Anda di halaman 1dari 15

TUGAS KELOMPOK 1A

MAKALAH URUSAN PEMERINTAHAN

Dosen pengampu :
Erna Yuliandri, S. H, M.A

Anggota Kelompok 1A:


1. Afrizhentaria Nahya (K6419002)
2. Ananda Mega Hastari (K6419007)
3. Claudia Shirley Fitriana (K6419018)
4. Deta Nur Aryana (K6419019)
5. Dika Finsya Prabantara (K6419023)
6. Febriana Daud Putri (K6419029)
7. Gadis Feronika (K6419031)
8. Hana Satriani (K6419032)
9. Handi Prastowo (K6419033)
10. Ismi (K6419036)
11. Lu'lu'ul Jauharoh (K6419038)

PRODI PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
2020
BAB I

PENDAHULUAN

A. Rumusan Masalah
1. Apa saja Undang-Undang yang mengatur Urusan Pemerintahan?
2. Bagaimana pengaturan Urusan Pemerintahan Absolut, Konkuren dan Umum?
3. Apa yang menjadi faktor penyebab kasus mengenai pengaturan urusan pemerintahan
sektor kesehatan (Perubahan Kedudukan RSUD dalam UU No 23 Tahun 2014)??
4. Apa akibat dari kasus mengenai pengaturan urusan pemerintahan sektor kesehatan
(Perubahan Kedudukan RSUD dalam UU No 23 Tahun 2014)??
5. Bagaimana solusi yang dapat dilakukan untuk mengatasi kasus mengenai pengaturan
urusan pemerintahan sektor kesehatan (Perubahan Kedudukan RSUD dalam UU No 23
Tahun 2014)??
B. Tujuan Penyusunan Makalah
1. Mengetahui Undang-Undang yang mengatur Urusan Pemerintahan
2. Menjelaskan pengaturan Urusan Pemerintahan Absolut, Konkuren dan Umum
3. Mengetahui faktor penyebab kasus mengenai pengaturan urusan pemerintahan sektor
kesehatan (Perubahan Kedudukan RSUD dalam UU No 23 Tahun 2014)
4. Mengetahui akibat dari kasus mengenai pengaturan urusan pemerintahan sektor
kesehatan (Perubahan Kedudukan RSUD dalam UU No 23 Tahun 2014)
5. Mengetahui solusi yang dapat dilakukan untuk mengatasi kasus mengenai pengaturan
urusan pemerintahan sektor kesehatan (Perubahan Kedudukan RSUD dalam UU No 23
Tahun 2014)
BAB II

PEMBAHASAN

1. Pengaturan Dalam Undang-Undang


Pengaturan dalam UU Pemerintahan Daerah Pasal 23 tahun 2014
- Pasal 1 point 5 " pemerintahan adalah kekuasaan pemerintah yang menjadi kewenangan
presiden yang pelaksanaannya dilakukan oleh kementrian negara dan penyelenggara
pemerintah daerah untuk melindungi , melayani memberdayaka dan menyejahterkan
masyarakat"
- Pasal 9 point 2 " urusan pemerintahan absolute sebagaimana diamaksdu pada adalah
sepenuhnya kewenangan pemerintahan pusat ".
- Pasal 10 point 1 " Urusan pemerintahan absolut meliputi ; politik luar negeri, pertahanan
, keamanan , yustisi ,moneter dan fiskal nasional , agama " . Point 2 "pemerintahan
pusat dalam menyelenggaran pemerintahan absolut meliputi ; melaksanakan sendiri ,
melimpahkan wewenang kepada instansivertikal yang ada didaerah /gubenur sebagai
wakil pemerintahan pusat berdasarkan asas Dekonsentralisasi
- Pasal 13 point 1 "Pembagian urusan penerintahab konkuren antara pemerintah pusat dan
pemeribtah daerah provensi serta daerah kabupaten /kota didasarkan 0ada prinsip
akuntabilitas , efisiensi , eksternalitas , serta kepenringan strategis nasional.
- Pasal 16 point 1 " Pemerintah pusat dalam menyelenggarakan pemerintahan konkuren
berwenang untuk ; menetapkan norma ,standart ,prosedur , kriteria , dalam rangka
penyelenggaran urusan pemerintahan dan melaksanakan pembinaan dan pengawasan
penyelenggaraan urusan pemeintah yg menjadi kewenangan daerah "
- Pasal 20 point 1 "urusan pemerintahan konkuren yg menjadi kewenangan daerah
provensi diselenggarakan ; sendiri oleh provensi , dengan cara menguasai daerah
kabuparen /kota berdasarkan tugas pembantuan, dengan menguasai desa"

