu.)

Anda mungkin juga menyukai