2. Urusan Pemerintah Absolut


Urusan pemerintahan absolut adalah urusan yang sepenuhnya menjadi wewenang
pemerintah pusat. Untuk urusan pemerintah absolut seperti dalam Pasal 9 terbagi meliputi:
- Politik luar negeri; contoh: dalam hal pengangkatan pejabat diplomatik dan menunjuk
warga negara untuk duduk dalam jabatan lembaga internasional, menetapkan kebijakan
luar negeri, melakukan perjanjian dengan negara lain, menetapkan kebijakan
perdagangan luar negeri, dan lain-lain.
- Pertahanan; contoh: mendirikan dan membentuk angkatan bersenjata, menyatakan
damai dan perang, menyatakan negara atau sebagian wilayah negara dalam keadaan
bahaya, membangun dan mengembangkan sistem pertahanan negara dan persenjataan,
menetapkan kebijakan untuk wajib militer, bela negara bagi setiap warga negara, dan
lain sebagainya.
- Keamanan; contoh: mendirikan dan membentuk kepolisian negara, menetapkan
kebijakan keamanan nasional, menindak setiap orang, kelompok atau organisasi yang
kegiatannya mengganggu keamanan negara, dan sebagainya.
- Yustisi; contoh: mendirikan lembaga peradilan, mengangkat hakim dan jaksa,
mendirikan lembaga pemasyarakatan, menetapkan kebijakan kehakiman dan
keimigrasian, memberikan grasi, amnesti, abolisi, membentuk undang-undang,
peraturan pemerintah, dan peraturan lainnya yang berskala nasional.
- Moneter dan fiskal nasional, adalah kebijakan makro ekonomi. Contoh: mencetak uang
dan menentukan nilai mata uang, menetapkan kebijakan moneter, mengendalikan
peredaran uang, dan lain sebagainya.
- Agama; contoh: menetapkan hari libur keagamaan yang berlaku secara nasional,
memberikan pengakuan terhadap keberadaan suatu agama, menetapkan kebijakan dalam
penyelenggaraaan kehidupan keagamaan, dan sebagainya

3. Urusan Pemerintah Umum


Urusan pemerintahan umum adalah urusan pemerintahan yang menjadi wewenang presiden
sebagai kepala pemerintahan. Urusan pemerintahan umum meliputi:
1) Pembinaan wawasan kebangsaan dan ketahanan nasional dalam rangka memantapkan
pengamalan Pancasila, pelaksanaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945, pelestarian Bhinneka Tunggal Ika serta pemertahanan dan pemeliharaan
keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia;
2) Pembinaan persatuan dan kesatuan bangsa;
3) Pembinaan kerukunan antarsuku dan intrasuku, umat beragama, ras, dan golongan
lainnya guna mewujudkan stabilitas keamanan lokal, regional, dan nasional;
4) Penanganan konflik sosial sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.
5) Koordinasi pelaksanaan tugas antarinstansi pemerintahan yang ada di wilayah Daerah
provinsi dan Daerah kabupaten/kota untuk menyelesaikan permasalahan yang timbul
dengan memperhatikan prinsip demokrasi, hak asasi manusia, pemerataan, keadilan,
keistimewaan dan kekhususan, potensi serta keanekaragaman Daerah sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan;
6) Pengembangan kehidupan demokrasi berdasarkan Pancasila;
7) Pelaksanaan semua Urusan Pemerintahan yang bukan merupakan kewenangan Daerah
dan tidak dilaksanakan oleh Instansi Vertikal.
- Urusan pemerintahan umum dilaksanakan oleh Gubernur dan Bupati/ Walikota di
wilayah kerja masing-masing.
- Untuk melaksanakan urusan pemerintahan umum, gubernur dan bupati/wali kota
dibantu oleh Instansi Vertikal.
- Dalam melaksanakan urusan pemerintahan umum, gubernur bertanggung jawab
kepada Presiden melalui Menteri dan bupati/wali kota bertanggung jawab kepada
Menteri melalui gubernur sebagai wakil Pemerintah Pusat.
- Gubernur dan Bupati/Wali kota dalam melaksanakan urusan pemerintahan umum
dibiayai dari APBN.
- Bupati/Wali kota dalam melaksanakan urusan pemerintahan umum pada tingkat
Kecamatan melimpahkan pelaksanaannya kepada Camat.

4. Urusan Pemerintahan Konkuren


4.1 Definisi Urusan Pemerintahan Konkuren
Urusan pemerintahan konkuren berbeda dari urusan pemerintahan yang bersifat mutlak.
Pasal 11 UU Pemerintahan Daerah yang baru ini menentukan bahwa urusan
pemerintahan konkuren yang menjadi kewenangan daerah terdiri atas (a) Urusan
Pemerintahan Wajib dan (b) Urusan Pemerintahan Pilihan. Urusan pemerintahan yang
dibagi antara pemerintahan pusat dan dearah provinsi dan daerah kabupaten/kota.
Urusan pemerintahan wajib adalah urusan pemerintahan yang terdiri atas urusan
pemerintahan yang berkaitan dengan pelayanan dasar dan urusan pemerintah yang tidak
berkaitan dengan pelayanan dasar.
4.2 Urusan pemerintahan wajib yang berkaitan dengan pelayanan dasar
Penyelenggara Pemerintahan Daerah diharuskan memprioritaskan pelaksanaan Urusan
Pemerintahan Wajib yang berkaitan dengan Pelayanan Dasar. Pelaksanaan Pelayanan
Dasar pada Urusan Pemerintahan Wajib yang berkaitan dengan Pelayanan Dasar tersebut
harus berpedoman pada standar pelayanan minimal yang ditetapkan oleh Pemerintah
Pusat. Ketentuan lebih lanjut mengenai standar pelayanan minimal ini diatur dengan
peraturan pemerintah. Urusan pemerintahan konkuren yang menjadi kewenangan
Pemerintah Pusat diselenggarakan: (a) sendiri oleh Pemerintah Pusat; (b) dengan cara
melimpahkan kepada gubernur sebagai wakil Pemerintah Pusat atau kepada Instansi
Vertikal yang ada di Daerah berdasarkan asas Dekonsentrasi; atau (c) dengan cara
menugasi Daerah berdasarkan asas Tugas Pembantuan
1) Pendidikan
2) Kesehatan
3) Pekerjaan umum dan penataan ruang
4) Perumahan rakyat dan kawasan pemukiman
5) Ketentraman, ketertiban umum dan pelindungan masyarakat
6) Sosial
4.3 Urusan pemerintahan wajib yang tidak berkaitan dengan pelayanan dasar
Menurut Pasal 24, kementerian atau lembaga pemerintah nonkementerian bersama
Pemerintah Daerah melakukan pemetaan Urusan Pemerintahan Wajib yang tidak
berkaitan dengan Pelayanan Dasar dan Urusan Pemerintahan Pilihan yang diprioritaskan
oleh setiap Daerah provinsi dan Daerah kabupaten/kota. Hasil pemetaan Urusan
Pemerintahan Wajib yang tidak berkaitan dengan Pelayanan Dasar dan Urusan
Pemerintahan Pilihan ditetapkan dengan peraturan menteri setelah mendapatkan
rekomendasi dari Menteri. Pemetaan Urusan Pemerintahan Wajib yang tidak berkaitan
dengan Pelayanan Dasar dilakukan untuk menentukan intensitas Urusan Pemerintahan
Wajib yang tidak berkaitan dengan Pelayanan Dasar berdasarkan jumlah penduduk,
besarnya APBD, dan luas wilayah. Pemetaan Urusan Pemerintahan Pilihan dilakukan
untuk menentukan Daerah yang mempunyai Urusan Pemerintahan Pilihan berdasarkan
potensi, proyeksi penyerapan tenaga kerja, dan pemanfaatan lahan. Sedangkan pemetaan
Urusan Pemerintahan Wajib yang tidak berkaitan dengan Pelayanan Dasar dan Urusan
Pemerintahan Pilihan digunakan oleh Daerah dalam penetapan kelembagaan,
perencanaan, dan penganggaran dalam penyelenggaraan Urusan Pemerintahan yang
menjadi kewenangan Daerah. Lebih lanjut ditegaskan bahwa pemetaan Urusan
Pemerintahan Wajib yang tidak berkaitan dengan Pelayanan Dasar dan Urusan
Pemerintahan Pilihan, digunakan oleh kementerian atau lembaga pemerintah
nonkementerian sebagai dasar untuk pembinaan kepada Daerah dalam pelaksanaan
Urusan Pemerintahan Wajib yang tidak berkaitan dengan Pelayanan Dasar dan Urusan
Pemerintahan Pilihan secara nasional.
1) Tenaga kerja
2) Pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak
3) Pangan
4) Pertanahan
5) Lingkungan hidup
6) Administrasi kependudukan dan pencatatan sipil
7) Pemberdayaan masyarakat dan desa
8) Pengendalian penduduk dan keluarga berencana
9) Perhubungan
10) komunikasi dan informasi
11) Koperasi, usaha kecil dan menengah
12) Penanaman modal
13) Kepemudaan dan olah raga
14) Statistik
15) Persandian
16) Kebudayaan
17) Perpustakan
18) Kearsipan
4.4 Urusan pemerintahan pilihan
1) Kelautan dan perikanan
2) Pariwisata
3) Pertaniana
4) Kehutanan
5) Energi dan sumber daya mineral;
6) Perdagangan
7) Perindustrian
8) Transmigrasi
4.5 Kriteria urusan yang menjadi kewenangan daerah propinsi
1) Urusan pemerintahan yang lokasinya lintas daerah kabupaten/kota
2) Urusan pemerintahan yang penggunaanya lintas kabupaten /kota
3) Urusan pemerintahan yang manfaat atau dampak negatifnya lintas daerah
kabupaten/kota
4) Urusan pemerintahan yang penggunaan sumber dayanya lebih efisien apabila
dilakukan propinsi
4.6 Urusan Pemerintahan kabupaten/Kota
Urusan pemerintahan kabupaten/kota adalah urusan yang menjadi kewenangan
pemerintahan daerah kabupaten/kota yang diselenggaran sendiri oleh daerah
kabupaten/kota atau dapat diotugaskan sebagaian pelaksanannya kepada desa,apabila
dalam pelaksanaanya dibantu oleh desa maka harus ditetapkan oleh peraturan
perundang-undangan.
1) Urusan pemerintahan yang lokasinya dalam daerah kabupaten/kota
2) Urusan pemerintahan yang penggunanya dalam daerah kabupaten/kota
3) Urusan pemerintahan yang manfaat atau dampak negatifnya hanya dalam daerah
kabupaten/kota
4) urusan pemerintahan yang penggunaan sumber dayanya lebih efisien apabila
dilakukan oleh daerah kabupaten.

Pembagian urusan pemerintahan konkuren antara Pemerintah Pusat dan Daerah


provinsi serta Daerah kabupaten/kota dicantumkan pula secara eksplisit dalam
Lampiran yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari UU No. 23 Tahun 2014.
Sedangkan urusan-urusan pemerintahan konkuren lain yang tidak tercantum dalam
Lampiran undang-undang dianggap sebagai menjadi kewenangan tiap tingkatan
pemerintahan atau susunan pemerintahan masing-masing, yang penentuannya
dilakukan dengan menggunakan prinsip dan kriteria pembagian urusan pemerintahan
konkuren seperti yang dimaksud di atas. Urusan pemerintahan konkuren tersebut
ditetapkan dengan peraturan presiden.

Perubahan terhadap pembagian urusan pemerintahan konkuren antara Pemerintah Pusat


dan Daerah provinsi dan Daerah kabupaten/kota yang tidak berakibat pengalihan
urusan pemerintahan konkuren pada tingkatan pemerintahan atau susunan
pemerintahan yang lain juga ditetapkan dengan peraturan pemerintah. Perubahan-
perubahan yang dipandang penting dapat dilakukan sepanjang tidak bertentangan
dengan prinsip dan kriteria pembagian urusan pemerintahan konkuren sebagaimana
dimaksud di atas.

Menurut Pasal 16, Pemerintah Pusat dalam menyelenggarakan urusan pemerintahan


konkuren berwenang:

a. Menetapkan norma, standar, prosedur, dan kriteria dalam rangka


penyelenggaraan Urusan Pemerintahan; dan
b. Melaksanakan pembinaan dan pengawasan terhadap penyelenggaraan Urusan
Pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah

Norma, standar, prosedur, dan kriteria yang dimaksud tercermin dalam rumusan
ketentuan peraturan perundang-undangan yang ditetapkan oleh Pemerintah Pusat
sebagai pedoman dalam penyelenggaraan urusan pemerintahan konkuren yang
menjadi kewenangan Pemerintah Pusat dan yang menjadi kewenangan Pemerintah
Daerah. Kewenangan Pemerintah Pusat dilaksanakan oleh kementerian dan lembaga-
lembaga pemerintah nonkementerian yang pelaksanaannya harus dikoordinasikan
dengan kementerian terkait. Penetapan norma, standar, prosedur, dan kriteria
sebagaimana dimaksud di atas, dilakukan paling lama 2 (dua) tahun terhitung sejak
Peraturan Pemerintah mengenai pelaksanaan urusan pemerintahan konkuren
diundangkan.

5. Kasus Dalam Urusan Pemerintahan


Analisis Kasus :
Faktor Penyebab : Adanya Undang-Undang yang mengatur mengenai sektor kesehatan
diubah dari sentralisasi pemerintah pusat ke desentralisasi pemerintah daerah. Hal ini
termasuk ke dalam urusan pemerintahan bagian Konkuren wajib berkaitan dengan pelayanan
dasar. Hal ini tertera di dalam UU No 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah pada pasal
12 ayat (1) yang menerangkan mengenai apa saja yang menjadi urusan pemerintahan wajib
yang berkaitan dengan pelayanan dasar termasuk didalamnya tentang sektor kesehatan yang
semakin menegaskan bahwa urusan kesehatan menjadi urusan wajib pemda, sehingga
harapan dikembalikannya menjadi kewenangan atau urusan pemerintah pusat telah sirna.
Hal ini membuat perbedaan kedudukan dari RSUD yang sebelumnya pada Peraturan
Pemerintah (PP) Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Pemerintah Daerah (OPD)
terdapat Lembaga Teknis Daerah (LTD) yang bisa berbentuk Badan, Kantor, dan Rumah
Sakit. Sehingga jelas kedudukan RSUD. Sedangkan di UU Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintah Daerah Pasal 209 ayat (2) menghilangkan keudukan LTD sebagai induk
lembaga RSUD.
Faktor Akibat : Adanya perbedaan/ disparitas sector kesehatan di pulau jawa dengan luar
pulau jawa,
1) Perbedaan kualitas pelayanan kesehatan di setiap daerah yang tidak dapat dipungkiri.
Ketika NSPK (Norma, Standar, Prosedur dan Kriteria) yang digunakan tidak sama tiap
daerah karena permasalahan dan keterbatasan masing-masing daerah.
2) Berubahnya status kepegawaian PNS sector kesehatan (Dinas Kesehatan dan Rumah
Sakit) dari PNS Depkes (kala itu) menjadi PNS Daerah.
Urusan kesehatan menjadi kental dengan kepentingan politik lokal pemerintah daerah
setempat. Isu-isu tentang kesehatan selalu menjadi “dagangan” politik menjelang
Pilkada dan tetap laris manis diterima oleh masyarakat.
3) Penunjukan pimpinan lembaga yang bergerak di sektor kesehatan (Dinas Kesehatan dan
RSUD) kerap kali lebih mengedepankan pertimbangan politis ketimbang analisis
kompetensi, persyaratan minimal jabatan dan tanpa melalui proses fit and proper test.
Sebelum UU Rumah Sakit berlaku, banyak dijumpai direktur rumah sakit bukan
seorang dokter sebagaimana terdapat seorang Kepala Dinas Kesehatan yang berlatar
pendidikan Sarjana Agama (S.Ag), hal ini terjadi karena pemilihan lebih ke arah
loyalitas ketimbang profesionalitas.
4) Munculnya isu bahwa RSUD menjadi “sapi perahan” pemerintah daerah (terutama
sebelum adanya aturan RSUD harus menjalankan PPK-BLUD), Dinas Kesehatan
menjadi salah satu unit penghasil (Revenue Center) yang berperan penting dalam
menyumbang PAD sebuah daerah.
5) Adanya kebingungan para pemangku kepentingan sektor kesehatan di daerah dengan
adanya “dua induk” yang harus berpijak pada dua kaki di alam yang berbeda. Satu kaki
terkait dengan aturan-aturan birokrasi aparatur pemerintah harus tunduk dan patuh
terhadap ketentuan-ketentuan yang dikeluarkan oleh Kementerian Dalam Negeri
(Kemendagri), sementara satu kaki lagi harus tetap mempedomani standar, aturan dan
ketentuan dari kementerian teknis sektor kesehatan yaitu Kementrian Kesehatan
(Kemenkes).
6) Banyaknya aturan-aturan yang secara tidak sengaja saling “bertabrakan” dan
“berbenturan” antara produk hukum Kemendagri yang harus dipatuhi dan aturan hukum
dari Kemenkes yang juga wajib dipedomani.
7) Terjadinya disparitas yang terlalu jauh terhadap kesejahteraan tenaga kesehatan terkait
reward antara daerah yang kaya (PAD tinggi) dengan daerah yang masih tertinggal
(PAD rendah). Begitu juga dengan standar kebutuhan SDM yang masih bervariasi antar
daerah satu dengan yang lainnya menjadi persoalan tersendiri sehingga jika kita melihat
sebaran (distribusi) tenaga dokter khususnya dokter spesialis di Indonesia hari ini yang
tidak merata, maka inilah salah satu faktor penyebabnya.

Solusi :

Untuk kasus sektor kesehatan yang merupakan urusan pemerintahan konkruen wajib yang
sebelumnya merupakan kewenangan pemerintah pusat (sentralisasi) menjadi kewenangan
pemerintah daerah (desentralisasi) sampai saat ini tetap menggunakan regulasi pada UU
Nomor 23 Tahun 2014 yang berarti bahwa sektor kesehatan utamanya RSUD masih
menjadi kewenangan pemerintah daerah. Dalam mengatasi akibat yang ditimbulkan dari
pengesahan UU tersebut bisa saja dengan melaksanakan empat hal yang dapat dilakukan
untuk mencapai kebijakan pengaturan bidang kesehatan yang ideal.

a. Pertama, pemerintah harus memastikan bahwa arah kebijakan pengaturan bidang


kesehatan adalah desentralisasi luas asimetris.
b. Kedua, pemerintah harus memberikan waktu transisi yang cukup bagi daerah untuk
meningkatkan kemampuannya melaksanakan desentralisasi kesehatan.
c. Ketiga yang perlu dilakukan pemerintah pusat adalah melakukan evaluasi terkait
kemampuan daerah untuk merealisasikan pengaturan di bidang kesehatan.
d. Pemerintah perlu segera mengeluarkan peraturan perundang-undangan yang menjadi
amanat UU Kesehatan dan UU Pemerintahan Daerah termasuk SPM dan NSPK
bidang kesehatan.
Selain hal tersebut seharusnya pelimpahan wewenang sepenuhnya kepada pemerintah
daerah (kab/kota) dapat meningkatkan fungsi gubernur dan pemerintah pusat dalam
mengontrol pemerintah kabupaten dan kota, dimana kedudukan Gubernus sebagai
kepanjangan pemerintah pusat. Kemudian adanya koordinasi yang lebih spesifik dan luas
antara Dinas Kesehatan Provinsi.
BAB III

KESIMPULAN

Pengaturan dalam UU Pemerintahan Daerah Pasal 23 tahun 2014, dalam pengaturan ini
terdapat beberapa pasal serta poin-poin, diantaranya, Pasal 1 Poin 5 "Pemerintahan adalah
kekuasaan pemerintah yang menjadi kewenangan presiden yang pelaksanaannya dilakukan oleh
kementrian negara dan penyelenggara pemerintah daerah untuk melindungi, melayani
memberdayakan dan menyejahterakan masyarakat", Pasal 9 Poin 2 "Urusan pemerintahan
absolute sebagaimana dimaksud pada adalah sepenuhnya kewenangan pemerintahan pusat".
Pasal 10 Poin 1 "Urusan pemerintahan absolut meliputi; politik luar negeri, pertahanan,
keamanan, yustisi, moneter dan fiskal nasional, agama", serta Poin 2 "Pemerintahan pusat dalam
menyelenggaran pemerintahan absolut meliputi; melaksanakan sendiri, melimpahkan wewenang
kepada instansi vertikal yang ada di daerah/gubenur sebagai wakil pemerintahan pusat
berdasarkan asas
Dekonsentralisasi. Dalam Undang - Undang Urusan Pemerintahan terdapat 3 jenis urusan
pemerintahan, diantaranya adalah Urusan Pemerintahan Absolut, adalah urusan pemerintahan
yang wewenangnya secara langsung diatur oleh pemerintah pusat, Urusan Pemerintahan
Konruen, adapun dalam urusan pemerintahan ini, pemerintahan dibagi pemerintahan pusat dan
daerah provinsi dan daerah kabupaten/kota. Urusan pemerintahan wajib adalah urusan
pemerintahan yang terdiri atas urusan pemerintahan yang berkaitan dengan pelayanan dasar dan
urusan pemerintah yang tidak berkaitan dengan pelayanan dasar, dan Urusan Pemerintahan
Umum, adalah urusan pemerintahan yang menjadi wewenang presiden sebagai kepala
pemerintahan. Hal ini juga tertera di dalam UU No 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah
pada pasal 12 ayat (1) yang menerangkan mengenai apa saja yang menjadi urusan pemerintahan
wajib yang berkaitan dengan pelayanan dasar termasuk didalamnya tentang sektor kesehatan
yang semakin menegaskan bahwa urusan kesehatan menjadi urusan wajib pemda, sehingga
harapan dikembalikannya menjadi kewenangan atau urusan pemerintah pusat telah sirna. Hal ini
membuat perbedaan kedudukan dari RSUD yang sebelumnya pada Peraturan Pemerintah (PP)
Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Pemerintah Daerah (OPD) terdapat Lembaga Teknis
Daerah (LTD) yang bisa berbentuk Badan, Kantor, dan Rumah Sakit . Sehingga jelas kedudukan
RSUD. Sedangkan di UU Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah Pasal 209 ayat (2)
menghilangkan keudukan LTD sebagai induk lembaga RSUD. Begitu juga dengan standar
kebutuhan SDM yang masih bervariasi antar daerah satu dengan yang lainnya menjadi persoalan
tersendiri sehingga jika kita melihat sebaran (distribusi) tenaga dokter khususnya dokter spesialis
di Indonesia hari ini yang tidak merata dan disebabkan oleh beberapa factor.
Dalam kasus sektor kesehatan yang merupakan urusan pemerintahan konkruen wajib yang
sebelumnya kewenangan pemerintah pusat (sentralisasi) menjadi kewenangan pemerintah daerah
(desentralisasi) sampai saat ini tetap menggunakan regulasi pada UU Nomor 23 Tahun 2014
yang berarti bahwa sektor kesehatan utamanya RSUD masih menjadi kewenangan pemerintah
daerah. Dalam mengatasi akibat yang ditimbulkan dari pengesahan UU tersebut adanya empat
hal yang harus dilaksanakan untuk mencapai kebijakan pengaturan Kesehatan yang ideal.
Daftar Pustaka

https://www.google.com/amp/s/rendratopan.com/2019/06/12/urusan-pemerintahan-absolut/amp/
diakses pada tanggal 26 maret 2021

http://www.mashani77.net/2015/05/03/rsud-akan-berada-dibawah-dinas-kesehatan/

https://www.mashani77.net/2018/02/18/kasus-nias-puncak-tragedi-otonomi-sektor-kesehatan/

Anda mungkin juga menyukai